Share

BAB 2

Author: Adinda Shafa
last update Last Updated: 2025-01-23 01:13:24

Langit senja membentang dengan semburat jingga yang perlahan memudar di balik cakrawala. Angin berembus pelan, menggoyangkan dedaunan dan membawa aroma tanah basah sisa hujan sore tadi. Di halaman luas rumah gurunya, Azlan berdiri tegap, menatap cakrawala dengan mata yang penuh keteguhan. Hari ini adalah hari yang telah lama ia nantikan, hari yang sekaligus ingin ia tunda jika memungkinkan.

Di belakangnya, tujuh kakak seniornya berdiri berjajar, menatap punggungnya dengan berbagai ekspresi. Ada yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca, ada yang masih mencoba tersenyum, meskipun jelas ada kesedihan yang tertahan di sana. Selama bertahun-tahun, mereka bersama, berbagi suka dan duka dalam pelatihan yang keras dan tanpa ampun. Namun, sekarang, momen perpisahan akhirnya tiba.

"Jadi, kau benar-benar akan pergi?" suara lembut salah satu seniornya, Kirana, memecah keheningan.

Azlan menarik napas panjang sebelum berbalik. Matanya yang tajam menyapu wajah para seniornya satu per satu. Kirana, dengan rambut panjangnya yang terurai dan sorot mata penuh kebijaksanaan, adalah kakak senior yang paling ahli dalam pengobatan dan ilmu medis. Wajahnya selalu teduh, seakan membawa ketenangan bagi siapa pun yang berbicara dengannya.

Di sampingnya, Asha, senior dengan kekuatan fisik luar biasa, bersedekap dengan wajah datar, tetapi dari caranya menggigit bibir, Azlan tahu bahwa ia sedang menahan emosi. Ada Liona, yang terkenal dengan kecerdasannya dalam strategi dan bisnis, Reina yang memiliki keahlian seni bela diri paling tinggi di antara para seniornya, serta empat senior lainnya yang masing-masing memiliki keunikan dan kekuatan sendiri.

"Aku harus pergi. Ini adalah janji yang telah lama aku buat," jawab Azlan dengan suara tenang, meskipun dalam hatinya, ia juga merasa berat meninggalkan tempat ini.

Liona melangkah maju dengan santai dan mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam dari saku jaketnya. Ia menyodorkannya ke Azlan dengan ekspresi santai, tetapi nadanya serius.

"Kartu ini adalah kartu akses ke rekening platinum. Hanya ada lima orang di dunia ini yang memilikinya, dan aku salah satunya," katanya. "Jika suatu hari kau dalam kesulitan, gunakan saja."

Azlan menatap kartu itu sejenak sebelum menerimanya. "Aku menghargainya, tapi—"

"Kau tidak bisa menolak," potong Asha dengan nada tegas. "Kami semua sudah sepakat untuk memberikan sesuatu padamu sebelum kau pergi."

Reina melangkah maju dan menyerahkan sebuah cincin emas dengan ukiran naga hitam. "Ini juga untukmu. Simbol komunitas tertinggi yang berisi para pemilik kekayaan, mafia, dan pemegang kekuasaan. Siapa pun yang melihatmu memakai cincin ini akan mengerti siapa dirimu."

Azlan menatap cincin itu lama sebelum menerimanya dengan anggukan kecil.

Satu per satu, para seniornya menyerahkan sesuatu kepadanya. Ada yang memberikan pedang pusaka dengan ukiran khas keluarga mereka, ada yang memberikan akses ke jaringan informasi rahasia, bahkan ada yang memberinya jimat perlindungan khusus yang konon telah diberkati oleh para sesepuh.

"Ini dariku," ujar Kirana, menyerahkan sebuah botol kecil berisi cairan berwarna biru kristal. "Ini adalah ramuan penyembuh terbaik yang pernah dibuat. Bahkan luka yang hampir tak tersembuhkan pun bisa pulih dalam hitungan menit."

Azlan menerimanya dengan rasa syukur. Kirana selalu dikenal sebagai yang paling perhatian di antara mereka.

Salah satu senior lainnya, Suri, melangkah maju dan memberikan sebuah gulungan kecil. "Di dalamnya ada nama-nama orang yang bisa kau percayai di luar sana. Dunia tidak sebaik yang kau pikirkan, dan orang-orang yang terlihat baik belum tentu tulus. Jika suatu hari kau berada dalam masalah dan butuh bantuan, cari salah satu dari mereka."

Azlan mengambil gulungan itu dengan hati-hati. Ia tahu bahwa setiap hadiah ini bukan hanya sekadar benda, tetapi juga simbol kasih sayang dan harapan dari para seniornya.

Setelah menerima semua pemberian itu, Azlan menatap mereka dengan penuh rasa hormat. "Aku tidak akan melupakan ini. Suatu hari nanti, aku pasti kembali."

Tak ada yang berbicara untuk beberapa saat. Hanya angin yang berhembus lembut di antara mereka. Lalu, dengan langkah pelan namun mantap, Azlan berbalik dan mulai berjalan menjauh.

Para seniornya hanya bisa menatap punggungnya yang semakin menjauh, dengan perasaan bercampur aduk. Mereka tahu bahwa perpisahan ini hanyalah awal dari sesuatu yang lebih besar.

Dan dengan demikian, perjalanan Azlan untuk menemukan kebenaran dan menghadapi masa lalunya pun dimulai.

Related chapters

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 3

    Malam telah larut ketika Azlan tiba di sebuah kota kecil di perbatasan. Langit kelam bertabur bintang, tapi suasana kota tetap hidup dengan deretan kedai yang masih buka dan orang-orang yang berkumpul di pinggir jalan. Ia menyesuaikan kerudung tipis yang menutupi sebagian wajahnya, menyembunyikan identitasnya dari mata yang mungkin mengenalinya.Setelah bertahun-tahun berada di tempat pelatihan, dunia luar terasa asing. Suasana bising pasar malam, bau makanan yang menggoda, dan obrolan orang-orang membentuk dunia yang berbeda dari tempatnya berasal.Azlan melangkah menyusuri jalanan berbatu, matanya menelusuri setiap sudut. Ia membutuhkan tempat untuk menginap, tetapi ia juga ingin mencari tahu informasi tentang dunia luar. Dari semua yang diberikan para seniornya, satu hal yang belum ia miliki adalah pemahaman tentang dunia yang kini harus ia masuki.Saat ia berjalan, suara gaduh menarik perhatiannya. Kerumunan orang berkumpul di depan sebuah rumah besar bercat putih."Kabarnya Tuan

    Last Updated : 2025-01-23
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 4

    Azlan berjalan menyusuri jalanan kota dengan langkah mantap, meninggalkan rumah besar tempat ia baru saja menyelamatkan nyawa seorang pria kaya yang bahkan tidak mengetahui siapa penyelamatnya. Udara malam terasa lebih dingin dari sebelumnya, atau mungkin hanya perasaannya saja yang semakin berat.Ia telah melakukan sesuatu yang benar, tetapi hasilnya justru menyembunyikan kebenaran. Dokter lain mendapatkan pujian atas kesembuhan yang seharusnya menjadi bukti kemampuannya.Namun, bukankah ini yang memang ia inginkan? Tidak menarik perhatian? Tidak membiarkan orang-orang mengetahui siapa dirinya?Tapi mengapa dadanya terasa sesak?Azlan menghela napas dan mengusir pikiran itu. Ia harus melanjutkan perjalanan.—Keesokan paginya, ia tiba di sebuah penginapan kecil di pinggir kota. Tempat itu sederhana, hanya terdiri dari beberapa kamar dengan jendela menghadap ke jalan utama. Ia membayar dengan uang tunai dan memilih kamar di lantai atas, jauh dari keramaian.Begitu memasuki kamar, ia l

    Last Updated : 2025-01-25
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 5

    Langit masih gelap ketika Azlan keluar dari toko Ziyad. Jalanan kota mulai sepi, hanya ada beberapa orang yang berjalan dengan cepat, entah karena kedinginan atau karena tak ingin terlibat dalam urusan yang bukan urusan mereka.Ia menggenggam kertas tugas yang diberikan Ziyad. Menyembuhkan seseorang tanpa diketahui? Itu bukan hal yang sulit baginya, tapi ada sesuatu yang mengganjal. Siapa orang ini, dan mengapa banyak pihak menginginkan dia tetap hidup?Azlan menyusuri gang-gang sempit menuju distrik selatan. Tempat ini berbeda dari pusat kota yang penuh kemewahan. Di sini, rumah-rumah reyot berdiri berdesakan, jalanan kotor, dan bau anyir bercampur dengan sisa-sisa makanan busuk. Orang-orang yang berlalu-lalang menatapnya dengan penuh curiga, namun Azlan tetap melangkah tanpa terganggu.Tujuannya adalah sebuah rumah kecil di ujung gang buntu. Cahaya redup dari lilin di dalamnya bergetar tertiup angin. Ia berhenti sejenak, mendengarkan suara-suara di dalam. Ada seseorang yang mengeluh

    Last Updated : 2025-01-26
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 6

    Azlan melangkah pelan di antara lorong-lorong sempit yang hanya diterangi lampu-lampu redup dari jendela rumah-rumah tua di sekitarnya. Malam itu dingin, tetapi pikirannya jauh lebih dingin.Map berisi informasi dari Ziyad masih tersimpan rapat di dalam jaketnya. Semakin ia membaca catatan itu, semakin ia menyadari bahwa warisan yang ia cari bukan hanya soal harta atau kekuasaan. Ada sesuatu yang lebih besar, lebih dalam, dan lebih berbahaya daripada yang ia duga.Tiba-tiba, langkahnya terhenti. Ia merasakan sesuatu—bukan suara, bukan bayangan, tetapi instingnya mengatakan ada yang mengawasinya. Ia melirik sekilas ke arah bayangan di ujung gang, kemudian berpura-pura tidak peduli.Tanpa memperlambat langkahnya, ia memasuki salah satu kedai teh kecil di sudut kota. Kedai itu sepi, hanya ada seorang pria tua yang duduk di belakang meja, mengamati Azlan dengan tatapan tajam."Aku ingin teh jahe," kata Azlan singkat, lalu duduk di sudut ruangan dengan punggung menghadap dinding.Pria tua

    Last Updated : 2025-01-26
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 7

    Langkah kaki Azlan bergema di sepanjang lorong sempit yang remang-remang. Setelah pertemuan dengan Khalid, ia tahu bahwa segalanya mulai bergerak ke arah yang lebih berbahaya. Tidak ada lagi waktu untuk ragu.Di dalam kepalanya, ia masih mengingat kata-kata pria itu:"Aku ingin tahu apakah kau layak menjadi bagian dari permainan ini."Dan kini, di hadapannya, sebuah pintu besi besar berdiri tegak. Dua penjaga berbadan kekar menatapnya tanpa ekspresi. Salah satunya mengangguk, lalu mengetuk pintu tiga kali sebelum membukanya.Azlan melangkah masuk.Ruangan itu luas, tetapi kosong. Di tengahnya hanya ada satu kursi dan sebuah meja kecil dengan sebilah belati tergeletak di atasnya.Di seberang ruangan, Khalid duduk santai di kursinya."Silakan duduk," katanya.Azlan tidak langsung menurut. Ia melirik belati di atas meja. "Apa ini semacam ujian?"Khalid tersenyum tipis. "Kau bisa menyebutnya begitu."Azlan akhirnya melangkah maju dan duduk. Matanya tetap mengawasi pria itu dengan waspada.

    Last Updated : 2025-01-26
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 8

    Langit malam membentang luas, dihiasi gemerlap bintang yang tampak begitu tenang, kontras dengan badai yang bergejolak di dalam hati Azlan. Ia berdiri di atas jembatan tua yang membentang di atas sungai kecil, membiarkan angin dingin menerpa wajahnya. Perjalanannya baru saja dimulai, namun tantangan yang menunggunya terasa lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan.Di belakangnya, suara langkah kaki terdengar mendekat. Azlan tidak perlu berbalik untuk mengetahui siapa yang datang. Aroma khas herbal yang samar bercampur dengan wangi mawar memberi tahu bahwa Kirana ada di belakangnya."Kau benar-benar pergi tanpa menoleh ke belakang?" suara Kirana terdengar lembut, namun ada nada getir yang tak bisa disembunyikan.Azlan tetap diam, membiarkan keheningan mengisi jarak di antara mereka sebelum akhirnya menjawab, "Aku tidak punya pilihan. Aku harus mencari tahu siapa diriku sebenarnya."Kirana melangkah maju, berdiri di sampingnya, memandang refleksi mereka di permukaan air yang beriak

    Last Updated : 2025-02-02
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 9

    Azlan berdiri di depan gerbang besar Kota Merah. Udara di sekitarnya terasa berat, seakan dipenuhi oleh rahasia dan bahaya yang belum terungkap. Dari kejauhan, kota ini tampak seperti tempat biasa—jalan-jalan berbatu, bangunan-bangunan tua dengan lampu-lampu minyak yang menerangi sudut-sudut gelapnya. Namun, di balik semua itu, ia tahu tempat ini menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar kota biasa.Kota Merah adalah pusat dari segala hal yang bergerak dalam bayangan—perdagangan rahasia, kelompok bawah tanah, bahkan orang-orang yang seharusnya sudah lama mati tetapi tetap hidup dengan identitas baru. Di sinilah informasi berharga diperjualbelikan, di sinilah para pemburu bayaran berkumpul, dan di sinilah jawaban yang selama ini dicarinya mungkin tersembunyi.Azlan menarik napas dalam sebelum melangkah masuk. Begitu kakinya menginjak jalanan berbatu kota itu, tatapan orang-orang langsung tertuju padanya. Ia bisa merasakan mata-mata yang mengawasinya, sebagian dengan rasa ingin tahu, se

    Last Updated : 2025-02-02
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 10

    Azlan duduk bersandar pada batang pohon tua, menatap langit yang mulai gelap. Cahaya bulan mengintip dari sela-sela dedaunan, menciptakan bayangan yang menari di atas tanah. Angin berhembus lembut, membawa aroma hutan yang lembap dan segar. Di tangannya, ia menggenggam gulungan kecil yang diberikan oleh Suri sebelum kepergiannya. Nama-nama yang tertera di dalamnya adalah satu-satunya petunjuk yang bisa ia gunakan untuk menggali kebenaran tentang asal-usulnya. Sejak meninggalkan tempat pelatihannya, ia telah melewati berbagai kota, desa, dan perbatasan, mencoba menyusun potongan-potongan masa lalunya. Ia tahu bahwa kedua orang tuanya meninggal dalam waktu yang berdekatan, dan tak lama setelah itu, ia dibawa oleh gurunya. Namun, ada begitu banyak bagian yang tidak pernah ia pahami sepenuhnya. Apa yang sebenarnya terjadi pada orang tuanya? Mengapa gurunya mengambilnya begitu cepat? Dan yang lebih penting—mengapa selama bertahun-tahun, tidak ada seorang pun yang berani memberitahunya sec

    Last Updated : 2025-02-02

Latest chapter

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 36

    Azlan menatap sosok pria berjubah hitam yang kini berdiri tegak dengan ekspresi datar. Meskipun pertempuran sudah berhenti, udara masih terasa tegang, seolah-olah hanya butuh satu percikan kecil untuk kembali meledakkan situasi.Reina dan Kirana tetap di tempat mereka, tidak ingin mengganggu percakapan antara Guru dan pria misterius itu.Azlan menarik napas dalam, mencoba meredakan detak jantungnya yang masih berpacu akibat pertarungan tadi."Aku tidak paham," akhirnya Azlan berkata. "Siapa sebenarnya dia? Dan apa maksudnya tentang gerbang terakhir?"Guru tidak segera menjawab. Ia menatap pria berjubah hitam itu dengan pandangan penuh pertimbangan."Aku adalah penjaga gerbang," pria itu akhirnya berbicara, suaranya masih memiliki gema aneh seperti sebelumnya. "Tugas utamaku bukan untuk melawanmu, Azlan, melainkan memastikan bahwa hanya orang yang layak yang bisa melewati tahap ini."Azlan mengerutkan kening. "Tahap?""Benar," pria itu mengangguk. "Kau mungkin belum sadar sepenuhnya, t

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 35

    Suara langkah kaki itu terdengar begitu berat, bergema di sepanjang lorong gelap yang kini mulai dipenuhi retakan dan debu beterbangan. Azlan menegakkan tubuhnya, tatapannya tajam mengarah ke sosok yang kini muncul dari kegelapan.Reina dan Kirana menahan napas. Bahkan sosok berjubah putih yang selama ini terlihat tenang, kini menggenggam tongkatnya lebih erat.Dari balik bayangan yang semakin pekat, sesosok pria muncul. Tubuhnya tinggi, balutan jubah hitam berkibar pelan mengikuti hembusan angin yang tiba-tiba bertiup dari arah lorong. Wajahnya setengah tertutup tudung, namun sorot matanya tajam seperti pisau.Namun yang paling mengerikan bukanlah penampilannya.Tetapi auranya.Gelombang energi hitam menyelimuti tubuhnya, menekan udara sekitarnya seperti pusaran badai yang siap menelan segalanya.Azlan menghela napas. Entah kenapa, ia merasa pria ini bukan orang biasa.“Jadi, kau akhirnya menyadari siapa dirimu?” suara pria itu terdengar dalam dan menggema, seolah berasal dari dua ar

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 34

    Azlan berdiri diam di depan patung besar yang menyerupai ayahnya. Matanya menelusuri setiap ukiran pada patung itu, mencoba memahami pesan yang tersirat. Sosok berjubah putih di sampingnya menatapnya dengan tenang."Jawabannya tidak ada di tempat ini… tetapi di dalam dirimu sendiri."Kata-kata itu masih menggema di benaknya. Apa maksudnya? Bagaimana mungkin kunci terakhir untuk menjaga segel itu ada dalam dirinya?Reina melangkah maju, menyentuh bahu Azlan. “Apa yang harus kita lakukan sekarang?”Azlan menghela napas panjang. “Aku tidak tahu. Tapi jika kata-kata orang ini benar, maka aku harus mencari tahu lebih dalam tentang kekuatanku.”Kirana yang sejak tadi diam, tiba-tiba bersuara. “Mungkin kita harus melihat lebih dalam ke dalam ingatanmu. Ada teknik yang diajarkan guruku… sebuah cara untuk membuka ingatan tersembunyi.”Sosok berjubah putih itu menoleh ke Kirana, matanya berbinar seolah menyetujui. “Itu bisa berhasil. Tetapi metode itu berisiko. Jika kau tidak cukup kuat, kau bi

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 33

    Tangga batu yang mereka turuni semakin menyesakkan udara di sekitar. Dindingnya dipenuhi ukiran kuno yang tampak bercerita, seakan menyimpan rahasia yang telah terkubur selama berabad-abad.Azlan melangkah lebih dulu, diikuti Kirana dan Reina yang tetap waspada. Cahaya obor yang mereka bawa hanya mampu menerangi beberapa meter ke depan, sementara sisanya tertelan dalam kegelapan yang pekat.“Tempat ini… seperti makam,” gumam Reina sambil menyentuh salah satu ukiran di dinding.Kirana mengangguk. “Tapi ini bukan makam biasa. Lihat simbol-simbolnya, ini mirip dengan yang ada di kitab kuno yang pernah diajarkan guru.”Azlan memperhatikan dengan saksama. Simbol yang terukir bukan hanya sekadar hiasan, tetapi juga tulisan kuno yang tampaknya menjadi bagian dari mantra perlindungan.“Aku merasa seperti sedang diawasi,” bisik Kirana.Azlan tidak menjawab, tetapi ia juga merasakan hal yang sama.Mereka terus berjalan hingga akhirnya tiba di sebuah ruangan besar. Atapnya tinggi dengan pilar-pi

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 32

    Angin malam berhembus dingin di desa tersembunyi itu. Azlan masih duduk diam di dalam rumah lelaki tua yang baru saja mengungkapkan sebagian kebenaran tentang garis keturunannya.Kirana dan Reina duduk tak jauh darinya, sama-sama mencerna informasi yang baru mereka dapatkan."Kau baik-baik saja?" tanya Reina akhirnya, memecah keheningan.Azlan mengangkat kepalanya. "Aku hanya... merasa ada sesuatu yang belum terungkap sepenuhnya."Lelaki tua itu mengangguk. "Kau benar. Apa yang kukatakan barusan hanyalah permulaan. Jika kau ingin mengetahui seluruh kebenaran, kau harus mencarinya sendiri."Azlan menghela napas. "Dan aku yakin perjalanan itu tidak akan mudah."Lelaki tua itu tersenyum samar. "Tidak ada perjalanan menuju kebenaran yang mudah, Azlan. Tapi kau tidak akan berjalan sendirian."Azlan melirik Kirana dan Reina. Mereka berdua mengangguk mantap."Aku sudah ikut sejauh ini, aku tidak akan berhenti sekarang," kata Kirana.Reina menambahkan, "Lagipula, perjalanan ini juga berhubung

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 31

    Azlan menarik napas panjang, menatap jasad lelaki yang baru saja dihabisi oleh musuh yang tak terlihat. Ini bukan pertama kalinya seseorang mencoba membungkam orang yang bisa memberinya informasi. Tetapi satu hal yang pasti—ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar perburuan terhadapnya.Ia merasakan Kirana dan Reina mendekat, wajah mereka masih tegang setelah pertempuran singkat tadi."Kita tidak bisa tinggal di sini lebih lama," kata Reina. "Mereka sudah tahu lokasi kita."Azlan mengangguk. "Kita berangkat sekarang."Tanpa membuang waktu, mereka segera meninggalkan tempat itu.Di perjalananAzlan, Kirana, dan Reina melangkah cepat menyusuri hutan lebat yang diterangi cahaya bulan. Mereka berjalan dalam diam, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri."Azlan," kata Kirana tiba-tiba.Azlan menoleh."Kau sadar, kan? Mereka menyebutmu pewaris sesuatu yang tidak seharusnya ada," lanjutnya. "Apa menurutmu ini ada hubungannya dengan masa lalumu?"Azlan terdiam sejenak. "Mungkin.

  • Pewaris Yang Tersembunyi   BAB 30

    Di bawah cahaya bulan yang pucat, Azlan berdiri di tepi jurang, menatap lembah luas yang terbentang di hadapannya. Udara dingin menusuk kulit, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang diterbangkan angin malam. Matanya menyipit, menajamkan pandangan ke arah perkemahan kecil di kejauhan, di mana cahaya api unggun berkedip-kedip dalam kegelapan.Sosok berjubah putih yang misterius itu telah menghilang tanpa jejak sejak pertemuan mereka sebelumnya. Azlan masih belum memahami sepenuhnya maksud dari kehadiran orang itu, tetapi satu hal yang pasti—dia harus lebih berhati-hati. Terlalu banyak mata yang mengawasinya, dan semakin banyak pihak yang mulai menyadari keberadaannya.Ia menarik napas panjang, menenangkan pikirannya. Dalam beberapa hari terakhir, terlalu banyak hal yang terjadi. Kemampuannya semakin terasah, tetapi sekaligus semakin banyak rahasia yang terbuka di hadapannya. Satu hal yang mulai ia sadari, ada lebih banyak kebenaran yang tersembunyi daripada yang pernah ia bayangkan

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 29

    Azlan duduk bersandar di dinding kayu yang terasa dingin. Udara di ruangan itu terasa berat, penuh dengan rahasia yang belum terungkap. Kata-kata pria bertato tadi masih terngiang di kepalanya—Bayangan Kuno. Nama itu terdengar seperti legenda, tapi fakta bahwa pria berjubah abu-abu itu benar-benar ada membuatnya harus mempertimbangkan bahwa legenda itu mungkin lebih dari sekadar mitos.Ia menarik napas dalam, berusaha mengendalikan pikirannya yang berkecamuk. Jika pria itu benar-benar bagian dari kelompok tersebut, maka pertemuannya bukanlah kebetulan.“Kenapa aku? Apa yang mereka inginkan dariku?”Azlan melirik pria bertato itu lagi, mencoba mencari petunjuk dari wajahnya yang keras dan penuh bekas luka.“Apa yang mereka jaga?” tanya Azlan akhirnya, memecah keheningan.Pria itu menghela napas sebelum menjawab, “Sesuatu yang tak seharusnya jatuh ke tangan manusia biasa.”Azlan mengernyit. “Sesuatu seperti apa?”Pria itu menatapnya lama, seolah mempertimbangkan apakah Azlan layak menge

  • Pewaris Yang Tersembunyi   BAB 28

    Angin dingin berembus pelan, membawa serta aroma tanah basah yang masih tersisa setelah pertarungan sengit tadi. Azlan berdiri diam, menatap langit yang kini mulai sedikit lebih terang. Keheningan yang mendadak ini terasa janggal baginya, seakan badai baru saja mereda, tetapi masih menyimpan ancaman yang lebih besar.Ia menarik napas panjang, mencoba mengendalikan denyut nadinya yang masih berpacu cepat akibat pertarungan. Sosok pria berjubah abu-abu telah menghilang begitu saja, meninggalkannya dengan banyak pertanyaan yang tak terjawab."Pewaris terakhir… tubuhmu telah diisi dengan warisan yang tak bisa kau hindari."Kata-kata itu terus terngiang di benaknya. Warisan? Apa maksudnya? Apakah pria itu mengetahui sesuatu tentang dirinya yang bahkan ia sendiri belum menyadarinya?Azlan mengepalkan tinjunya."Aku harus mencari tahu lebih banyak."Tapi pertanyaannya, ke mana ia harus mulai mencari?Setelah memastikan tidak ada ancaman di sekitarnya, Azlan kembali berjalan menuju tempat per

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status