Home / Romansa / Pijatan Nikmat Sang CEO / Bab 170: Pilihan di Tengah Badai

Share

Bab 170: Pilihan di Tengah Badai

Author: perdy
last update Huling Na-update: 2025-03-25 22:01:51

 

Hujan deras mengguyur Jakarta malam itu, seolah langit ikut mencurahkan kesedihannya atas apa yang sedang terjadi. Di rumah keluarga Wijaya, Arissa duduk termenung di balkon kamar lamanya, memandangi tetesan hujan yang menari-nari di lantai marmer. Matanya sembab setelah menangis berjam-jam.

Suara ketukan lembut di pintu menarik perhatiannya.

"Arissa, Mama boleh masuk?" suara Ratna terdengar dari balik pintu.

"Masuk saja, Ma," jawab Arissa pelan.

Ratna masuk dengan nampan berisi secangkir teh hangat dan sepiring kecil kue lemper, makanan favorit Arissa sejak kecil. Ia meletakkan nampan di meja kecil di samping tempat duduk Arissa, lalu duduk di sebelah putrinya.

"Kamu belum makan sejak siang tadi," kata Ratna lembut.

Arissa hanya tersenyum lemah. "Selera makanku hilang, Ma."

Ratna mengusap rambut Arissa dengan penuh kasih sayang, seperti yang selalu dilakukannya sejak Arissa kecil. "M

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 171: Pertahanan Cinta

    Malam itu, cahaya rembulan mengalir lembut melalui jendela ruangan yang sunyi. Nathaniel berdiri mematung, bayangan tubuhnya memanjang di lantai dengan ekspresi yang kompleks—campuran kelelahan, kekecewaan, dan tekad yang tak tergoyahkan. Di hadapannya, Arissa duduk dengan sikap yang sama teguhnya, matanya menyorot tajam namun penuh luka.Perjalanan cinta mereka kini telah memasuki babak tersulit. Setiap intrikan, setiap bisikan jahat yang dilontarkan Vanessa telah menciptakan retakan halus di antara mereka. Bukan retakan yang akan segera membuat hubungan mereka runtuh, melainkan retakan yang perlahan mengikis kepercayaan dan keharmonisan."Aku lelah, Nathaniel," suara Arissa membelah keheningan, "Lelah dengan semua drama ini. Lelah dengan setiap upaya untuk merusak apa yang kita miliki."Nathaniel menghela napas panjang. Ia mengerti beban yang dialami Arissa. Vanessa—nama itu kini bagaikan bayangan gelap yang terus membayangi kehidupan mereka. Setiap gerak-geriknya tampak dirancang d

    Huling Na-update : 2025-03-26
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 172: Strategi Melawan Fitnah

    Pagi itu, cahaya matahari menembus tirai jendela, menyinari ruang kerja Arissa yang tampak berbeda. Tidak ada lagi keraguan yang membayangi matanya. Pikiran yang semula berkabut kini mulai jernih, tajam, dan fokus. Ia telah membuat keputusan penting—tidak akan lagi menjadi korban dari permainan kotor yang dirancang untuk merusak hubungannya dengan Nathaniel.Nathaniel duduk di hadapannya, sikap defensifnya perlahan mencair melihat perubahan pada diri Arissa. Bukan lagi sosok yang rapuh dan terluka, melainkan perempuan dengan ketegasan yang membuatnya jatuh cinta pertama kali."Kita tidak bisa terus-menerusan bertahan secara pasif," kata Arissa, suaranya tenang namun penuh tekad, "Setiap gosip yang tidak dijawab akan dianggap sebagai pengakuan."Nathaniel mengerutkan kening. Ia tahu Arissa benar. Sikap diam mereka selama ini justru memberikan ruang bagi Vanessa dan sekutunya untuk terus menyebarkan fitnah. "Kau punya rencana?" tanyanya.Arissa mengeluarkan selembar kertas yang telah ia

    Huling Na-update : 2025-03-26
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 173: Pertahanan Cinta

    Ruangan itu mendadak menegang ketika Vanessa menatap Arissa dengan tatapan penuh intimidasi. Cahaya sore yang merembes melalui jendela seolah-olah menciptakan pembatas antara mereka berdua—Vanessa dengan ambisi tersembunyi dan Arissa dengan ketegasan yang baru saja tumbuh.Selama ini, Arissa selalu menjadi sosok yang lembut, selalu menghindari konfrontasi. Ia lebih memilih untuk mengalah, membiarkan orang lain berbicara dan mengendalikan hidupnya. Namun, hari ini berbeda. Sesuatu dalam dirinya telah berubah, dan perubahan itu berasal dari cintanya pada Nathaniel serta perjalanan pribadinya dalam menemukan kekuatan sejati."Kau tidak mengerti, Vanessa," suara Arissa terdengar tenang namun penuh tekad. "Hubunganku dengan Nathaniel bukan sekadar hubungan biasa. Ini adalah cinta yang telah kami bangun dengan penuh perjuangan, dengan pengorbanan, dan dengan ketulusan."Vanessa tersenyum sinis. Ia sudah lama menginginkan Nathaniel, dan kini kesempatan itu tampak begitu dekat. Rencana yang t

    Huling Na-update : 2025-03-26
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 174: Solidaritas dalam Badai

    Ruang konferensi pers itu penuh sesak dengan kilatan kamera dan bisikan-bisikan penasaran. Nathaniel dan Arissa berdiri berdampingan, tangannya saling bertautan erat—sebuah simbol kesatuan yang tak terpisahkan. Momen ini lebih dari sekadar pertemuan media; ini adalah pernyataan tegas tentang kekuatan mereka sebagai sepasang kekasih.Beberapa hari sebelumnya, rumor dan tuduhan jahat hampir saja mengoyahkan hubungan mereka. Vanessa dengan segala intrik dan rencana jahatnya mencoba memecah belah, namun hasilnya justru sebaliknya. Setiap serangan malah semakin menguatkan ikatan Nathaniel dan Arissa."Kami ingin menegaskan," suara Nathaniel terdengar mantap, "bahwa segala tuduhan yang beredar adalah tidak berdasar. Arissa adalah perempuan yang saya hormati, cintai, dan percayai sepenuhnya."Arissa melanjutkan dengan penuh percaya diri, "Kami tidak akan membiarkan fitnah dan kabar buruk menghancurkan apa yang telah kami bangun bersama. Cinta kami lebih kuat dari

    Huling Na-update : 2025-03-27
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 175: Penghargaan Sejati

    Malam itu, setelah berlalunya badai media dan berbagai tuduhan, Nathaniel dan Arissa berada dalam keheningan intim di ruang keluarga mereka. Sinar lampu redup menciptakan atmosfer hangat, seolah-olah melindungi mereka dari segala gejolak yang baru saja mereka lalui.Nathaniel menatap Arissa dengan pandangan yang penuh decak kagum. Perempuan di hadapannya kini begitu berbeda dari sosok yang pertama kali ia kenal. Dulu, Arissa adalah perempuan yang rapuh, selalu ragu dan mudah terpojok. Kini, ia telah berubah menjadi sosok yang tangguh, penuh keyakinan, dan berani membela diri."Kau sungguh luar biasa," bisik Nathaniel, tangannya membelai lembut pipi Arissa. "Aku tidak pernah menyangka kau bisa sebegitu kuatnya."Arissa tersenyum, sebuah senyum yang mengandung campuran keberanian dan kerendahan hati. Perjalanannya untuk sampai pada titik ini tidak mudah. Bertahun-tahun ia hidup dalam bayang-bayang ketakutan, membiarkan orang lain mengendalikan hidupnya. Kini, ia t

    Huling Na-update : 2025-03-27
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 176: Ikatan yang Tak Tergoyahkan

    Matahari pagi menembus jendela ruang kerja Nathaniel, menyinari dokumen-dokumen yang tersusun rapi. Arissa berdiri di sampingnya, mengamati bagaimana pasangannya itu dengan teliti memeriksa setiap detail rencana masa depan mereka. Badai fitnah dan konflik yang baru saja mereka lalui kini terasa seperti kenangan jauh."Kita harus lebih waspada," Nathaniel berbicara sambil meletakkan sebuah dokumen. "Bukan karena takut, tapi karena kita perlu melindungi apa yang telah kita bangun."Arissa mengangguk. Pengalaman dengan Vanessa telah mengajarkan mereka betapa pentingnya kewaspadaan. Bukan dalam bentuk pertahanan defensif, melainkan sikap proaktif dalam menjaga hubungan.Di sudut ruangan, sebuah pigura foto mereka terpajang. Foto kenangan saat mereka pertama kali resmi berpacaran. Betapa berbedanya mereka kini. Bukan sekadar pasangan yang saling mencintai, tetapi duo yang telah teruji dalam badai kehidupan.Vanessa, setelah upaya terakhirnya gagal, akhirnya mu

    Huling Na-update : 2025-03-27
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 177: Akhir dari Tipu Daya

    Kekalahan menggerogoti pikiran Vanessa seperti racun yang perlahan membekukan setiap urat syarafnya. Ruangan pribadinya terlihat gelap dan mencekam, cermin di dinding memantulkan bayangan seorang wanita yang telah kehilangan segalanya. Sudah berbulan-bulan dia berusaha menghancurkan Nathaniel dan Arissa, namun setiap rencananya selalu gagal. Kali ini, dia sadar bahwa pertempuran terakhir ini akan menentukan segalanya.Vanessa membuka laci meja kerjanya yang tersembunyi, mengeluarkan sebuah map cokelat usang yang berisi dokumen-dokumen rahasia. Lembar demi lembar dia telaah dengan teliti, mencari celah terakhir yang bisa dia manfaatkan untuk membalas dendam. Matanya yang tajam memindai setiap detail, menganalisis kemungkinan untuk melemahkan Nathaniel dan Arissa.Di sisi lain, Nathaniel dan Arissa tidak tinggal diam. Mereka telah mengumpulkan bukti-bukti konkret atas segala tindak kriminal Vanessa selama ini. Kerja sama mereka kali ini begitu solid, seolah-olah mereka memiliki ikatan t

    Huling Na-update : 2025-03-28
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 178: Jaringan Gelap Terungkap

    Ruang sidang penuh ketegangan ketika Nathaniel dan Arissa mulai mengungkapkan bukti-bukti yang selama ini tersembunyi. Dokumen demi dokumen tersebar di atas meja, membentangkan jaringan korupsi yang rumit dan berbahaya. Vanessa duduk di sebelah pengacaranya, wajahnya pucat pasi, menyadari bahwa setiap lembar kertas adalah perangkap yang akan menjebloskannya ke dalam penjara.Tim investigasi yang dipimpin oleh Nathaniel dan Arissa telah bekerja selama berbulan-bulan. Mereka tidak sekadar mengumpulkan bukti tentang penggelapan dana, tetapi juga membongkar konspirasi bisnis yang lebih besar. Setiap dokumen, setiap email, setiap rekaman percakapan adalah potongan puzzle yang saling terhubung, membentuk gambaran lengkap dari kejahatan yang dilakukan Vanessa."Kami dapat membuktikan bahwa terdakwa, Vanessa Hartono, tidak hanya terlibat dalam penggelapan dana internal," kata Nathaniel dengan suara tegas, "tetapi juga secara sistematis bekerja sama dengan rival bisnis kami untuk merusak perus

    Huling Na-update : 2025-03-28

Pinakabagong kabanata

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 252

    "Sangat sulit," Bima mengakui dengan jujur. "Terutama saat kamu benar-benar marah atau terluka. Tapi itu sepadan. Karena di akhir percakapan itu, kami biasanya menemukan pemahaman baru dan hubungan kami menjadi lebih kuat."Arjuna mengangguk, tampak memikirkan kata-kata ayahnya dengan serius. "Kurasa itulah sebabnya kalian masih sangat mencintai satu sama lain setelah bertahun-tahun."Bima tersenyum, terharu oleh observasi putranya. "Ya, kurasa begitu. Cinta bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja; itu adalah pilihan yang kami buat setiap hari—untuk tetap bersama, untuk menyelesaikan masalah, untuk mendukung satu sama lain."Di usianya yang ke-15, Bima dan Kirana menghadapi tantangan baru dalam pernikahan mereka. Kirana ditawari posisi penting di perusahaan internasional—sebuah kesempatan yang telah lama ia impikan. Namun, posisi itu mengharuskannya untuk pindah ke kota lain."Aku tidak tahu harus bagaimana," kata Kirana, setel

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 251

    Bima menatap istrinya dengan tatapan penuh kasih. "Maksudmu?""Maksudku, dulu aku mencintaimu karena kamu tampan, pintar, dan selalu membuatku tertawa. Sekarang, aku mencintaimu karena semua itu, ditambah dengan bagaimana kamu sebagai suami, sebagai ayah, dan sebagai mitra hidupku. Aku mencintaimu karena semua yang telah kita lalui bersama, semua kenangan yang kita buat, dan semua impian yang masih kita kejar."Bima tersentuh oleh kata-kata istrinya. "Aku juga merasakan hal yang sama. Cinta kita telah bertransformasi menjadi sesuatu yang lebih dalam dan berarti.""Dan itu yang membuatnya istimewa," lanjut Kirana. "Bahwa cinta kita bukan sekadar perasaan sesaat, tetapi komitmen yang terus dipupuk setiap hari."Mereka duduk dalam keheningan yang nyaman, mendengarkan deburan ombak dan menikmati kebersamaan mereka. Bima meBima menggenggam tangan Kirana, merasakan tekstur lembut kulitnya yang sudah sangat familiar. "Kamu tahu, ada sesuatu yang ingin ku

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 250

    "Kamu tahu apa yang paling kusukai dari hubungan kita?" tanya Bima."Apa?""Kita tidak hanya bertahan, tapi kita berkembang. Kita tidak hanya sekadar pasangan yang tinggal bersama, tapi kita benar-benar hidup bersama—berbagi mimpi, ketakutan, harapan, dan kebahagiaan."Kirana mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Dan itulah yang membuatnya istimewa, bukan? Bahwa di tengah dunia yang semakin individualistis, kita masih menemukan cara untuk benar-benar terhubung dan hadir satu sama lain.""Tepat sekali," Bima setuju. "Dan aku berjanji akan selalu menjaga hubungan ini, apapun yang terjadi."Mereka duduk di sana hingga larut malam, berbincang tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tidak ada pembicaraan tentang pekerjaan, deadline, atau masalah sehari-hari. Hanya ada mereka berdua, dan cinta yang terus tumbuh di antara mereka.Waktu berlalu dengan cepat. Arjuna kini berusia lima tahun, dan Bima serta Kirana dikaruniai anak

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 249

    "Kamu tahu," kata Bima tiba-tiba, "ada satu hal lagi yang membuat kita bertahan: kita tidak pernah berhenti tumbuh bersama."Kirana menatapnya penasaran. "Maksudmu?""Maksudku, kita tidak hanya mendukung pertumbuhan satu sama lain, tetapi kita juga tumbuh sebagai pasangan. Kita belajar dari kesalahan, beradaptasi dengan perubahan, dan selalu mencari cara untuk menjadi versi terbaik dari diri kita—baik sebagai individu maupun sebagai pasangan."Kirana tersenyum, menyadari kebenaran dalam kata-kata suaminya. Mereka memang telah melalui banyak perubahan dan tantangan, tetapi alih-alih membiarkan hal-hal tersebut memisahkan mereka, mereka menjadikannya sebagai kesempatan untuk tumbuh bersama."Aku mencintaimu," bisik Kirana, mengulangi kata-kata yang telah mereka ucapkan ribuan kali namun tidak pernah kehilangan maknanya."Aku lebih mencintaimu," balas Bima, sebelum keduanya terlelap dalam pelukan hangat, di samping buah hati mereka yang tertidur

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 248

    "Kamu tahu," kata Bima suatu malam saat mereka berbaring bersama di tempat tidur, "aku mulai menyadari bahwa tidak semua 'pekerjaan penting' itu benar-benar penting."Kirana menoleh, tertarik. "Maksudmu?""Selama ini aku selalu berpikir bahwa setiap email harus dijawab segera, setiap masalah harus diselesaikan hari itu juga. Tapi ternyata tidak. Beberapa hal memang mendesak, tapi sebagian besar bisa menunggu.""Dan dunia tidak runtuh karenanya," tambah Kirana dengan senyum."Tepat sekali. Justru sebaliknya, aku merasa lebih produktif di kantor karena aku tahu waktuku terbatas. Aku harus menyelesaikan semua pekerjaan penting sebelum pulang, karena di rumah adalah waktuku bersamamu."Kirana mengangguk setuju. Ia juga mulai menerapkan hal serupa di tempat kerjanya. Alih-alih lembur hingga larut malam, ia berusaha menyelesaikan pekerjaannya dalam jam kerja normal. Tentu saja ada pengecualian untuk proyek-proyek penting, tetapi ia tidak lagi membiarkan pekerjaan mengambil alih seluruh hidu

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 247: Keseimbangan Dalam Cinta

    Suara dentingan sendok beradu dengan cangkir kopi memecah keheningan pagi itu. Bima menatap keluar jendela, mengamati titik-titik embun yang masih menggantung di dedaunan. Di hadapannya, Kirana sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, sesekali mengernyitkan dahi. Meskipun berada di ruangan yang sama, mereka seolah berada di dunia yang berbeda—masing-masing tenggelam dalam urusan pekerjaannya."Deadline-nya besok," gumam Kirana, tanpa mengalihkan pandangan dari layar. "Proposal ini harus selesai malam ini."Bima hanya mengangguk pelan. Ia sendiri memiliki tumpukan dokumen yang menunggu untuk ditinjau. Sejak mendapat promosi sebagai kepala divisi, waktu luangnya semakin terkikis. Begitu pula dengan Kirana yang kini menjabat sebagai manajer proyek di perusahaan konsultan ternama.Keduanya telah menikah selama lima tahun, dan tiga tahun terakhir telah menjadi periode paling sibuk dalam kehidupan mereka. Karier mereka menanjak, tanggung jawab bertambah, dan waktu bersama semakin berkurang. Nam

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 246: Kita tidak mengorbankan

    "Mau minum kopi?" tanyanya. "Ada kafe kecil di seberang jalan. Kita bisa... bicara. Sudah lama sejak terakhir kali kita benar-benar bicara."Arissa ragu sejenak. Bagian rasional dari dirinya tahu bahwa ini mungkin bukan ide yang baik, bahwa membuka kembali luka lama hanya akan membuat penyembuhan semakin sulit. Tapi ada bagian lain yang tidak bisa ia sangkal—bagian yang selalu merindukan percakapan panjang mereka, tawa mereka, dan pengertian diam mereka."Baiklah," jawabnya akhirnya. "Satu kopi."Di kafe kecil yang nyaman itu, dengan secangkir kopi panas di antara mereka, dinding yang mereka bangun selama bertahun-tahun perlahan mulai runtuh. Mereka berbicara tentang impian mereka yang telah terwujud, tentang perjuangan mereka, tentang kesendirian yang kadang-kadang menghinggapi di tengah kesuksesan."Kau tahu," kata Reyhan setelah jeda panjang, "aku sering bertanya-tanya bagaimana jadinya jika aku tidak pergi waktu itu. Jika aku memilih untuk tingg

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 245: Mereka luar biasa, bukan?

    "Bagus sekali. Kita bisa mendiskusikannya di rapat tim minggu depan. Aku selalu menginginkan Sentuhan Hati untuk berkembang menjadi pusat kesehatan holistik yang lengkap, bukan hanya klinik pijat."Setelah berpisah dengan Rini, Arissa melanjutkan perjalanan ke kantornya dengan langkah ringan. Inisiatif timnya adalah bukti bahwa ia telah berhasil membangun budaya kerja yang mendorong pertumbuhan dan inovasi. Para terapisnya tidak hanya menjalankan tugasnya, tetapi mereka juga memiliki rasa kepemilikan terhadap kesuksesan klinik.Di kantornya, Arissa mulai mengerjakan draft artikel untuk jurnal terapi. Ia memutuskan untuk menulis tentang pendekatan kolaboratif antara terapi pijat dan pengobatan konvensional, menggunakan kasus Pak Hendra (dengan persetujuannya, tentu saja) sebagai contoh.Sementara jari-jarinya menari di atas keyboard, pikirannya kembali melayang ke undangan Reyhan. Pameran itu akan diadakan minggu depan, bertepatan dengan kunjungan Pak Dharma untu

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 244: ide yang sangat menarik.

    "Ah, Bu Arissa," suara Pak Hendra terdengar lebih cerah dari yang ia duga. "Saya baru saja akan menelepon Ibu. Saya sudah bertemu Dr. Santoso pagi ini.""Oh, bagus sekali! Bagaimana hasilnya, Pak?""Dokter mengatakan Ibu benar untuk merujuk saya. Ada masalah kecil dengan diskus di tulang belakang saya. Tidak serius, tapi perlu penanganan. Beliau merekomendasikan kombinasi terapi fisik dan pijat khusus. Dan beliau sangat menghargai kemampuan observasi terapis Ibu."Arissa tersenyum lega. "Saya senang mendengarnya, Pak. Terapi fisik sangat bagus untuk kondisi Bapak. Dan tentu saja, kami bisa menyesuaikan terapi pijat untuk mendukung pemulihan Bapak.""Ya, Dr. Santoso bahkan menyarankan terapi pijat di klinik Ibu sebagai bagian dari program pemulihannya. Katanya Sentuhan Hati memiliki reputasi yang sangat baik di kalangan dokter."Ini adalah berita yang menggembirakan bagi Arissa. Kolaborasi dengan dokter-dokter terkemuka seperti Dr. Santoso adalah sa

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status