Kelvin menatap ke arah mbah Ruti penuh tanda tanya. Ia merasa kecewa dengan jawaban mbah Ruti dengan suaranya yang terkesan dingin.Hanna pun menyadari akan hal itu. Meski ia pernah tersakiti oleh Kelvin, tapi ia tidak mau mbah Ruti ikut membencinya, karena mbah Ruti tak mempunyai masalah sebelumnya dengan Kelvin."Aku juga tidak bisa mengizinkannya, Vin. Bukan karena aku ingin menjauhkanmu dengan Clayton seperti yang kamu lakukan padaku, tapi karena luka bekas operasinya belum sepenuhnya sembuh. Aku harap kamu memahami alasanku. Dia anakmu, aku tidak akan melarang kebersamaan kalian," ucap Hanna.Mungkin dengan cara itu ia membalas perlakuan Kelvin selama ini padanya. Dan itu berhasil, karena Kelvin pun merasa terlampau dengan ucapan Hanna. Ia yang tak bisa berpikir seperti Hanna karena keegoisannya."Aku mengerti," sahut Kelvin lirih.Hanna pun berdiri dari duduknya. "Jika kamu masih merindukan Clayton, maka kamu bisa bermain dulu dengannya. Aku harus masuk ke dalam," imbuh Hanna.
Rena segera mengambil buku tersebut. Ia merasa khawatir dengan semua isi di dalamnya."Ya Tuhan, aku harap tidak ada yang membaca buku ini," ucapnya. Ia merupakan diary tersebut di wajahnya. Berbaring di atas kasur dan membiarkan buku tersebut menutupi wajahnya."Bagaimana kalau Haris membacanya?" gumam Rena kembali.Sementara Haris yang kini tengah menikmati waktu istirahatnya hanya bisa menatap dinding kamar penuh lamunan. Flasback"Tolong bereskan barang-barang Rena yang penting. Aku akan mengantarkannya ke tempat nona Hanna tinggal," ucap Haris pada rekan kerja Rena."Baik kak."Haris menunggu rekan Rena menyiapkan barang-barang tersebut. "Wi, kamu lagi masak daging kan? Itu sudah empuk loh," ucap rekan pelayan tersebut."Iya bentar. Aduh, ini pakai acara macet lagi," sahut pelayan bernama Dewi. Ia tengah kesusahan karena tas tersebut susah di tutup."Berikan padaku, kamu selesaikan saja pekerjaanmu. Lagipula ini tinggal menutupnya kan?" tanya Haris."Iya
"Apa.yang ia lakukan disini? Kenapa penampilannya aneh seperti itu?" gumamnya.Hanna pun turun dari mobil. Sepertinya Rebecca tak menyadari kedatangan Hanna hingga ia masih mondar-mandir tak jelas.Hanna melihat tangan Rebecca yang masih di bungkus perban. Luka saat ia hendak bunuh diri kembali robek saat pertengkaran dengan Jeremy kemarin. Namun di samping itu, Hanna tak mengetahui apa yang terjadi dengan Rebecca.Hanna menghentikan langkahnya tak jauh dari Rebecca. Rebecca yang sadar akan keberadaan Hanna pun menghentikan mondar mandirnya sejak tadi.Rebecca menoleh perlahan ke arah Hanna, wanita yang saat ini paling ia banci di dunia ini. Tatapan mata Rebecca pada Hanna tak perlu dijelaskan lagi. Kebencian dan amarah sudah cukup memancarkan di sana."Akhirnya kau datang juga," ucao Rebecca dengan tatapan sinisnya pada Hanna."Kamu menungguku?" tanya Hanna dengan sangat santai."Aku ingin membuat perhitungan denganmu. Karenamu aku kehilangan Kelvin dan kesempatan untuk menguasai har
Kelvin mengepalkan tangannya. "Apa ini alasanmu tak memberi kesempatan padaku, Hanna?" gumamnya sambil menatap layar ponsel.Sementara Hanna hanya terdiam, ia melihat kembali kejadian tadi pagi di layar ponselnya. Ada rasa kasihan pada Rebecca, tapi kembali lagi wanita itu memang pantas mendapatkannya.Rebecca terlalu gila harta, bahkan sangking gilanya, dampak dari kesalahan yang ia buat pun ia lemparkan ke orang lain."Aku harap setelah ini hidupku akan tenang. Aku lelah jika terus menerus seperti ini," gumam Hanna. Ia mematikan ponselnya dan mulai kembali bekerja.Malam ini Hanna berencana mengatakan niatnya pada mbah Ruti. Tepat setelah makan malam selesai dan mereka pun bersantai, di saat itulah Hanna mulai berbicara."Mbah, ada yang ingin saya bicarakan," ucap Hanna. Sebenarnya ada keraguan di hatinya untuk mengutarakan niatnya kali ini, tapi bagaimanapun juga ia harus mengatakannya."Ada apa Hanna?" tanya mbah Ruti."Mbah, aku berencana pindah ke rumah baru. Aku berencana mengo
Kelvin benar-benar kebingungan, tapi ia juga tidak mungkin mengabaikan jerih payah para karyawannya."Beri aku dua hari untuk mengusahakan gaji mereka semua," ucap Kelvin."Baik tuan," sahut staf tersebut yang langsung berlalu."Haris, tolong jual Villa dan mobil mewah yang ada. Kita harus memikirkan para karyawan terlebih dulu," ucap Kelvin.Kelvin berdiri lalu ia menatap Haris. Tak bisa di pungkiri jika wajah Haris pun terlihat sedih dengan keadaan ini.“Kamu bisa ambil gajimu nanti jika aku sudah memiliki uang. Aku harap kamu mengerti keadaanku saat ini. Mulai besok kamu tak perlu lagi bekerja padaku, karena aku tak bisa membayarmu lagi setelah ini."Tapi tuan.""Bayar para karyawan bawah terlebih dulu. Sisanya kita pikirkan nanti. Kamu juga pasti tahu, meskipun aku menjual semua aset perusahaan ini pun tak akan cukup.untuk mengembalikan uang para investor itu," jelas Kelvin. Ia pun menepuk pundak Haris, lalu melangkah dengan gontai meninggalkan ruang rapat.Haris hanya Diam tanpa
Hanna menatap Clayton, ia tidak tahu jawaban apa lagi yang harus di berikan pada anaknya tersebut. Hanna tidak mungkin mengatakan jika ia sudah tak mungkin lagi bersama Kelvin, karena harapan Clayton adalah bisa tinggal bersama kedua orangtuanya dalam satu atap.Hanna meminta Clayton untuk masuk kamar, sementara ia akan memeriksa beberapa laporan dari Reza tentang keuangan restoran hari ini.Namun saat Hana melewati ruang kerja, ia melihat bahwa mbah Ruti tengah terdiam di dalam sana. Hana mendekat perlahan ia melihat wanita tua itu beberapa kali menyeka ujung matanya. "Mbah Ruti apa semua baik-baik saja lalu Hana pun perlahan masuk ke ruang kerja.Mbah Ruti yang mendengar pun langsung menoleh ke arah Hanna. "ya semua baik-baik saja Hana," jawab mbah Ruti. "Apa Kelvin sudah pulang?" imbuhnya Hanna mengangguk pelan. "Ya, dia sudah pulang."Dimana Clayton?" tanya mbah Ruti kembali."aku memintanya masuk ke kamar," jawab Hanna. Ia melangkah mendekat ke arah mbah Ruti. Hana melirik ke a
‘Ya, aku akan menjualnya untuk melunasi hutangku kepada para investor nanti. Andai aku tidak terjebak oleh ucapan dan rayuan om Iwan mungkin semua ini tidak akan terjadi. Dan perusahaan tidak mungkin bisa aku menjalankannya lagi. Semua modal sudah habis, semua karyawan juga sudah berhenti, apa yang bisa aku hidupkan lagi?Aku sudah hancur Haris, karena itulah aku memintamu untuk pergi meninggalkanku,” ucap Kelvin yang terdengar sangat pasrah.“Apa tidak Ada cara lain apauntuk menyelamatkan semua ini, tuan”” tanya Haris.“Katakan apa yang bisa aku lakukan, Haris” tanya Kelvin membuat Haris terdiam, karena ia pun tidak bisa memberikan solusi pada Kelvin.“Tuan bagaimana jika kita meminjam pada Nyonya Trihapsari? mungkin dia bisa membantu kita,” ucap Haris membuat Kelvin terkejut dengan sarannya.“Apa kau gila? Bagaimana bisa kita meminta bantuannya pada nyonya Trihapsari, dan bagaimana cara kita melunasinya nanti? kita membutuhkan 5 triliun untuk membayar kepada investor, dan hal yang s
Hanna pun menatap ke arah mbah Ruti. ‘Maaf mbah, maksud aku keluarga kecil seperti aku, suami dan seorang anak. Bukankah aku tidak memiliki hal itu?” jawab Hanna.“Maka Menikahlah, jadi kamu akan mempunyai keluarga kecil yang kamu maksud itu.”Hanna hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Mbah Ruti. Dalam hatinya dia berpikir bagaimana mungkin bisa menikah sedangkan trauma karena terlalu sakit hati, kecewa, dan luka yang terasa begitu dalam masih ia rasakan.“Kamu baik-baik saja?” tanya mbah Ruti saat melihat Hanna yang melamun dengan raut wajah sedihnya. “Entahlah, aku tidak tahu apa yang sebenarnya aku inginkan dalam hidup ini. Aku ingin menikah lagi tapi aku takut untuk melakukannya, dan aku belum tahu siapa yang bisa menemani sisa hidupku.Aku tidak munafik, jika aku juga ingin seperti wanita lainnya, yang memiliki pendamping. Setidaknya selalu ada seorang ayah untuk Clayton di sampingnya.”“Lalu pria seperti apa yang kamu inginkan untuk menemani hidupmu Hanna?” tanya Mbah Ruti k
Hana menyunggingkan senyuman kecil. “Tinggal duduk saja kenapa aku harus menyuruhnya? Bukankah selama ini kamu selalu melakukan apapun tanpa aku tahu, apalagi izin dariku?” ucap Hanna yang bernada sebuah sindiran.“Sepertinya aku adalah orang yang paling buruk di hidupmu, hingga penyesalan dan apapun yang terjadi padaku saat ini tidak bisa membuatmu bisa memaafkan aku,” sahut kelvin yang langsung duduk dan menatap ke arah Hanna.“Kalau kamu sadar, maka itu lebih baik,” ucap Hana yang kembali menatap ke layar laptopnya.Hanna melirik ke arah Kelvin yang dia menatapnya. Ia pun tak mau memperdulikan hal tersebut, dan terus fokus ke layar laptop.“Jika kamu datang kemari hanya untuk menatapku, maka pergilah. Kamu hanya mengganggu konsentrasiku untuk bekerja,” ucap Hanna tanpa menoleh ke arah Kelvin sedikitpun.“Sebenarnya Ada hal penting yang ingin aku katakan padamu,” ucap Kelvin, tapi Hanna tetap tak menoleh ke arahnya.Lalu Kelvin pun mengambil sesuatu dari saku jasnya. “Aku ingin mela
Di atas sana Hanna menatap ke bawah, dengan air mata yang mengalir. “Kenapa kalian membuat aku menjadi sejahat ini? aku tidak bisa memaafkan kalian dengan mudah, itu juga karena ulah kalian sebelumnya,” gumam Hanna. Ia pun kembali menutup tirai jendelanya.Hanna berbaring di kamarnya, sementara Beni mengajak sang ibu untuk segera pulang. ”Ayo kita pulang, bu,” ucap Beni.Namun Martha menolaknya. “Aku tidak akan pulang sebelum Hanna memaafkanku,” ucapnya. “Bu dengarkan aku, Hanna tidak akan semudah itu memaafkan kita, apalagi dulu ibu mengusirnya saat dia sedang mengandung. Bahkan hanya selang satu hari setelah paman meninggal. Itu sangat menyakitkan untuknya, bu,” ucap Beni mengingatkan sang ibu.Mungkin saat ini Beni sangat berharap jika Hanna bisa memaafkan ibunya, tapi ia juga tak bisa memaksa Hanna untuk memaafkan ibunya. Ia sangat tahu bagaimana rasanya menjadi Hanna.Meski ia sempat marah kepada sang ibu, dan ibunya tidak pernah mau mendengar apa yang ia katakan hingga tetap me
“Hai Hanna?” ucap Beni sambil melambaikan tangannya ke arah Hanna.Sementara Hanna menatap ke arah wanita yang berdiri di samping Beni. Wanita tersebut tersenyum, dan saat itu juga Hanna memalingkan wajahnya.“Apa dia ibu Beni?” tanya mbah Ruti pada Hanna.Hanna menatap ke aah mbah Ruti, lalu mengangguk pelan. “Sebaiknya kita temui mereka, bagaimana pun mereka adalah tamu di rumah ini,” ucap mbah Ruti yang langsung menggandeng tangan Hanna. Mbah Ruti pun mengajak Hanna menemui Beni dan ibunya.“Hanna, apa kabar?” tanya Martha, ibu Beni pada Hanna.Hanna tak menjawab sapaan Martha, ia mengingat jelas bagaimana dia mengusirnya dan sang ayah, waktu malam hari itu hingga ayahnya meninggal sebelum meninggalkan rumahnya.“Baik, lebih baik dari waktu kau usir aku dan ayahku,” jawab Hanna dengan nada dinginnya.“Maafkan aku, aku benar-benar menyesal waktu itu mengusir kalian, aku selalu merasa bersalah dan aku selalu mencarimu, tapi tidak pernah menemukanmu,” ucap Marta.Hanna pun menyungging
Kelvin tidak mau hal yang sama seperti hari kemarin terulang. Ia sangat tahu jika Hanna tidak menginginkan kehadirannya, apalagi berada dalam satu mobil bersamanya.“Terima kasih nyonya, tapi saya masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” sahut Kelvin.“Baiklah kalau begitu. Kami pergi dulu,” ucap mbah Ruti.Kelvin menganngguk, lalu menatap kepergian Hana dan mbah Ruti yang berjalan berdampingan dengan Haannnaa. Kelvin menghalang nafasnya, lalu kembali masuk ke kantor.Kelvin menyandarkan tubuhnya di kursi, sambil menatap langit biru lewat jendela kantornya. “Aku tidak akan menyimpan harapan besar lagi padamu, Hanna. Aku hanya akan berusaha semampuku untuk mendapatkanmu kembali, dan jika hatimu masih sekeras batu, maka aku tidak akan memaksa,” gumam Kelvin.Setelah mengambil bunga tabur pda Abi, mereka pun langsung menuju pemakaman yang tidak terlalu jauh dari kantor tersebut. Jarak pemakaman dan kantor yang lumayan dekat, membuat mereka tak perlu terlalu memakan waktu untuk sampa
Mbah Ruti menyandarkan tubuhnya di kursi. lalu menetap Kelvin. “Jika dia memilih pria lain, maka aku harap kamu masih bisa berada di sini. Aku mempercayaimu untuk memegang perusahaan ini, karena aku tahu Hanna tidak mempunyai kemampuan itu,” sahut mbah Ruti.Kelvin pun terkekeh mendengar jawaban mbah Ruti. “Bagaimana mungkin saya bertahan di sini, sedangkan suatu saat cucu menantu anda mungkin akan lebih pandai dan lebih bijaksana memimpin perusahaan ini, daripada saya,” jawab Kelvin.Mbah Ruti menggelengkan kepalanya. “Mungkin dia mampu, dan dia lebih pandai darimu, tapi mungkin aku tidak bisa dengan mudah mempercayai darinya,” sahut mbah Ruti, membuat Kelvin terdiam sejenak.“Sudahlah, aku harus ke ruanganku. Aku yakin banyak hal yang menungguku di sana,” ucap mbah Ruti sambil berdiri, lalu melangkah pergi.Sementara Kelvin hanya menatap kepergian wanita yang tua yang berharap banyak padanya itu, hingga ia menghilang di balik pintu ruangannya.“Jika Hanna tidak bisa kembali padaku,
Hana melangkah mendekat ke arah Kelvin, lalu duduk di sebelah mbah Ruti. “Lain kali tanya saja langsung padaku, biar aku jelaskan sejelas-jelasnya apa yang ingin kamu tahu. Tidak perlu kamu bertanya pada orang lain, apalagi mbah Ruti yang tidak tahu siapa itu tante Marta, dan siapa itu Benny,” imbuhan.Nada bicara Hanna yang masih dingin membuat Kelvin merasa canggung. “Maafkan aku Hanna, jika aku mencari tahu tentangmu lewat orang lain. Aku akui, aku salah,” sahut Kelvin.Mbah Ruti menoleh ke arah Hanna, lalu menepuk tangannya. “Hanna ajaklah Kelvin untuk makan malam di sini. Hari sudah sore, aku yakin dia pasti sudah lapar setelah melakukan pekerjaan di kantor,” ucap mbah Ruti.Mbah Ruti pun menatap ke arah Kelvin sejenak, lalu kembali menatap ke arah mbah Ruti. “Jangan mengajaknya makan malam disini, aku takut jika pelayan di rumahnya sudah memasak, dan masakannya akan mubazir jika dia tidak kembali untuk makan malam,” jawab Hanna.Kelvin pun menyembunyikan senyum, ia sangat paham
Kelvin turun dari mobil, tatapannya menatap ke arah pria yang saat ini masih berbicara dengan santainya bersama Hanna.Ia menutup pintu mobil, lalu melangkah menghampiri Hanna. Ada raut kekesalan di wajahnya yang ia tahan.Hanna dan pria tersebut pun menoleh ke arah Kelvin. “Siapa dia Hanna?” tanya Kelvin. Bisa terdengar dengan jelas nada suaranya yang sangat dingin.“Hai, aku Beni,” ucap pria bernama Beni, memperkenalkan diri sebelum Hanna menjawab pertanyaan Kelvin. Ia mengulurkan tangannya ke arah Kelvin dengan senyuman yang terukir di bibirnya.“Oh,” sahut Kelvin singkat membuat Beny semakin tersenyum, atau mungkin menahan tawanya karena melihat respon Kelvin yang menurutnya aneh..Kelvin pun seperti terpaksa menerima jabatan tangan dari Beni, lalu ia menoleh ke arah Hanna. “Sepertinya kau terlihat sangat bahagia sekarang,” ucapnya. Ia menatap Hanna dan Beny bergantian. “Nikmati waktu kalian, aku akan masuk ke dalam. Maaf sudah mengganggu,” imbuh kelvin yang langsung melangkah ma
Sepertinya Hanna pun mulai tahu apa maksud Reza memanggil kakak iparnya datang ke restoran tempat ia bekerja. “Apa kau berniat mendekatkanku dengan kakak iparmu itu?” ucap Hana langsung pada intinya membuat Reza terbelalak.‘Ya Tuhan, bagaimana mereka tahu? padahal tidak ada yang mengatakan pada mereka tentang rencanaku. Apa aku yang melakukannya terlalu terang-terangan?’ batin Reza.“Oke, kamu diam itu berarti jawaban dari pertanyaanku adalah benar, bukan begitu?” ucap Hanna kembali.“Maafkan aku bu Hanna, aku hanya mencoba melakukan yang terbaik untuk Anda dan kakakku. Aku pikir kalian sama-sama membutuhkan teman hidup yang baru.” sahut Reza merasa tidak enak.Hanna memutar kedua bola matanya. “Sepertinya aku pun akan mengatakan hal yang sama seperti kakak iparmu itu. Dengar Reza, hati seseorang tidak mungkin dengan mudahnya berubah untuk berpindah ke lain hati, apalagi hati yang pernah tersakiti. Aku harap kisahku dan kisah kakak iparmu yang tak bisa memiliki keluarga kecil yang ba
Arka pun menoleh ke arah Hanna. “Saya permisi, mari,” ucap Arka dengan senyuman yang menunjukan kesopanannya.Hanna pun tersenyum kecil, lalu menatap kepergian Arka. Setelah pintu tertutup dan memastikan Arka sudah pergi, Reza pun mendekat ke arah istrinya. Mengusap rambutnya, lalu memberikan kecupan di kening sang istri.“Kamu sudah dengar sendiri kan dari Bu Hanna, jika aku adalah tipe orang yang setia. Mulai sekarang jangan terlalu berprasangka buruk, dan cepatlah puli,” ucap Reza sambil membelai kepala sang istri.Amalia pun mengangguk. “Maafkan aku yang terlalu kuatir, tapi aku seperti itu karena aku tidak mau kehilanganmu,” ucap Amelia“Aku mengerti sayang. Terima kasih sudah takut kehilanganku, aku tahu kau sangat menyayangiku,” ucap Reza.Pemandangan di depan mata Hanna tersebut membuat Hanna merasa iri. Pemandangan yang belum Hanna rasakan. Kasih sayang dan perhatian penuh dari seorang suami.“Aku akan pulang karena ini sudah sore, aku takut Clayton menungguku di rumah,” uca