“Khiel, beasiswanya gue reject,” katanya di sela-sela musik yang terdengar kencang di acara parade Fashion Show Event milik Laura sahabatnya yang juga kekasih Khiel itu.
“I want revenge her, for five years past," kata Leo lagi. “Hanya dia cewek yang berani nolak dan gampar gue ketika gue pengen sebuah Kiss,” kata Leo pada Khiel.
“Mabuk loe Leo, waktu itu, kan, Marta baru lima belas tahun Bud” jawab Khiel.
“Belum, gue belum mabuk, tetap aja penolakannya bikin terniang-niang di kepala bahkan sampe empat tahun khiel” kata Leo
“Dia banyak berubah Khiel, semakin dewasa dan sekarang jadi jauh lebih cakep dan Manis,” kata Leo ditengah tegukan wine-nya.
“Hati-hati Cindy bisa mendengarmu bisa dibunuhnya loe, tahu tunangannya suka ama anak bau kencur dan dari masa lalu, bisa-bisa pernikahan loe ama Cindy gagal karena loe mikirin yang loe udah berusaha lupakan” kata Khiel mencoba memberi advise kepada sahabatnya itu.
“Padahal kedua orang tua loe ama orang tua Cindy udah ngebet mengaharapkan pernikahan loe berdua, mengingat hubungan loe ama Cindy sudah berjalan hampir tiga tahun ini,” kata Khiel lagi seraya menepuk punggung sahabatnya itu mencoba menyadarkannya.
“Ah persetan dengan itu Khiel, hidup itu harus bebas masa iya jodoh gue juga diatur ama business,” sahut Leo.
"Gue dukung loe bro ... lanjutkan anak muda,” jawab Khiel seraya mengarahkan gelas wine-nya kearah Leo dan keduanya saling mengadu gelas wine mereka agar menghasilkan bunyi dan meneguk wine itu sampai habis.
Leo masih enggan beranjak dari tempat tidurnya. Tubuh dan mata begitu berat karena banyak minum dengan Khiel tadi malam, tempat tidurnya seperti mengikat tubuhnya kencang ditempat tidurnya, tetapi bunyi Handphone yang mengganggunya memaksanya membuka matanya.
Dilihatnya layar handphone-nya, nomor itu sudah menelpon sebanyak empat kali dan Leo tidak mengenali nomor itu, karena masih belum tersimpan di kontaknya. Lagi-lagi nomor itu muncul di layarnya.
“Ya, halo,” katanya seraya enggan membuka matanya.
“Hi, saya Marta Pak,” jawabnya dari seberang telepon. “
“Pak aku sudah membuat pilihan, aku pilih Option nomor satu kata gadis berwajah sendu itu dari balik telepon.
“Ok nanti aku jemput kamu ke hotelmu,” jawab Leo.
“Anak itu belum berubah,” pikir Leo.
“Dia lebih memilih peran jadi ART daripada menjadi peliharaan,” gumam Leo tersenyum tanda bahagia.
“Pilihan yang sangat cerdas,” gumam Leo lagi.
“Baiklah mari kita mainkan caturnya,” katanya girang seraya melempar Handphone Apple-nya kesembarang arah diatas ranjang.
****
“Mbok maaf saya pindahkan ke kantor saya ya, supaya kerjaannya lebih ringan,” kata Leo ke ART-nya Mbok Marni, ART dari mamanya itu. “Lah tapi kenapa sih Pak Ton?” tanya wanita tua itu kepada Leo.
“Ada orang yang mau tinggal sama aku Mbok disini, dia bisa bersih-bersih sekalian Mbok. Tapi jangan bilang Mama dulu Mbok, nanti biar saya yang ngasi tau, ok Mbok?" cetus Leo. “Aman Tuan,” jawabnya pada Leo.
Leo melajukan mobil Audinya diantara jalanan ibu kota Jakarta tak ada yang berubah, sudah lima tahun dia menetap di Jakarta untuk memperluas bisinisnya sendiri, tapi dari tahun ke tahun pula Jakarta masih saja macet, seolah macet adalah Icon yang tepat untuk kota ini.
wajah Leo begitu sumringah dia melajukan mobilnya lagi lebih cepat ketika jalanan kosong dia tak sabar ingin segera mengangkut Marta dari hotel ke rumahnya, dia memarkirkan Audinya di parkiran, dari kejauhan dia sudah melihat Marta di lobby hotel.
Leo mengamatinya dari dalam Mobil, gadis polos berwajah sendu serta mungil itu akan bisa dinikmatinya setiap hari di Penthouse-nya.
“Mengapa dia doyan sekali menunduk dan menyembunyikan wajahnya," gumam Leo.
Cantik dan Natural begitu Marta bisa digambarkannya, wajahnya sendu berpostur mungil, tingginya hanya sekitar seratus enam puluh centimeter. Tak ada pulasan di wajahnya kecuali pelembab, berbeda dari gadis-gadis di luar sana yang ingin menempel dengan Leo, pulasannya terlalu tebal dan Glamour, gadis-gadis itu dengan rela hati datang kepada Leo padahal Leo cenderung dingin dan tak menanggapi tebar-tebar pesona para gadis itu.
Setelah puas memandangi Marta dari kejauhan Leo kemudian turun dan menghampiri Marta.
“Hi, are you ready?" sapa Leo dingin masih dengan image coolnya
“Iya Pak” sahut Marta pelan, seolah suaranya hanya untuknya sendiri. “So Come on “cetus Leo langsung memunguti suitcase Marta dan Marta hanya mengikutinya dari belakang.
Selama perjalanan ke Penthhouse milik Leo, tak ada kata yang keluar dari mulut mereka berdua keduanya membeku, Marta membuang pandangannya keluar melalui kaca jendela mobil sementara Leo menyetir disampingnya, sesekali mencuri pandang saat Marta lengah.
"Ini kamarmu, dan kamarku di sebelahnya,” kata Leo setelah mereka tiba di Penthouse milik Leo.
Marta melayangkan Pandangannya ke sekeliling rumah itu, segala ornamaent dirumah itu, tampak mewah dia tidak melihat ada tanda-tanda orang lain disana selain dia dan Leo. Rumah itu bahkan memiliki luas lima kali lebih besar dari rumah kakeknya yang dulu ketika di kampuang.
"Besok Laura akan menjemputmu dan akan menemanimu belanja pakaian casual untuk kamu pakai ke kampus dan beberapa Dress yang kau butuhkan.”Kata Leo tiba-tiba mengalihkannya perhatian Martaa terhadap kemewahan di rumah milik Leo itu.
“Laura akan membawamu ke butiknya tapi didalam lemari aku sudah menyiapkan beberapa untukmu seperti piyama dan pakaian dalam. Kamu boleh memeriksanya di dalam closet casse” tambah Leo.
“kamu boleh memakainya jika sesuai dengan ukuranmu, kalau tidak sesuai beritahu aku agar aku bisa menghubungi Laura menemanimu membeli yang sesuai," kata Leo kepada Marta yang hanya terpaku.
Marta terpikir dia akan tidur ditempat yang jauh lebih besar dari kamar hotelnya tadi, dan bahkan lima kali lebih besar dari kamar kostnya di Jogja, bahkan rak buku. Meja belajar sudah tersedia disana.
Dia begitu senang tapi ada hal yang mengganjal dihatinya, dia takut kepada Leo, dia takut kepada orang-orang di kampung kalau dia ketahuan tinggal seatap berdua dengan laki-laki tanpa ikatan atau mengira dia kumpul kebo.
Tapi dia lebih takut kalau tak mampu meneruskan cita-citanya, sejak ayahnya terkena kanker usus dari stadium tiga ke stadium empat, menjadi dokter adalah keinginannya karena itu dia benar-benar belajar keras untuk menggapainya walau baru-baru ini tersendat terkendala dana.
Marta salah memprediksikan, buku-buku kedokteran itu ternyata sangat Mahal, beasiswa yang di terimanya tidak cukup membantunya karena uang sakunya terbatas, sedang hasil mengajar bimbingan belajar part time-nya hanya cukup untuk kebutuhannya sehari-hari untuk membeli beras dan telor dan untuk sabun-sabunan.
“Kamu mandi dulu, setelah itu kamu turun kebawah untuk makan malam,” cetus Leo.
“Nanti aku buat contract list apa saja peraturan yang bisa kamu lakukan dan tidak bisa dilakukan!" kata Leo tegas.
“Iya Pak," jawab Marta kilat.
“Lain kali jangan panggil aku Pak, kamu boleh memangilku sayang, Honey atau apa saja yang menurut simple” kata Leo tegas.
Setelah beberapa saat Marta berendam di bawa Shower merilekskan otot-ototnya dan menikmati toilet barunya yang Elegant dan wangi bunga, dia bergegas meraih handuknya melilitkannya di dadanya, dia mengamati setiap sudut kalau-kalau Leo masih berkeliaran di kamarnya ternyata tidak ada.
Dibukanya laci lemari itu satu persatu, dan ditemukannya yang dia cari, pakaian dalam yang dimaksudkan Leo tertata rapi disana, merk Victoria Secret tertulis disana walau dia tak peduli dengan merk itu. dia hanya perlu pakaian dalam yang membuatnya nyaman.
Dipilihnya pakaian dalam berenda warna hitam berukuran S, dan diperiksanya pasangan celana dalam dengan Bra dan ternyata Size-nya cocok dengan ukurannya yang tiga puluh empat, dia melihat dirinya di cermin kalau itu terlihat Sexi di tubuhnya, dan bergegas dipilihnya piyama berwarna biru langit dari antara beberapa warna piyama yang telah tersedia untuk dikenakannya malam ini.
Marta Pelan-pelan menuruni anak tangga mencari-cari arah dapur yang dimaksud Leo karena dia belum Familiar dengan Penth itu.
“Nagapain kamu mengendap-endap,” kata Leo tepat di belakangnya entah muncul dari arah mana.
“A.., aku nyari dapur," jawab Marta gugup.
“Ikut aku supaya kamu tahu setiap sudut rumah ini,” desis Leo tepat dibelakang telinga Marta, membuat bulu kuduknya berdiri dan Marta mengikutinya dari belakang dan Leo menujukkan seluruh ruangan di Penthouse itu.
"Aku sudah menyuruh staffku untuk mengurus kepindahanmu, agar minggu depan kamu langsung bisa kuliah dikampus baru, bertepatan semester genap, dan staff ku sudah mengirim nilaimu selama semester lima ke kampus barumu,” tambah Leo berlagak dingin.
“Iya Bang,” jawabnya singkat dan ketika Leo menatapnya Marta akan menunduk.
“Aku tadi membuat Spaghetti with salmon steak untuk kita berdua didapur, ikut aku ke dapur,” cetus Leo mencairkan suasana diantara mereka berdua dan Marta mengikutinya bagai anak kecil dan tanpa bantahan.
Marta dan Leo kemudian menikmati olahan tangan Leo itu. “Enak” pikir Marta,
“Selain Leo dingin ternyata Leo pintar juga memasak.” Pikirnya lagi
Apalagi setelah selama ini Lidahnya tak lagi pernah tersentuh dengan makanan di hadapannya kini. Dia memakan, makanan ini terakhir kali, ketika ayahnya masih bekerja dan sehat. Dan setelah tinggal bersama kakek dan neneknya ikan sungai adalah hal yang mudah didapat tetap enak tapi tidak se enak yang dimulutnya sekarang.
Marta menikmati makanan di piringnya itu tanpa sisa, dia bahkan tidak peduli dengan Leo menilai rasa rakusnya. Dan lagi pula laki-laki itu juga tak inginn bertukar dan bertutur dengannya seolah dia sendiri di meja makan itu
Marta menjatuhkan tubuhnya begitu kencang ke tempat tidur, menikmati ranjang barunya yang luas serta empuk itu dengan vegas yang membuat tubuhnya serasa berayun diatasnya, dan Bedcover-nya yang tebal dan lembut didominasi warna putih yang membuatnya nyaman dinikmatinya dengan mengusap kedua tangannya diatas pembaringan itu, Marta belum pernah memiliki tempat tidur sebagus itu dan itu berhasil membuatnya tertidur pulas dan lupa mengunci kamarnya, sehingga Leo bisa masuk dan meneliti dan menonton wajah gadis yang sudah tak ABG itu lagi. “I still fall in love you, sama seperti pertama aku melihatmu enam tahun lalu” bisiknya di telinga gadis dalam buaian itu. Dipandanginya guratan setiap wajah itu dan betapa cantik dan manisnya gadis itu bahkan ketika terlelap. Dibenarinya selimut gadis
“Ica, tolong carikan Cake ulang tahun, kirimkan jam tujuh ke Penth-ku, Text Leo, ke sektarisnya yang kocak itu, yang kebetulan masih Lunch diluar. “Model dan artis alay mana nih yang bikin si boss kepincut? tumben suruh nyariin Cake untuk ulang tahun, si mbak Cindy ulang tahun aja dia kaga ingat," gumam Ica pada layar HP-nya. “Lilinnya yang ke brapa Pak boss?” balas Ica pada message W******p Leo. “Dua puluh dua,” balas Leo lagi. “Assiap Pak boss,” balas Ica. Marta sedang mengotak-atik bukunya di meja belajarnya ketika Leo sudah sampai dirumah, dan dia tidak menyadari kehadiran Leo dari balik pintu kamarnya. “Kamu ada terima paket Cake dari Ica,” tanya Leo tiba-tiba mengagetkan Marta karena tidak memberi aba-aba dari luar kamar. “Ada, saya masukin ke Refrigerator," jawab Marta gugup. “Itu buat kamu, kamu ulang tahun hari ini,
Marta menuruni anak tangga, mencari Leo yang tak muncul dari tadi, padahal waktu sudah menujukkan pukul sepuluh malam dan perutnya juga sudah mulai keroncongan, tapi tanda-tanda Leo dari balik pintu belum jua ada dan Marta memutuskan menunggu di sofa ruang TV. Jadi kalau-kalau Leo pulang dia bisa mendengarnya, walaupun gadis itu harus tertidur dalam kelaparan setidaknya saat Leo pulang dia bisa membangunkanya jika dia ketiduran. Entah jam berapa Leo pulang dia dan Khiel juga Laura pergi ke acara Brithday Party-nya Cindy tunangannya dan Cindy sudah ngebela-belain merayakan di Jakarta padahal dia berdomisili di Singapore demi Leo. Party itu sampai subuh dia lupa memberi tahu Marta kalau dia tidak akan makan malam dirumah dan pualng telat. Saat Leo pulang, Leo sudah setengah mabuk jadi Leo tak terpikir melihat jam. Dia hanya berfokus pada Marta yang tertidur meringkuk pulas di atas sofa. Ditelitinya cinta pertamanya itu, k
Malam masih panjang untuk dilalui. Huru-hara keramaian mall tak cukup membuat Marta nyaman dengan apa yang dilihatnya saat direstoran tadi. Melihat Leo yang seolah-olah tidak mengenalinya tadi itu membuatnya kepikiran dan menggangu suasanaa hatinya. "Kita menonton di VIP aja ya adik-adik" kata David kepada Marta dan Ratna seraya menyerahkan cup ice cream ke tangan keduanya dan itu membuyarkan lamunan Marta."Woow, sering di traktirin aja ya kya gini. “Sahut Ratna dengan riang"Kenapa mereka disni juga,"kata Ratna tiba-tibaSiapa?" Tanya Marta bingung, "Best couple yang tadi, Lee Joon Gi nya Indonesia ama coupleannya yang di restoran jepang tadi kata Ratna. "Tuff..., jantung Marta berdegup lebih kencang lagi, jantungnya terlalu cepat memompa dan membuatnyasalah tingkah.Marta bingung kenapa dia setakut itu kepada Leo serta Marta bingung dengan rasa degupan yang menakutinya tapi rasa itu membuatnya nyaman."Serius Kita di VIP, Tanya Rat
Bukk…satu pukulan tiba-tiba mendarat di wajah David dari Leo. Hingga membuat David berpindah dari posisinya semula yang duduk di teras bertiga bersama Marta dan Ratna. Bukan tanpa alasan Leo mendaratkan pukulan itu. Leo jelas kesal sudah tiga hari ini Marta kabur dari rumah sejak kejadian beberapa hari sebelumnya, Marta sebenarnya kabur ke kostan Ratna.Tapi, karena dia mengetahui Marta menginap disana. David jadi sering berkunjung kesana. Dan yang membuat Leo kesal dari orang-orangnya Leo mendapatkan informasi kalau David menempel terus pada Marta.“Ta…, itu bukannya Lee Joon Gie versi Indonesia itu ya? Ih, gemesnya. Kata Ratna dengan mata-mata yang berbinar, melupakan David yang babak belur dan berdarah di bibirnya.“Awas kalau kamu berani, dekat-dekatin dia lagi tamat riwayatmu” kata Leo dengan nada mengancam.“Maksudnya gimana nih, Ta, loe kenal dia?” kata Ratana dengan air muka yang tiba-tiba berubah sement
“Gimana menurutmu" Diana menyodorkan contoh undangan pertunangan berwarna merah ke emasan dengan bunga timbul berwarna pink dan salah Sarunya berwarna merah mudah dengan tulisan timbul berwarna putih.kepada Marta meminta pendapatnya.Marta memegangi, dari kedua contoh undangan. Walau rasanya berat dan entah apa yang salah dengan undangan Itu tapi itu berhasil mengusiknya.“Kalau saya warna pink Tante,” jawab Marta memberikan opininya.“Seleramu boleh juga" katanya pada Marta.“Tapi karena untuk penggabungan kedua tradisi, di gabung bagus Juga sepertinya” kata Diana.“Om mu, kan, masih memegangi teguh adat Batak sedangkan Tante yang tionghoa menginginkan ada acara sangjid juga. Kata Diana seolah memberi sedikit cerita di keluarganya. Diana tidak tau bahwa Marta terluka dengan pertunangan yang digadang-gadang akan diadakan besar-besaran itu.“Setelah ini temani saya ke butik milik Laura saya meli
Malam semakin hitam dan alam sadar membungkam bagi mereka yang tersekap dalam keadaan gama. Begitupun Marta dan Ratna. Tet....tet...tet" bunyi bell tiba- tiba memaksa Marta dan Ratna terperanjat dari ranjang masing-masing. Entah siapa di hampir subuh begitu ada yang bertamu. Semenjak Marta dan Ratna pindah ke Penth house ini tujuh bulan lalu. Belum pernah ada yang berkunjung ke Penth house itu. Kecuali sesekali David mengantar sampai hanya Lobby. Karena sebagaimana pesan Leo, tidak boleh satupun cowok yang boleh menjadi tamu di Penth house itu. Tentu saja seluruh pekerja di Penth house itu adalah orang-orang Leo. Sebab dia adalah pemilik saham terbesar dalam Pendidrian properti itu. Jadi mereka akan melapor apa saja kepada boss mereka jika itu yang berkaitan tentang Marta. Karena itu Marta bingung dengan tamu tak di undang di hampir subuh begitu. Marta dan Ratna sejenak saling menatap, Meski dengan mata yang berat lalu mereka berd
Leo meneliti setiap titik lemah di tubuh Marta. Agar Leo bisa membawanya ke alam di mana Marta tidak pernah merasakannya sebelumnya. Leo menarik atasan piyama Marta dengan cepat. Lalu membuang piyama itu ke sembarang arah. Lalu Leo mengecupi leher Marta dengan lembut. Membuat tubuh Marta menggeliat seolah ingin mengharapkan lebih dari yang dia rasakan di antara kecupan-kecupan dari bibir Leo.Kemudian Leo turun menggunakan kelihaian bibirnya menjelajahi leher jenjang Marta itu dan meletupkan inchi demi inchi di tubuh mungil itu.. Leo memberi jilatan di antara belahan gundukan Marta. Memberi gigitan-gigitan kecil tapi juga lembut. Kemudain memberi tanda merah disana. Membuat Marta mengeluarkan suara erangan dari bibirnya, sehingga kadang-kadang rasa malu menghampirnya saat Marta tesedar dengan erangannya sendiri.Namun kecupan itu membuat seluruh darahnya semakin cepat memompa dan semakin menggeliat pertandaa ia membari respon di bawah kecupan-kecupan Leo da
Setelah menempuh hampir 18 jam perjalanan. Yang sangat membuat tubuh Marta penat. Akhirnya terbayar dengan ke tibaan Marta di Bandara FlughafenMünchen Franz Josef Strauß Munich. Marta melayangkan pandangannya pada setiap sudut gedung bandara tua itu. Pohon cemara yang dihiasi lalmpu-lampu kecil dan miniature sinterklause pertanda negara ini sedang menayambut natal. Marta merenggangkan otot-ototnya dengan hati-hati mengingat ada sesuatu dalam rahimnya kini.Munchen adalah ibu kotanegara bagian.Sekaligus kota terbesar di negara bagianBayerndiJerman yang menjadi tempat pelarian yang tepat untuk Marta. Kota yang sudah lama di incar olehnya untuk di kunjunginya dan tidak pernah menyangka akan berada dii tempat ini jauh lebih cepat dari yang di impikanya.Saat Marta tiba entah kenapa negara ini menyambutnya dengan musim dingin. Seolah mengerti jika Marta merasakan hal yang sama di hatinya kini. Di
Huru-hara pernikkahan Leo akhirnya selesai juga yang tersisa kini hanya sebuah gelar baru yang akan dia sandang seumur hidup yaitu kata “Suami”yang artinya ada tangggung jawab baru yang harus di embanya.“Aku mau" kata Cindy seraya memeluk Leo dari belakang saat ia membuka tuxedo berwarna dongker jas pengantinnya.“Tapi kamu perlu istirahat setelah tiga hari ini Kita bergelut dengan acara yang sangat melelahkan" kata Leo mengingat kondisi Cindy yang sebenarnya tidak sedang sehat-sehat saja.“Ini adalah malam pengantin kita aku masih bersemangat dan moment ini sudalah lama aku nantikan "kata Cindy“Ditangkupnya bibir Cindy itu meski dalam kepalanya Marta masih menari- menari di kepalanya.lalu melucuti baju pengantin yang Masih melekat di tubuh Cindy dan begitupun Cindy dibukanya satu persatu kancing kemeja yang masih melekat di tubuh Leo.meski ia berharap Marta yang melakukan ya namun ditenangkannya piki
Sudah hampir seminggu ini Leo dilanda gelisah. Pada akhirnya dia harus tegas pada dirinya sendiri. Leo melajukan mobil porsche di jalanan dia melaju ke rumah sakit dimana Marta Koas dan Setelah dilihatnya Marta lengkap dengan jas kebesarannya yang berwarana putih tanda ia telah mencapai sebagian titik impiannya. Ia bersama-bersama temannya sedang menuruni anak tangga pertanda itu adalah pergatian shiftnya. “Marta" katanya memangil Marta yang berjarak hiitungan meter darinya “Dan Merasa ada yang memangilnya dia mencari asal muasal suara yang sangat dikenalinya itu mengingat kata-kata Laura dan Tante Diana ingin rasanya Marta menghilang tiba-tiba agar dia bisa menghindari Leo dengan cara yang magic tapi belum sempat Marta menghindari. Leo sudah tepat di hadapan Marta dan teman - teman koasnya. “Duluan, Ta” kata teman-temannya mengetahui Marta di hampiri Leo, karena yang mereka tau Leo adalah wali bagi Marta. “Bisa
Marta menghela nafasnya dalam dan sesekali membuangnya ke udara. Untuk saa ini dia memang membutuhkan udara dalam rongga dadanya yang kian sesak.Marta sudah menerima visanya satu minggu lalu itu artinya dia akan meninggalkan Indonesia ke negara yang dia tidak pernah tau. Dihari sebelumnya dia sudah mulai searching- searching Universitas di negara itu yang mungkin menyediakan Scholarship. Untuka Marta bisa melanjutkan dokter specialistnya sehabis Koas yang tinggal satu bulan lagi Itu.Saat dia membuka mesin pencarian muncul judul berita “pernikahan para anak konglemerat menyatukan bisnis dalam pernikahan para anak Taipan” muncul pada bar goodle.Dan trending pencarian ke tiga, Antonius Leo dan Cindy O dalam pernikahan yang mewah dan glamour. Entah mengapa Marta ingin melihat portal itu meski tujuanya bukanlah ingin mencari tau soal berita itu. Dilihatnya Leo dan Cindy bahagia dan sumringah didal
“Kamu darimana saja, semalaman Handphone kamu nggak diangkat "Cerca Diana kepada Leo, ketika Leo sudah sampai di rumah sakit yang juga didirikan ayahnya itu dan Laura Juga ternyata sudah di sana juga.“Cindy kena leukimia stadium dua” kata Diana kepada Leo“Apa?” kata Leo memastikan seraya melihat Laura yang berdiri disampingnya dan Laura hanya mengiyakan dengan menganggukan kepalanya.“Sebelum semakin parah sebaiknya pernikahan kalian harusnya di percepat” Kata Diana menanggapi tatapan Leo kepada Laura.“Supaya Cindy setelahnya bisa lebih fokus untuk kemoteraphy” kata Mamanya lagi kepada Leo.Leo hanya bisa mengusap wajahnya yang sedang bingung. Dia merasa bersalah kepada Marta tapi juga ia merasa bersalah kepada Cindy yang sedang sakit sekarang.Leo tidak ingin membiarkannya begitu saja setelah dia dan Cindy bertunangan. Namun bagaimana dengan Marta yang sudah menerima
Leo meneliti setiap titik lemah di tubuh Marta. Agar Leo bisa membawanya ke alam di mana Marta tidak pernah merasakannya sebelumnya. Leo menarik atasan piyama Marta dengan cepat. Lalu membuang piyama itu ke sembarang arah. Lalu Leo mengecupi leher Marta dengan lembut. Membuat tubuh Marta menggeliat seolah ingin mengharapkan lebih dari yang dia rasakan di antara kecupan-kecupan dari bibir Leo.Kemudian Leo turun menggunakan kelihaian bibirnya menjelajahi leher jenjang Marta itu dan meletupkan inchi demi inchi di tubuh mungil itu.. Leo memberi jilatan di antara belahan gundukan Marta. Memberi gigitan-gigitan kecil tapi juga lembut. Kemudain memberi tanda merah disana. Membuat Marta mengeluarkan suara erangan dari bibirnya, sehingga kadang-kadang rasa malu menghampirnya saat Marta tesedar dengan erangannya sendiri.Namun kecupan itu membuat seluruh darahnya semakin cepat memompa dan semakin menggeliat pertandaa ia membari respon di bawah kecupan-kecupan Leo da
Malam semakin hitam dan alam sadar membungkam bagi mereka yang tersekap dalam keadaan gama. Begitupun Marta dan Ratna. Tet....tet...tet" bunyi bell tiba- tiba memaksa Marta dan Ratna terperanjat dari ranjang masing-masing. Entah siapa di hampir subuh begitu ada yang bertamu. Semenjak Marta dan Ratna pindah ke Penth house ini tujuh bulan lalu. Belum pernah ada yang berkunjung ke Penth house itu. Kecuali sesekali David mengantar sampai hanya Lobby. Karena sebagaimana pesan Leo, tidak boleh satupun cowok yang boleh menjadi tamu di Penth house itu. Tentu saja seluruh pekerja di Penth house itu adalah orang-orang Leo. Sebab dia adalah pemilik saham terbesar dalam Pendidrian properti itu. Jadi mereka akan melapor apa saja kepada boss mereka jika itu yang berkaitan tentang Marta. Karena itu Marta bingung dengan tamu tak di undang di hampir subuh begitu. Marta dan Ratna sejenak saling menatap, Meski dengan mata yang berat lalu mereka berd
“Gimana menurutmu" Diana menyodorkan contoh undangan pertunangan berwarna merah ke emasan dengan bunga timbul berwarna pink dan salah Sarunya berwarna merah mudah dengan tulisan timbul berwarna putih.kepada Marta meminta pendapatnya.Marta memegangi, dari kedua contoh undangan. Walau rasanya berat dan entah apa yang salah dengan undangan Itu tapi itu berhasil mengusiknya.“Kalau saya warna pink Tante,” jawab Marta memberikan opininya.“Seleramu boleh juga" katanya pada Marta.“Tapi karena untuk penggabungan kedua tradisi, di gabung bagus Juga sepertinya” kata Diana.“Om mu, kan, masih memegangi teguh adat Batak sedangkan Tante yang tionghoa menginginkan ada acara sangjid juga. Kata Diana seolah memberi sedikit cerita di keluarganya. Diana tidak tau bahwa Marta terluka dengan pertunangan yang digadang-gadang akan diadakan besar-besaran itu.“Setelah ini temani saya ke butik milik Laura saya meli
Bukk…satu pukulan tiba-tiba mendarat di wajah David dari Leo. Hingga membuat David berpindah dari posisinya semula yang duduk di teras bertiga bersama Marta dan Ratna. Bukan tanpa alasan Leo mendaratkan pukulan itu. Leo jelas kesal sudah tiga hari ini Marta kabur dari rumah sejak kejadian beberapa hari sebelumnya, Marta sebenarnya kabur ke kostan Ratna.Tapi, karena dia mengetahui Marta menginap disana. David jadi sering berkunjung kesana. Dan yang membuat Leo kesal dari orang-orangnya Leo mendapatkan informasi kalau David menempel terus pada Marta.“Ta…, itu bukannya Lee Joon Gie versi Indonesia itu ya? Ih, gemesnya. Kata Ratna dengan mata-mata yang berbinar, melupakan David yang babak belur dan berdarah di bibirnya.“Awas kalau kamu berani, dekat-dekatin dia lagi tamat riwayatmu” kata Leo dengan nada mengancam.“Maksudnya gimana nih, Ta, loe kenal dia?” kata Ratana dengan air muka yang tiba-tiba berubah sement