"Gregorius Grup? Aku tidak pernah mendengar nama itu," kata Kevin sambil mengerutkan keningnya. "Dan selama ini, aku tahu namaku cuma Kevin, tanpa ada embel-embel lainnya."
"Itu karena tuan muda mengalami amnesia. Tuan muda pernah mengalami kecelakaan yang membuat tuan muda jadi seperti ini," kata wanita itu. "Oh, iya, namaku Susan."
"Kecelakaan? Kecelakaan apa? Tapi sudahlah, jangan menambah masalahku, Susan. Aku baru saja dipecat dari pekerjaanku dan diusir oleh tunanganku sendiri. Aku harus segera mencari pekerjaan."
"Tuan muda kan tidak perlu mencari pekerjaan karena properti dan uang atas nama tuan muda, ada banyak sekali di seluruh dunia."
"Jangan gombal. Biasanya yang gombal itu laki-laki, bukan kaum perempuan. Sudah ah, aku harus cari kerja supaya aku bisa merebut tunanganku kembali."
"Tuan muda, tuan muda tidak perlu mencari pekerjaan. Tuan muda tinggal tunjuk saja maka tempat yang tuan muda tunjuk itu, pasti adalah milik dari keluarga tuan muda atau aset dari anak perusahaan dari grup perusahaan yang keluarga tuan muda miliki."
"Hah? Asal tunjuk?"
"Iya, tuan muda. Tuan muda hanya perlu menunjuk ke perusahaan, hotel ataupun bank swasta di sekitar sini, maka, kemungkinan besar, itu adalah milikmu, tuan muda."
Kevin menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia pikir Susan adalah seorang wanita yang terganggu jiwanya. Tapi, Kevin ikuti juga tantangan Suzan itu, Kevin menunjuk dengan sembarangan ke arah sebuah hotel berlantai dua puluh di seberang sana. "Bagaimana dengan itu?"
"Tentu saja hotel Crown itu adalah milikmu, tuan muda. Hotel itu adalah milik dari salah satu anak perusahaan Gregorius Grup yang bernama Crown Limited Company yang membawahi beberapa hotel bintang lima di berbagai negara, salah satunya Crown Hotel itu."
"Aku tidak percaya kalau hotel itu adalah milikku."
"Kalau tuan muda tidak percaya, ayo kita ke hotel itu."
"Oke. Aku juga memang mau ke hotel itu karena aku mau mencari kerja di sana tapi bukan untuk membuktikan kata-katamu tadi, karena aku yakin kata-katamu itu tidak betul, mana mungkin aku memiliki hotel semewah itu. Punya satu rumah kecil aja, impossible, kok."
Suzan cuma tersenyum mendengar kata-kata Kevin ini sambil terus berjalan di samping Kevin. Saat ini, mereka berdua sudah menyeberang jalan untuk menuju ke Hotel Crown.
Kevin tahu pasti pemilik dari hotel itu yang bernama Gunadi, karena Kevin banyak kali mengantar makanan dari restoran milik Tuti ke pegawai-pegawai di hotel itu dan kadang ke ruangannya Gunadi di lantai 5 hotel ini.
Dari para satpam, Kevin tahu tentang siapa Pak Gunadi pemilik dari Hotel Crown itu.
"Oke, kalau begitu, mari aku buktikan kepadamu, tuan muda." Susan sudah berjalan lebih dulu untuk masuk ke halaman Hotel Crown yang berada sekitar 50 meter dari restoran milik Tuti.
Saat sudah berada di dekat pintu masuk hotel, Kevin yang ingin membuat Susan malu, langsung mendahului langkah Suzan dan segera mendekati satpam yang dikenalnya dan berkata kepada satpam itu. "Menurut wanita itu, aku adalah pemilik hotel ini. Hahaha. Itu gila kan?"
Satpam bernama Rudi yang mengenal Kevin, langsung melihat ke arah Susan dan berkata, "waduh, masih muda, cantik, kok ngawur sih? Masak sih Kevin yang pelayan restoran tiba-tiba bisa jadi pemilik hotel ini."
Susan tidak memperdulikan omongan mereka. Dia mengeluarkan handphonenya dan mulai menelepon. Kemudian terdengar dia bicara, "Pak Gunadi, kamu ada di hotel kan?"
Mendengar itu, Kevin dan Rudi saling berpandangan.
Sesudah itu, Susan nampak mendengar beberapa saat, kemudian Susan berkata, "kalau begitu, Pak Gunadi harus turun sekarang juga ke bawah karena tuan muda sudah ditemukan dan dia berada denganku sekarang ini di depan hotelmu."
Mendengar nama Gunadi disebut, Rudi dan Kevin yang sebelumnya mengejek Suzan, langsung terdiam. Karena mereka menghormati Gunadi, karena itu, mereka menunggu di depan pintu utama hotel hingga akhirnya pak Gunadi datang dengan tergopoh-gopoh.
"Ibu Susan, ini betul-betul kabar gembira. Benarkah tuan muda sudah ditemukan?"
"Iya, Pak Gunadi. Itu orangnya. Tuan muda kita yang selama ini kita cari," kata Susan sambil menunjuk ke arah Kevin.
Gunadi nampak kaget saat Susan menunjuk ke arah Kevin. "Loh, dia kan yang suka ngantar-ngantar makanan disini."
"Iya, Pak Gunadi. Aku yang suka ngantar makanan ke sini dan kadang juga mengantar makanan ke ruangan bapak. Jadi, tidak mungkin lah kalau aku adalah seorang tuan muda.
Gunadi menatap Susan kembali. "Apa informasi ini bisa dipercaya?"
"Iya, pak. Ingat, walaupun tidak lama, tapi aku sempat menjadi asistennya tuan muda sebelum dia menghilang, karena itu, aku tentu masih ingat wajahnya walaupun memang ada perubahan sedikit."
"Apa itu cukup?"
"Tentu saja bukan itu saja. Setelah penelusuran dengan cermat selama sebulan ini dan juga dengan pemeriksaan DNA yang sudah kami lakukan secara diam-diam, selama beberapa hari ini kepada pria bernama Kevin ini, maka kami sudah memastikan kalau dia adalah pewaris Gregorius Grup yang sayangnya, nampaknya terkena amnesia."
"Wah, kalau begitu, ini kabar gembira. Aku tidak menyangka kalau pria yang suka antar makanan kepadaku ternyata adalah bos besarku sendiri. Ugh ... aku jadi malu."
Mendengar pembicaraan mereka, Kevin yang jadi bingung sendiri dan mulai menebak-nebak. "Tunggu dulu, aku pasti lagi masuk acara televisi yang sejenis prank artis atau prank warga itu. Iya kan? Mengaku sajalah, kalian sedang prank aku kan?"
Rudi ikut mengangguk-angguk dan membenarkan dugaan Kevin itu
"Please ... percayalah. Tuan muda memang adalah tuan muda kami. Bukti ini sudah tidak bisa dibantah lagi, nantinya tuan muda akan dipertemukan dengan kakek tuan muda yang sekarang bermukim di Hongkong tetapi kalau memang tuan muda menginginkan bukti kedua, maka aku akan memberikan ini kepada tuan muda."
"Apa ini?" tanya Kevin saat dia melihat sebuah kartu berkilauan disodorkan oleh Susan kepadanya.
"Ini adalah credit card milikmu, tuan muda. Kamu bisa melihat berapa uang yang tuan muda miliki di dalam kartu ini. Untuk itu, tuan muda bisa menuju ke Greatest Bank."
Kevin menerima kartu itu dan menyimpannya di dompetnya. "Baiklah aku akan pergi ke sana. Aku tidak tahu prank apa lagi yang kamu sediakan disana, tapi, aku akan kesana."
Susan berkata kepada Gunadi agar supaya Gunadi menyediakan kamar terbaik untuk Kevin saat dia balik nanti.
Gunadi langsung membungkukkan tubuhnya ke arah Kevin dan meminta Kevin untuk tidak lupa pulang ke hotel dan tinggal di hotel setelah menyelesaikan urusan di bank.
Dengan perasaan heran, Kevin mau juga saat diajak Susan untuk naik ke sebuah mobil Limousine, mobil yang hanya dia lihat di film-film.
Tapi Kevin masih belum terlalu percaya, karena itu, Kevin berkata kepada Susan, "nanti, sesampainya di bank, kamu tidak boleh turun, kamu harus tetap di mobil."
"Tapi kenapa, tuan muda?"
"Karena aku masih curiga kalau kalian sedang mengadakan prank kepadaku untuk acara TV. Seakan-akan aku adalah seorang pewaris kaya raya, padahal ini cuma sekedar acara televisi, karena itu, aku harus masuk sendiri ke dalam bank tanpa kamu supaya kamu tidak bisa bermain mata dengan orang-orang di dalam bank."
"Baik, tuan muda. Kebetulan aku ada urusan, jadi, setelah menurunkan tuan muda di bank, aku akan segera pergi. Nanti, sesampainya di bank, tuan muda cukup bilang kalau akan bertemu dengan Pak Harun, Direktur dari Greatest Bank."
"Baiklah. Sesukamu lah."
Sesampainya di bank, Kevin turun sendiri dan segera menuju ke pintu depan.
"Iya, Pak. Ada keperluan apa, Pak? Oh, kamu?" tanya seorang satpam yang langsung mengenali Kevin sebagai pelayan restoran yang kadang mengantar makanan dari Restoran Bunga Bakung milik Tuti itu.
"Iya, Pak. Begini, aku ingin bertemu dengan Pak Harun."
"Tapi Pak Harun tidak memberitahu aku tentang pesanan makanan. Lagipula, dia selalu memesan makanan Perancis yang mewah, dia tidak pernah memesan makanan dari restoran kalian. Mungkin maksud kamu itu pegawai kami yang memesan makanan. Iya kan?"
"Bukan. Aku datang ke sini bukan untuk mengantarkan makanan. Aku ingin bertanya tentang rekeningku kepada Pak Harun."
"Hah! Pak Harun itu adalah presiden direktur di bank ini. Dia tidak akan turun tangan sendiri untuk melayani nasabah kelas teri macam kamu! Sorry to say tapi simpanan kamu paling cuma sedikit, tidak mungkin untuk membuatmu menghadap Pak Harun."
Kevin langsung mengeluh dalam hatinya. "Aku pasti dikerjai nih. Lihatlah, kalau memang aku adalah pewaris seperti yang dibilang Susan, Pak Harun itu pasti sudah menungguku. Kalau seperti ini, itu berarti aku kena prank lagi."
Kevin celingukan tapi ternyata apa yang dicari tidak dia temukan. Mobilnya Susan sudah tidak ada lagi di bawah sana. Awalnya Kevin ingin pergi saja dari sini, tapi kemudian dia teringat akan kartu yang dia terima dari Susan, karena itu, dia putuskan untuk masuk ke dalam bank, karena dia masih ingin membuktikan perkataan Susan sekali lagi. "Ya udah. Kalau kamu memang mau ada keperluan dengan rekeningmu, kamu boleh ke customer service di dalam. Mereka akan melayani kamu dengan baik tetapi jangan lagi meminta Pak Harun sendiri yang turun tangan untuk menemui kamu, mengerti?" Tegas satpam tadi yang masih memandang remeh kepada Kevin. Kevin mengangguk dan kemudian mengambil nomor antrian di meja customer service. Saat Kevin sedang menunggu nomor antriannya dipanggil, dia melihat kedatangan Lisa dan Victor yang bergandengan tangan masuk ke dalam bank. Victor langsung tertawa-
"Pak Harun, dia ini hanyalah pelayan restoran yang sering mengantar makanan disini. Tidak mungkinlah dia seorang tuan muda, pak," kata salah seorang satpam yang ditambah anggukan kepala dari customer service yang tadi. "Pasti ada suatu kesalahan, Pak Harun. Mungkin dia mencuri identitas tuan muda yang bapak maksud tadi," timpal Victor. "Iya, pak. Dia ini hanya pelayan rendahan di rumah makan ibuku, tidak mungkin lah kalau dia ini seorang tuan muda," tambah Lisa. "No. Informasiku valid. Dia ini adalah tuan muda dari Keluarga Gregorius, pemilik dari bank ini, juga pemilik dari banyak perusahaan di dunia ini," bantah Harun. Kevin masih setengah tidak percaya mendengar kata-kata Harun itu, karena dia masih merasa dirinya berada di dalam sebuah acara televisi yang sedang berusaha melakukan prank kepada dirinya seolah dirinya adalah anak orang kaya raya. Karena itu, Kevin berkata, "oke. Kalau memang aku adalah tuan muda seperti yang bapak bilang tad
Kevin cuma bisa terdiam karena memang kata-kataYuni Ini mengandung kebenaran, karena tidak mungkin dia bisa membeli mobil di tempat ini, bahkan uang yang berada di kantongnya saat ini hanya berjumlah puluhan ribu, mana mungkin bisa membeli mobil di showroom mewah seperti ini. Kevin masih belum tahu dengan pasti apakah kali ini Kevin bisa selamat seperti sebelumnya, saat dia diselamatkan Harun di bank dari olok-olok orang-orang yang tahu kalau Kevin cuma seorang pelayan restoran. "Tuh kan, kamu ngerti juga kan? Ya udah, minggir sana. Jangan menghalangi pintu, itu ada tamu yang mau membeli mobil," kata Yuni sambil menunjuk ke arah luar. Secara refleks Kevin mengikuti pandangan Yuni ke arah luar dan karena showroom ini bagian depannya terdiri dari kaca semua, maka keadaan yang berada di luar showroom, bisa dilihat dari dalam showroom. Di luar sana, ada sepasang laki dan perempuan yang baru saja turun dari mobil mereka da
"Heh, Natalie! Kamu itu masih baru! Bahkan kamu masih dalam status percobaan di showroom ini, jadi kamu jangan membantah kata-kata senior macam aku, tahu!!!" Yuni melotot ke arah Natalie. Natalie cuma bisa terdiam karena kata-kata Yuni ini mengena di hatinya, karena Natalie memang cuma seorang sales baru yang bahkan belum sebulan kerja di showroom ini, jadi tentu saja dia tidak bisa membantah perkataan senior, apalagi Yuni adalah kepala sales di counter depan di showroom ini. Walaupun Natalie merasa tidak puas tapi dia terpaksa berdiam diri. Vanda kembali berusaha menyerang Kevin. Dia berkata, "hei, lebih baik kamu itu cari kerja sana! Kamu kan baru dipecat dari Restoran Bunga Bakung, jadi, lebih baik kamu cari kerja di tempat lain daripada jalan-jalan di tempat ini! Kamu cuma bikin kerjaan buat seles-seles di tempat ini, karena kamu tidak akan mungkin membeli mobil di showroom ini!" "Iya, betul tuh, Kevin. Cari kerja sono atau lebih
"Aku tidak tenang karena aku tahu kalau aku tidak salah. Aku tahu kalau mengusir seorang tamu di showroom ini tidak bisa dibenarkan!" ngotot Natalie. Kevin menelan salivanya. Dia takut Natalie akan dipecat karena dia, tapi saat ini, melihat kengototan Natalie, Kevin juga tidak bisa pergi begitu saja karena Natalie masih mendebat manajernya yang bernama Ridwan itu. Melihat ngototnya Natalie, Ridwan menjadi marah. "Oke, kalau itu maumu! Sekarang juga, aku memecatmu dari showroom ini! Masih baru sudah belagu! Cepat ambil barang-barangmu dan segera pergi dari sini!" "Baik, aku pergi dari sini! Mendingan aku tidak kerja di sini daripada kerja di sini, di tempat yang orang-orangnya memperlakukan tamu dengan semena-mena, huh!" Nathalie menatap tajam ke arah Ridwan dan juga Yuni, setelah itu, dia membalikkan tubuhnya untuk menuju ke bagian dalam guna mengambil barang-barangnya. "Pergi sana, kamu! Huh, gadis kampungan!" cibir Yuni.
"Benarkah bapak akan melakukannya?" tanya Kevin heran sambil menatap wajah Samsul. "Tentu saja. Perkataan tuan muda Gregorius adalah ibarat sebuah Titah Raja yang harus aku ikuti. Apalagi managerku sudah melakukan kesalahan kepada seorang tamu agung di showroom ini dan itu adalah sebuah kesalahan yang sangat besar yang termasuk dalam peraturan di showroom ini dengan ancaman pemecatan. Jadi, itu yang terjadi akan terjadi," jawab Samsul. "Pak Samsul, ini cuma lelucon dari Anda, kan? Aku tidak betul-betul dipecat kan? Iya kan, pak?" tanya Ridwan penuh harap. "Kamu dipecat karena tidak menghargai tamu agung di showroom ini, kamu beserta Yuni, segera tinggalkan showroom ini, sekarang juga!" Yuni mulai memohon kepada Samsul. "Please ... jangan, pak. Jangan pecat aku. Aku masih punya banyak hutang, Pak Samsul. Dimana lagi aku bisa mendapatkan Gaji tinggi yang aku dapat sekarang dengan bonus-bonus besar yang aku dapat sekarang, pak?"
Mendengar kata-kata Yuni itu, Arman dan Vanda langsung menatap ke arah Samsul berharap kalau kata-kata Yuni itu mengandung kebenaran karena mereka merasa tidak mungkin seorang pelayan seperti Kevin adalah seorang tuan muda."Mati kamu, pelayan busuk! Kamu pasti akan langsung diusir," kata Ridwan sambil tertawa puas karena dia yakin sebentar lagi kebenaran akan tersingkap kalau Kevin bukanlah tuan muda yang sesungguhnya.Bukan hanya mereka yang berpikir seperti itu. Bukan hanya mereka yang berpikir kalau Kevin bukanlah tuan muda yang sesungguhnya. Kevin juga berpikir demikian. Sehingga saat ini dia sudah pasrah. Pasrah akan diusir dari showroom ini.Kevin mendekati Natalie karena Kevin ingin segera menarik tangan Natalie untuk keluar dari showroom ini sebelum Natalie dihina oleh Ridwan dan Yuni karena kemungkinan identitas Kevin kalau Kevin bukankah tuan muda akan segera ketahuan.Samsul yang sampai saat ini masih menjadi pusat perh
"Tuan muda, seharian ini kan aku sudah berusaha memberitahu tuan muda kalau tuan muda memang adalah Tuan Muda Gregorius tapi... " "Tapi apa?" tanya Kevin. "Susah untuk aku jelaskan, tuan muda. Tuan muda harus datang ke kamar hotel tempat tuan muda menginap. Di situ, aku sudah sediakan semua yang harus tuan muda ketahui," jawab Suzan diujung telepon. "Baiklah, aku akan segera kesana." "Iya, tuan muda. Aku tunggu di sini," pungkas Suzan. Kevin segera mengembalikan handphone milik Samsul tadi. Begitu Kevin mendekat, Samsul langsung berkata kepada Natalie, "minta nomor telepon Tuan Muda Gregorius, supaya nanti kamu bisa menghubungi dia menyangkut pesanan mobil." Natalie langsung tersenyum ke arah Kevin dan meminta nomor telepon Kevin. Kevin segera mengambil handphonenya dan memberikannya kepada Natalie supaya Natalie bisa mencatat nomor telepon yang ada di handphone itu. "Oke, Tuan Muda Gre
Tiba-tiba pintu menuju ruang atap terbuka dan beberapa orang keluar dari sana sehingga membuat Kevin dan gadis yang disandera itu jadi kaget. Dari pintu yang terbuka itu, keluarlah Felix, Matias serta Tony, asisten Kevin di bagian keuangan. Bersama mereka bertiga, keluarlah sepasang suami istri berumur 40 tahunan yang begitu melihat gadis yang berada di samping Kevin, mereka langsung berteriak dan mendekati gadis itu. "Mah. Pah," kata gadis yang sempat disandera itu yang langsung menghambur ke dalam pelukan sepasang suami istri yang baru datang ini yang ternyata adalah orang tua gadis itu. Felix langsung mendekati Kevin dan bercerita secara singkat tentang mengapa John Mc Clane bisa muncul di lantai atap apartemen dan kembali menyelamatkan Kevin. Kevin cuma bisa bersyukur karena John Mc Clane bisa sadar lebih cepat dari perkiraan semula karena kalau John tidak sadar dengan cepat, mungkin Kevin akan kesulitan menyelamatkan tiga orang yang bersama dia saat ledakan bom terjadi di la
Tangga tali ini terombang-ambing di udara karena helikopter dalam keadaan hampir tidak bisa dikontrol.Helikopter yang dikemudikan oleh John Mc Clane ini berputar-putar di udara setelah terkena dampak dari ledakan yang terjadi di dekat lantai atap gedung ini.Pada saat itu, menara seluler mulai roboh dan akan segera mengenai baling-baling helikopter hingga membuat orang-orang yang berada di dalam helikopter berteriak ketakutan.Kevin yang mendengar suara teriakan orang-orang di dalam helikopter itu, sebenarnya masih dalam keadaan berbahaya karena dia sedang fokus untuk mengendalikan gadis yang sempat dia dibekukan dan sekarang ini sedang meronta-ronta karena ketakutan.Gadis ini memang mengalami trauma karena sebelumnya saat dia berada di unit apartemen milik orang tuanya, tiba-tiba ada orang-orang yang mendobrak pintu dan menculiknya.Kemudian gadis ini dibawa ke lantai 6 dan langsung dipukul oleh Benford serta dipasangkan masker dan ditodong dengan senjata api hingga membuat gadis i
Api semakin membesar naik ke arah atas sementara Kevin masih berjuang untuk menghancurkan tembok pembatas yang berada di sekitar tubuh gadis sandera itu, tembok pembatas yang menghalangi Ken untuk menyembuhkan gadis itu dari kebekuan.Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara keras di atas lantai atap apartemen ini.Suara helikopter yang datang ke atas lantai atap ini disertai dengan tangga tali yang turun ke arah bawah."Buddy, cepat naik. Waktu kalian tidak banyak lagi. Felix sudah mendeteksi ada bom yang akan segera meledak di gedung itu. Cepat naik."Itu adalah suara John Mc Clane lewat pengeras suara dari helikopter yang baru datang itu.Kevin bisa mendengarnya dan mendengar kalau ada bom di atas sini, maka dia memberi isyarat kepada Andreas dan A Hua untuk naik di tangga tali helikopter yang diturunkan oleh helikopter itu.Tangga tali itu kini sudah berhasil mencapai tempatnya Andreas. Andreas langsung naik di tangga tali itu dan langsung memanjat ke atas tanpa menunggu lagi.K
Terjadi ledakan keras yang mengguncang gedung ini pada saat Kevin sedang sibuk untuk menghidupkan kembali gadis belasan tahun yang sempat dibekukan oleh Kevin tadi.Tubuh Kevin dan gadis itu terlempar sedemikian rupa sekitar 5 meter dari posisi mereka sebelumnya.Demikian juga Andreas dan A Hua yang masih berada di jarak 10 meter dari helikopter.Helikopter itu sendiri karena guncangan yang terjadi sempat melayang ke samping sehingga pilotnya terpaksa mulai memaksa naik ke atas tanpa bisa dicegah lagi oleh Andreas dan A Hua.Ada 5 anak buahnya Andreas yang berada di helikopter ini. Mereka adalah orang-orang terakhir yang diselamatkan oleh helikopter setelah para warga di apartemen ini diselamatkan dan para pengawal Keluarga Kevin lainnya sudah naik di helikopter sebelumnya.Lima pengawal Keluarga Kevin ini sangat marah saat helikopter ini diterbangkan oleh sang pilot untuk kabur meninggalkan gedung apartemen yang bagian bawahnya meledak itu.Karena ini berarti, helikopter terakhir ini
Dengan keadaan saat ini, di mana gadis itu terancam bahaya dari semua arah, dari kiri kanan dengan senjata api dan panah, belakang dengan senjata api yang berada di tangan Benford dan satu lagi yang berasal dari bawah lantai tempat gadis itu berpijak, maka Kevin harus bergerak cepat untuk mengatasinya.Kevin harus mengusahakan keselamatan gadis ini, dia harus bertindak cepat, kalau perlu dalam satu tindakan, dia harus melindungi gadis itu dari ancaman-ancaman bahaya yang ada.Kevin tahu kalau Benford memang sudah nekat, nekat untuk mati bersama gadis itu di tempat ini.Seperti kata-kata Benford tadi, mungkin saja dia tidak akan bisa membunuh Kevin, tetapi dia ingin membunuh gadis itu di depan mata Kevin agar supaya Kevin merasa bersalah.Dan perkataan Benford itu mengandung kebenaran. Kevin pasti akan merasa bersalah kalau gadis di depannya ini tewas di depan matanya tanpa bisa dia tolong, karena itu, Kevin harus bertindak drastis.Ancaman dari bawah gadis itu bukan hanya api yang sem
Kevin melangkah masuk ke dalam ruang tamu apartemen ini. Dengan ekor matanya, dia melihat semua yang ada di dalam ruang tamu apartemen ini.Nampaknya ruang tamu apartemen ini bukanlah tempat sembarangan, bukan tempat yang dipilih secara serampangan oleh Benford untuk membawa gadis kecil ini ke lantai 8 ini.Dengan kepemilikan gedung ini, maka Kevin yakin kalau Benford sudah menyiapkan sesuatu yang tidak terduga di apartemen ini.Karena di dalam ruangan ini terdapat banyak sekali hal-hal yang mengerikan.Ada panah di dinding kiri dan kanan yang anak panahnya siap untuk terlepas dari busurnya.Kevin tidak tahu hal apa yang akan memicu anak-anak panah itu terlepas tapi yang pasti, sasaran dari anak panah itu berada di tubuh gadis belasan tahun yang memakai masker yang berada di depan Benford itu.Selain itu, di bawah panah itu, ada dua senjata api yang memakai tali temali khususnya di bagian pegangan dan juga di bagian pelatuk.Sasaran dari dua senjata api itu juga sama yaitu di kepala g
Kevin takut akan strategi musuh. Karena bisa saja musuh akan naik ke lantai atap pada saat Kevin turun ke lantai 6 untuk menemui Benford yang sebelumnya ada di lantai 6.Karena itu, sebelum turun ke bawah, Kevin putuskan untuk mengambil sebuah besi dan dengan besi itu, dia bengkokkan besi itu dan kaitkan di pegangan pintu untuk menghalangi siapapun naik ke lantai atap.Karena orang yang ingin masuk ke lantai atap, harus bisa meluruskan besi itu dan itu sesuatu yang mustahil untuk orang yang tidak memiliki kemampuan tenaga dalam.Kalau pun ada yang bisa menghancurkan besi itu maka mereka harus menghancurkannya dengan menggunakan shotgun atau pun dengan menggunakan peledak sejenis C4.Yang jelas, kalau mereka melakukan itu, suaranya pasti akan didengar Kevin, sehingga Kevin bisa langsung kembali ke tempat ini.Jadi, kalaupun yang bersama Benford itu adalah seorang sandera, maka Kevin akan menyelamatkan sandera itu, membawanya ke atas sini dan menghancurkan besi yang dia pakai menghalang
"Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Kevin sambil menatap Andreas."Felix baru mendapatkan sesuatu kalau ternyata gedung apartemen ini bukan sekedar tempat yang disewa oleh Benford dan Howard," Jawab Andreas."Lalu apa?""Ternyata sejak lama apartemen ini memang adalah milik dari Benford dan Howard.""Benarkah?" Kevin langsung mengerutkan keningnya. "Berarti mereka sudah menyiapkan sesuatu di tempat ini dan aku rasa tebakanku sebelumnya tidak benar. Aku rasa bukan bom yang ditanamkan di sini.""Iya, tuan muda. Karena menurut Felix, di lantai 3 baru terjadi pergolakan yang aneh.""Aneh?""Iya, tiba-tiba hawa di lantai 3 menjadi sangat panas.""Kebakaran?""Ya. Dan itu baru terjadi beberapa detik yang lalu tetapi sudah langsung memenuhi seluruh lantai 3. Dengan demikian, seluruh lantai di lantai 3 itu seperti berubah menjadi kompor masak.""Mungkin masih ada celah. Kalian semua, segeralah keluar lewat tangga untuk menuju ke lantai 2 dan menyelamatkan diri kalian.""Baik."Tapi, Andreas ke
Tapi sebelum menyerang, Kevin memberikan kode. Dia mengepalkan tangannya ke arah belakang tubuhnya yang merupakan kode bagi para pengawalnya untuk tidak bergerak dulu.Setelah memberikan kode itu, Kevin langsung keluar dari persembunyian dan mendekati beberapa orang yang langsung kaget saat melihatnya.Kevin melihat ke wajah orang-orang itu dan kekagetan orang-orang itu tidak dibuat-buat, karena itu, Kevin tahu kalau orang-orang ini betul-betul tidak tahu akan kemungkinan kedatangannya ini.Tapi Kevin tidak berpikir lebih panjang lagi, dia segera mendekat dan merampas satu persatu senjata-senjata api otomatis yang dipegang musuh-musuhnya iniSetiap kali Kevin berhasil merampas senjata api itu, dia segera melemparkan senjata-senjata api itu ke belakang ke arah tangga untuk segera diamankan oleh anak buahnya yang masih bersembunyi di dekat tangga.Kevin terus bergerak dengan cepat mengambil apa saja senjata musuh yang dia pegang atau diselipkan musuh di tubuh mereka.Kevin mengambil sen