Share

Bab 5

Penulis: Adinda Shafa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-26 00:07:20

Langit masih gelap ketika Azlan keluar dari toko Ziyad. Jalanan kota mulai sepi, hanya ada beberapa orang yang berjalan dengan cepat, entah karena kedinginan atau karena tak ingin terlibat dalam urusan yang bukan urusan mereka.

Ia menggenggam kertas tugas yang diberikan Ziyad. Menyembuhkan seseorang tanpa diketahui? Itu bukan hal yang sulit baginya, tapi ada sesuatu yang mengganjal. Siapa orang ini, dan mengapa banyak pihak menginginkan dia tetap hidup?

Azlan menyusuri gang-gang sempit menuju distrik selatan. Tempat ini berbeda dari pusat kota yang penuh kemewahan. Di sini, rumah-rumah reyot berdiri berdesakan, jalanan kotor, dan bau anyir bercampur dengan sisa-sisa makanan busuk. Orang-orang yang berlalu-lalang menatapnya dengan penuh curiga, namun Azlan tetap melangkah tanpa terganggu.

Tujuannya adalah sebuah rumah kecil di ujung gang buntu. Cahaya redup dari lilin di dalamnya bergetar tertiup angin. Ia berhenti sejenak, mendengarkan suara-suara di dalam. Ada seseorang yang mengeluh kesakitan, suaranya lemah.

Azlan mengetuk pintu pelan, lalu menunggu. Tak ada jawaban. Setelah beberapa saat, ia mendorong pintu perlahan, membiarkan engsel tua itu berdecit lirih.

Di dalam, seorang pria tua terbaring di atas kasur lusuh. Nafasnya berat, matanya tertutup rapat. Di sampingnya, seorang gadis berusia sekitar tujuh belas tahun menunduk, menggenggam tangan pria itu erat-erat. Wajahnya dipenuhi kelelahan dan kecemasan.

Azlan melangkah masuk tanpa suara. Gadis itu tersentak dan langsung beranjak, bersiap membela diri.

"Siapa kau?" suaranya penuh kewaspadaan.

"Aku datang untuk menolong," kata Azlan singkat.

Gadis itu menatapnya tajam. Jelas sekali ia tak mempercayai orang asing begitu saja. Azlan menghela napas, lalu berlutut di samping tempat tidur pria tua itu. Ia menyentuh pergelangan tangannya, merasakan denyut nadi yang lemah.

"Penyakit paru-paru," gumamnya. "Sudah cukup parah."

"Ayahku tak punya uang untuk berobat," kata gadis itu lirih.

Azlan tidak menanggapi. Ia mengeluarkan botol kecil berisi cairan biru yang diberikan Kirana. Ramuan ini sangat kuat, dan hanya butuh sedikit untuk menyembuhkan orang yang sekarat sekalipun.

Ia membuka botol itu, menuangkan satu tetes ke dalam air, lalu menyentuh bibir pria tua itu dengan ujung sendok. Dengan susah payah, pria itu menelan cairan tersebut.

Beberapa menit berlalu. Gadis itu menatap dengan waspada, sementara Azlan tetap tenang, memperhatikan setiap perubahan. Perlahan, nafas pria tua itu mulai membaik. Wajahnya yang tadi pucat kini mulai mendapatkan kembali warna aslinya.

Dan kemudian, mata pria itu terbuka.

Gadis itu terkesiap, matanya berkaca-kaca. "Ayah!" serunya.

Pria tua itu menatap sekeliling dengan kebingungan. "Aku… masih hidup?"

Azlan berdiri. "Kau sudah sembuh. Tapi butuh waktu untuk pulih sepenuhnya."

Gadis itu berbalik ke arah Azlan, wajahnya penuh harapan dan terima kasih. Namun sebelum ia sempat mengucapkan apa pun, suara ketukan keras di pintu membuat mereka terkejut.

"Dokter sudah datang!" terdengar suara di luar.

Azlan menyipitkan mata. Ini berarti waktunya untuk pergi. Ia melangkah mundur, bergerak menuju pintu belakang.

Ketika pintu depan terbuka, seorang dokter muda masuk bersama dua pria berbadan besar. Ia melihat pria tua itu yang kini sudah sadar dan langsung terkejut.

"Mustahil!" serunya. "Keadaannya seharusnya memburuk, bukan membaik!"

Gadis itu menatap dokter itu bingung. "Apa maksudmu? Ayahku sudah sembuh!"

Dokter itu dengan cepat menenangkan dirinya, lalu tersenyum tipis. "Tentu saja, aku yang menyembuhkannya. Aku membawa ramuan yang tepat. Beruntung aku datang tepat waktu."

Azlan yang kini berada di gang belakang hanya bisa tersenyum kecil. Inilah yang dimaksud dengan permainan tarik-ulur. Ia melakukan pekerjaan berat, tetapi pujian jatuh ke tangan orang lain.

Ia melangkah pergi dengan tenang, meninggalkan distrik selatan dengan misi yang berhasil.

Keesokan harinya, Azlan kembali ke toko Ziyad.

Pria itu sudah menunggunya dengan secangkir teh di tangannya.

"Jadi?" tanyanya.

"Sudah selesai," jawab Azlan santai.

Ziyad tertawa kecil. "Aku sudah dengar. Dokter muda itu sekarang dielu-elukan sebagai penyelamat."

Azlan hanya mengangkat bahu.

Ziyad menyandarkan punggungnya ke kursi. "Kau tahu, aku suka caramu bekerja. Kau bisa melakukan sesuatu dengan sempurna, tanpa meninggalkan jejak."

"Jadi, sekarang kau akan memberiku informasi?"

Ziyad mengangguk. Ia mengambil sebuah map dari laci, lalu mendorongnya ke arah Azlan.

"Ada banyak rumor tentang warisan yang kau cari. Beberapa mengatakan itu hanyalah legenda, tapi aku punya sumber yang lebih dapat dipercaya."

Azlan membuka map itu. Di dalamnya ada peta, beberapa foto, dan selembar catatan tangan.

"Menurut sumberku, warisan itu bukan hanya sekadar harta. Itu lebih dari sekadar emas dan permata. Ada sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang membuat banyak pihak ingin menguasainya."

Azlan membaca catatan itu dengan seksama. Salah satu kalimat menarik perhatiannya:

"Warisan itu tersembunyi di tempat yang tidak pernah kau duga. Orang yang memiliki kuncinya bahkan tidak menyadari apa yang mereka miliki."

Azlan mengerutkan kening. "Apa maksudnya?"

Ziyad tersenyum misterius. "Itulah yang harus kau cari tahu."

Azlan menatap map itu lama, lalu menutupnya perlahan.

"Apa langkah selanjutnya?" tanya Ziyad.

Azlan berdiri. "Aku akan mencari tahu sendiri."

Ziyad mengangkat cangkir tehnya. "Kalau begitu, semoga berhasil, Pewaris yang Tersembunyi."

Azlan hanya tersenyum kecil sebelum melangkah keluar.

Di luar, angin berhembus lembut, membawa serta awal dari perjalanan baru yang penuh misteri.

Bab terkait

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 6

    Azlan melangkah pelan di antara lorong-lorong sempit yang hanya diterangi lampu-lampu redup dari jendela rumah-rumah tua di sekitarnya. Malam itu dingin, tetapi pikirannya jauh lebih dingin.Map berisi informasi dari Ziyad masih tersimpan rapat di dalam jaketnya. Semakin ia membaca catatan itu, semakin ia menyadari bahwa warisan yang ia cari bukan hanya soal harta atau kekuasaan. Ada sesuatu yang lebih besar, lebih dalam, dan lebih berbahaya daripada yang ia duga.Tiba-tiba, langkahnya terhenti. Ia merasakan sesuatu—bukan suara, bukan bayangan, tetapi instingnya mengatakan ada yang mengawasinya. Ia melirik sekilas ke arah bayangan di ujung gang, kemudian berpura-pura tidak peduli.Tanpa memperlambat langkahnya, ia memasuki salah satu kedai teh kecil di sudut kota. Kedai itu sepi, hanya ada seorang pria tua yang duduk di belakang meja, mengamati Azlan dengan tatapan tajam."Aku ingin teh jahe," kata Azlan singkat, lalu duduk di sudut ruangan dengan punggung menghadap dinding.Pria tua

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 7

    Langkah kaki Azlan bergema di sepanjang lorong sempit yang remang-remang. Setelah pertemuan dengan Khalid, ia tahu bahwa segalanya mulai bergerak ke arah yang lebih berbahaya. Tidak ada lagi waktu untuk ragu.Di dalam kepalanya, ia masih mengingat kata-kata pria itu:"Aku ingin tahu apakah kau layak menjadi bagian dari permainan ini."Dan kini, di hadapannya, sebuah pintu besi besar berdiri tegak. Dua penjaga berbadan kekar menatapnya tanpa ekspresi. Salah satunya mengangguk, lalu mengetuk pintu tiga kali sebelum membukanya.Azlan melangkah masuk.Ruangan itu luas, tetapi kosong. Di tengahnya hanya ada satu kursi dan sebuah meja kecil dengan sebilah belati tergeletak di atasnya.Di seberang ruangan, Khalid duduk santai di kursinya."Silakan duduk," katanya.Azlan tidak langsung menurut. Ia melirik belati di atas meja. "Apa ini semacam ujian?"Khalid tersenyum tipis. "Kau bisa menyebutnya begitu."Azlan akhirnya melangkah maju dan duduk. Matanya tetap mengawasi pria itu dengan waspada.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 8

    Langit malam membentang luas, dihiasi gemerlap bintang yang tampak begitu tenang, kontras dengan badai yang bergejolak di dalam hati Azlan. Ia berdiri di atas jembatan tua yang membentang di atas sungai kecil, membiarkan angin dingin menerpa wajahnya. Perjalanannya baru saja dimulai, namun tantangan yang menunggunya terasa lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan.Di belakangnya, suara langkah kaki terdengar mendekat. Azlan tidak perlu berbalik untuk mengetahui siapa yang datang. Aroma khas herbal yang samar bercampur dengan wangi mawar memberi tahu bahwa Kirana ada di belakangnya."Kau benar-benar pergi tanpa menoleh ke belakang?" suara Kirana terdengar lembut, namun ada nada getir yang tak bisa disembunyikan.Azlan tetap diam, membiarkan keheningan mengisi jarak di antara mereka sebelum akhirnya menjawab, "Aku tidak punya pilihan. Aku harus mencari tahu siapa diriku sebenarnya."Kirana melangkah maju, berdiri di sampingnya, memandang refleksi mereka di permukaan air yang beriak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 9

    Azlan berdiri di depan gerbang besar Kota Merah. Udara di sekitarnya terasa berat, seakan dipenuhi oleh rahasia dan bahaya yang belum terungkap. Dari kejauhan, kota ini tampak seperti tempat biasa—jalan-jalan berbatu, bangunan-bangunan tua dengan lampu-lampu minyak yang menerangi sudut-sudut gelapnya. Namun, di balik semua itu, ia tahu tempat ini menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar kota biasa.Kota Merah adalah pusat dari segala hal yang bergerak dalam bayangan—perdagangan rahasia, kelompok bawah tanah, bahkan orang-orang yang seharusnya sudah lama mati tetapi tetap hidup dengan identitas baru. Di sinilah informasi berharga diperjualbelikan, di sinilah para pemburu bayaran berkumpul, dan di sinilah jawaban yang selama ini dicarinya mungkin tersembunyi.Azlan menarik napas dalam sebelum melangkah masuk. Begitu kakinya menginjak jalanan berbatu kota itu, tatapan orang-orang langsung tertuju padanya. Ia bisa merasakan mata-mata yang mengawasinya, sebagian dengan rasa ingin tahu, se

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 10

    Azlan duduk bersandar pada batang pohon tua, menatap langit yang mulai gelap. Cahaya bulan mengintip dari sela-sela dedaunan, menciptakan bayangan yang menari di atas tanah. Angin berhembus lembut, membawa aroma hutan yang lembap dan segar. Di tangannya, ia menggenggam gulungan kecil yang diberikan oleh Suri sebelum kepergiannya. Nama-nama yang tertera di dalamnya adalah satu-satunya petunjuk yang bisa ia gunakan untuk menggali kebenaran tentang asal-usulnya. Sejak meninggalkan tempat pelatihannya, ia telah melewati berbagai kota, desa, dan perbatasan, mencoba menyusun potongan-potongan masa lalunya. Ia tahu bahwa kedua orang tuanya meninggal dalam waktu yang berdekatan, dan tak lama setelah itu, ia dibawa oleh gurunya. Namun, ada begitu banyak bagian yang tidak pernah ia pahami sepenuhnya. Apa yang sebenarnya terjadi pada orang tuanya? Mengapa gurunya mengambilnya begitu cepat? Dan yang lebih penting—mengapa selama bertahun-tahun, tidak ada seorang pun yang berani memberitahunya sec

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 11

    Langkah Azlan terhenti di tengah jalan desa yang mulai lengang. Malam telah mencapai puncaknya, dan hanya suara angin yang berdesir di antara pepohonan. Peta di genggamannya terasa semakin berat, seolah membawa beban rahasia yang belum ia pahami sepenuhnya.Ia menatap titik yang ditunjukkan Kazir. Sebuah lokasi di ujung perbatasan wilayah yang selama ini tak pernah ia datangi."Tempat itu menyimpan jawaban tentang siapa dirimu," kata Kazir sebelumnya.Tapi bagaimana jika yang ia temukan nanti justru lebih banyak pertanyaan?Azlan menghela napas dan kembali melangkah. Saat itulah ia menyadari sesuatu. Sejak keluar dari kedai teh, ia merasa ada sepasang mata yang terus mengawasinya. Bukan hanya sekadar tatapan penasaran penduduk desa, melainkan tatapan yang lebih tajam—seperti seorang pemburu mengawasi mangsanya.Tanpa menunjukkan kecurigaan, ia tetap berjalan lurus menuju penginapan kecil di ujung jalan. Tapi sesaat sebelum ia membuka pintu, bayangan seseorang melintas cepat di belakan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 12

    Langit malam masih dihiasi bintang-bintang yang berpendar redup, namun angin malam mulai membawa hawa yang berbeda—hawa pembunuhan. Azlan sudah merasakannya sejak ia meninggalkan penginapan, sebuah firasat tajam yang tidak bisa ia abaikan.Langkahnya terhenti di sebuah jalan setapak yang sepi. Hutan di sekitarnya terasa terlalu sunyi, seakan semua makhluk hidup memilih diam."Keluar," ucap Azlan pelan, namun tegas.Sejenak, tidak ada jawaban.Kemudian, dari balik pepohonan, lima sosok berjas hitam muncul. Mereka tidak terlihat seperti orang biasa. Cara mereka berdiri, cara mereka mengatur napas, semuanya menunjukkan bahwa mereka adalah petarung berpengalaman.Pemimpin mereka, seorang pria bertopeng separuh, melangkah maju. "Kami tidak menyangka kau akan menyadari keberadaan kami secepat ini."Azlan menyilangkan tangan di dada. "Terlalu banyak kesalahan kecil yang kalian buat. Jejak di tanah terlalu rapi, napas kalian terlalu terkendali. Itu ciri khas orang yang terlatih."Pria itu ter

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 13

    Pintu kayu tua itu berderit saat mereka melangkah masuk. Ruangan di baliknya redup, diterangi hanya oleh beberapa lentera minyak yang bergantung di dinding batu. Aroma kayu terbakar dan teh herbal memenuhi udara.Di tengah ruangan, seorang pria berambut abu-abu duduk di kursi kayu, menatap Kirana dan Azlan dengan tatapan tajam."Kau membawa tamu," katanya dengan suara serak.Kirana mengangguk. "Dia butuh informasi."Pria itu—Yashir—menyipitkan mata ke arah Azlan. "Dan siapa kau?"Azlan tidak langsung menjawab. Ia menatap pria itu, mencoba menilai apakah orang ini bisa dipercaya. Kirana tampaknya mempercayainya, tetapi Azlan tahu lebih baik daripada langsung percaya pada orang asing."Azlan," jawabnya akhirnya.Yashir mengangguk pelan. "Aku pernah mendengar nama itu. Ada rumor yang mengatakan bahwa seorang pemuda dengan kemampuan luar biasa muncul di beberapa tempat. Kau yang menyembuhkan putra saudagar kaya itu, bukan?"Azlan tetap diam.Yashir tertawa kecil. "Kau tidak perlu menjawab

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09

Bab terbaru

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 36

    Azlan menatap sosok pria berjubah hitam yang kini berdiri tegak dengan ekspresi datar. Meskipun pertempuran sudah berhenti, udara masih terasa tegang, seolah-olah hanya butuh satu percikan kecil untuk kembali meledakkan situasi.Reina dan Kirana tetap di tempat mereka, tidak ingin mengganggu percakapan antara Guru dan pria misterius itu.Azlan menarik napas dalam, mencoba meredakan detak jantungnya yang masih berpacu akibat pertarungan tadi."Aku tidak paham," akhirnya Azlan berkata. "Siapa sebenarnya dia? Dan apa maksudnya tentang gerbang terakhir?"Guru tidak segera menjawab. Ia menatap pria berjubah hitam itu dengan pandangan penuh pertimbangan."Aku adalah penjaga gerbang," pria itu akhirnya berbicara, suaranya masih memiliki gema aneh seperti sebelumnya. "Tugas utamaku bukan untuk melawanmu, Azlan, melainkan memastikan bahwa hanya orang yang layak yang bisa melewati tahap ini."Azlan mengerutkan kening. "Tahap?""Benar," pria itu mengangguk. "Kau mungkin belum sadar sepenuhnya, t

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 35

    Suara langkah kaki itu terdengar begitu berat, bergema di sepanjang lorong gelap yang kini mulai dipenuhi retakan dan debu beterbangan. Azlan menegakkan tubuhnya, tatapannya tajam mengarah ke sosok yang kini muncul dari kegelapan.Reina dan Kirana menahan napas. Bahkan sosok berjubah putih yang selama ini terlihat tenang, kini menggenggam tongkatnya lebih erat.Dari balik bayangan yang semakin pekat, sesosok pria muncul. Tubuhnya tinggi, balutan jubah hitam berkibar pelan mengikuti hembusan angin yang tiba-tiba bertiup dari arah lorong. Wajahnya setengah tertutup tudung, namun sorot matanya tajam seperti pisau.Namun yang paling mengerikan bukanlah penampilannya.Tetapi auranya.Gelombang energi hitam menyelimuti tubuhnya, menekan udara sekitarnya seperti pusaran badai yang siap menelan segalanya.Azlan menghela napas. Entah kenapa, ia merasa pria ini bukan orang biasa.“Jadi, kau akhirnya menyadari siapa dirimu?” suara pria itu terdengar dalam dan menggema, seolah berasal dari dua ar

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 34

    Azlan berdiri diam di depan patung besar yang menyerupai ayahnya. Matanya menelusuri setiap ukiran pada patung itu, mencoba memahami pesan yang tersirat. Sosok berjubah putih di sampingnya menatapnya dengan tenang."Jawabannya tidak ada di tempat ini… tetapi di dalam dirimu sendiri."Kata-kata itu masih menggema di benaknya. Apa maksudnya? Bagaimana mungkin kunci terakhir untuk menjaga segel itu ada dalam dirinya?Reina melangkah maju, menyentuh bahu Azlan. “Apa yang harus kita lakukan sekarang?”Azlan menghela napas panjang. “Aku tidak tahu. Tapi jika kata-kata orang ini benar, maka aku harus mencari tahu lebih dalam tentang kekuatanku.”Kirana yang sejak tadi diam, tiba-tiba bersuara. “Mungkin kita harus melihat lebih dalam ke dalam ingatanmu. Ada teknik yang diajarkan guruku… sebuah cara untuk membuka ingatan tersembunyi.”Sosok berjubah putih itu menoleh ke Kirana, matanya berbinar seolah menyetujui. “Itu bisa berhasil. Tetapi metode itu berisiko. Jika kau tidak cukup kuat, kau bi

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 33

    Tangga batu yang mereka turuni semakin menyesakkan udara di sekitar. Dindingnya dipenuhi ukiran kuno yang tampak bercerita, seakan menyimpan rahasia yang telah terkubur selama berabad-abad.Azlan melangkah lebih dulu, diikuti Kirana dan Reina yang tetap waspada. Cahaya obor yang mereka bawa hanya mampu menerangi beberapa meter ke depan, sementara sisanya tertelan dalam kegelapan yang pekat.“Tempat ini… seperti makam,” gumam Reina sambil menyentuh salah satu ukiran di dinding.Kirana mengangguk. “Tapi ini bukan makam biasa. Lihat simbol-simbolnya, ini mirip dengan yang ada di kitab kuno yang pernah diajarkan guru.”Azlan memperhatikan dengan saksama. Simbol yang terukir bukan hanya sekadar hiasan, tetapi juga tulisan kuno yang tampaknya menjadi bagian dari mantra perlindungan.“Aku merasa seperti sedang diawasi,” bisik Kirana.Azlan tidak menjawab, tetapi ia juga merasakan hal yang sama.Mereka terus berjalan hingga akhirnya tiba di sebuah ruangan besar. Atapnya tinggi dengan pilar-pi

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 32

    Angin malam berhembus dingin di desa tersembunyi itu. Azlan masih duduk diam di dalam rumah lelaki tua yang baru saja mengungkapkan sebagian kebenaran tentang garis keturunannya.Kirana dan Reina duduk tak jauh darinya, sama-sama mencerna informasi yang baru mereka dapatkan."Kau baik-baik saja?" tanya Reina akhirnya, memecah keheningan.Azlan mengangkat kepalanya. "Aku hanya... merasa ada sesuatu yang belum terungkap sepenuhnya."Lelaki tua itu mengangguk. "Kau benar. Apa yang kukatakan barusan hanyalah permulaan. Jika kau ingin mengetahui seluruh kebenaran, kau harus mencarinya sendiri."Azlan menghela napas. "Dan aku yakin perjalanan itu tidak akan mudah."Lelaki tua itu tersenyum samar. "Tidak ada perjalanan menuju kebenaran yang mudah, Azlan. Tapi kau tidak akan berjalan sendirian."Azlan melirik Kirana dan Reina. Mereka berdua mengangguk mantap."Aku sudah ikut sejauh ini, aku tidak akan berhenti sekarang," kata Kirana.Reina menambahkan, "Lagipula, perjalanan ini juga berhubung

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 31

    Azlan menarik napas panjang, menatap jasad lelaki yang baru saja dihabisi oleh musuh yang tak terlihat. Ini bukan pertama kalinya seseorang mencoba membungkam orang yang bisa memberinya informasi. Tetapi satu hal yang pasti—ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar perburuan terhadapnya.Ia merasakan Kirana dan Reina mendekat, wajah mereka masih tegang setelah pertempuran singkat tadi."Kita tidak bisa tinggal di sini lebih lama," kata Reina. "Mereka sudah tahu lokasi kita."Azlan mengangguk. "Kita berangkat sekarang."Tanpa membuang waktu, mereka segera meninggalkan tempat itu.Di perjalananAzlan, Kirana, dan Reina melangkah cepat menyusuri hutan lebat yang diterangi cahaya bulan. Mereka berjalan dalam diam, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri."Azlan," kata Kirana tiba-tiba.Azlan menoleh."Kau sadar, kan? Mereka menyebutmu pewaris sesuatu yang tidak seharusnya ada," lanjutnya. "Apa menurutmu ini ada hubungannya dengan masa lalumu?"Azlan terdiam sejenak. "Mungkin.

  • Pewaris Yang Tersembunyi   BAB 30

    Di bawah cahaya bulan yang pucat, Azlan berdiri di tepi jurang, menatap lembah luas yang terbentang di hadapannya. Udara dingin menusuk kulit, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang diterbangkan angin malam. Matanya menyipit, menajamkan pandangan ke arah perkemahan kecil di kejauhan, di mana cahaya api unggun berkedip-kedip dalam kegelapan.Sosok berjubah putih yang misterius itu telah menghilang tanpa jejak sejak pertemuan mereka sebelumnya. Azlan masih belum memahami sepenuhnya maksud dari kehadiran orang itu, tetapi satu hal yang pasti—dia harus lebih berhati-hati. Terlalu banyak mata yang mengawasinya, dan semakin banyak pihak yang mulai menyadari keberadaannya.Ia menarik napas panjang, menenangkan pikirannya. Dalam beberapa hari terakhir, terlalu banyak hal yang terjadi. Kemampuannya semakin terasah, tetapi sekaligus semakin banyak rahasia yang terbuka di hadapannya. Satu hal yang mulai ia sadari, ada lebih banyak kebenaran yang tersembunyi daripada yang pernah ia bayangkan

  • Pewaris Yang Tersembunyi   Bab 29

    Azlan duduk bersandar di dinding kayu yang terasa dingin. Udara di ruangan itu terasa berat, penuh dengan rahasia yang belum terungkap. Kata-kata pria bertato tadi masih terngiang di kepalanya—Bayangan Kuno. Nama itu terdengar seperti legenda, tapi fakta bahwa pria berjubah abu-abu itu benar-benar ada membuatnya harus mempertimbangkan bahwa legenda itu mungkin lebih dari sekadar mitos.Ia menarik napas dalam, berusaha mengendalikan pikirannya yang berkecamuk. Jika pria itu benar-benar bagian dari kelompok tersebut, maka pertemuannya bukanlah kebetulan.“Kenapa aku? Apa yang mereka inginkan dariku?”Azlan melirik pria bertato itu lagi, mencoba mencari petunjuk dari wajahnya yang keras dan penuh bekas luka.“Apa yang mereka jaga?” tanya Azlan akhirnya, memecah keheningan.Pria itu menghela napas sebelum menjawab, “Sesuatu yang tak seharusnya jatuh ke tangan manusia biasa.”Azlan mengernyit. “Sesuatu seperti apa?”Pria itu menatapnya lama, seolah mempertimbangkan apakah Azlan layak menge

  • Pewaris Yang Tersembunyi   BAB 28

    Angin dingin berembus pelan, membawa serta aroma tanah basah yang masih tersisa setelah pertarungan sengit tadi. Azlan berdiri diam, menatap langit yang kini mulai sedikit lebih terang. Keheningan yang mendadak ini terasa janggal baginya, seakan badai baru saja mereda, tetapi masih menyimpan ancaman yang lebih besar.Ia menarik napas panjang, mencoba mengendalikan denyut nadinya yang masih berpacu cepat akibat pertarungan. Sosok pria berjubah abu-abu telah menghilang begitu saja, meninggalkannya dengan banyak pertanyaan yang tak terjawab."Pewaris terakhir… tubuhmu telah diisi dengan warisan yang tak bisa kau hindari."Kata-kata itu terus terngiang di benaknya. Warisan? Apa maksudnya? Apakah pria itu mengetahui sesuatu tentang dirinya yang bahkan ia sendiri belum menyadarinya?Azlan mengepalkan tinjunya."Aku harus mencari tahu lebih banyak."Tapi pertanyaannya, ke mana ia harus mulai mencari?Setelah memastikan tidak ada ancaman di sekitarnya, Azlan kembali berjalan menuju tempat per

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status