"Sudahlah bicara dengan kalian memang tidak akan ada habisnya!" ujar wanita paruh baya itu ketus."Ingat yah Sintia, meskipun kamu saat ini sedang mengandung anaknya Rifaldi tapi mama tidak ingin kehamilan kamu itu dijadikan alasan untuk bermalas-malasan." "Iyah mah aku juga tahu, mama tidak usah khawatir tentang itu." "Tapi Sintia ini kan sedang hamil mah, apalagi kehamilannya itu sudah semakin membesar jadi wajar saja kalau dia lebih baik banyak istirahat!" ungkap Melati."Kamu diam saja Melati, jangan ikut campur dengan urusan saya dan Sintia. Kamu urus saja rumah tangga kamu itu bersama dengan suami kamu yang tidak mencintai kamu itu!" celetuk Bu Ranti. Melati pun hanya diam saja tanpa berkata apapun. "Sudahlah Melati, jangan kamu dengarkan wanita ini. Sebaiknya kamu selesaikan saja pekerjaan kamu!" ujar Oma Laksmi membela. Saat di kantor, Devan hanya terdiam saja memikirkan kejadian semalam saat bersama Melati. Tak lama Radit pun masuk ke dalam ruangannya. "Lo itu kenapa s
Rifaldi membawa Sheril ke tempat yang lebih sunyi dari keramaian agar pembicaraan mereka tidak di dengar oleh orang lain. "Kenapa kamu melanggar kesepakatan kita?" tanya Rifaldi dengan tegas. "Karena aku sudah tidak tahan lagi melihat kemesraan diantara Devan dan juga istrinya itu, aku Sangat membenci Melati dan ingin sekali melenyapkan nya!" sahut gadis itu mulai kehilangan kendali. "Jangan gila kamu, aku tidak akan membiarkan kamu menyakiti Melati ataupun menyentuh nya!" "Kenapa tidak, aku sudah sangat muak dengan sandiwara ini Rifaldi. Jika Melati mati itu akan lebih mudah untuk aku bisa mendapatkan Devan kembali!" "Aku tidak setuju dengan ide gila kamu itu, apa kamu tahu kalau itu bukanlah solusi. Kita bisa mencari cara lain untuk masalah ini!" Ungkap pria itu."Terserah, semua yang sudah kita lakukan selalu gagal dan aku sudah tidak tahan lagi. Aku ingin Melati lenyap!" Sheril terlihat terus memberontak. "Tidak akan aku biarkan kamu menyakiti Melati, kalau kamu berani menye
Devan pun masuk ke kamarnya dengan membawa hadiah untuk istrinya. Terlihat Melati juga sedang berdiri di dekat jendela sambil melihat ke arah luar. Saat tahu suaminya sudah pulang, gadis itu pun langsung menoleh. "Mas, kamu sudah pulang ternyata. Biar aku buatkan minum dulu!" ujar gadis itu. "Tidak usah Melati, nanti saja karena aku juga tidak haus!" sahut Devan menolak. "Ini untuk kamu!" ujar Devan sambil memberikan sebuah bunga cantik pasa istrinya."Ini untuk aku mas?" tanya gadis itu tidak percaya."Iyah, ini untuk kamu lalu untuk siapa lagi!" "Terima kasih mas! tapi dalam rangka apa kamu memberikan aku bunga ini!" tanya Melati yang merasa heran. "Hhmmm sebenarnya aku ingin minta maaf sama kamu, karena sepertinya ucapan ku tadi pagi sudah sangat menyinggung perasaan kamu. Jadi sebagai tanda maaf aku memberikan bunga ini untuk kamu!" ungkap Devan dengan cepat."Ya ampun mas, kamu tidak perlu melakukan semua ini untuk aku. Aku juga tidak marah kok soal kejadian tadi pagi, hany
Saat Melati sedang berada di dapur, Rifaldi mengambil kesempatan untuk mendekati gadis itu. "Haii...!" sapa pria itu. "Ada apa mas?" tanya Melati dengan sinis. "Kamu sepertinya senang sekali karena mendapatkan kalung berlian itu dari kak Devan sebagai hadiah!" "Jelas saja mas, karena seorang istri akan merasa senang dengan apa yang diberikan oleh suaminya. Meskipun itu hanya hal kecil saja!" sahu gadis itu. "Walaupun rasa sakit!" ujar Rifaldi membuat Melati bingung. "Apa yang sebenarnya kamu maksud itu mas? aku sama sekali tidak mengerti!" "Tidak, aku hanya asal bicara saja!" "Asal kamu tahu mas, mungkin pernikahan aku dan mas Devan tidak didasari oleh cinta. Tapi selama pernikahan ini mas Devan tidak pernah sekali pun menyakiti aku, bahkan dia sangat menghargai aku sebagai istrinya!" ungkap Melati lalu pergi. "Kamu bisa bicara seperti itu sekarang, tapi nanti kamu akan mengerti kalau hanya aku yang pantas untuk kamu. Dan kak Devan tidak sebaik yang kamu pikirkan!" ujar Rifal
Saat sedang dalam perjalanan pulang, secara tidak sengaja mobil yang di kendarai oleh Pak Hardi menabrak seorang perempuan yang tak lain ialah Sheril. Mengetahui hal itu Pak Hardi pun langsung bergegas untuk keluar dari dalam mobilnya. Dan berniat untuk menolong Sheril. "Maaf mba saya tidak sengaja, tadi saya benar-benar tidak melihat kalau ada orang yang melintas!" ujar pria paruh baya itu setengah panik.Disitulah Pak Hardi terlihat kaget saat mengetahui bahwa gadis yang sudah dia tabrak itu adalah Sheril. "Sheri..! ujar pria paruh baya itu. "Kamu ngapain ada disini?" "Om, maaf om aku yang salah karena menyebrang tanpa melihat ke arah kiri dan kanan terlebih dulu!" ujar gadis itu. "Apa ada yang terluka?" tanya pria paruh baya itu. "Kaki aku rasanya sakit sekali Om!" "Ya sudah kalau begitu om akan bantu kamu untuk masuk ke dalam mobil, om akan bawa kamu ke rumah sakit!" Sheril pun menurut saja dan setuju. "Bukankah kamu ini ada di Bali dan sudah menikah?" celetuk Pak Hardi.
"Terserah kamu saja, tapi yang jelas ibu tidak ingin dia selama Sheril tinggal disini dia menciptakan masalah di keluarga kita!" ujar Oma laksmi."Oma tidak usah khawatir soal itu, aku juga tahu batasanku di rumah ini. Dan aku juga tidak akan melakukan sesuatu yang aneh-aneh Oma, tolong percaya padaku!" sahut Sheril meyakinkan. "Baiklah oma pegang ucapan kamu itu!" ungkap Oma lalu pergi. Semua orang pun juga terlihat langsung pergi dan masuk ke kamar mereka masing-masing, lalu Pak Hardi meminta bi Mariam untuk mengantarkan Sheril ke kamar tamu. "Bi, tolong antarkan Sheril ini ke kamar tamu yah!" pinta pria paruh baya itu. "Baik tuan!" sahut Bi mariam menurut.Sheril pun diantarkan ke kamar untuk beristirahat. "Akhirnya aku bisa tinggal di rumah ini juga, dengan begitu rencanaku akan lebih mudah terlaksana!" ujar wanita licik itu kesenangan. "Aku tidak habis pikir kenapa papa bisa mengambil keputusan seperti itu, dia membiarkan Sheril untuk tinggal di rumah kita ini!" ungkap Deva
Semua orang pun sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam. Seperti biasanya, Melati membantu Devan mengambil makanannya. "Ini mas!" ujar gadis itu. "Terima kasih!" sahut Devan. Tak lama Sheril pun datang bersama dengan Cindy sambil berjalan dengan pelan karena kakinya yang terluka."Sheril, ayoh kita makan malam sama-sama!" ajak pria paruh baya itu. "Hhmm Iyah om!" sahut gadis itu lalu duduk di kursi milik Melati tepat disamping Devan. "Sheril, kursi itu miliknya mba Melati!" ujar Sintia menegur."Oh aku tidak tahu tentang hal itu!" sahut Sheril. "Sekarang kamu sudah tahukan, ayoh pindah ke kursi lain karena sepertinya mba Melati juga akan duduk!" pinta Sintia dengan berani. "Tidak apa-apa Sintia, biarkan saja Sheril duduk disitu." ujar Melati. "Tidak, biarkan dia duduk di tempat lain karena memang sebaiknya kamu tetap duduk di tempatmu!" ujar Devan. "Ya ampun kak Devan, masalah duduk saja harus di ributkan seperti ini. Lagi pula apa salahnya sih kalau kak Sheril duduk
"Coba saja gadis kampung ini tidak datang, pasti malam ini aku dan Devan sedang menghabiskan waktu malam kami bersama!" ujar Sheril di dalam hatinya. "Melati, kamu belum mengantuk?" tanya wanita licik itu. "Belum, memangnya kenapa?" sahut Melati.."Ya takutnya kamu ini sudah mengantuk, jadi sebaiknya kamu pergi tidur saja biar aku yang menemani Devan disini!" ujar Sheril tidak tahu malu. "Apa mba Sheril tidak salah bicara? kenapa aku harus membiarkan perempuan lain yang menemani suami aku sementara aku saja bisa!" ungkap Melati yang merasa aneh. "Sebaiknya mba Sheril saja yang pergi tidur, apalagi mba Sheril juga sedang kurang sehat bukan!" "Tapi aku sama sekali belum mengantuk!""Melati, ayoh sebaiknya kita tidur sekarang!" ajak Devan sambil menutup laptopnya."Kamu sudah selesai mas?" "Iyah, aku sudah selesai! ayoh kita jalan sekarang!""Iyah mas!" "Mba Sheril kami masuk duluan yah mba, dan sebaiknya mba Sheril juga masuk lalu beristirahat !" ucap Melati pada wanita itu. Sem