Bukan hal yang menyenangkan sebenarnya menjadi pusat perhatian. Sayangnya, seorang pemimpin besar dari sebuah rumah produksi ternama tak bisa menghindar dari itu semua. Para wartawan, kilatan kamera, berondong pertanyaan, bahkan suara keributan juga desakan harus senantiasa dihadapi. Itu adalah dari sekian banyak hal menjengkelkan yang harus ditanggungnya mulai kini. Lebih tepatnya sejak sebulan yang lalu, saat tahta sang ayah sebagai raja industri hiburan jatuh kepadanya.
Tak ada lagi kehidupan bebas tiada aturan, berkeliaran ke sana ke sini, pesta sampai pagi, juga mabuk-mabukan melebihi toleransi, karena sekarang semua tindak-tanduknya akan disorot secara tajam. Bahkan Jejak digital lebih kejam dari apapun di era ini. Namun, itu semua sebenarnya tak sulit untuk dilenyapkan. Baginya semudah membalikkan sebuah telapak tangan. Jika tidak jangan panggil dirinya ….
"Bapak Galantara, anda sudah ditunggu di ballroom. Acara akan segera dimulai."
Galantara Putra Dinata
CEO of Dinata Jaya Group
30 Years Old
Motto: I’m Me. No Excuses, No Regrets.
Galantara Putra Dinata, putra tunggal dari keluarga terpandang Dinata, hari ini tepat baginya berulang tahun ke tiga puluh. Di mana saat usianya sekarang, ia sudah mendapatkan segalanya. Termasuk karir dirinya yang kini menjabat sebagai pemimpin utama Dinata Jaya Group. Tak hanya bisnis properti dan pusat perbelanjaan, tapi yang nomor satu adalah sepak terjangnya di dunia hiburan dengan memiliki sebuah rumah produksi terkenal bernama DJ Entertainment, juga menguasai kantor media massa terbesar di negeri ini. Apapun bisa dilakukannya.
Sebagai perayaan atas kesuksesan dan hari jadinya, sang ayah merayakannya dengan menyiapkan sebuah pesta besar di salah satu hotel berbintang lima ibu kota. Tak tanggung-tanggung, para tamu yang diundang rata-rata berasal dari konglomerat, pejabat, dan para selebritas naungan mereka. Sungguh pesta malam ini menjadi sorotan seluruh negeri. Apalagi sejak dikenalkan, sosok Gala menjadi pria yang paling dicari.
"Baiklah. Saya akan bersiap - siap." Segera Gala berdiri dari sofa kulit yang sedari tadi ia duduki sembari mengurus beberapa dokumen penting.
Pria berjas hitam dengan kemeja putih serta dasi kupu-kupu itu kemudian sedikit merapikan penampilannya dari kaca besar yang tak jauh dari tempatnya berada. Mulai dari kepala hingga ujung kaki semuanya terlihat sempurna. Tak ada satupun celah dari penampilannya. Ditambah lagi wajah rupawannya yang memesona. Mata elangnya yang tajam, juga pahatan rahangnya yang kokoh serta tegas menjadi nilai plus. Tak heran jika dirinya kini menjadi bahan incaran. Siapa saja pasti penasaran tentang profil sang ceo baru.
Sayangnya, ia lebih memilih untuk menutupi itu semua. Mengusung tema Masquerade party, lantas Galantara memakai sebuah topeng yang didesain khusus perpaduan antara hitam dan emas. Sialnya, sosok itu semakin berkharisma. Tak dipungkiri aura maskulinnya semakin menguar.
"Oh, ya. Satu lagi. Apa gosip kemarin sudah berhasil kalian redam? Bagaimana dengan para wartawan?" tanyanya tiba-tiba pada dua orang sekretarisnya yang selalu siaga berada di dekatnya, sembari mematut dirinya di kaca.
"Sudah, Pak. Semuanya aman terkendali," jawab pria berkaca mata dan berjas hitam dengan postur tubuh tegap, tetapi sedikit lebih rendah dari sang bos. Sedangkan sekretaris wanita sekilas tampak sibuk dengan sebuah tablet yang ia pegang.
Gala kemudian berbalik menelisik wajah dua orang itu untuk memastikan. "Bagus. Saya tak ingin saat press-conference nanti ada pertanyaan negatif yang terlontar. Apalagi ada kehadiran orang tua saya. Jangan sampai ayah saya tahu dengan hal memalukan itu. Kalian mengerti?" tegasnya sambil menatap tajam kepada pria dan wanita berpakaian formal di hadapannya. Keduanya lantas mengangguk tanda memahami.
Setelah berbicara pada kedua sekretarisnya, Gala pun segera melangkahkan kakinya untuk ke luar. Tak hanya didampingi dua orang tadi, di depan pintu VVIP itu telah menunggu dua pengawal lainnya yang memakai setelan jas lengkap.
Awalnya Gala tak ingin mempekerjakan pengawal. Akan tetapi, sejak dirinya mulai dikenal khalayak luas, langkahnya seakan terbatas. Ia tak bisa lagi sembarang keluar ke tempat umum. Selain para wartawan, ternyata banyak pengagumnya yang kemudian bermunculan. Bukan hanya dari kalangan wanita, bahkan sampai ke kaum pria gay yang menurutnya lebih anarkis mendekati. Salah seorang diantaranya berbuat nekat dengan menyebarkan hoax tentang dirinya yang juga dari kaum mereka. Memberikan bukti konyol yang jelas hanya fitnah belaka.
Tentu hal itu sangat mengganggu. Ditakutkan bila sang ayah tahu tentang hal tersebut. Lantas ia menggunakan kuasanya untuk meredakan gosip murahan itu. Tak sampai dalam waktu 24 jam, semuanya meredam. Sialnya, berita itu tak hanya sekali. Sudah dua kali dalam kurun waktu sebulan ini. Benar - benar membuatnya jengah. Bisa-bisanya reputasi yang telah dibangun hancur begitu saja. Belum lagi sang ayah yang akan syok bila tahu.
oOo
Pesta yang diadakan Mandala Dinata untuk putra kebanggannya pun sukses besar diselenggarakan. Terbukti dengan tamu undangan yang semuanya hadir untuk memberi selamat. Walau sebenarnya Gala tak begitu tertarik untuk tampil di depan umum, setidaknya ia harus pura-pura percaya diri demi membuat senang sang ayah yang telah berusaha keras untuknya.
Tak hanya para kolega yang mencoba mengakrabkan diri dengannya, beberapa selebritas tanah air dan supermodel juga seakan mencari perhatian padanya. Bukannya Gala tidak mengerti taktik tersebut, hanya saja ia tak bisa menutupi sikapnya yang sangat risih. Dia sungguh tak tertarik apalagi penuh minat. Untungnya sang penjaga mengerti dengan kode yang ia berikan. Membuatnya terbebas dari belenggu para manusia toksik yang berulang kali menghampirinya.
Dari semua rangkaian acara malam ini, hampir tak satupun yang menarik bagi Gala. Namun, ada yang sedikit menarik atensinya. Tak lain adalah seorang wanita bergaun maroon dengan belahan panjang yang memperlihatkan kaki jenjangnya yang mulus. Sayangnya, karena topeng yang dikenakan wanita itu, ia menjadi tidak tahu sama sekali bagaimana paras sosok tersebut.
Wajah bukanlah satu hal yang membuat Gala sangat penasaran, melainkan kaki yang menurutnya sangat eksotis seakan mengintip malu dari balik kain yang rasanya ingin dirobek agar tak menghalangi. Sungguh membuat mata elang seorang Gala beberapa kali membidik titik tersebut. Seakan menargetkan mangsanya, hal itu begitu membuatnya bagaikan pemburu. Sialnya, wanita itu tak sekalipun mendatanginya untuk sekedar memberi selamat. Padahal dia sudah menunggu untuk memasang jebakan atau perangkap.
"Sial," Gala berdecak saat dirinya tak juga diperhatikan. Padahal ia sengaja berada dalam jarak yang sangat dekat dengan wanita itu. Bahkan tiga gelas sampanye sudah habis di tangannya. Belum lagi godaan para wanita lain di sekitarnya yang memuakkan.
"Kau dalam masalah besar, Maroon. Kupastikan kau korban selanjutnya," gumamnya melirik tajam sambil menenggak kembali gelas ke empat sampanye miliknya.
Tak lama, hanya berselang beberapa saat, wanita bergaun maroon tadi berbalik dan melihat Gala— tersenyum manis sembari melangkahkan kakinya mendekat. Seperti dugaan Gala, wanita itu akan datang. Pria itu lantas tersenyum dalam hati atas kemenangan batinnya. Setelahnya tak sungkan ia mengulurkan tangan dan balas menjabat.
"Selamat atas jabatan baru anda, Bapak Galantara. Semoga sukses selalu," ucap wanita itu dengan ramah dan lembut.
Namun, tanggapan Gala seperti sebelumnya— sungkan menggerakkan bibirnya untuk sekedar tersenyum. Berbeda di dalam hatinya yang seakan tertawa keras dan meneriakkan, Ya, aku akan selalu sukses, Maroon. Apalagi jika membuatmu dengan mudah bertekuk lutut.
Tanpa sadar ia kembali melirik kaki jenjang eksotis tadi sambil menyeringai.
My favorite one.
Di ruangan yang penuh nuansa merah dan dalam keadaan temaram, seorang wanita bergaun malam hitam terbuka sedang mempersiapkan diri di depan meja rias sembari memoleskan bibirnya dengan lipstik berwarna senada juga. Sunggingan senyum lalu ia tampakkan tatkala melihat tampilannya yang begitu berbeda. Lantas kemudian wanita berponi rata pendek dengan rambut hitam panjang layaknya Cleo Patra itu berdiri. Tubuh ramping dan berisi di bagian yang tepat jelas membentuk lekukan - lekukan dramatis bak pahatan karya Tuhan paling sempurna. Sorot matanya yang tajam disertai bulu mata lentik semakin mempertegas aura kecantikannya. Jangan lupakan kaki jenjang panjangnya yang masih telanjang, tampak eksotis dan juga mengkilat. Sungguh siapa saja pasti akan terpana melihatnya. "Aku yakin kamu akan bertekuk lutut di bawah kakiku, Tuan Arogan," gum
"Brengsek!" Bersamaan dengan suara pecahan kaca terdengar di ruangan bernuansa monokrom itu berada. Gala, orang yang telah membuat kekacauan tampak sedang marah besar. Guratan wajahnya yang mengeras dengan urat-urat di sekitar pelipis dan rambut hitam acaknya menandakan bahwa ia tak baik - baik saja. Sedangkan dua orang lainnya: Nicole dan Frans yang merupakan sekretaris hanya berdiri diam seraya menunduk tak jauh dari sofa- tak berani menyela sama sekali. "Apa kalian berdua saya bayar hanya untuk bersantai?! Hal sekecil itu bahkan kalian tidak bisa membereskannya. Kalian kupecat!" Gala yang sudah muak, tak ingin melihat kedua orang tersebut. Emosinya bisa semakin menjadi dan tak terkontrol. Cukup meja kaca yang berada di ruangannya itu menjadi pelampiasannya. Lantas i
Rasanya kepala Gala hampir pecah menghadapi situasi saat ini. Semua orang seakan memburunya ke mana pun ia pergi. Sebenarnya dia ini siapa? Selebriti atau pejabat Negara? Setiap gerak – geriknya seolah diintai dan tak lepas dari kilatan kamera. Tak hanya karena satu berita saja, melainkan ada dua yang kini menghantuinya. Seperti yang terjadi saat ini begitu ia baru saja keluar keluar dari mobil. Para wartawan hiburan itu kembali memberondongnya dengan pertanyaan lainnya. “Pak Galantara, bagaimana tanggapan anda tentang kerusakan yang terjadi di tugu tempat peringatan mendiang ibu anda? Apakah anda akan membiarkannya saja seperti tahun – tahun sebelumnya? Mengapa tidak ada tindakan dari pihak bapak? Apakah anda belum juga tahu siapa pelaku kerusakan?” Gala seketika berhenti dan berbalik untuk melihat siapa w
Title Story : Playing With Fire (100 Days in Madness)Genre : RomanceRate : Mature (21+)Author : Lady AndreaC o p y r i g h tThis is a work of fiction. Names, characters, businesses, places, events, locales, and incidents are either the products of the author’s imagination or used in a fictitious manner. Any resemblance to actual persons, living or dead, or actual events is purely coincidental.Copyright © 2021 by Lady Andrea__________SNEAK PEEKBerhenti menatapku dengan pandangan sombongmu itu!Jangan kira hanya karena ka
Rasanya kepala Gala hampir pecah menghadapi situasi saat ini. Semua orang seakan memburunya ke mana pun ia pergi. Sebenarnya dia ini siapa? Selebriti atau pejabat Negara? Setiap gerak – geriknya seolah diintai dan tak lepas dari kilatan kamera. Tak hanya karena satu berita saja, melainkan ada dua yang kini menghantuinya. Seperti yang terjadi saat ini begitu ia baru saja keluar keluar dari mobil. Para wartawan hiburan itu kembali memberondongnya dengan pertanyaan lainnya. “Pak Galantara, bagaimana tanggapan anda tentang kerusakan yang terjadi di tugu tempat peringatan mendiang ibu anda? Apakah anda akan membiarkannya saja seperti tahun – tahun sebelumnya? Mengapa tidak ada tindakan dari pihak bapak? Apakah anda belum juga tahu siapa pelaku kerusakan?” Gala seketika berhenti dan berbalik untuk melihat siapa w
"Brengsek!" Bersamaan dengan suara pecahan kaca terdengar di ruangan bernuansa monokrom itu berada. Gala, orang yang telah membuat kekacauan tampak sedang marah besar. Guratan wajahnya yang mengeras dengan urat-urat di sekitar pelipis dan rambut hitam acaknya menandakan bahwa ia tak baik - baik saja. Sedangkan dua orang lainnya: Nicole dan Frans yang merupakan sekretaris hanya berdiri diam seraya menunduk tak jauh dari sofa- tak berani menyela sama sekali. "Apa kalian berdua saya bayar hanya untuk bersantai?! Hal sekecil itu bahkan kalian tidak bisa membereskannya. Kalian kupecat!" Gala yang sudah muak, tak ingin melihat kedua orang tersebut. Emosinya bisa semakin menjadi dan tak terkontrol. Cukup meja kaca yang berada di ruangannya itu menjadi pelampiasannya. Lantas i
Di ruangan yang penuh nuansa merah dan dalam keadaan temaram, seorang wanita bergaun malam hitam terbuka sedang mempersiapkan diri di depan meja rias sembari memoleskan bibirnya dengan lipstik berwarna senada juga. Sunggingan senyum lalu ia tampakkan tatkala melihat tampilannya yang begitu berbeda. Lantas kemudian wanita berponi rata pendek dengan rambut hitam panjang layaknya Cleo Patra itu berdiri. Tubuh ramping dan berisi di bagian yang tepat jelas membentuk lekukan - lekukan dramatis bak pahatan karya Tuhan paling sempurna. Sorot matanya yang tajam disertai bulu mata lentik semakin mempertegas aura kecantikannya. Jangan lupakan kaki jenjang panjangnya yang masih telanjang, tampak eksotis dan juga mengkilat. Sungguh siapa saja pasti akan terpana melihatnya. "Aku yakin kamu akan bertekuk lutut di bawah kakiku, Tuan Arogan," gum
Bukan hal yang menyenangkan sebenarnya menjadi pusat perhatian. Sayangnya, seorang pemimpin besar dari sebuah rumah produksi ternama tak bisa menghindar dari itu semua. Para wartawan, kilatan kamera, berondong pertanyaan, bahkan suara keributan juga desakan harus senantiasa dihadapi. Itu adalah dari sekian banyak hal menjengkelkan yang harus ditanggungnya mulai kini. Lebih tepatnya sejak sebulan yang lalu, saat tahta sang ayah sebagai raja industri hiburan jatuh kepadanya. Tak ada lagi kehidupan bebas tiada aturan, berkeliaran ke sana ke sini, pesta sampai pagi, juga mabuk-mabukan melebihi toleransi, karena sekarang semua tindak-tanduknya akan disorot secara tajam. Bahkan Jejak digital lebih kejam dari apapun di era ini. Namun, itu semua sebenarnya tak sulit untuk dilenyapkan. Baginya semudah membalikkan sebuah telapak tangan. Jika tidak jangan panggil dirinya ….
Title Story : Playing With Fire (100 Days in Madness)Genre : RomanceRate : Mature (21+)Author : Lady AndreaC o p y r i g h tThis is a work of fiction. Names, characters, businesses, places, events, locales, and incidents are either the products of the author’s imagination or used in a fictitious manner. Any resemblance to actual persons, living or dead, or actual events is purely coincidental.Copyright © 2021 by Lady Andrea__________SNEAK PEEKBerhenti menatapku dengan pandangan sombongmu itu!Jangan kira hanya karena ka