Share

9. Kangen

Author: Dwrite
last update Last Updated: 2022-12-10 09:35:32

"Mas, tadi ada Tante Melinda dateng ke rumah!" ucap Lani saat mereka tengah duduk di ruang tamu. Menonton TV.

"Tante Melinda?" Erick mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. Kemudian menatap Lani dengan mata memicing.

"Kenapa Mas?"

"Nggak apa-apa ... mau apa dia dateng? Nggak nitipin si Chico, 'kan, Lan?"

"Oh, nggak. Dia kasih rendang buatannya, Mas!"

"Kirain. Biasanya, 'kan dia dateng kalau cuma buat nitipin anaknya atau cari perhatian gue. Tante Melinda itu Janda kaya beranak satu. Bisnisnya jualin tas yang harganya selangit. Suaminya meninggal karena serangan jantung. Lo jangan sampai kepincut barang dagangan, ya! Soalnya strategi marketing ntu emak-emak nggak perlu diraguin lagi."

"Kok Mas bisa tahu banget sih," tanya Lani dengan mata memicing.

"Ng, itu ... dulu gue pernah sempet ditawarin Ferrari buat hadiah ulang tahun."

"Serius, Mas?"

"Iya, tapi gue nolaklah. Dia nggak mungkin ngasih cuma-cuma. Pasti ada udang dibalik bakwan. Emangnya gue cowok apaan!"

"Tapi keliatannya dia
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Mahayani
g sabar nunggu partnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Playboy in Love   Frustrasi

    Erick menunggu dengan tak sabar. Beberapa kali ia memeloti ponselnya yang tak bersalah, tapi masih belum ada balasan dari Lani. Pria itu menggeram, dicengkeramnya ponsel hanya untuk memastikan apakah centang dua di pesannya sudah berubah biru apa belum."Kampret! Ke mana lagi si Lani?" gumamnya kesal."Ada apa, Mas?" tanya Pak Agus pada Erick yang tampak sibuk sendiri. Sementara pesanan mereka sudah datang beberapa menit yang lalu, "Nanti Mie kocoknya keburu dingin nggak enak loh Mas!"Erick mengalihkan pandangan dari layar ponsel, ia menatap pria paruh baya itu kemudian tersenyum kecil."Duluan aja Pak, saya nunggu agak dingin sedikit. Nggak bisa makan yang panas-panas, soalnya sering panas dalem," ucap Erick kembali sibuk dengan ponselnya.To : Bini Voloz 😺Lan!Send.Lani!Send.Alani ... woy!Send.Alani Rhamadanti, lo masih hidup?!Send."Ah, kesel gue." Erick melempar ponselnya ke meja. Kemudian menyantap Mie kocok yang masih panas itu dengan lahap.Kekesalan menguasainya hingg

    Last Updated : 2022-12-12
  • Playboy in Love   Gengsi

    Sesampainya di hotel, Erick duduk di tepi ranjang. Pria itu meraih sebungkus rokok di kantong celana lalu menyalakannya dengan pematik. Asap rokok terlihat mengepul pekat mengisi ruangan. Sesekali ia melirik ponsel yang tergeletak di sampingnya. Benda itu bergetar beberapa kali. Awalnya ia abaikan karena itu mungkin saja panggilan dari perempuan-perempuan yang pernah menjadi korbannya dulu.Namun, saat melihat nama Lani tertera di sana, ia segera meraih benda persegi tersebut tanpa berpikir panjang."Jangan, Rick, jangan diangkat!" Erick menatap ponsel itu kemudian menggeleng keras, logika dan hatinya berjalan bertentangan. Sekali lagi ia tak bisa menurunkan ego yang selalu ia bumbung tinggi, hingga yang terjadi panggilan itu hanya ia biarkan begitu saja.Erick kembali menghisap rokoknya kuat-kuat, pikirannya berkelana entah kemana. Pernikahannya dan Lani baru berjalan seminggu. Namun, perempuan itu telah berhasil mengambil kendali dalam dirinya. Sepanjang hidup ia belum pernah merasa

    Last Updated : 2022-12-12
  • Playboy in Love   Merajuk

    Seketika raut wajah Erick berubah masam, ketika melihat ekspresi Lani akan kedatangannya bukan seperti yang pria itu harapkan."Ck, nggak asik lo, Lan!" Dia berjalan melewati Lani kemudian menghempaskan diri ke sofa."Mang Wawan, woy ... ambil barang di mobil!" teriaknya, tak lama pria parubaya yang kebetulan suami dari bi Ningsih itu berlari tergopoh-gopoh dari belakang."Iya, Pak.""Turunin oleh-oleh di mobil, peuyeumnya masukin kulkas. Kalo roti unyilnya bawa sini. Udah itu cuci sekalian mobilnya. Tadi di jalan hujan," ucap Erick dengan wajah datar dan ditanggapi anggukan oleh mang Wawan.Sepeninggal mang Wawan Lani berjalan ragu menghampiri Erick di sofa. Perempuan itu duduk di samping suaminya kemudian menyentuh lengan Erick yang sibuk dengan ponselnya."Diem Lan, masih sore!" Erick menepis tangan Lani."Mas kenapa sih, dari kemaren di telepon kok aneh banget?"Erick mengalihkan pandangannya dari layar ponsel, ia menatap Lani dengan ekspresi jengah."Harusnya gue yang tanya. Kena

    Last Updated : 2022-12-13
  • Playboy in Love   Undangan Kumpul Keluarga

    "Mas udah nggak marah lagi, 'kan?" cicit Lani di tengah keheningan pekat yang menyelimuti mereka di taman depan rumah.Erick menoleh, sebelah alisnya tampak terangkat naik. "Menurut lo?" cetusnya datar, namun tak melepas tautan tangan keduanya."Kayaknya masih. Buktinya tangan aku nggak dilepas. Ini udah sejam, loh, Mas," papar Lani dengan sorot mata meredup. Menatap Erick sembari memiringkan kepalanya.Seketika Erick terkesiap. Ia menarik diri, lalu berdehem."Ekhmm ... sorry, kebawa suasana. Lagian lo nggak protes, tuh!" sanggah Erick sembari memalingkan pandangan. Mengusap tengkuk. Salah tingkah."Ya udah, aku masuk dulu. Mau siapin makan sia--""Pan udah ada Bi Ningsih!" potong Erick cepat, seraya menarik pergelangan tangan Lani yang hendak beranjak, "gue udah bilang, jangan terlalu banyak ikut campur urusan dapur. Nanti tangan lo kasar dan kapalan. Kerjaan lo cuma ngurusin gue," sambungnya tegas."Eh." Bibir mungil perempuan itu tampak terbuka setengah. Dia menatap lelaki berumur

    Last Updated : 2022-12-14
  • Playboy in Love   Kembar

    Esoknya Erick dan Lani tampak tengah bersiap-siap untuk berkunjung ke kediaman utama keluarga Wardhana, di Jakarta Pusat. Dari kabar yang didengar katanya Opick sudah tiba di tanah air. Segera setelah mendengar kabar itu kemarin mereka tengah bersiap di depan mobil untuk menyambut kepulangan kakak Erick tersebut, setelah beberapa tahun lamanya.Meskipun Erick tampak malas untuk bertemu dengan saudaranya itu. Namun, tetap saja ikatan yang mengikat mereka kuat. Walaupun lelaki itu tak terlalu menyukai Opick terlebih karena sikap keluarga yang selalu membanding-bandingkan keduanya. Namun, tetap saja, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam Erick tak bisa memungkiri perasaannya kala akan bertemu sang kakak. "Udah siap, Lan?" tanya Erick saat melihat perempuan itu selesai memakai seatbelt."Udah, Mas. Bismillah ...." Mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah kepadatan ibu kota di siang hari ini.Tak ada percakapan yang terjadi di antara keduanya. Mereka sama-sama sibuk bergelut den

    Last Updated : 2022-12-15
  • Playboy in Love   Pertemuan Pertama

    Gadis remaja itu menjejakkan kaki keluar dari pekarangan sekolah. Peluh tampak bercucuran dari kening tatkala matanya menyipit menatap matahari yang tampak begitu terik siang hari ini. Jilbab putih yang dikenakan terlihat basah oleh keringat. Pandangan gadis itu menyapu sekitar, memperhatikan teman-temannya yang keluar berhamburan kemudian menyerbu pedagang es yang mangkal di depan sekolah SMP Negeri tersebut. Ia tampak menelan ludah. Kerongkongannya kering, namun, uang bekal di saku hanya tinggal sedikit. Dia tak tega bila besok harus meminta lagi pada ibunya yang hanya seorang asisten rumah tangga. Pada akhirnya gadis itu memutuskan untuk berjalan menuju sebuah masjid yang terletak tak jauh dari sekolah. Membuka sepatu lalu berjalan ke tempat wudu. Air segar cukup mampu membasahi kerongkongannya yang kering. Selepas wudu gadis itu menunaikan salah zuhur lalu bergegas pulang. Dia tak pernah bermain, temannya di sekolah hanya sedikit. Sikapnya yang pendiam dan tak mudah bergaul men

    Last Updated : 2022-12-17
  • Playboy in Love   Bahan Perbandingan

    Kediaman Wardhana terlihat ramai hari ini. Ada wajah-wajah baru yang ikut meramaikan. Sultan Wardana tampak tersenyum senang, karena keluarga lengkapnya telah berkumpul. "Jadi begini ... Opick mau minta restu dari kakek, mami, dan papi, untuk mempersunting Mariam. Dia adalah murid Opick di Mesir sana. Sudah empat tahun kita saling mengenal dan menjalani proses ta'aruf. Sebelum pulang ke sini Opick sudah melamarnya secara resmi." Jeda sejenak, Opick tampak menatap gadis bercadar dengan pakaian serba hitam yang duduk di hadapannya dengan kepala tertunduk. "Opick membawa serta ibunya Halimah dari Magelang dan Ayahnya yang asli orang Mesir. Maaf karena baru membicarakannya sekarang, Opick masih mengumpulkan keberanian sampai akhirnya tak bisa lagi membendung keinginan untuk mempersunting Mariam!" Semua mata tertuju pada gadis bercadar yang duduk di samping seorang perempuan paruh baya yang diyakini ibunya itu. Sultan menepuk pundak Opick yang kebetulan duduk di sampingnya, kemudian ter

    Last Updated : 2022-12-17
  • Playboy in Love   Saling Mengerti

    Brak! Erick membanting pintu kamar yang baru saja dilewati. Kemudian berjalan menuju balkon. Diraihnya sebungkus rokok yang selalu ada di saku celana, kemudian menyelipkan sebatang disela jari dan menyalakannya. Asap mengepul mencemari udara, saat Erick mengembuskan rokoknya. Hanya benda kecil yang sebagian orang benci itu mampu menemani dan mengerti dirinya di saat seperti ini. Kadang kala ia lebih memilih makan dari pada bercerita pada seseorang tentang perasaan yang sesungguhnya. Karena Erick selalu berpikir. Kalau pun ia bercerita tentang isi hatinya. Tak akan ada yang mampu mengerti dan memahami posisinya. Dirinya yang selalu orang anggap negatif, dirinya yang selalu Sultan sisihkan. Dirinya yang banyak perempuan anggap berengsek. Ya, seperti itulah dirinya. "Mas!" Erick menoleh dan mendapati Lani berdiri di belakangnya. Pria itu menghela napas panjang, kemudian membuang batang rokok yang tersisa setengah. Ia menatap Lani sejenak. Memperhatikan wajah lugu istrinya yang tampa

    Last Updated : 2022-12-18

Latest chapter

  • Playboy in Love   Akhir

    Empat tahun kemudian ....Pria itu tampak berjongkok untuk menyejajarkan tubuh dengan bocah perempuan yang berdiri di hadapannya. Ia memasangkan jilbab di kepala bocah menggemaskan dengan mata bulat dan pipi gembil tersebut."Ayah ... napa Ica harus pake keludung, tapi Kak Malik sama Kak Ridwan engga?" Pertanyaan yang terlontar dari bibir putri kecilnya membuat senyum pria itu mengembang. Ia mengusap kepala bocah bernama lengkap Khairunnisa Wardhana yang lebih sering dipanggil Ica itu setelah jilbabnya terpasang."Ridwan dan Malik itu laki-laki, Sayang. Sedang anak ayah yang cantik ini, 'kan perempuan shalihah. Ica selalu bilang sama ayah kalau mau jadi kayak bunda, 'kan?"Bocah menggemaskan itu tampak mengangguk antusias."Iya, Ayah. Ica mau jadi kayak Buna. Buna cantik, telus sayang Ica sama Ayah!""Nah, kamu tahu? Jilbab itu adalah cara Allah buat ngelindungin kaum perempuan. Kalau udah gede Ica pasti ngerti.""Iya, Ayah. Ica juga suka pake keludung. Biar kelihatan cantik kayak Bun

  • Playboy in Love   Ngidam

    Semburat senja yang tampak di kaki langit telah berganti dengan pekatnya sang malam. Tepat ketika jam berpusat di angkat tujuh, Erick baru kembali dari lokasi proyek di daerah Jakarta Utara.Lelaki itu tampak berlari kecil menuju pintu masuk akses rumahnya. Ia merapatkan jaket saat udara dingin mulai menyergap."Assalamualaikum," salamnya setelah pintu dibuka Bi Ningsih."Wa'alaikumsallam," balas perempuan paruh baya itu, sembari mempersilakan Erick masuk."Lani di mana, Bi?" tanyanya."Oh, Neng Lani ada di atas, Pak. Tadarus kayaknya."Erick mengangguk, kemudian melepas sepatunya dan mengganti dengan sandal rumah. Bergegas pria itu berjalan menuju lantai dua."Makan malamnya udah siap, Pak. Mau makan sekarang?"Erick menghentikan langkah, kemudian memutar kepala menghadap Bi Ningsih. "Nanti aja, Bi."Mengerti dengan maksudnya, Bi Ningsih tersenyum penuh arti. "Duh pasangan muda makin lama makin romantis aja. Jadi pengen muda lagi. Si Bapak ke mana lagi. Pan abi ge hoyong dimanja cita

  • Playboy in Love   Hadiah di Penghujung Tahun

    "Sebentar, ya." Setelah itu Erick berlari menuju garasi.Lani menunggu di pelataran, sampai suaminya kembali dari garasi dengan sebuah motor matix berwarna hitam metalic."Yuk, Mas!" Lani tampak sudah bersiap menggunakan helm dan naik di jok belakang. Namun, seketika kegiatannya terhenti saat sebuah cekalan tangan menahannya tetap berdiri di hadapan. Lekat mata Erick menatap Lani yang berdiri di hadapannya dengan gamis bermodel semi gaun yang bertumpuk di bagian bawahnya hingga membentuk beberapa layer. Pakaian itu dipadupadankan dengan khimar syar'i yang menutupi pinggang rampingnya berwarna senada. "Lan.""Iya?""Kenapa nasi harus ada lauknya?"Seketika dahi Lani mengernyit, pada akhirnya ia menjawab juga. "Untuk pelengkap. Kalau cuma makan nasi aja, 'kan nggak enak, Mas.""Nah, sama halnya dengan kamu. Allah menciptakanmu untuk menjadi pelengkap hidup Mas, Lan. Tanpamu dunia Mas hampa."Mendengar itu seketika tawa Lani meledak. Perempuan itu tampak membekap mulut, setelahnya ia

  • Playboy in Love   Lupa

    Suara azan subuh terdengar berkumandang, angin mulai berembus kencang masuk melalui ventilasi di sisi jendela, hingga menyibak gorden kamar berwarna cokelat lembut tersebut. Terbaring di atas ranjang berukuran king size, tampak sepasang suami istri yang telah memadu kasih. Bergelung dalam satu selimut yang sama. Seolah berbagi kehangatan tubuh masing-masing.Setelah mendengar suara azan berkumandang, terlihat sang suami beranjak. Melerai pelukan eratnya dari tubuh mungil sang istri yang masih terlelap dalam buaian mimpi. Bibirnya terlihat mendekati daun telinga yang semula tertutup juntaian rambut tersebut. Lembut ia berbisik. "Lan, udah subuh. Bangun, yuk! Atau mau Mas pangku ke kamar mandi?" Merasakan napas hangat menyapu permukaan wajah, akhirnya Lani mengerjap. Perlahan tapi pasti mata bulat bening itu mulai tampak. Lalu bersitatap dengan iris hitam pekat yang menatapnya lekat. Kedua sudut bibirnya tertarik. Perlahan ia mulai beranjak. "Aku duluan, ya," sahutnya sembari mulai

  • Playboy in Love   Begitu Indah

    Ruang makan itu terlihat hening, hanya suara denting sendok garpu yang beradu dengan piring saja yang terdengar. Bi Ningsih menatap kedua majikannya dari kejauhan, tanpa ia sadari kedua sudut bibirnya terangkat naik, membentuk senyuman. Kebahagiaan keluarga kecil ini seolah menular padanya. Bisa ia rasakan rumah yang tadinya sedingin es di kutub utara, sekarang menjadi sehangat ini. Bi Ningsih terus larut dalam tontonan, hingga tak sadar tengah menyandarkan tubuhnya pada sebuah guci besar di atas meja, yang terletak di lorong ruang makan, terhubung dengan dapur. Prang! Guci itu pecah, berserakan di lantai. Serpihan pecahannya bahkan sampai di bawah ubin yang Lani dan Erick pijak. Tepatnya di bawah meja makan. "An ... jritt!" Segera sebelum kata kasar itu terlontar, Erick membekap mulut. Dengan wajah polos dan lucu ia menatap Lani yang tak kalah terkejut. Namun, tampaknya perempuan itu justru menahan senyum. "So ... maaf, Lan. Keceplosan." Setelahnya ia menyengir. "Nggak apa-apa

  • Playboy in Love   Ungkapan Perasaan

    Seketika Erick termangu. Geming menatap Lani yang mulai beringsut mendekat. Kuat kepalan tangannya setiap melihat perempuan itu menghela napas, dan membuka mulut. Perasaan yang selama tiga bulan sempat teredam, kembali muncul ke permukaan kala Lani mulai mengungkitnya kembali.Erick pikir perempuan ini telah melupakan kejadian itu seiring berjalannya waktu bersama dengan proses konselingnya.Melupakan permintaan yang membuat lelaki itu untuk pertama kalinya merasa takut kehilangan. Namun, ternyata ia salah. Proses itu dilakukan hanya untuk mengendalikan trauma Lani serta mengontrol kendali pada dirinya. Bukan serta merta memengaruhi ingatan di benaknya, apalagi ingatan yang melekat dalam diri sang penderita. "Mas ...."Seketika lelaki itu mendongak, setelah menghela napas panjang ia meletakkan tangan di kedua bahu Lani. "Maaf karena aku nggak bisa menuruti keinginanmu beberapa bulan yang lalu. Jujur permintaanmu saat itu di luar kuasaku, Lan. Jadi, kumohon kasih aku kesempatan. K

  • Playboy in Love   Permintaan Cerai

    Mobil-mobil mewah itu tampak sudah berjejer rapi di pekarangan rumah Erick malam hari ini. Didorong menggunakan kursi roda oleh Hendra menantunya--tampak Sultan Wardhana tersenyum semringah melihat Lani menyambutnya di ambang pintu.Tak hanya Erick, ternyata perubahan juga terjadi pada sosok Hendra Wirawan--papanya. Setelah tiga bulan berusaha memperbaiki diri. Akhirnya hubungan ia dengan keluarga pihak istri--terlebih Sultan Wardhana--perlahan mulai membaik.Keluarga besar Wardhana itu masuk satu per satu menuju kediaman Erick dan Lani. Setelah Hendra dan Sultan, tampak Rima serta Ainun berjalan bersebelahan, lalu bergantian memeluk Lani. Setelahnya diikuti Opick dan Mariam. Mereka berkumpul di ruang tengah dengan prasmana yang sudah disiapkan oleh pihak catering yang sengaja dipesan. Tampak datang belakangan Panji dan Diana berdiri celingukan di ambang pintu. Erick yang melihat itu langsung berjalan menghampiri."Astagfirullah, Di. Baju lu udah kek jaring-jaring Ikan Pari," celetu

  • Playboy in Love   Menahan Diri

    Sesaat setelah menjejakkan kakinya memasuki kamar, Lani dibuat tertegun dengan suasana yang tiba-tiba berubah. Dinding yang biasa bercat hijau, kini dilapisi wallpaper bermotif elegan. Warnanya berpaduan peach dan hijau tosca. Sangat seiras dan enak dipandang. Langkahnya mulai berayun memasuki ruangan seluas 9 x 9 meter tersebut. Menyisir pandangannya ke sekeliling, lalu terhenti tepat di depan ranjang dengan seprai berwarna senada dinding. Dilapisi kelambu putih yang diikat dengan pita cantik di tiap sisi tiang penyangganya.Jemari lentik perempuan itu mulai terulur menusuri setiap inci ranjang berukuran king size itu, lalu beralih pada Erick yang berdiri memperhatikannya sejak tadi. "Suka?" tanya Erick sembari melempar senyum ke arah istrinya. Lani mengangguk. "Iya, ini nyaman, Mas," pujinya. Senyum Erick melebar. "Syukurlah. Ya, udah. Mas mandi dulu, ya. Setelahnya kita salat Ashar di musala bawah.""Sebentar, Mas!" Lani menghentikan langkah Erick yang baru saja hendak beranja

  • Playboy in Love   Pulang

    Dua bulan kemudian....Di hadapannya Lani melihat Erick sibuk mengemasi barang mereka ke dalam tas berukuran sedang, hingga tak ada satu pun yang tertinggal. Sementara ia hanya duduk diam memperhatikan di sofa. Setelah serangkaian konseling serta psikoterapi yang dijalani. Akhirnya perempuan itu dinyatakan pulih, walaupun belum sepenuhnya sembuh. Lani masih harus mengikuti konseling rutin seminggu sekali dengan psikolognya Prof. William. Selama hampir kurang lebih tiga bulan berlalu sejak guncangan hebat yang berakibat pada psikisnya. Perempuan itu tak bisa mengingat apa saja yang terjadi selama tiga bulan terakhir ini. Karena konon, pasien yang mengalami depresi atau apa pun itu penyakit yang mengganggu kejiwaan seseorang. Mereka kerap kali melakukan tindakan di luar alam bawah sadar, hingga menunjukkan gejala-gejala yang sebenarnya tak ia kehendaki. Namun, meskipun begitu. Dalam beberapa kasus ada pula penderita yang mengalami gejala setengah sadar pasca depresi, dan masih bisa m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status