Share

173. Pesta Ulang Tahun

Penulis: ReyNotes
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-07 16:09:09

Sejak kejadian di toko buku, gerak Arzan dipersempit. Ia selalu ditemani satu suster dan dua pengawal saat sekolah dan les. Setelah tidak ada kegiatan, Arzan dilarang bepergian.

Untungnya, Arzan anak yang penurut. Ia tidak keberatan harus pulang tepat waktu dan tidak keluar rumah.

Agar putranya tidak bosan, Marc menyiapkan banyak kegiatan di rumah. Olahraga, kesenian bahkan permainan disediakan Marc di rumah mereka. Arzan menikmati semua fasilitas tersebut.

“Minggu depan, Arzan ulang tahun. Bagaimana pestanya? Kita tidak mungkin menggunakan rencana awal dengan membuat perayaan di hotel, bukan?” Sarah bertanya pada Marc.

“Itu juga yang sedang aku pikirkan.”

“Padahal, kita sudah janji pada Arzan untuk merayakan ulang tahunnya.”

“Aku akan diskusi dengan event organizer saja.”

Sarah mengangguk setuju. Wanita itu mendengar suaminya bicara di telepon dengan salah satu kenalannya yang biasa menyelenggarakan pesta.

Malam harinya, Marc berbaring di samping Sarah. Ia melewati hari yang berat. D
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yiming
Selamat ultah arzan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   174. Darah Kental

    “Maksudnya? Om Adrian kenal Vania? Wanita yang mengaku ibu kandung Arzan?” Marc bertanya seraya mengerutkan kening.Mereka langsung berkumpul di ruang keluarga sesaat setelah pesta Arzan selesai. Arzan telah tertidur karena kelelahan. Padahal setelah mandi, anak lelaki itu mengatakan ingin membuka hadiah-hadiah ulang tahunnya.“Wajah wanita yang diberikan Lydia memang kurang jelas karena temanku itu memfotonya secara diam-diam. Tetapi, di berita ini memang terlihat kemiripannya dengan Arzan.” Frank mengamati video rekaman yang diperlihatkan Adrian. “Siapa dia, Adrian?”Adrian mengotak-atik tabletnya. Kemudian, layar tablet itu balik menghadap Sarah, Marc, Frank dan juga Lucy. Keempat pasang mata menatap serius pada layar tersebut.“Penulis? Vania seorang penulis novel?” Sarah yang lebih dulu berkomentar.“Betul. Nama penanya Ainav, kebalikan dari nama aslinya. Salah satu bukunya yang berjudul ‘Anak yang Diinginkan namun Tidak Didambakan’. Istriku membaca buku menyedihkan tersebut.”Me

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   175. Secepatnya Saja

    Sarah dan Marc menghela napas panjang. Tak menyangka bahwa Arzan ternyata ingat ia pernah bertemu dengan seseorang yang mengenalinya.“Siapa?” Sarah berpura-pura bertanya.“Tidak tau, Ma. Tiba-tiba ia membalik tubuhnya lalu menatapku dari wakah hingga kaki. Terus dia panggil aku Vano.”“Lalu?” Marc ikut bertanya sekaligus mengkonfirmasi apa yang diceritakan pengawal Arzan.“Om Awan bilang dia salah orang terus kami pergi.”“Kamu masih ingat wajahnya?”Kepala Arzan mengangguk pelan. “Wajahnya sepertinya mirip denganku.”Tidak ada komentar lagi dari Sarah maupun Marc. Mereka memilih mengalihkan perhatian pada apa yang dilakukan Vivi. Hingga akhirnya Arzan pun ikut bermain bersama adiknya.Saat Vivi mulai rewel karena lapar, mereka berjalan ke ruang makan. Marc menggendong Vivi dan menciumi pipi putrinya. Arzan bermain-main dengan kaki Vivi hingga bayi perempuan itu menendang-nendang dan tertawa.Suster ternyata sudah menyiapkan makanan Vivi. Kali ini bayi perempuan itu akan makan biskui

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   176. Bukan Siapa-Siapa

    Adrian menunggu seseorang di restoran. Ia melirik jam tangan dan mendesah kesal saat melihat janji temu ini telah terlambat lima menit. Sebagai seorang profesional, Adrian terbiasa bekerja tepat waktu.Matanya lalu menatap seorang wanita yang baru saja datang. Seorang pelayan mengarahkan ke mejanya.“Pak Adrian?” Wanita itu – Vania menyapa.“Ya. Silahkan duduk, Nona Vania. Atau saya panggil Nyonya Vania?” Pertanyaan itu seolah menyindir status Vania yang tidak jelas.“Vania saja, boleh.”Adrian tersenyum sedikit. “Nyonya Vania lebih cocok. Anda telah memiliki putra berumur sepuluh tahun.”Mata Vania terbelalak. Tubuhnya condong ke depan dan dengan wajah berbinar menatap Adrian.“Jadi, anda mau bertemu saya karena mengetahui informasi tentang putra saya?”“Iya.” Adrian mengangguk. “Saya tau persis putra anda berada di mana?”“Di mana?” Vania bertanya antusias.“Ada syaratnya.”Wanita di depan Adrian menghela napas berat. Ia mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Adrian melihat Vania membu

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   177. Pertemuan Canggung

    Sontak, Sarah dan Marc menatap putra mereka. Tidak menyangka Arzan sangat ketus pada Vania. Mereka tidak mengajari Arzan bersikap begitu."Arzan, Ibumu hanya ingin bicara saja." Sarah dengan lembut berkata."Ya, bicara saja di sini." Arzan melipat kedua tangannya di perut seolah tak perduli.Sungguh, Sarah melihat cerminan Marc pada sikap Arzan. Apa Arzan sudah mulai terpengaruh gaya Matc yang datar, terutama pada orang yang tidak disukai?"Ya sudah, tak apa kalau kamu tidak mau bicara berdua Ibumu." Marc kemudian menatap sekilas pada Vania. "Mungkin Arzan masih shock bertemu denganmu."Vania menghela napas berat. Ia mengamati lekat-lekat putra kandungnya. Anak lelaki itu terlihat sangat terawat."Kamu sekolah di mana, Vano?""Aku maunya dipanggil Arzan." Anak lelaki itu bersungut kesal."Baiklah." Vania mengalah. "Kamu sekolah di mana, Arzan?""Sekolah Spring Internasional. Kelas empat."Sekolah internasional. Berarti, orang tua angkat Arzan sangat kaya. Vania berucap dalam hati."Ap

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   178. Selamat Datang

    Semua kepala menoleh ke belakang. Mereka terkejut karena ternyata Arzan berdiri di sana dengan wajah kesal. Marc segera menghampiri putranya.“Arzan. Papa pikir kamu tidur.” Marc menggandeng tangan Arzan dan membawanya ke sofa.“Tidak. Aku tadi baca buku lalu ingin ambil minuman.“Oh. Ya, sudah. Sebentar.”Marc memanggil pelayan untuk menyiapkan makanan dan minuman. Setelah pelayan pergi, lelaki itu menatap putranya dengan senyum penuh arti.“Mama pasti tidak suka kamu berprilaku tidak sopan pada orang lain, terutama ibu kandungmu.”Arzan menghela napas berat.”Memangnya dia betul-betul ibuku, Pa?”“Kenapa kamu tidak yakin? Ia memberikan banyak bukti yang mirip denganmu.”“Kata temanku, lebih baik tes DNA saja.”Sarah yang lebih dulu berhasil mengatasi rasa terkejutnya. Sementara yang lain saling memandang dengan dahi berkerut. Tak menyangka, Arzan mengerti tentang tes DNA.“Temanmu? Pasti Mario, yang sering kamu sebut-sebut itu.”Arzan mengangguk. “Tadi pagi aku cerita kalau aku akan

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   179. Tidak Perlu Dibuka

    “Arzan sendiri yang meminta tes DNA?” Vania berkata bingung pada Adrian.“Iya.”“Kenapa?”“Karena ia tidak percaya ada ibu yang tega meninggalkan bayinya di depan pintu yayasan, kemudian ibunya itu tiba-tiba muncul sekarang.” Dengan nada datar Adrian menjawab.Vania terdiam. Pagi ini ia ditelepon Adrian yang memintanya datang ke rumah sakit. Pikiran buruknya mengatakan Arzan mungkin mengalami suatu kecelakaan.Tak lama kemudian, Sarah, Marc dan Arzan datang. Tanpa berbasa-basi, mereka ke sebuah ruangan tertutup. Dokter kenalan Frank sudah menunggu.“Apa kamu sudah pernah diambil darah.” Dokter bertanya saat melihat Arzan tegang.“Belum.” Anak lelaki itu menjawab.“Biar aku pegangi Arzan agar tidak takut.” Vania berjalan mendekat.Cepat, Arzan menggeleng. Ia langsung menghampiri Marc yang berada paling dekat dengannya. Marc segera memeluk kemudian memangku putranya.“Sudah. Duduk sama Papa saja.”Kemudian, Arzan tampak tenang. Bahkan ketika jarum suntik masuk ke pembuluh darahnya, ia h

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   180. Pelanggan Setia

    “Ini wanita yang mengaku sebagai ibu kandung Arzan?” Irma mengamati foto yang diberikan Irwan melalui layar ponsel.Irwan mengangguk. “Iya. Kalau dilihat-lihat memang mirip. Ia juga tau detail bagaimana ciri bayi yang ia tinggalkan di panti asuhan dan tanda lahir Arzan.”“Ya ampun. Ini sih ibu kenal.” Irma menggeleng-geleng tak percaya. “Orangnya baik sekali.”Irwan mengerutkan kening dalam. “Bagaimana? Ibu kenal di mana? Salah orang kali.”Irma kembali mengamati foto Vania. Ia bahkan memperbesar foto tersebut lalu mengangguk-angguk. Kemudian, tangannya melambai memanggil salah satu pegawai kafe.Irwan mendengar ibunya bertanya pegawai kafe. Wanita bercelemek itu menatap layar ponsel Irwan dan mengangguk. Irwan mengerti, pasti Vania pernah datang ke kafe ini.“Costumer ya, Bu?” Irwan menyimpulkan.“Pelanggan setia tepatnya. Vania selalu datang menjelang malam hingga kafe tutup. Ia selalu duduk di kursi yang sama, di pojok ruangan.” Irma menunjuk pada meja di ujung.“Maksud Ibu, dia da

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   181. Wanita Perasa

    "Pesanan Anda, Nona. Lemon cake dan teh camomile."Vania tersenyum dan mengangguk. Wanita itu menggeser laptop ke samping agar mudah meletakkan makanan dan minumannya. Saat mendongak untuk mengucapkan terima kasih, Vania terkejut."Lho, Ibu yang antar makanan? Apa ada pegawai yang tidak masuk?" Vania membantu Ibu Irma meletakkan pesanannya."Iya, kebetulan salah satu pegawai izin untuk mengantar orang tuanya ke rumah sakit.""Ya ampun. Baik. Terima kasih, Bu.""Irma. Namaku, Irma.""Salam kenal, Ibu. Aku suka kafe ini. Sangat nyaman.""Terima kasih juga karena telah menjadi salah satu pelanggan setia."Vania terkekeh. Wanita berwajah manis itu berkata, untuk bekerja, ia memerlukan suasana yang tenang. Dan ia menemukannya di tempat ini."Ibu Irma pemilik kafe ini, bukan? Nama kafenya sama dengan nama Ibu.""Sebenarnya kami berdua. Saya juga investasi di kafe ini." Irma menatap sekeliling dengan senyum."Oh begitu. Silahkan duduk, Ibu. Kalau tidak keberatan, kita bisa mengobrol sebentar

Bab terbaru

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   200. Pendengar yang Baik

    Irwan menunggu. Vania mungkin sedang mengumpulkan kekuatan untuk memceritakan kisah kelamnya pada seseorang. Apalagi ia adalah orang baru yang pertama kali ditemui."Aku dan Bryan, ayah Arzan menikah tanpa restu. Kami lari dari keluarga karena memilih mempertahankan cinta."Vania mengembuskan napas kasar. Ia menyandarkan punggung pada dinding. Jari-jari tangannya saling bertautan."Di perkemahan seperti ini lah kami berbulan madu. Tiga bulan kemudian, aku hamil. Kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, beberapa bulan berikutnya, Bryan didiagnosis menderita kanker usus."Isakan Vania membuat Irwan memeluk erat Arzan. Ia tak ingin Arzan terbangun. Vania lalu sadar untuk segera menguasai diri.Sembari mengatur napas, Vania mengusap air matanya. Kini ia duduk sambil memeluk kaki-kakinya yang ditekuk.Dalam keadaan hamil, Vania merawat Bryan. Bryan cukup tegar dan berusaha menjalani pengobatan didampingi Vania.Pilihan itu datang saat Vania melahirkan. Kondisi Bryan bertambah lemah. Keuanga

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   199. Sudah Siap, Bukan?

    Alrzan langsung bersembunyi di balik tubuh Vania. Wanita itu menyorotkan lampu senter pada lelaki yang berdiri di kegelapan. Arzan mengintip lalu bersorak.“Om Irwan.” Arzan langsung berlari menghampiri dan memeluk Irwan. “Lampu kabin kami mati, Om.”Irwan mengusap kepala Arzan. “Iya, kabin Om juga. Tadinya Om mau mencari bantuan tapi mendengar teriakan. Kebetulan sekali kita ada di sini, ya."“Aku bersama Ibu Vania. Cuma berdua.” Arzan menunjuk Vania yang terpaku di tempat melihat kedekatan putranya dengan lelaki yang dipanggil Om Irwan tersebut.Irwan mengangguk. Setelah berada pada jarak cukup dekat, Irwan menjulurkan tangan. Vania menyambutnya dan tersenyum penuh kelegaan.“Irwan. Aku putra Ibu Irma.”Sejenak setelah balas menyebut namanya, Vania mengamati Irwan. Rasanya ia pernah bertemu dengan lelaki ini. Tetapi, ia tidak ingat meskipun ia sering berada di kafe.“Kita memang belum pernah bertemu sebelum ini.” Irwan menjawab pengamatan Vania pada dirinya. “Oh, mungkin sekali. Saa

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   198. Orang Terdekat

    “Jadi Khanza, editor Vania yang menjadi otak gosip antara kamu dan Vania?” Sarah mengangkat alisnya. Tak menyangka bahwa ternyata orang terdekat Vania lah yang membuat kebohongan tersebut.“Iya. Itu dilakukan untuk mendongkrak penjualan buku Vania. Kamu ingat? Gosip itu beredar tak lama novel baru Vania terbit di pasaran.”Sarah mengangguk mengerti. “Vania tau?”“Itu sedang diselidiki Om Adrian.”“Perasaanku mengatakan Vania tidak ada sangkut pautnya dengan ini semua.”Pernyataan Sarah dikuatkan oleh dugaan bahwa Vania tidak mungkin mempertaruhkan nama baiknya. Jika ia memang terlibat dan keluarga Carrington tau, ia pasti tidak akan bertemu lagi dengan Arzan. Bahkan Sarah sendiri pun akan melarangnya.Marc mengangguk setuju. Ia berharap hari ini juga sudah mendapat kabar dari orang-orang Adrian yang bekerja untuk mengusut kasus pencemaran nama baik ini.“Jika Arzan sudah pulang, kemungkinan ia menemukan berita tersebut akan besar. Aku tidak ingin itu terjadi.”“Aku tau.” Sarah mencebi

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   197. Tidak Mampu Bersaing

    Dua hari kemudian, Vania menjemput Arzan. Selama akhir minggu, ia akhirnya memperoleh izin membawa Arzan hanya berdua saja. Vania menjemput Arzan di rumah keluarga Carrington.Sarah menyambut Vania sambil menggandeng Arzan. Ia menyerahkan tangan Arzan pada Vania dan hanya berpesan untuk bersenang-senang.“Ingat pesan Mama ya, Sayang.” Sarah mengelus kepala Arzan sebelum putra angkatnya itu masuk ke dalam mobil.Arzan mengangguk lalu memeluk Sarah erat-erat. Ia juga mencium pipi Sarah dan berkata akan menurut pada pesan sang Mama. Vania memperhatikan inetraksi tersebut dengan rasa haru.Selalu saja ada rasa iri di hati Vania. Tapi, ia merasa itu hal yang wajar. Ia bertanya dalam hati kapan Arzan akan sehangat itu pada dirinya.Dalam perjalanan, Arzan lebih banyak mengamati jalanan. Sesekali ia menengok ke belakang. Sebuah mobil van mengikuti kendaraan Vania.“Ada mobil penjagamu, ya?” Vania tersenyum pada Arzan.Anak lelaki itu hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan ibu kandu

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   196. Jangan Mencegahku

    "Mana? Aku mau lihat." Sarah mencondongkan tubuhnya ke arah ponsel Marc.Pasangan suami istri itu sama-sama memperhatikan layar kecil ponsel Marc. Dengan kesal, Marc menyerahkan ponselnya pada sang istri. Ia malas membaca lanjutan berita tersebut."Pasti sebentar lagi Papa atau Mama akan menelepon dan marah-marah padaku." Marc kemudian bersungut. "Tadi saat kamu bilang tidak bisa ikut, aku sudah memiliki perasaan tak enak.""Nanti kalau Mama atau Papa menelepon, biar aku saja yang bicara pada mereka." Sarah menenangkan suaminya.Namun kali ini Marc tidak dapat mentoleransi berita tersebut. Portal gosip itu mengatakan ia mengadakan pertemuan rahasia dengan Vania untuk membahas putra mereka."Kamu jangan mencegahku lagi. Aku akan meminta pengacara menuntut pasal pencemaran nama baik."Tidak ada balasan dari Sarah. Ia sedang sibuk mengamati berita tersebut."Memangnya kamu sempat ngobrol berduaan dengan Vania, ya?""Tadinya aku sudah cerita ia minta maaf atas beredarnya gosip dan mengaku

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   195. Selalu Begitu

    Vania merasa bertambah senang karena setelah beberapa kali bertemu, akhirnya Arzan mulai banyak terbuka padanya. Meski anak itu masih kaku jika bersentuhan, Vania tetap memberikan perhatian melalui kontak fisik seperti mengelus, mengusap, memeluk dan mencium putranya.“Ok, nanti jangan lupa tanyakan pada Mama dan Papa kapan kita bisa kemping berdua, ya.” Vania berkata dengan penuh harap pada Arzan.Arzan mengangguk. Pada pertemuan itu, Arzan juga menunjukkan hasil tulisannya. Dengan bersemangat, Vania membaca dan mengangguk-angguk.“Sepertinya kamu memang berbakat.”“Apa aku bisa menjual buku dan mendapatkan uang seperti Ibu?”Kekehan kecil terdengar dari hidung Vania. “Tentu saja bisa. Tetapi, masih banyak yang mesti kamu pelajari karena menulis bukan hanya tentang menceritakan apa yang ada di kepalamu.”Vania berpesan bahwa Arzan harus banyak belajar tentang teori kepenulisan. Menurutnya, cerita Arzan menarik namun dari segi alur masih perlu diperbaiki. Arzan tampak serius melihat b

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   194. Tidak Mau Membahas

    “Semua gagal.” Irwan berkata datar saat Marc bertanya tentang kencannya.Pagi ini, kantor Irwan kedatangan Marc. Lelaki itu mendapat laporan bahwa Irwan telah beberapa kali melakukan kencan buta dengan bantuan aplikasi jodoh.“Memang berapa kali sih kamu berkencan?”“Tiga kali.”“Artinya aplikasi itu tidak bagus. Mungkin kamu bisa coba cara konvesional saja.”“Maksudmu, amati sekeliling, jika ada yang menarik langsung ajak kencan?”“Iya seperti itu.”Dengan cepat, kepala Irwan menggeleng. Menurutnya kehidupannya sekarang hanya kantor dan rumah. Sementara ia tidak ingin berkencan dengan teman atau pegawai kantor.Marc menawarkan bantuan. Ia berkata Larry mungkin memiliki teman wanita yang juga sedang mencari jodoh. Mereka sama-sama tau, Larry memiliki pergaulan yang luas.Pasrah, Irwan mengangguk. Mereka melanjutkan membahas pekerjaan. Hingga akhirnya diskusi itu selesai.“Sepertinya hari ini kamu dan timmu harus lembut.” Marc berkata seraya bersiap akn pergi.“Iya. Aku juga berpikiran

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   193. Capek Marah-Marah

    “Jadi, kamu tidak berfoto sama Vania?” Sarah mengulangi pernyataan Marc yang menyangkal ia berada satu frane bersama Arzan dan Vania.“Tidak.” Marc menggeleng tegas. “Aku lebih dulu yang berfoto berdua dengan Arzan. Setelah itu Vania dan Arzan.”Tetapi, Marc berkata saat itu memang banyak kamera yang mengarah pada mereka. Marc tidak menaruh curiga karena mereka sedang berada di sekolah.“Jadi, kamu jangan berprasangka buruk padaku.”“Siapa yang berprasangka buruk?”“Aku takut kamu cemburu.”Sarah mencebik. “Tidak. Lagipula kalau kamu mau sama Vania, ya silahkan saja.”Marc terperanjat mendengar pernyataan istrinya. “Kok gitu?”“Yaa ... kamu suka nggak sama Vania?”“Enggak lah. Pertanyaanmu aneh sekali, Sayang.”“Ya, sudah. Kalau begitu, aku tidak curiga, cemburu, kesal atau marah padamu.”Marc mengembuskan napas lega. Meski ia jadi merasa aneh karena Sarah seperti cuek saja. Rasanya ia lebih suka Sarah cemburu.Bukankah cemburu tanda cinta? Tanda bahwa seorang istri tidak ingin suamin

  • Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali   192. Foto Editan

    Berita peluncuran buku Vania diiringi pemberitaan yang cukup menghebohkan. Beredar gosip bahwa Marc adalah ayah kandung dari anak Vania. Berita mengguncang itu dilengkapi foto Arzan saat kemping di mana anak itu berdiri di antara Marc dan Vania.Mereka tampak seperti keluarga kecil yang bahagia.“Kenapa kamu tidak ikut berfoto, Sarah?” Frank terlihat protes pada menantunya.“Saat akan foto, Vivi rewel, Pa. Jadi aku membawa Vivi ke suster dulu.” Sarah mengembuskan napas berat mendapat berita tersebut. Ia juga tidak tau ternyata Marc berfoto bertiga dengan Arzan dan Vania.“Mama akan marahi suster. Sudah tau Vivi sakit, kenapa ia tidak siaga di dekatmu.” Lucy dengan kesal juga ikut protes.“Aku yang suruh suster menunggu di luar, Ma. Itu kan area khusus pengantar anak-anak yang kemping.”“Lalu, kenapa Vania ikut-ikutan?” Lucy masih tidak terima.Sarah mengaku bahwa ia mengizinkan Vania ikut. Bahkan ia sendiri yang meminta izin pada sekolah agar ibu kandung Arzan itu bisa mengikuti upaca

DMCA.com Protection Status