Share

BAB 2

Penulis: Adinda Shafa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-23 01:13:24

Langit senja membentang dengan semburat jingga yang perlahan memudar di balik cakrawala. Angin berembus pelan, menggoyangkan dedaunan dan membawa aroma tanah basah sisa hujan sore tadi. Di halaman luas rumah gurunya, Azlan berdiri tegap, menatap cakrawala dengan mata yang penuh keteguhan. Hari ini adalah hari yang telah lama ia nantikan, hari yang sekaligus ingin ia tunda jika memungkinkan.

Di belakangnya, tujuh kakak seniornya berdiri berjajar, menatap punggungnya dengan berbagai ekspresi. Ada yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca, ada yang masih mencoba tersenyum, meskipun jelas ada kesedihan yang tertahan di sana. Selama bertahun-tahun, mereka bersama, berbagi suka dan duka dalam pelatihan yang keras dan tanpa ampun. Namun, sekarang, momen perpisahan akhirnya tiba.

"Jadi, kau benar-benar akan pergi?" suara lembut salah satu seniornya, Kirana, memecah keheningan.

Azlan menarik napas panjang sebelum berbalik. Matanya yang tajam menyapu wajah para seniornya satu per satu. Kirana, dengan rambut panjangnya yang terurai dan sorot mata penuh kebijaksanaan, adalah kakak senior yang paling ahli dalam pengobatan dan ilmu medis. Wajahnya selalu teduh, seakan membawa ketenangan bagi siapa pun yang berbicara dengannya.

Di sampingnya, Asha, senior dengan kekuatan fisik luar biasa, bersedekap dengan wajah datar, tetapi dari caranya menggigit bibir, Azlan tahu bahwa ia sedang menahan emosi. Ada Liona, yang terkenal dengan kecerdasannya dalam strategi dan bisnis, Reina yang memiliki keahlian seni bela diri paling tinggi di antara para seniornya, serta empat senior lainnya yang masing-masing memiliki keunikan dan kekuatan sendiri.

"Aku harus pergi. Ini adalah janji yang telah lama aku buat," jawab Azlan dengan suara tenang, meskipun dalam hatinya, ia juga merasa berat meninggalkan tempat ini.

Liona melangkah maju dengan santai dan mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam dari saku jaketnya. Ia menyodorkannya ke Azlan dengan ekspresi santai, tetapi nadanya serius.

"Kartu ini adalah kartu akses ke rekening platinum. Hanya ada lima orang di dunia ini yang memilikinya, dan aku salah satunya," katanya. "Jika suatu hari kau dalam kesulitan, gunakan saja."

Azlan menatap kartu itu sejenak sebelum menerimanya. "Aku menghargainya, tapi—"

"Kau tidak bisa menolak," potong Asha dengan nada tegas. "Kami semua sudah sepakat untuk memberikan sesuatu padamu sebelum kau pergi."

Reina melangkah maju dan menyerahkan sebuah cincin emas dengan ukiran naga hitam. "Ini juga untukmu. Simbol komunitas tertinggi yang berisi para pemilik kekayaan, mafia, dan pemegang kekuasaan. Siapa pun yang melihatmu memakai cincin ini akan mengerti siapa dirimu."

Azlan menatap cincin itu lama sebelum menerimanya dengan anggukan kecil.

Satu per satu, para seniornya menyerahkan sesuatu kepadanya. Ada yang memberikan pedang pusaka dengan ukiran khas keluarga mereka, ada yang memberikan akses ke jaringan informasi rahasia, bahkan ada yang memberinya jimat perlindungan khusus yang konon telah diberkati oleh para sesepuh.

"Ini dariku," ujar Kirana, menyerahkan sebuah botol kecil berisi cairan berwarna biru kristal. "Ini adalah ramuan penyembuh terbaik yang pernah dibuat. Bahkan luka yang hampir tak tersembuhkan pun bisa pulih dalam hitungan menit."

Azlan menerimanya dengan rasa syukur. Kirana selalu dikenal sebagai yang paling perhatian di antara mereka.

Salah satu senior lainnya, Suri, melangkah maju dan memberikan sebuah gulungan kecil. "Di dalamnya ada nama-nama orang yang bisa kau percayai di luar sana. Dunia tidak sebaik yang kau pikirkan, dan orang-orang yang terlihat baik belum tentu tulus. Jika suatu hari kau berada dalam masalah dan butuh bantuan, cari salah satu dari mereka."

Azlan mengambil gulungan itu dengan hati-hati. Ia tahu bahwa setiap hadiah ini bukan hanya sekadar benda, tetapi juga simbol kasih sayang dan harapan dari para seniornya.

Setelah menerima semua pemberian itu, Azlan menatap mereka dengan penuh rasa hormat. "Aku tidak akan melupakan ini. Suatu hari nanti, aku pasti kembali."

Tak ada yang berbicara untuk beberapa saat. Hanya angin yang berhembus lembut di antara mereka. Lalu, dengan langkah pelan namun mantap, Azlan berbalik dan mulai berjalan menjauh.

Para seniornya hanya bisa menatap punggungnya yang semakin menjauh, dengan perasaan bercampur aduk. Mereka tahu bahwa perpisahan ini hanyalah awal dari sesuatu yang lebih besar.

Dan dengan demikian, perjalanan Azlan untuk menemukan kebenaran dan menghadapi masa lalunya pun dimulai.

Bab terkait

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 3

    Malam telah larut ketika Azlan tiba di sebuah kota kecil di perbatasan. Langit kelam bertabur bintang, tapi suasana kota tetap hidup dengan deretan kedai yang masih buka dan orang-orang yang berkumpul di pinggir jalan. Ia menyesuaikan kerudung tipis yang menutupi sebagian wajahnya, menyembunyikan identitasnya dari mata yang mungkin mengenalinya.Setelah bertahun-tahun berada di tempat pelatihan, dunia luar terasa asing. Suasana bising pasar malam, bau makanan yang menggoda, dan obrolan orang-orang membentuk dunia yang berbeda dari tempatnya berasal.Azlan melangkah menyusuri jalanan berbatu, matanya menelusuri setiap sudut. Ia membutuhkan tempat untuk menginap, tetapi ia juga ingin mencari tahu informasi tentang dunia luar. Dari semua yang diberikan para seniornya, satu hal yang belum ia miliki adalah pemahaman tentang dunia yang kini harus ia masuki.Saat ia berjalan, suara gaduh menarik perhatiannya. Kerumunan orang berkumpul di depan sebuah rumah besar bercat putih."Kabarnya Tuan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 4

    Azlan berjalan menyusuri jalanan kota dengan langkah mantap, meninggalkan rumah besar tempat ia baru saja menyelamatkan nyawa seorang pria kaya yang bahkan tidak mengetahui siapa penyelamatnya. Udara malam terasa lebih dingin dari sebelumnya, atau mungkin hanya perasaannya saja yang semakin berat.Ia telah melakukan sesuatu yang benar, tetapi hasilnya justru menyembunyikan kebenaran. Dokter lain mendapatkan pujian atas kesembuhan yang seharusnya menjadi bukti kemampuannya.Namun, bukankah ini yang memang ia inginkan? Tidak menarik perhatian? Tidak membiarkan orang-orang mengetahui siapa dirinya?Tapi mengapa dadanya terasa sesak?Azlan menghela napas dan mengusir pikiran itu. Ia harus melanjutkan perjalanan.—Keesokan paginya, ia tiba di sebuah penginapan kecil di pinggir kota. Tempat itu sederhana, hanya terdiri dari beberapa kamar dengan jendela menghadap ke jalan utama. Ia membayar dengan uang tunai dan memilih kamar di lantai atas, jauh dari keramaian.Begitu memasuki kamar, ia l

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 5

    Langit masih gelap ketika Azlan keluar dari toko Ziyad. Jalanan kota mulai sepi, hanya ada beberapa orang yang berjalan dengan cepat, entah karena kedinginan atau karena tak ingin terlibat dalam urusan yang bukan urusan mereka.Ia menggenggam kertas tugas yang diberikan Ziyad. Menyembuhkan seseorang tanpa diketahui? Itu bukan hal yang sulit baginya, tapi ada sesuatu yang mengganjal. Siapa orang ini, dan mengapa banyak pihak menginginkan dia tetap hidup?Azlan menyusuri gang-gang sempit menuju distrik selatan. Tempat ini berbeda dari pusat kota yang penuh kemewahan. Di sini, rumah-rumah reyot berdiri berdesakan, jalanan kotor, dan bau anyir bercampur dengan sisa-sisa makanan busuk. Orang-orang yang berlalu-lalang menatapnya dengan penuh curiga, namun Azlan tetap melangkah tanpa terganggu.Tujuannya adalah sebuah rumah kecil di ujung gang buntu. Cahaya redup dari lilin di dalamnya bergetar tertiup angin. Ia berhenti sejenak, mendengarkan suara-suara di dalam. Ada seseorang yang mengeluh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 6

    Azlan melangkah pelan di antara lorong-lorong sempit yang hanya diterangi lampu-lampu redup dari jendela rumah-rumah tua di sekitarnya. Malam itu dingin, tetapi pikirannya jauh lebih dingin.Map berisi informasi dari Ziyad masih tersimpan rapat di dalam jaketnya. Semakin ia membaca catatan itu, semakin ia menyadari bahwa warisan yang ia cari bukan hanya soal harta atau kekuasaan. Ada sesuatu yang lebih besar, lebih dalam, dan lebih berbahaya daripada yang ia duga.Tiba-tiba, langkahnya terhenti. Ia merasakan sesuatu—bukan suara, bukan bayangan, tetapi instingnya mengatakan ada yang mengawasinya. Ia melirik sekilas ke arah bayangan di ujung gang, kemudian berpura-pura tidak peduli.Tanpa memperlambat langkahnya, ia memasuki salah satu kedai teh kecil di sudut kota. Kedai itu sepi, hanya ada seorang pria tua yang duduk di belakang meja, mengamati Azlan dengan tatapan tajam."Aku ingin teh jahe," kata Azlan singkat, lalu duduk di sudut ruangan dengan punggung menghadap dinding.Pria tua

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 7

    Langkah kaki Azlan bergema di sepanjang lorong sempit yang remang-remang. Setelah pertemuan dengan Khalid, ia tahu bahwa segalanya mulai bergerak ke arah yang lebih berbahaya. Tidak ada lagi waktu untuk ragu.Di dalam kepalanya, ia masih mengingat kata-kata pria itu:"Aku ingin tahu apakah kau layak menjadi bagian dari permainan ini."Dan kini, di hadapannya, sebuah pintu besi besar berdiri tegak. Dua penjaga berbadan kekar menatapnya tanpa ekspresi. Salah satunya mengangguk, lalu mengetuk pintu tiga kali sebelum membukanya.Azlan melangkah masuk.Ruangan itu luas, tetapi kosong. Di tengahnya hanya ada satu kursi dan sebuah meja kecil dengan sebilah belati tergeletak di atasnya.Di seberang ruangan, Khalid duduk santai di kursinya."Silakan duduk," katanya.Azlan tidak langsung menurut. Ia melirik belati di atas meja. "Apa ini semacam ujian?"Khalid tersenyum tipis. "Kau bisa menyebutnya begitu."Azlan akhirnya melangkah maju dan duduk. Matanya tetap mengawasi pria itu dengan waspada.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 8

    Langit malam membentang luas, dihiasi gemerlap bintang yang tampak begitu tenang, kontras dengan badai yang bergejolak di dalam hati Azlan. Ia berdiri di atas jembatan tua yang membentang di atas sungai kecil, membiarkan angin dingin menerpa wajahnya. Perjalanannya baru saja dimulai, namun tantangan yang menunggunya terasa lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan.Di belakangnya, suara langkah kaki terdengar mendekat. Azlan tidak perlu berbalik untuk mengetahui siapa yang datang. Aroma khas herbal yang samar bercampur dengan wangi mawar memberi tahu bahwa Kirana ada di belakangnya."Kau benar-benar pergi tanpa menoleh ke belakang?" suara Kirana terdengar lembut, namun ada nada getir yang tak bisa disembunyikan.Azlan tetap diam, membiarkan keheningan mengisi jarak di antara mereka sebelum akhirnya menjawab, "Aku tidak punya pilihan. Aku harus mencari tahu siapa diriku sebenarnya."Kirana melangkah maju, berdiri di sampingnya, memandang refleksi mereka di permukaan air yang beriak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 9

    Azlan berdiri di depan gerbang besar Kota Merah. Udara di sekitarnya terasa berat, seakan dipenuhi oleh rahasia dan bahaya yang belum terungkap. Dari kejauhan, kota ini tampak seperti tempat biasa—jalan-jalan berbatu, bangunan-bangunan tua dengan lampu-lampu minyak yang menerangi sudut-sudut gelapnya. Namun, di balik semua itu, ia tahu tempat ini menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar kota biasa.Kota Merah adalah pusat dari segala hal yang bergerak dalam bayangan—perdagangan rahasia, kelompok bawah tanah, bahkan orang-orang yang seharusnya sudah lama mati tetapi tetap hidup dengan identitas baru. Di sinilah informasi berharga diperjualbelikan, di sinilah para pemburu bayaran berkumpul, dan di sinilah jawaban yang selama ini dicarinya mungkin tersembunyi.Azlan menarik napas dalam sebelum melangkah masuk. Begitu kakinya menginjak jalanan berbatu kota itu, tatapan orang-orang langsung tertuju padanya. Ia bisa merasakan mata-mata yang mengawasinya, sebagian dengan rasa ingin tahu, se

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 10

    Azlan berdiri dalam diam, menggenggam gulungan kertas di tangannya. Kata-kata pria di depannya masih terngiang di telinganya—pewaris terakhir.Darahnya berdesir, seolah sesuatu yang terkunci dalam ingatannya selama ini mulai terbuka sedikit demi sedikit. Lambang yang terukir di kertas itu… ia pernah melihatnya. Tidak hanya di medali gurunya, tapi juga di suatu tempat yang lebih dalam, lebih jauh dalam masa kecilnya.Ia menatap pria misterius yang baru saja mengungkapkan kenyataan itu. “Apa maksudmu dengan pewaris terakhir?”Pria itu bersandar ke belakang di kursinya, ekspresi wajahnya tetap tenang. “Kau bukan hanya anak biasa yang dibesarkan oleh gurumu di pegunungan. Kau adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang hampir lenyap karena pengkhianatan.”Azlan mengepalkan tangannya. “Siapa yang mengkhianati keluargaku?”Armand, yang berdiri di sampingnya sejak tadi, menatapnya dengan penuh minat. Pria bertopeng yang sebelumnya membukakan pintu untuk mereka bergerak sedikit g

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02

Bab terbaru

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 10

    Azlan berdiri dalam diam, menggenggam gulungan kertas di tangannya. Kata-kata pria di depannya masih terngiang di telinganya—pewaris terakhir.Darahnya berdesir, seolah sesuatu yang terkunci dalam ingatannya selama ini mulai terbuka sedikit demi sedikit. Lambang yang terukir di kertas itu… ia pernah melihatnya. Tidak hanya di medali gurunya, tapi juga di suatu tempat yang lebih dalam, lebih jauh dalam masa kecilnya.Ia menatap pria misterius yang baru saja mengungkapkan kenyataan itu. “Apa maksudmu dengan pewaris terakhir?”Pria itu bersandar ke belakang di kursinya, ekspresi wajahnya tetap tenang. “Kau bukan hanya anak biasa yang dibesarkan oleh gurumu di pegunungan. Kau adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang hampir lenyap karena pengkhianatan.”Azlan mengepalkan tangannya. “Siapa yang mengkhianati keluargaku?”Armand, yang berdiri di sampingnya sejak tadi, menatapnya dengan penuh minat. Pria bertopeng yang sebelumnya membukakan pintu untuk mereka bergerak sedikit g

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 9

    Azlan berdiri di depan gerbang besar Kota Merah. Udara di sekitarnya terasa berat, seakan dipenuhi oleh rahasia dan bahaya yang belum terungkap. Dari kejauhan, kota ini tampak seperti tempat biasa—jalan-jalan berbatu, bangunan-bangunan tua dengan lampu-lampu minyak yang menerangi sudut-sudut gelapnya. Namun, di balik semua itu, ia tahu tempat ini menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar kota biasa.Kota Merah adalah pusat dari segala hal yang bergerak dalam bayangan—perdagangan rahasia, kelompok bawah tanah, bahkan orang-orang yang seharusnya sudah lama mati tetapi tetap hidup dengan identitas baru. Di sinilah informasi berharga diperjualbelikan, di sinilah para pemburu bayaran berkumpul, dan di sinilah jawaban yang selama ini dicarinya mungkin tersembunyi.Azlan menarik napas dalam sebelum melangkah masuk. Begitu kakinya menginjak jalanan berbatu kota itu, tatapan orang-orang langsung tertuju padanya. Ia bisa merasakan mata-mata yang mengawasinya, sebagian dengan rasa ingin tahu, se

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 8

    Langit malam membentang luas, dihiasi gemerlap bintang yang tampak begitu tenang, kontras dengan badai yang bergejolak di dalam hati Azlan. Ia berdiri di atas jembatan tua yang membentang di atas sungai kecil, membiarkan angin dingin menerpa wajahnya. Perjalanannya baru saja dimulai, namun tantangan yang menunggunya terasa lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan.Di belakangnya, suara langkah kaki terdengar mendekat. Azlan tidak perlu berbalik untuk mengetahui siapa yang datang. Aroma khas herbal yang samar bercampur dengan wangi mawar memberi tahu bahwa Kirana ada di belakangnya."Kau benar-benar pergi tanpa menoleh ke belakang?" suara Kirana terdengar lembut, namun ada nada getir yang tak bisa disembunyikan.Azlan tetap diam, membiarkan keheningan mengisi jarak di antara mereka sebelum akhirnya menjawab, "Aku tidak punya pilihan. Aku harus mencari tahu siapa diriku sebenarnya."Kirana melangkah maju, berdiri di sampingnya, memandang refleksi mereka di permukaan air yang beriak

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 7

    Langkah kaki Azlan bergema di sepanjang lorong sempit yang remang-remang. Setelah pertemuan dengan Khalid, ia tahu bahwa segalanya mulai bergerak ke arah yang lebih berbahaya. Tidak ada lagi waktu untuk ragu.Di dalam kepalanya, ia masih mengingat kata-kata pria itu:"Aku ingin tahu apakah kau layak menjadi bagian dari permainan ini."Dan kini, di hadapannya, sebuah pintu besi besar berdiri tegak. Dua penjaga berbadan kekar menatapnya tanpa ekspresi. Salah satunya mengangguk, lalu mengetuk pintu tiga kali sebelum membukanya.Azlan melangkah masuk.Ruangan itu luas, tetapi kosong. Di tengahnya hanya ada satu kursi dan sebuah meja kecil dengan sebilah belati tergeletak di atasnya.Di seberang ruangan, Khalid duduk santai di kursinya."Silakan duduk," katanya.Azlan tidak langsung menurut. Ia melirik belati di atas meja. "Apa ini semacam ujian?"Khalid tersenyum tipis. "Kau bisa menyebutnya begitu."Azlan akhirnya melangkah maju dan duduk. Matanya tetap mengawasi pria itu dengan waspada.

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 6

    Azlan melangkah pelan di antara lorong-lorong sempit yang hanya diterangi lampu-lampu redup dari jendela rumah-rumah tua di sekitarnya. Malam itu dingin, tetapi pikirannya jauh lebih dingin.Map berisi informasi dari Ziyad masih tersimpan rapat di dalam jaketnya. Semakin ia membaca catatan itu, semakin ia menyadari bahwa warisan yang ia cari bukan hanya soal harta atau kekuasaan. Ada sesuatu yang lebih besar, lebih dalam, dan lebih berbahaya daripada yang ia duga.Tiba-tiba, langkahnya terhenti. Ia merasakan sesuatu—bukan suara, bukan bayangan, tetapi instingnya mengatakan ada yang mengawasinya. Ia melirik sekilas ke arah bayangan di ujung gang, kemudian berpura-pura tidak peduli.Tanpa memperlambat langkahnya, ia memasuki salah satu kedai teh kecil di sudut kota. Kedai itu sepi, hanya ada seorang pria tua yang duduk di belakang meja, mengamati Azlan dengan tatapan tajam."Aku ingin teh jahe," kata Azlan singkat, lalu duduk di sudut ruangan dengan punggung menghadap dinding.Pria tua

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 5

    Langit masih gelap ketika Azlan keluar dari toko Ziyad. Jalanan kota mulai sepi, hanya ada beberapa orang yang berjalan dengan cepat, entah karena kedinginan atau karena tak ingin terlibat dalam urusan yang bukan urusan mereka.Ia menggenggam kertas tugas yang diberikan Ziyad. Menyembuhkan seseorang tanpa diketahui? Itu bukan hal yang sulit baginya, tapi ada sesuatu yang mengganjal. Siapa orang ini, dan mengapa banyak pihak menginginkan dia tetap hidup?Azlan menyusuri gang-gang sempit menuju distrik selatan. Tempat ini berbeda dari pusat kota yang penuh kemewahan. Di sini, rumah-rumah reyot berdiri berdesakan, jalanan kotor, dan bau anyir bercampur dengan sisa-sisa makanan busuk. Orang-orang yang berlalu-lalang menatapnya dengan penuh curiga, namun Azlan tetap melangkah tanpa terganggu.Tujuannya adalah sebuah rumah kecil di ujung gang buntu. Cahaya redup dari lilin di dalamnya bergetar tertiup angin. Ia berhenti sejenak, mendengarkan suara-suara di dalam. Ada seseorang yang mengeluh

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 4

    Azlan berjalan menyusuri jalanan kota dengan langkah mantap, meninggalkan rumah besar tempat ia baru saja menyelamatkan nyawa seorang pria kaya yang bahkan tidak mengetahui siapa penyelamatnya. Udara malam terasa lebih dingin dari sebelumnya, atau mungkin hanya perasaannya saja yang semakin berat.Ia telah melakukan sesuatu yang benar, tetapi hasilnya justru menyembunyikan kebenaran. Dokter lain mendapatkan pujian atas kesembuhan yang seharusnya menjadi bukti kemampuannya.Namun, bukankah ini yang memang ia inginkan? Tidak menarik perhatian? Tidak membiarkan orang-orang mengetahui siapa dirinya?Tapi mengapa dadanya terasa sesak?Azlan menghela napas dan mengusir pikiran itu. Ia harus melanjutkan perjalanan.—Keesokan paginya, ia tiba di sebuah penginapan kecil di pinggir kota. Tempat itu sederhana, hanya terdiri dari beberapa kamar dengan jendela menghadap ke jalan utama. Ia membayar dengan uang tunai dan memilih kamar di lantai atas, jauh dari keramaian.Begitu memasuki kamar, ia l

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 3

    Malam telah larut ketika Azlan tiba di sebuah kota kecil di perbatasan. Langit kelam bertabur bintang, tapi suasana kota tetap hidup dengan deretan kedai yang masih buka dan orang-orang yang berkumpul di pinggir jalan. Ia menyesuaikan kerudung tipis yang menutupi sebagian wajahnya, menyembunyikan identitasnya dari mata yang mungkin mengenalinya.Setelah bertahun-tahun berada di tempat pelatihan, dunia luar terasa asing. Suasana bising pasar malam, bau makanan yang menggoda, dan obrolan orang-orang membentuk dunia yang berbeda dari tempatnya berasal.Azlan melangkah menyusuri jalanan berbatu, matanya menelusuri setiap sudut. Ia membutuhkan tempat untuk menginap, tetapi ia juga ingin mencari tahu informasi tentang dunia luar. Dari semua yang diberikan para seniornya, satu hal yang belum ia miliki adalah pemahaman tentang dunia yang kini harus ia masuki.Saat ia berjalan, suara gaduh menarik perhatiannya. Kerumunan orang berkumpul di depan sebuah rumah besar bercat putih."Kabarnya Tuan

  • Pewaris Yang Tersembunyi   BAB 2

    Langit senja membentang dengan semburat jingga yang perlahan memudar di balik cakrawala. Angin berembus pelan, menggoyangkan dedaunan dan membawa aroma tanah basah sisa hujan sore tadi. Di halaman luas rumah gurunya, Azlan berdiri tegap, menatap cakrawala dengan mata yang penuh keteguhan. Hari ini adalah hari yang telah lama ia nantikan, hari yang sekaligus ingin ia tunda jika memungkinkan.Di belakangnya, tujuh kakak seniornya berdiri berjajar, menatap punggungnya dengan berbagai ekspresi. Ada yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca, ada yang masih mencoba tersenyum, meskipun jelas ada kesedihan yang tertahan di sana. Selama bertahun-tahun, mereka bersama, berbagi suka dan duka dalam pelatihan yang keras dan tanpa ampun. Namun, sekarang, momen perpisahan akhirnya tiba."Jadi, kau benar-benar akan pergi?" suara lembut salah satu seniornya, Kirana, memecah keheningan.Azlan menarik napas panjang sebelum berbalik. Matanya yang tajam menyapu wajah para seniornya satu per satu. Kirana, d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status