Home / Romansa / Pijatan Nikmat Sang CEO / Bab 166: Kebangkitan

Share

Bab 166: Kebangkitan

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-03-24 23:01:44

Sinar matahari pagi menembus jendela-jendela besar kantor Nathaniel, menciptakan pola keemasan di lantai kayu yang baru direnovasi. Nathaniel berdiri di depan papan kaca yang kini penuh dengan diagram, sketsa, dan catatan-catatan tentang proyek terbaru perusahaannya. Dia menyesap kopinya perlahan, merasakan kepuasan yang dalam saat memperhatikan kantor yang kini kembali hidup dan bergerak dengan energi positif.

Enam bulan telah berlalu sejak skandal Harbinger Corp mencapai puncaknya. Enam bulan yang penuh dengan perjuangan, ketidakpastian, dan momen-momen di mana Nathaniel hampir menyerah. Namun kini, seperti phoenix yang bangkit dari abu, perusahaannya telah menemukan arah baru.

"Pak, tim dari Meridian Tech sudah menunggu di ruang konferensi," ujar Maya, asisten barunya, dari ambang pintu.

Nathaniel mengangguk. "Terima kasih, Maya. Aku akan segera ke sana."

Dia meletakkan cangkir kopinya, merapikan dasi, dan mengambil tablet berisi presentasi terbaru. Me

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   bab 167

    "Ini... luar biasa," kata Nathaniel tulus. "Kau melakukan semua ini untuk kita?"Arissa tersenyum, menarik kursi untuknya. "Untuk merayakan enam bulan yang luar biasa. Dan juga..."Dia tidak melanjutkan kalimatnya, sebaliknya menyodorkan segelas anggur ke arah Nathaniel. "Mari kita makan dulu. Kita bicara nanti."Mereka menikmati makan malam dengan percakapan ringan tentang hari mereka masing-masing. Nathaniel menceritakan tentang rapat dengan Meridian Tech dan bagaimana perusahaan semakin stabil, sementara Arissa berbagi tentang penelitian terbarunya dan seminar yang dia hadiri minggu lalu. Ada kenyamanan dalam rutinitas mereka sekarang—berbagi cerita, mendukung impian masing-masing, dan menjadi tempat pulang bagi satu sama lain.Setelah piring-piring kosong dan gelas anggur kedua mereka hampir habis, Arissa akhirnya mengangkat topik yang sejak tadi dia tahan."Jadi," mulainya, ada kilatan gugup di matanya. "Aku punya sesuatu untukmu."Dia

    Last Updated : 2025-03-24
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 168: Bayang-Bayang dari Masa Lalu

    Langit Jakarta sore itu berwarna oranye keemasan, menjadi latar belakang sempurna bagi gedung pencakar langit tempat kantor Nathaniel berada. Di lantai 35, Nathaniel sedang menyelesaikan rapat terakhirnya hari itu. Sudah enam bulan sejak pernikahannya dengan Arissa, dan kehidupan mereka berjalan dengan harmonis. Bisnis Nathaniel berkembang pesat, sementara Arissa mulai merintis butik kecilnya yang semakin dikenal di kalangan fashionista Jakarta."Jadi, untuk kuartal depan, saya yakin angka pertumbuhan kita akan mencapai 15% seperti yang sudah diproyeksikan," Nathaniel mengakhiri presentasinya dengan senyum puas. Para eksekutif di ruangan itu bertepuk tangan.Setelah semua orang meninggalkan ruang rapat, Nathaniel meraih ponselnya dan melihat notifikasi pesan dari Arissa.Sayang, jangan lupa malam ini kita makan malam dengan orangtuaku ya. Mereka sangat ingin bertemu denganmu.Nathaniel tersenyum. Hubungannya

    Last Updated : 2025-03-25
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 169: Badai yang Menggempur

    Matahari baru saja terbit di ufuk timur Jakarta, namun hari itu sudah dimulai dengan kepanikan. Nathaniel terbangun oleh dering telepon dari Direktur Komunikasi perusahaannya."Pak Nathaniel, saya mohon maaf mengganggu Anda sepagi ini, tapi kita dalam situasi darurat," suara Denny terdengar tegang di seberang telepon.Nathaniel mengernyitkan dahi, melirik jam digital di nakas yang menunjukkan pukul 5:45 pagi. Di sampingnya, Arissa mulai terbangun, mengerjapkan mata dengan wajah bertanya-tanya."Ada apa?" tanya Nathaniel, suaranya masih serak."Ibu Vanessa baru saja muncul di acara Good Morning Indonesia. Dia... dia membuat klaim yang sangat serius tentang perusahaan kita dan..." Denny menelan ludah sebelum melanjutkan, "tentang pernikahan Bapak dengan Ibu Arissa."Nathaniel langsung terduduk, kesadarannya pulih sepenuhnya. "Apa yang dia katakan?""Dia mengatakan bahwa pernikahan Bapak h

    Last Updated : 2025-03-25
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 170: Pilihan di Tengah Badai

    Hujan deras mengguyur Jakarta malam itu, seolah langit ikut mencurahkan kesedihannya atas apa yang sedang terjadi. Di rumah keluarga Wijaya, Arissa duduk termenung di balkon kamar lamanya, memandangi tetesan hujan yang menari-nari di lantai marmer. Matanya sembab setelah menangis berjam-jam.Suara ketukan lembut di pintu menarik perhatiannya."Arissa, Mama boleh masuk?" suara Ratna terdengar dari balik pintu."Masuk saja, Ma," jawab Arissa pelan.Ratna masuk dengan nampan berisi secangkir teh hangat dan sepiring kecil kue lemper, makanan favorit Arissa sejak kecil. Ia meletakkan nampan di meja kecil di samping tempat duduk Arissa, lalu duduk di sebelah putrinya."Kamu belum makan sejak siang tadi," kata Ratna lembut.Arissa hanya tersenyum lemah. "Selera makanku hilang, Ma."Ratna mengusap rambut Arissa dengan penuh kasih sayang, seperti yang selalu dilakukannya sejak Arissa kecil. "M

    Last Updated : 2025-03-25
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 171: Pertahanan Cinta

    Malam itu, cahaya rembulan mengalir lembut melalui jendela ruangan yang sunyi. Nathaniel berdiri mematung, bayangan tubuhnya memanjang di lantai dengan ekspresi yang kompleks—campuran kelelahan, kekecewaan, dan tekad yang tak tergoyahkan. Di hadapannya, Arissa duduk dengan sikap yang sama teguhnya, matanya menyorot tajam namun penuh luka.Perjalanan cinta mereka kini telah memasuki babak tersulit. Setiap intrikan, setiap bisikan jahat yang dilontarkan Vanessa telah menciptakan retakan halus di antara mereka. Bukan retakan yang akan segera membuat hubungan mereka runtuh, melainkan retakan yang perlahan mengikis kepercayaan dan keharmonisan."Aku lelah, Nathaniel," suara Arissa membelah keheningan, "Lelah dengan semua drama ini. Lelah dengan setiap upaya untuk merusak apa yang kita miliki."Nathaniel menghela napas panjang. Ia mengerti beban yang dialami Arissa. Vanessa—nama itu kini bagaikan bayangan gelap yang terus membayangi kehidupan mereka. Setiap gerak-geriknya tampak dirancang d

    Last Updated : 2025-03-26
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 172: Strategi Melawan Fitnah

    Pagi itu, cahaya matahari menembus tirai jendela, menyinari ruang kerja Arissa yang tampak berbeda. Tidak ada lagi keraguan yang membayangi matanya. Pikiran yang semula berkabut kini mulai jernih, tajam, dan fokus. Ia telah membuat keputusan penting—tidak akan lagi menjadi korban dari permainan kotor yang dirancang untuk merusak hubungannya dengan Nathaniel.Nathaniel duduk di hadapannya, sikap defensifnya perlahan mencair melihat perubahan pada diri Arissa. Bukan lagi sosok yang rapuh dan terluka, melainkan perempuan dengan ketegasan yang membuatnya jatuh cinta pertama kali."Kita tidak bisa terus-menerusan bertahan secara pasif," kata Arissa, suaranya tenang namun penuh tekad, "Setiap gosip yang tidak dijawab akan dianggap sebagai pengakuan."Nathaniel mengerutkan kening. Ia tahu Arissa benar. Sikap diam mereka selama ini justru memberikan ruang bagi Vanessa dan sekutunya untuk terus menyebarkan fitnah. "Kau punya rencana?" tanyanya.Arissa mengeluarkan selembar kertas yang telah ia

    Last Updated : 2025-03-26
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 173: Pertahanan Cinta

    Ruangan itu mendadak menegang ketika Vanessa menatap Arissa dengan tatapan penuh intimidasi. Cahaya sore yang merembes melalui jendela seolah-olah menciptakan pembatas antara mereka berdua—Vanessa dengan ambisi tersembunyi dan Arissa dengan ketegasan yang baru saja tumbuh.Selama ini, Arissa selalu menjadi sosok yang lembut, selalu menghindari konfrontasi. Ia lebih memilih untuk mengalah, membiarkan orang lain berbicara dan mengendalikan hidupnya. Namun, hari ini berbeda. Sesuatu dalam dirinya telah berubah, dan perubahan itu berasal dari cintanya pada Nathaniel serta perjalanan pribadinya dalam menemukan kekuatan sejati."Kau tidak mengerti, Vanessa," suara Arissa terdengar tenang namun penuh tekad. "Hubunganku dengan Nathaniel bukan sekadar hubungan biasa. Ini adalah cinta yang telah kami bangun dengan penuh perjuangan, dengan pengorbanan, dan dengan ketulusan."Vanessa tersenyum sinis. Ia sudah lama menginginkan Nathaniel, dan kini kesempatan itu tampak begitu dekat. Rencana yang t

    Last Updated : 2025-03-26
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 174: Solidaritas dalam Badai

    Ruang konferensi pers itu penuh sesak dengan kilatan kamera dan bisikan-bisikan penasaran. Nathaniel dan Arissa berdiri berdampingan, tangannya saling bertautan erat—sebuah simbol kesatuan yang tak terpisahkan. Momen ini lebih dari sekadar pertemuan media; ini adalah pernyataan tegas tentang kekuatan mereka sebagai sepasang kekasih.Beberapa hari sebelumnya, rumor dan tuduhan jahat hampir saja mengoyahkan hubungan mereka. Vanessa dengan segala intrik dan rencana jahatnya mencoba memecah belah, namun hasilnya justru sebaliknya. Setiap serangan malah semakin menguatkan ikatan Nathaniel dan Arissa."Kami ingin menegaskan," suara Nathaniel terdengar mantap, "bahwa segala tuduhan yang beredar adalah tidak berdasar. Arissa adalah perempuan yang saya hormati, cintai, dan percayai sepenuhnya."Arissa melanjutkan dengan penuh percaya diri, "Kami tidak akan membiarkan fitnah dan kabar buruk menghancurkan apa yang telah kami bangun bersama. Cinta kami lebih kuat dari

    Last Updated : 2025-03-27

Latest chapter

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 252

    "Sangat sulit," Bima mengakui dengan jujur. "Terutama saat kamu benar-benar marah atau terluka. Tapi itu sepadan. Karena di akhir percakapan itu, kami biasanya menemukan pemahaman baru dan hubungan kami menjadi lebih kuat."Arjuna mengangguk, tampak memikirkan kata-kata ayahnya dengan serius. "Kurasa itulah sebabnya kalian masih sangat mencintai satu sama lain setelah bertahun-tahun."Bima tersenyum, terharu oleh observasi putranya. "Ya, kurasa begitu. Cinta bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja; itu adalah pilihan yang kami buat setiap hari—untuk tetap bersama, untuk menyelesaikan masalah, untuk mendukung satu sama lain."Di usianya yang ke-15, Bima dan Kirana menghadapi tantangan baru dalam pernikahan mereka. Kirana ditawari posisi penting di perusahaan internasional—sebuah kesempatan yang telah lama ia impikan. Namun, posisi itu mengharuskannya untuk pindah ke kota lain."Aku tidak tahu harus bagaimana," kata Kirana, setel

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 251

    Bima menatap istrinya dengan tatapan penuh kasih. "Maksudmu?""Maksudku, dulu aku mencintaimu karena kamu tampan, pintar, dan selalu membuatku tertawa. Sekarang, aku mencintaimu karena semua itu, ditambah dengan bagaimana kamu sebagai suami, sebagai ayah, dan sebagai mitra hidupku. Aku mencintaimu karena semua yang telah kita lalui bersama, semua kenangan yang kita buat, dan semua impian yang masih kita kejar."Bima tersentuh oleh kata-kata istrinya. "Aku juga merasakan hal yang sama. Cinta kita telah bertransformasi menjadi sesuatu yang lebih dalam dan berarti.""Dan itu yang membuatnya istimewa," lanjut Kirana. "Bahwa cinta kita bukan sekadar perasaan sesaat, tetapi komitmen yang terus dipupuk setiap hari."Mereka duduk dalam keheningan yang nyaman, mendengarkan deburan ombak dan menikmati kebersamaan mereka. Bima meBima menggenggam tangan Kirana, merasakan tekstur lembut kulitnya yang sudah sangat familiar. "Kamu tahu, ada sesuatu yang ingin ku

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 250

    "Kamu tahu apa yang paling kusukai dari hubungan kita?" tanya Bima."Apa?""Kita tidak hanya bertahan, tapi kita berkembang. Kita tidak hanya sekadar pasangan yang tinggal bersama, tapi kita benar-benar hidup bersama—berbagi mimpi, ketakutan, harapan, dan kebahagiaan."Kirana mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Dan itulah yang membuatnya istimewa, bukan? Bahwa di tengah dunia yang semakin individualistis, kita masih menemukan cara untuk benar-benar terhubung dan hadir satu sama lain.""Tepat sekali," Bima setuju. "Dan aku berjanji akan selalu menjaga hubungan ini, apapun yang terjadi."Mereka duduk di sana hingga larut malam, berbincang tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tidak ada pembicaraan tentang pekerjaan, deadline, atau masalah sehari-hari. Hanya ada mereka berdua, dan cinta yang terus tumbuh di antara mereka.Waktu berlalu dengan cepat. Arjuna kini berusia lima tahun, dan Bima serta Kirana dikaruniai anak

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 249

    "Kamu tahu," kata Bima tiba-tiba, "ada satu hal lagi yang membuat kita bertahan: kita tidak pernah berhenti tumbuh bersama."Kirana menatapnya penasaran. "Maksudmu?""Maksudku, kita tidak hanya mendukung pertumbuhan satu sama lain, tetapi kita juga tumbuh sebagai pasangan. Kita belajar dari kesalahan, beradaptasi dengan perubahan, dan selalu mencari cara untuk menjadi versi terbaik dari diri kita—baik sebagai individu maupun sebagai pasangan."Kirana tersenyum, menyadari kebenaran dalam kata-kata suaminya. Mereka memang telah melalui banyak perubahan dan tantangan, tetapi alih-alih membiarkan hal-hal tersebut memisahkan mereka, mereka menjadikannya sebagai kesempatan untuk tumbuh bersama."Aku mencintaimu," bisik Kirana, mengulangi kata-kata yang telah mereka ucapkan ribuan kali namun tidak pernah kehilangan maknanya."Aku lebih mencintaimu," balas Bima, sebelum keduanya terlelap dalam pelukan hangat, di samping buah hati mereka yang tertidur

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 248

    "Kamu tahu," kata Bima suatu malam saat mereka berbaring bersama di tempat tidur, "aku mulai menyadari bahwa tidak semua 'pekerjaan penting' itu benar-benar penting."Kirana menoleh, tertarik. "Maksudmu?""Selama ini aku selalu berpikir bahwa setiap email harus dijawab segera, setiap masalah harus diselesaikan hari itu juga. Tapi ternyata tidak. Beberapa hal memang mendesak, tapi sebagian besar bisa menunggu.""Dan dunia tidak runtuh karenanya," tambah Kirana dengan senyum."Tepat sekali. Justru sebaliknya, aku merasa lebih produktif di kantor karena aku tahu waktuku terbatas. Aku harus menyelesaikan semua pekerjaan penting sebelum pulang, karena di rumah adalah waktuku bersamamu."Kirana mengangguk setuju. Ia juga mulai menerapkan hal serupa di tempat kerjanya. Alih-alih lembur hingga larut malam, ia berusaha menyelesaikan pekerjaannya dalam jam kerja normal. Tentu saja ada pengecualian untuk proyek-proyek penting, tetapi ia tidak lagi membiarkan pekerjaan mengambil alih seluruh hidu

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 247: Keseimbangan Dalam Cinta

    Suara dentingan sendok beradu dengan cangkir kopi memecah keheningan pagi itu. Bima menatap keluar jendela, mengamati titik-titik embun yang masih menggantung di dedaunan. Di hadapannya, Kirana sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, sesekali mengernyitkan dahi. Meskipun berada di ruangan yang sama, mereka seolah berada di dunia yang berbeda—masing-masing tenggelam dalam urusan pekerjaannya."Deadline-nya besok," gumam Kirana, tanpa mengalihkan pandangan dari layar. "Proposal ini harus selesai malam ini."Bima hanya mengangguk pelan. Ia sendiri memiliki tumpukan dokumen yang menunggu untuk ditinjau. Sejak mendapat promosi sebagai kepala divisi, waktu luangnya semakin terkikis. Begitu pula dengan Kirana yang kini menjabat sebagai manajer proyek di perusahaan konsultan ternama.Keduanya telah menikah selama lima tahun, dan tiga tahun terakhir telah menjadi periode paling sibuk dalam kehidupan mereka. Karier mereka menanjak, tanggung jawab bertambah, dan waktu bersama semakin berkurang. Nam

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 246: Kita tidak mengorbankan

    "Mau minum kopi?" tanyanya. "Ada kafe kecil di seberang jalan. Kita bisa... bicara. Sudah lama sejak terakhir kali kita benar-benar bicara."Arissa ragu sejenak. Bagian rasional dari dirinya tahu bahwa ini mungkin bukan ide yang baik, bahwa membuka kembali luka lama hanya akan membuat penyembuhan semakin sulit. Tapi ada bagian lain yang tidak bisa ia sangkal—bagian yang selalu merindukan percakapan panjang mereka, tawa mereka, dan pengertian diam mereka."Baiklah," jawabnya akhirnya. "Satu kopi."Di kafe kecil yang nyaman itu, dengan secangkir kopi panas di antara mereka, dinding yang mereka bangun selama bertahun-tahun perlahan mulai runtuh. Mereka berbicara tentang impian mereka yang telah terwujud, tentang perjuangan mereka, tentang kesendirian yang kadang-kadang menghinggapi di tengah kesuksesan."Kau tahu," kata Reyhan setelah jeda panjang, "aku sering bertanya-tanya bagaimana jadinya jika aku tidak pergi waktu itu. Jika aku memilih untuk tingg

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 245: Mereka luar biasa, bukan?

    "Bagus sekali. Kita bisa mendiskusikannya di rapat tim minggu depan. Aku selalu menginginkan Sentuhan Hati untuk berkembang menjadi pusat kesehatan holistik yang lengkap, bukan hanya klinik pijat."Setelah berpisah dengan Rini, Arissa melanjutkan perjalanan ke kantornya dengan langkah ringan. Inisiatif timnya adalah bukti bahwa ia telah berhasil membangun budaya kerja yang mendorong pertumbuhan dan inovasi. Para terapisnya tidak hanya menjalankan tugasnya, tetapi mereka juga memiliki rasa kepemilikan terhadap kesuksesan klinik.Di kantornya, Arissa mulai mengerjakan draft artikel untuk jurnal terapi. Ia memutuskan untuk menulis tentang pendekatan kolaboratif antara terapi pijat dan pengobatan konvensional, menggunakan kasus Pak Hendra (dengan persetujuannya, tentu saja) sebagai contoh.Sementara jari-jarinya menari di atas keyboard, pikirannya kembali melayang ke undangan Reyhan. Pameran itu akan diadakan minggu depan, bertepatan dengan kunjungan Pak Dharma untu

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 244: ide yang sangat menarik.

    "Ah, Bu Arissa," suara Pak Hendra terdengar lebih cerah dari yang ia duga. "Saya baru saja akan menelepon Ibu. Saya sudah bertemu Dr. Santoso pagi ini.""Oh, bagus sekali! Bagaimana hasilnya, Pak?""Dokter mengatakan Ibu benar untuk merujuk saya. Ada masalah kecil dengan diskus di tulang belakang saya. Tidak serius, tapi perlu penanganan. Beliau merekomendasikan kombinasi terapi fisik dan pijat khusus. Dan beliau sangat menghargai kemampuan observasi terapis Ibu."Arissa tersenyum lega. "Saya senang mendengarnya, Pak. Terapi fisik sangat bagus untuk kondisi Bapak. Dan tentu saja, kami bisa menyesuaikan terapi pijat untuk mendukung pemulihan Bapak.""Ya, Dr. Santoso bahkan menyarankan terapi pijat di klinik Ibu sebagai bagian dari program pemulihannya. Katanya Sentuhan Hati memiliki reputasi yang sangat baik di kalangan dokter."Ini adalah berita yang menggembirakan bagi Arissa. Kolaborasi dengan dokter-dokter terkemuka seperti Dr. Santoso adalah sa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status