Sampai di kos ini, Dato tanpa banyak cincong bayarkan satu bulan dulu kos Tissa. “Kamu santai saja dulu, sambil cari kerja lagi. Tak usah buru-buru pulang ke Surabaya, kan kamu tulang punggung keluarga!” cetus Dato, bak orang dewasa saja pada wanita cantik ini.Tissa senyum dan ucapkan terima kasihnya, apalagi Dato kembali tunjukan jiwa sosialnya. Tadi di ATM dia sempat ambil uang 25 juta, kini uang itu dia serahkan semuanya ke Tissa, hingga wanita jelita ini kaget dan melongo.Sebelumnya Tissa cerita, gajinya 80 persen dia kirim ke ortunya yang ada di Surabaya, sehingga kini uang itu hampir habis dan bingung buat makan sehari-hari. Tissa sendiri baru berumur 22 tahunan, dan setelah lulus di D3 Pariwisata, langsung kerja di hotel ini, di ajak salah satu familinya merantau ke Batupecah ini.Baru saja naik mobilnya, Dato kaget saat menerima telpon dari Uja, pamannya, kakak mendiang ibunya yang juga PNS di Batupecah, kalau Nenek Dayang terjatuh dari motor karena tersenggol motor lain.Da
Dato sengaja memarkir mobilnya adak jauh dari bangunan villa yang lumayan mewah ini. Apalagi dia lihat di halaman bangunan ini ada 3 orang centeng sedang berjaga sambail main judi gaplek (kartu).Dato melewati bangunan ini, lalu kira-kira di jarak 100 meteran di berhenti dan kini mulai berjalan mendekati bangunan ini. Dia tetap waspada!Dato nekat saja, dia tak membawa senjata apapun, benar-benar bertangan kosong. Dato percaya diri dengan kemampuan nya, yang sudah dia latih dengan sangat keras selama ini.Dia menyelinap lewat samping, dan harus melompati pagar yang tingginya lebih dari dua meteran.Dato mulai berindap-indap mendekati bangunan ini, dia sengaja mencari jendela kaca, untuk mengintip siapa saja di dalam dan di mana Tissa di sekap.Harapan Dato terkabul ada sebuah jendela yang sengaja di buka, karena mereka merokok di dalam ruangan ini dan aseek ngobrol.Dato pun mendekati jendela ini mendengarkan sambil merunduk pembicaraan mereka ini. “Hmm…kenapa sih kalian harus menabra
Dato terpaksa mengamankan Tissa di rumah neneknya, apalagi rumah besar ini juga kosong, hanya ada dua ART, semenjak neneknya meninggal dunia.Tissa trauma tinggal di hotel dan kos-kosan. Takut kalau-kalau kena culik lagi! Setelah mengambil lagi pakaiannya dan tas-tasnya, diapun minta Dato membawa ke rumahnya.Tissa juga menolak tinggal di hotel, karena di Batupecah ini, hotel hanya ada puluhan dan mudah sekali di lacak Madur Cs.Paman Uja sampai saat ini belum mengambil alih rumah ini, rencananya setelah Dato pindah ke Surabaya atau Jakarta, barulah rumah ini akan di ambilnya. Sehingga Dato hanya tinggal sendiri, sepeninggal neneknya.Tentu saja Dato tak berani cerita ke pamannya, kalau dia telah membawa Tissa ke rumah ini, tak enak kalau kena tegur. Dato segan dengan Paman Uja, apalagi sejak dulu dia tak begitu akrab, karena pamannya tinggal agak jauh dari rumah ini dan jarang-jarang menjenguk Dato.“Aku mau pulang ajah ke Surabaya Dato, takut banget aku tinggal di kota ini, mafiany
Sejak hari itu, keduanya bak botol ketemu tutup, tiada hari tanpa bercinta dan hasilnya, UAS Dato sangat memuaskan. Dia lulus dengan nilai terbaik, tapi berbarengan dengan kelulusan Dato, Tissa pun harus pulang kembali ke Surabaya.“Janji yaa…kalau kelak pindah ke Surabaya, jangan lupakan aku!” bisik Tissa, saat Dato mengantarnya ke bandara perintis Batupecah. Tissa tentu saja pulang dengan hati plong, karena Dato memberinya uang tak sedikit, Tissa sudah berniat akan buka usaha dari uang pemberian remaja tajir ini.Namun, niat Dato pindah ke Surabaya batal, gara-gara Nenek Amai tak setuju, nenek kandungnya ini ingin Dato tinggal ke Jakarta.Dato tentu saja tak berani membantahnya, apalagi Nenek Hanum dan Nenek Citra juga tak setuju Dato ke Surabaya.Unai dan Arga sedih sekali harus pisah dengan sahabatnya ini, namun keduanya tak bisa mencegah. Keduanya juga ternyata lulus sebagai calon aparat, Unai lulus jadi tentara dan Arga lulus jadi calon polisi.Hebatnya keduanya lulus tanpa ny
Sikap Dato yang selalu salting bila bicara dengan Nathasa, jadi perhatian juga di mata kakek dan nenek-neneknya. Namun mereka masih beranggapan mungkin karena Dato pendiam dan lama di ‘kampung’ hingga sikapnya begitu.Pada hari ke 3 dari rencana dua minggu di Jakarta, Nathasa minta Dato ajak dia jalan-jalan dengan mobil sport keluaran terbaru, yang dihadiahkan kakeknya buat Dato. Kakek Radin tak tanggung-tanggung beri Dato kendaraan, hingga 20 buah mobil mewah dari berbagai tipe.Namun ada satu mobil klasik yang bikin Dato sayang memakainya, karena mobil ini dikatakan kakeknya peninggalan ayahnya, kala SMU. Sebuah mobil sport produksi Inggris, yang identik dengan mobil agen di film spionase terkenal dengan kode 007.“Kemana kita Bibi Nathasa..?”“Hmm…kita ke Bandung yuks, kamu kan belum kuliah, kita nginap di sana dua malam, aku pingin lihat kota itu!”“Iya…eh sudah izin belum dengan kakek dan nenek, juga ortu kamu?”“Ih kamu kayak anak kecil deh, apa-apa izin mulu!” cetus Nathasa ter
Puas jalan-jalan, Dato dan Nathasa kembali ke mobil, gadis cantik ini sempat beli 2 kaos dan dua celana kesukaannya, yakni celana pendek. Karena dia memang tak bawa pakaian ganti.Namun sampai parkiran Dato mengeryitkan dahi, karena di samping mobilnya ada 3 orang terlihat menatap mobilnya.Bahkan ada yang berusaha mencopot spionnya, sementara tukang parkir yang ingin menegur mereka bentak-bentak, hingga nyalinya langsung ciut.“Heii…mau apa kalian, lepaskan tangan itu dari spion itu!” tegur Dato, Nathasa ikutan kaget dan dia langsung berlindung di belakang Dato.Melihat yang menegur seorang remaja tampan dingin, dengan seorang wanita cantik bak bule, ketiganya serempak menatap Dato dan berhenti berusaha mencopot spion ini.“Oh inikah pemiliknya…oke kami tak jadi mencopot spion mobil mehong kamu itu. Tapi sebagai gantinya, kamu bayar uang keamanan 5 juta. Kecil mah uang segitu di bandingkan harga mobil ini!” balas seorang pria bertato, yang tadi berusaha mencopot spion itu sambil ceng
Walaupun dari segi trah, Brandon lebih tinggi, tapi karena usia Radin jauh lebih tua. Brandon tetap panggil Abang pada si kakek Dato ini. Tak enak dia memanggil nama langsung.“Kalau saja mereka itu bukan bibi dan ponakan, aku nggak masalah mereka dekat Bang!” inilah alasan utama Brandon menolak. Kakek Radin yang kenyang pengalaman hidup hanya mengangguk paham.Nathasa kaget saat paginya Airil Manov, maminya meminta hari ini juga dia dan Dato di minta pulang lagi ke Jakarta.“Tapi Nathasa masih pingin jalan-jalan di Bandung Mi?” bantah Nathasa.“Nathasa, papi kamu marah tuh, nggak tau juga apa sebabnya. Katanya nggak pantas kamu dan Dato jalan berdua. Kalian itu bibi dan ponakan…tak cocok!” cetus maminya, dan klik telpon pun terputus.Walaupun Mami nya tak secara gamblang sebutkan ‘tak cocok’ itu apa, tapi Nathasa langsung paham. Papinya menentang keras dia dan Dato makin dekat!“Kenapa Bibi Nat…mami kamu suruh kita balik yaa…?” Nathasa mengangguk lemah dan Dato pun ikutan kaget.Usai
Satu tahun kemudian…!Waktu memang tak terasa sangat cepat sekali. Kini Dato sudah menjelma jadi pemuda dengan usia yang sebentar lagi 20 tahunan kurang 2 bulanan dan diapun kini sudah mulai masuk kuliah di semester 3.Kenangan pahit bersama Bibi Nathasa, membuat pemuda ini selama satu tahunan ini tak pernah terlihat menggandeng kekasih baru.Kakek Radin dan ke tiga neneknya sampai heran, sampai segitu dalam kah Dato menyukai sang bibi-nya itu, hingga sama sekali tak terlihat bawa pacar. Tentu saja tak ada yang tahu, kalau Dato tak suka wanita yang seumuran, dia menyukai wanita yang lebih tua, walaupun bukan tua-tua amat macam tante-tante.Banyak yang titip salam dengannya, bahkan sampai blak-blakan bilang suka, tapi tak satupun Dato tanggapi serius. Dato hanya anggap teman biasa tanpa perlu diseriusi.Hingga suatu hari saat pulang kuliah, Dato kaget menerima kabar dari kakeknya, kalau Om nya Balang baru saja di berondong orang tak di kenal. Untung saja Balang hanya terluka ringan.
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman