Share

Chapter 5

Author: Mia006
last update Last Updated: 2023-12-11 11:10:51

''Ya Tuhan... Kumohon pertolongan-Mu, tolong selamatkanlah Mommy..." Marren mulai menitikkan air mata.

Sekuat apa pun dia jika sesuatu menimpa Mommy-nya, ia akan hancur berkeping-keping.

Segala yang ia lakukan demi kebahagiaan Mommy-nya yang kini sakit-sakitan akibat jantung lemah sejak kepergian Daddy Marren yang mengalami sebuah kecelakaan pesawat dalam perjalanan bisnis bersama Kakeknya, serasa tak ada artinya jika ia tak bisa menjaga Mommy-nya dengan benar.

Dan kini Mommy-nya berada dalam bahaya di tangan seorang penculik atau bahkan lebih dari satu orang.

''Tidak! tidak ada waktu untuk menangis! Aku harus kuat demi Mommy, apa pun yang terjadi. Aku harus bisa menyelamatkan Mommy!" Sumpah Marren kepda dirinya sendiri.

Gadis itu berlari ke gerbang utama rumah susun dan berdiri menunggu dengan tenang.

Benar saja, tak berapa lama kemudian sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilap memasuki jalanan rumah susun sederhana yang mengesankan pemandangan yang sangat kontras untuk di pandang mata dengan hadirnya mobil mewah itu.

Marren menahan napasnya, melihat seseorang dengan jas dan berkacamata hitam turun dari sebelah bangku sopir.

Pria berbadan tinggi tegap itu tanpa suara membukakan pintu penumpang dan mempersilakan Marren untuk memasuki mobil. Bergegas Marren memasuki mobil dan duduk diam.

Setelah Pria itu menutup pintu mobil, ia kembali duduk di sebelah sopir yang hanya tetap diam. Mereka berpakaian sama persis, hampir terlihat kembar karena bentuk fisik dan rambut mereka pun sama.

Marren mencoba mengacuhkan hal itu, tetapi dengan memperhatikan ciri-ciri para pelaku ia berharap akan menemukan petunjuk walau sekecil apa pun mengenai dalang dibalik penculikan Mommy-nya.

Marren mengira-ngira dalam ingatannya, menelisik masa lalu hidup mereka dulu saat ia dan Mommy-nya yang terusir dari rumah mereka karena tiba-tiba ada sekelompok orang yang datang ke rumah dan menyatakan daddy-nya Marren berhutang sangat besar kepada sebuah perusahaan.

Mereka bukan saja menginginkan rumah dan seisinya, namun mereka juga menginginkan Marren yang saat itu masih memasuki usia pra remaja.

Bertahun-tahun ia harus hidup berpindah-pindah tempat tinggal untuk menghilangkan jejak dan bersembunyi. Dan kini Mommy-nya tertangkap.

Marren tak bisa tinggal diam, kini ia harus melindungi Sang Mommy. Semangat dalam hatinya begitu membara bercampur aduk dengan emosi, amarah dan kebingungan.

Akibatnya tanpa sadar ia menghela napas dengan kasar berkali-kali. Hingga salah seorang Pria yang duduk di bangku depan berdeham yang membuat Marren terlonjak kaget.

Sepanjang jalan Marren larut dalam kenangan masa lalunya, bayangan sosok Daddy dan Kakeknya yang mulai pudar perlahan kembali terlihat jelas. Betapa mereka begitu mencintainya.

Semua terlihat sangat sempurna dan indah hingga kecelakaan yang merenggut daddy dan kakeknya, sekaligus kebahagiaannya.

Kini sedikit kebahagiaan yang berhasil direngkuhnya dengan susah payah kembali akan terlenggut oleh sebuah tangan raksasa. Marren mencoba menahan degup jantungnya yang tak karuan, membayangkan apa yang akan ia hadapi.

la tahu ia akan berhadapan dengan seorang Penguasa. Walaupun begitu tekadnya sudah bulat, ia akan menyelamatkan Sang Mommy apa pun tebusannya.

Gadis itu menahan gelisah, sambil sesekali melirik ke arah depan mobil. Dan tanpa terasa mobil memasuki pekarangan sebuah kebun besar nan rimbun mirip seperti hutan kecil di pinggiran kota yang menutupi sebuah bangunan megah yang tersembunyi di tengahnya.

Marren mengernyitkan wajahnya, ia benar-benar tak menyadari karena terlalu larut dalam pikirannya yang berkecamuk. Gadis itu celingukan mencoba mencari petunjuk, dan ia sangat menyesal karena tak memperhatikan petunjuk arah di sepanjang jalan yang telah mereka lewati.

Mobil berhenti di sebuah bangunan yang lebih kecil dari bangunan utama yang terhubung dengan sebuah jalan setapak dan sebuah taman yang diterangi lampu yang terlihat indah dan remang-remang.

Akan tetapi segala keindahan itu tak terlihat di mata Marren yang tertutup oleh rasa panik dan kekhawatiran tentang peristiwa yang sedang dihadapinya.

Setelah turun dari mobil, Marren berjalan dengan diapit oleh kedua pria itu. Malam semakin larut membuat hawa dingin menyeruak di sekitar tempat itu, serta suara gesekan pepohonan mengakibatkan gemeresik dedaunan yang lembut terdengar sangat ramai di telinga Marren yang menahan ketegangan batin.

Gadis itu agak terlonjak, namun ia segera menguasai dirinya saat Pria di sebelah kanannya menegurnya.

"Anda baik-baik saja, Nona?" Sebuah pertanyaan yang aneh dan tak pada tempatnya melihat kondisi Marren saat itu.

Marren mengernyit masam tanpa menjawab, membuat Pria itu canggung dan berdehem.

"Yang benar saja! Bagaimana mungkin Saya baik-baik saja dalam keadaan seperti ini!" Akhirnya Marren membuka suara dengan kesal.

"Lagi pula, kenapa harus menculik Mommy? Kalau memang ini masalah hutang Daddy dulu, kenapa harus dengan cara seperti ini?" lanjutnya sambil tetap mengikuti kedua pria itu memasuki sebuah rumah yang dipenuhi dengan perabotan barang-barang antik.

Marren terdiam dan memperhatikan ke sekeliling ruangan itu. Ada desiran aneh dalam dirinya, akan tetapi ia tak bisa mengingatnya dengan jelas.

Lalu seorang pria yang bertampang kaku mempersilakan Marren untuk duduk di sebuah meja tulis yang ada di salah satu sudut kamar itu.

Tidak berapa lama kemudian, seseorang memasuki ruangan itu membawa sebuah map mewah dan diserahkan kepada Marren. Marren memperkirakan pria itu berumur akhir tiga puluhan, namun ia tak yakin karena tampang kaku laki-laki itu menunjukkan keluwesan sekaligus wibawa orang yang berumur atas empat puluhan.

"Selamat malam, Nona Marren, perkenalkan nama saya Felix, saya akan menjelaskan kenapa Anda dibawa kemari." Felix berdehem memperkenalkan diri dengan sopan.

Marren melongo bengong.

'Sejak kapan penculik sesopan ini? Apa ini jebakan? Tidak! Tidak! Aku harus tetap waspada! Aku tidak boleh lengah sedikit pun!' batin Marren kembali kepada kesadarannya akan sang Mommy yang masih belum diketahui keberadaannya.

"Ini ada beberapa dokumen yang harus Nona tanda-tangani. Semua tertera dalam dokumen ini, jadi mohon Anda membacanya dengan saksama terlebih dahulu sebelum membubuhkan tanda tangan Anda. Silakan Anda bertanya jika ada yang Nona ingin tanyakan, saya akan menunggu di sini."

Pria tersebut kembali berdeham dengan sopan setelah meletakkan map biru dan sebuah bolpoin mewah berwarna emas dengan logo sebuah perusahaan.

Marren menatap kedua benda itu dengan tatapan menyelidik, namun enggan buru-buru meraihnya.

"Bebaskan Mommy lebih dulu! Apa buktinya kalau Mommy baik-baik saja?" Marren mencoba bersiasat.

Pria itu tersenyum. "Anda harus menandatangani surat perjanjian menikah lebih dulu sebelum bertemu Ibu Anda Nona..."

"APA? MENIKAH?" jerit Marren terengah kepada Felix.

Pria itu mengangguk kaku dan menunjuk dengan seluruh jarinya sebuah dokumen yang ada dalam map mewah yang terletak di atas meja yang harus di tanda tangani Marren.

"Dengan siapa aku akan menikah? Ini benar-benar tak masuk akal!" protes Marren sambil meraih setumpuk dokumen itu untuk dibaca.

Merasa tak ada yang mau membuka mulut untuk menjawab, Marren menatap tiga Pria pengawal yang berdiri tersebar di ruangan itu bergantian lalu melemparkan map itu kembali sebelum membacanya.

"Aku menolak!" bantah Marren menahan kesal seolah menantang para pria yang berperawakan besar yang berdiri di hadapannya.

"Maaf Nona, Anda tak ada pilihan. lain," ucap Pria bertampang maskulin itu dengan sikap tegas, lalu mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam saku jasnya dan memencet sebuah nomor telepon.

Kemudian ia memencet sebuah tombol dan memperdengarkan sebuah suara.

"Halo... Marren? Nak?"

"Mommy...? MOMMY! MOOMMYY? ΑΡΑ MOMMY BAIK-BAIK...." panggil Mareen berteriak panik.

Gadis itu mulai kalut, melihat pria itu langsung memutuskan sambungan telepon itu.

"SIALAN! BEBASKAN MOMMY! DASAR PENCULIK! KALAU SAMPAI TERJADI APA-APA PADA MOMMY, AWAS SAJA KALIAN!" raung Marren dengan dalam posisi yang bisa mengancam orang lain, namun keteguhan hatinya terlihat sangat kuat.

"Sebaiknya Anda segera menandatangani surat perjanjian itu, sebelum terjadi apa-apa pada Ibu Anda, Nona" tegur pria itu lebih terdengar seperti memohon daripada mengancam.

Sesaat Marren merasakan perbedaan itu, namun ia mengabaikannya karena kembali memikirkan Sang Mommy yang ada dalam kuasa mereka.

"Dasar pengecut! Kalian beramai-ramai melakukan cara licik hanya untuk menghadapi Saya! Siapa pun kalian, Saya tidak akan mengampuni kalian jika sedikit saja kalian menggores Mommy! Siapa pun bos kalian Saya tidak akan takut!" tantang Marren dengan nada suara yang dalam dan syarat akan emosi.

Sekujur tubuhnya gemetar karena menahan amarah yang tak bisa ia bendung lagi dan meraih map mewah itu dengan kasar. la mencoba menahan buliran air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Sebaiknya Anda baca baik-baik dulu, Nona..." sergah Felix saat melihat Marren dengan ceroboh membubuhkan tanda tangannya pada lembaran kertas-kertas dokumen itu tanpa membaca sedikit pun isinya.

Entah apa pun itu Marren sudah tidak memedulikannya lagi, yang ia pikirkan hanya keselamatan Sang Mommy dari tangan penculik itu.

"Sekarang di mana Mommy? Bebaskan Mommy! Saya sudah melakukan permintaan kalian, kan?" suara Marren terdengar melemah dan gemetar.

"Maaf, Nona, sesuai perintah, Anda harus menikahi... ekhem... harus menikah lebih dulu maka kami akan membebaskan Mommy Anda."

"Ck...!" decak Marren memasang wajah masam namun tak berdaya.

Felix mengambil map perjanjian yang telah ditandatangani oleh Marren dan memberikannya pada pria yang berdiri tak jauh di belakangnya dan Pria itu pun bergegas meninggalkan ruangan.

"Sekarang Nona ikut kami, kami akan membawa Nona ke ruangan yang disiapkan khusus untuk Nona."

"Siapa dia?"

"Maaf?"

"Siapa yang harus Saya nikahi?"

"Maaf Nona, namanya sudah tertera di dalam map tadi. Jadi..."

"Tinggal bilang saja apa susahnya sih. Aaaahh sudahlah! Siapa pun dia, Saya mau Mommy! Saya... Aahh..." Tiba-tiba Shakira terhuyung dan pandangannya jadi buram.

"Nona... Nona apa Anda baik-baik saja? NONAAAA....!" Marren jatuh pingsan.

Related chapters

  • Posesif My Husband    Chapter 6

    Marren mengerjapkan mata sebelum akhirnya membuka mata sepenuhnya. Gadis itu terlonjak kaget dan bingung saat menyadari ia terbangun di sebuah kamar yang sangat indah dan penuh perabotan mewah. 'Nona, sudah sadar?" Marren menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari seorang gadis belia yang baru saja memasuki ruangan itu dan sedang berjalan ke arahnya. Gadis belia itu tampak sangat antusias menyambutnya. "Ini... Di mana? Kamu siapa?" Marren mencoba bangkit namun langsung di cegah oleh Sang Gadis yang memakai seragam itu. ''Aaah ini, ini di kamar Anda, Nona. Dan saya Haura, yang akan merawat dan membantu segala kebutuhan, Nona." jawab Haura menunduk penuh hormat. "Apa?" Belum sempat Marren bertanya lebih jauh, tiba-tiba seseorang membuka pintu. Ceklek! Pintu terbuka dan tertutup. Kali ini seorang wanita lebih tua dengan rambut putih yang menutupi hampir seluruh kepala datang dengan sikap anggun. Wanita itu terlihat sangat luwes dan berwibawa dengan setelan jas dan

    Last Updated : 2023-12-12
  • Posesif My Husband    Chapter 7

    Dengan perasaan malu, Marren mengamati dirinya di cermin kamar mandi, la benar-benar melihat tanda bekas ciuman seseorang. Bukan hanya satu, ada beberapa di leher, pundak dan dadanya. Marren merabanya, ada getaran aneh yang ia rasakan. la juga meraba bibirnya yang terasa lebih tebal dan bengkak. 'Itu kamar siapa? Tapi tak ada siapa pun di sana?' batin Marren penasaran, lalu segera memakai baju yang ia dapatkan dari Haura. 'Oh tidak! Apalagi ini? Kenapa pagi begini harus memakai gaun resmi seperti ini?" Marren menggerutu dalam hati. Lebih-lebih potongan baju yang agak rendah itu tak bisa menutupi tanda merah di leher dan pundaknya. 'Sial! Sepertinya aku harus memakai syal tinggi untuk menutupinya. Ah tapi pasti akan terlihat aneh, kan? Ini masih terlalu pagi!' gerutunya dalam hati. Tok! Tok! Tok! "Nona, apa Anda baik-baik saja?" panggil Haura dari balik pintu kamar mandi. "I... lya, sebentar lagi aku selesai," Marren menjawab dengan gugup, karena terlalu lam

    Last Updated : 2023-12-13
  • Posesif My Husband    Chapter 8

    "Ada apa ini? Kalian sepertinya sudah saling mengenal, tapi Kakek rasa bukan dalam keadaan baik. Apa itu benar?" Kakek Devan memandang keduanya bergantian. Refleks Marren menghela napas dengan kesal dan menceritakan kejadian saat pertama kali bertemu Arsan, seperti anak kecil yang sedang mengadukan kenakalan Kakak pada orang tuanya. Kakek Devan mendengarnya dengan antusias di selingi gelak tawanya menatap Marren yang bersungut-sungut. "Ya, mau bagaimana lagi. Arsan sedang bosan, Kek. Apalagi saat tahu kalau dia pandai berkelahi, makanya Arsan iseng saja sekalian" sahut Arsan dengan santai sambil duduk di seberang kursi Kakeknya. "Iseng! Yang benar saja!" Marren bersedekap defensif dan memandang Arsan dengan masam, akan tetapi Pria tampan yang mempunyai lesung pipi itu mengabaikannya dengan mengendikan bahunya. Bahkan ia mengerlingkan iris hazel dengan manis dan membuat Marren semakin jengkel. "Iya Kek! Coba Kakek melihatnya sendiri, saat dia menghajar penjambret

    Last Updated : 2023-12-16
  • Posesif My Husband    Chapter 9

    Marren menggeliat dengan manja dan merentangkan tangannya dengan bebas. Namun, ia merasakan tubuhnya terasa sangat berat seolah ada batu besar yang menimpanya. Perlahan gadis itu membuka lentik kedua matanya. Marren tersentak dari tidurnya dan betapa terkejutnya dia saat mendapati dirinya tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Dengan panik, ia membungkus diri dalam selimut dan menyalakan lampu tidur yang ada di meja samping ranjang. Gadis itu menahan gusar karena ia tak mengingat apa pun yang terjadi. ''Oh tidak! Apa yang sudah terjadi? Apa aku dan Arsan sudah...?" Marren menggigit bibir menahan isaknya, ia mencoba menenangkan diri untuk mengingat apa yang terjadi, namun ia tak bisa mengingat apa pun. Marren memaksakan untuk bangkit dan membasuh dirinya, ia berendam cukup lama untuk menenangkan diri jika saja hal terburuk yang ia pikirkan benar-benar terjadi. Namun, tetap saja ia tidak bisa mengingat apa pun di malam pertama setelah pernikahannya. Apalagi ia m

    Last Updated : 2023-12-17
  • Posesif My Husband    Chapter 10

    🥀🥀🥀 Makan malam telah terhidang di meja makan. Namun, hanya Marren yang sedang asyik menikmati makan malam itu. Dua piring yang telah disediakan di atas meja masih dalam keadaan tertelungkup, karena Sang Empunya belum menampakkan batang hidungnya. Untuk itulah Marren sengaja makan lebih awal karena ingin buru-buru menyelesaikan aktivitasnya agar bisa menghindari kedua Kakak Beradik itu. Walaupun para asisten rumah tangga itu memandangnya aneh karena terlihat sangat jelas ingin menghindari makan malam bersama dengan para Tuan Muda, Marren tidak memedulikan itu semua, karena ia mulai tidak nyaman malam bersama dengan para Tuan Muda. Marren tidak memedulikan itu semua, karena ia mulai tidak nyaman dengan situasi yang ada. Belum sempat ia bisa hidup tenang karena sikap Arsan, kini Arland pun tiba-tiba hadir di antara mereka dan Marren merasakan perasaan yang aneh dan menekannya saat menatap sosok Arland. Dengan perasaan lega Marren meneguk air putih di tangannya, lalu b

    Last Updated : 2023-12-18
  • Posesif My Husband    Chapter 11

    "Maafkan Saya Pak Vano, Saya harus melakukan itu di hadapan Bapak, agar Bapak bisa segera melupakan Saya dengan rasa sakit yang Bapak terima hari ini. Tidak apa-apa jika saja Bapak memandang Saya seperti wanita ja***g atau bahkan pela**r yang menjual diri pada konglomerat! Tidak apa-apa, asal Bapak selamat!" jerit batin Marren yang berkecamuk tak karuan. Sambil menyisakan tangisnya, ia memasuki sebuah kamar kosong yang ada di lantai dua, la sengaja memilih kamar dengan posisi terjauh di rumah itu, agar ia bisa menenangkan dirinya tanpa gangguan siapa pun, terutama Arsan. Hatinya benar-benar remuk redam. Marren yang dulu memang sempat jatuh cinta pada Vano yang tampan, dewasa dan sangat bertanggung jawab itu kini harus mengubur rasa cintanya dalam-dalam. Walaupun begitu ia sangat tahu diri bahwa umur mereka yang terpaut cukup jauh membuatnya lebih memilih mundur, apalagi ia melihat teman kerjanya juga sangat menyukai manajernya itu dengan sepenuh

    Last Updated : 2023-12-19
  • Posesif My Husband    Chapter 12

    Siang itu Marren terbangun dengan keadaan yang masih tanpa sehelai benang pun. Tubuh polosnya tertutup selimut tebal yang hangat karena udara yang dingin dari AC menembus kulitnya. Marren menutup wajahnya dengan malu setelah teringat apa yang telah terjadi sebelumnya. la memeluk tubuhnya erat-erat dan segera berlari membilas diri di kamar mandi dengan selimut yang melilit tubuhnya. 'Tidak apa-apa. Toh dia suamimu Marren! Tidak apa-apa! Lagi pula ini demi menyelamatkan Pak Vano. Dan lagi, Saya selalu meminum pil KB itu terus, jadi Saya tidak akan hamil, sekiranya Arsan tidak memakai pengaman pun kurasa tidak akan apa-apa. Tapi si brengsek itu sepertinya tidak pernah pakai pengaman? Aku tidak sempat memperhatikannya! Boro-boro! Yang penting dengan begini Pak Vano terlepas dari cengkeraman Arsan!' Marren mendumel dalam hati dan mencoba membuang ingatan semua tingkah binalnya demi meredam amarah Arsan. Namun semakin ia membuang semakin jelas gambar

    Last Updated : 2023-12-20
  • Posesif My Husband    Chapter 13

    "Ya, mana Saya tahu, Arsan? Saya juga baru selesai telepon video dengan Mommy. Kamu bilang Saya tidak boleh keluar kamar, ya sudah Saya hanya telepon Mommy!" jawab Marren dengan nada jengkel. Arsan terdiam beberapa saat, "oke, tunggu aku pulang." Arsan menutup telepon dengan seenaknya. Marren menggeram jengkel bukan main. "Oh astaga! Apa-apaan sih dia itu? Benar-benar menjengkelkan! Menyebalkan! Huh!" Marren melempar ponselnya ke sofa di sebelahnya. Haura yang menyaksikan itu hanya bisa membeku tanpa bergerak sedikit pun. Marren menatap gadis itu dengan penuh iba. la terlupa akan keberadaan. Haura yang telah membawa buku-bukunya. "Oh Haura, maafkan Saya. Letakkan saja buku-buku itu di sana dan kamu boleh pergi." Marren menatap gadis itu dengan tersenyum penuh pengertian. "Tap... Tapi Nyonya, saya... saya sudah berjanji akan menemani Nyonya sepanjang waktu! Pasti Nyonya butuh teman bicara." Haura menawarkan dir

    Last Updated : 2023-12-21

Latest chapter

  • Posesif My Husband    Chapter 161

    Marren mendorong Arsan dari dekapannya dan menatapnya dengan mata terbelalak tak percaya. "Ada apa, Arsan? Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini? Kenapa tiba-tiba kamu mengucapkan itu? Apa maksudmu, tiba-tiba seperti ini?" cecar Marren tercekat tak percaya. Wanita cantik itu menatap Arsan dengan tatapan mata berkaca-kaca.Melihat Arsan hanya terdiam membisu, Marren mengangguk paham."Apa ini ya.... Saya telah melarikan diri bersama Arland waktu itu? Jadi kamu tak percaya..." "Marren, Sayang...." sela Arsan yang kini bersimpuh di kaki Marren dan memeluk lututnya dan menghentikan ucapan Marren yang kini terpaku diam menatap Arsan yang ada di lututnya. "Dosa Ryzadrd terlalu besar untuk diampuni. Kakek telah menghancurkan hidupmu begini rupa. Saya terlalu malu untuk menatapmu sekarang. Tak ada lagi yang bisa Saya banggakan dan saya persembahkan untukmu, Marren. Saya bahkan yang hanya memiliki sedikit perasan kepadamu tanpa sadar hanya diperalat untuk mengikatmu secara paksa." Buliran a

  • Posesif My Husband    Chapter 160

    "Sayang, apa kamu sudah selesai berbicara? Ayo, kita pulang, sepertinya Marren sedang kerepotan dengan anak-anaknya. Sebaiknya kita pamit," ucap seorang wanita yang tiba-tiba datang dan menggandeng lengan Vano, perut wanita itu terlihat sedikit buncit. Arsan menatap wanita tersebut, yang menatapnya dengan sopan namun sangat jelas terlihat dia menikmati apa yang sedang dilihatnya. "Sarah? Kamu sudah selesai berbicara dengan Marren?" tanya Vani menoleh pada wanita yang terlihat agak genit itu."Perkenalkan, Tuan Muda, ini istri saya Sarah, dan Sarah ini adalah Tuan Muda....""Arsan, Tuan Muda Arsan, suami Marren.""Salam kenal, Tuan Muda Arsan, saya Sarah, istri Tuan Vano ini, pemilik restoran yang punya banyak cabang di beberapa mall di kota-kota besar di Indonesia," sela Sarah memotong ucapan Vano dan mengulurkan tangannya untuk dijabat Arsan. Ucapan Sarah, membuat Vano jengah dan menegurnya walau dengan suara lembut. Akan tetapi sepertinya Sarah sangat menikmati pamer di hadap

  • Posesif My Husband    Chapter 159

    "Bagaimana, Brian?" tanya Arsan setelah dokter Brian memeriksa kondisi Kakek Ryzadrd. Dokter Brian memegang gagang kacamatanya dengan gelisah dan mendesah perlahan."Arsan, Kakek meninggal karena pembuluh darah arterinya putus dan kehilangan banyak darah dan mengakibatkan syok dalam jantungnya. Dan Kakek meninggal sekitar 2 sampai 3 jam yang lalu," ungkap dokter Brian dengan tatapan penuh simpati. "Kenapa tidak pasti?" sela Arland kepada Brian menutupi ranjang dan seprei yang berlumuran darah Kakek Ryzadrd yang mengering. "Karena suhu ruangan ini sangat rendah, jadi membuat suhu tubuh juga semakin cepat turun dan dapat mempengaruhi pembekuan dengan cepat," jawab Brian yang membuat Arland terdiam menguyup wajahnya sendiri dengan kasar. Pria itu terlihat sangat stres. "Dan memang beliau meninggal karena sebab bunuh diri, tak ada tanda-tanda kekerasan apa pun yang terjadi," lanjut Brian dengan wajah penuh duka. Dokter muda yang berumur tak jauh di atas Arsan itu menghela napas deng

  • Posesif My Husband    Chapter 158

    Mendengar ucapan Arsan yang terbata-bata, Arland tak kuasa menahan gelak tawanya dan membuat Marren dan Madya menatapnya dengan tatapan heran."Ada apa, Arland? Apa yang sebenarnya terjadi?" tegur Madya yang langsung membuat Arland menghentikan gelak tawanya. Lalu dengan menyisakan tawanya, akhirnya Arland mengakui, bahwa dia sengaja membisikkan kata-kata itu untuk membuat Arsan marah dan bangun."Apalagi yang bisa membuatmu marah selain itu? Lihat saja, Ma, bahkan dia bisa melawan dan bangkit dari kematian hanya karena Marren," papar Arland yang membuat Marren dan Madya menangis terharu. Marren kembali memeluk dan menciumi tangan Arsan. Sementara Arsan menahan sakit karena tawanya yang terlepas begitu saja. "Awas... kau... Arland...." ancam Arsan dengan suara berat, namun lagi lagi Arland mengendikan bahunya dengan acuh. "Bangun dengan benar lebih dulu, baru kau bisa mengancamku," ledek Arland dengan wajah senang.🥀🥀🥀Akhirnya setelah beberapa hari di rawat, Arsan diperbolehk

  • Posesif My Husband    Chapter 158

    Hari itu suasana ruang tunggu ICCU terlihat lengang dan penuh kesedihan. Karena saat mereka sampai di sana, kamar Arsan sedang di penuhi oleh para dokter dan perawat yang sedang mengupayakan keselamatan Arsan dari berhentinya detak jantung pria tampan itu. Dalam sehari sepeninggal Marren, sudah dua kali jantung Arsan berhenti berdetak hingga harus mendapatkan serangkai penyelamatan dari para dokter, seperti yang sedang dilakukan saat ini. "Ya, Tuhan, Saya mohon selamatkanlah Arsan, selamatkanlah suami Saya. Saya dan anak-anak masih sangat membutuhkannya. Izinkanlah Arsan sembuh dan hidup bersama anak-anaknya, karena itu adalah impiannya sejak dulu. Ya, Tuhan, Saya mohon kepada-Mu," doa Marren dalam hati seraya menahan isaknya. Marren terus menatap kaca transparan yang kini tertutup oleh korden tebal berwarna putih agar mereka tak melihat apa yang telah terjadi di dalam ruangan tersebut. Marren menguatkan hatinya seraya meletakkan tangan bersandarkan kaca itu. Sementara Masya t

  • Posesif My Husband    chapter 156

    Arland meninggalkan ruangan itu dan menutup pintunya rapat rapat tanpa tahu jari-jemari Arsan mulai bergerak walau hanya sesaat. Hingga rombongan Arland dan Marren meninggalkan rumah sakit itu demi membawa Marren pulang setelah ia berbicara dengan Dokter pengawas Arsan dan menyerahkan nomor ponsel Arland jika ada perkembangan kondisi Arsan. Sesampainya di rumah, Marren menangis tersedu dalam pelukan Ibunya dan Arland menegaskan Marren harus makan dan beristirahat. Mengabaikan semua itu Marren menatap kedua bayinya yang terlelap dalam keranjang bayi. Marren meneteskan air mata menatap si kembar dengan lemah terkulai di ranjang. Madya menahan isaknya saat melihat Marren yang begitu pucat dan seolah kehilangan semangat dalam hidupnya. "Sayang, makanlah dan beristirahatlah barang sejenak. Kamu harus sehat demi anak-anak. Mommy akan siapkan makanan untukmu dan kamu harus makan," bujuk Madya seraya membelai rambut Marren yang tergerai berantakan di pundak. "Kamu juga harus makan, Arl

  • Posesif My Husband    Chapter 155

    Marren menatap sosok Arsan yang berbaring lemah tak berdaya di hadapannya. Kini ia harus kuat menghadapi kenyataan yang ada.Wanita cantik itu hanya terdiam membeku dan menatap satu persatu alat yang terpasang di sekitar tubuh Arsan dengan selang atau pun kabel yang berakhir di badan Arsan. Sebuah selang pun melekat di dalam mulut Arsan yang sedikit terbuka. Dengan tangan gemetar hebat, Marren memegang punggung tangan awan yang diam tak bergerak. Tangan yang dulu selalu kokoh menggenggamnya itu, kini terkulai lemah dengan selang infus tertancap di sana Marren menggenggam ringan tangan dan jari-jemari Arsan.Marren menciumnya tanpa mengatakan apa pun. Seraya memandang wajah Arsan yang terlelap, Marren memeluk tangan itu meletakkannya pada pipinya. "Syukurlah, Nyonya terlihat tenang dan baik-baik saja sejak siuman tadi. Nyonya, sepertinya sudah menerima keadaan Tuan Muda," ujar Naura memecah kesunyian. la menatap Marren melalui kaca transparan di balik ruangan itu bersama Arland.

  • Posesif My Husband    Chapter 154

    "Arsan!" pekik Marren dengan bangun tersentak kaget. Hal itu membuat Naura segera menghambur ke hadapan Marren. "Nyonya? Anda sudah siuman? Syukurlah," sahut Naura dengan wajah senang namun tak bisa menutupi wajah sedihnya Wajahnya terlihat sangat sembab karena terlalu banyak menangis. "Nau, apa yang terjadi? Ini di mana?" tanya Marren kebingungan seraya melihat ke sekelilingnya, la terbangun di sebuah kamar serba putih dan di kelilingi oleh kelambu dengan warna yang sama. "Anda pingsan. Nyonya. Sekarang sedang di UGD. Tadi Tuan Arland yang membawa Anda kemari," papar Naura dengan tatapan berkaca-kaca.Mendengar penjelasan Naura, Marren melompat dari ranjang dengan tergesa gesa."Di mana Arsan? Di mana, suami saya?" pekik marry kebingungan dan panik. Naura memeluk Marren dengan cepat dan menangis tersedu-sedu."Nyonya, harus tenang. Anda baru sadar. Sebaiknya pelan-pelan dulu," cegah Naura dengan bingung dan penuh kekhawatiran."Saya ingin melihat kondisi Arsan. Apa ada perkembang

  • Posesif My Husband    Chapter 153

    Marren diam termangu di depan ruang tunggu kamar operasi. Saat ini la hanya bisa diam tanpa bisa menangis karena sudah terlalu lelah menangis.la merasakan kedua matanya yang terasa bengkak dan perih akibat terlalu banyak menangis. "Ya, Tuhan, Arsan... Kita baru saja bertemu kembali setelah berbulan-bulan lamanya terpisah karena kesalahan Saya. Tetapi, sekarang kamu malah seperti ini. Kita baru saja bertemu dan bahagia, Arsan. Saya mohon, bertahanlah dan jangan tinggalkan Saya dan anak anak kita," gumam Marren berdoa di dalam hatinya. Sebulir air mata bening meluncur begitu saja membasahi kedua pipinya, la tak bisa menahan buliran demi buliran air mata yang terus menerus turun membasahi pipinya. Saat itu ia hanya di temani oleh Naura, karena Madya harus menenangkan kedua cucunya dengan asi Marren dan susu formula yang telah disiapkan khusus untuk keduanya. Apalagi kini Marren sedang menghadapi sebuah musibah dengan tertembaknya Arsan oleh sang kakek demi melindungi dirinya. Nau

DMCA.com Protection Status