Walaupun dari segi trah, Brandon lebih tinggi, tapi karena usia Radin jauh lebih tua. Brandon tetap panggil Abang pada si kakek Dato ini. Tak enak dia memanggil nama langsung.“Kalau saja mereka itu bukan bibi dan ponakan, aku nggak masalah mereka dekat Bang!” inilah alasan utama Brandon menolak. Kakek Radin yang kenyang pengalaman hidup hanya mengangguk paham.Nathasa kaget saat paginya Airil Manov, maminya meminta hari ini juga dia dan Dato di minta pulang lagi ke Jakarta.“Tapi Nathasa masih pingin jalan-jalan di Bandung Mi?” bantah Nathasa.“Nathasa, papi kamu marah tuh, nggak tau juga apa sebabnya. Katanya nggak pantas kamu dan Dato jalan berdua. Kalian itu bibi dan ponakan…tak cocok!” cetus maminya, dan klik telpon pun terputus.Walaupun Mami nya tak secara gamblang sebutkan ‘tak cocok’ itu apa, tapi Nathasa langsung paham. Papinya menentang keras dia dan Dato makin dekat!“Kenapa Bibi Nat…mami kamu suruh kita balik yaa…?” Nathasa mengangguk lemah dan Dato pun ikutan kaget.Usai
Satu tahun kemudian…!Waktu memang tak terasa sangat cepat sekali. Kini Dato sudah menjelma jadi pemuda dengan usia yang sebentar lagi 20 tahunan kurang 2 bulanan dan diapun kini sudah mulai masuk kuliah di semester 3.Kenangan pahit bersama Bibi Nathasa, membuat pemuda ini selama satu tahunan ini tak pernah terlihat menggandeng kekasih baru.Kakek Radin dan ke tiga neneknya sampai heran, sampai segitu dalam kah Dato menyukai sang bibi-nya itu, hingga sama sekali tak terlihat bawa pacar. Tentu saja tak ada yang tahu, kalau Dato tak suka wanita yang seumuran, dia menyukai wanita yang lebih tua, walaupun bukan tua-tua amat macam tante-tante.Banyak yang titip salam dengannya, bahkan sampai blak-blakan bilang suka, tapi tak satupun Dato tanggapi serius. Dato hanya anggap teman biasa tanpa perlu diseriusi.Hingga suatu hari saat pulang kuliah, Dato kaget menerima kabar dari kakeknya, kalau Om nya Balang baru saja di berondong orang tak di kenal. Untung saja Balang hanya terluka ringan.
“Plakkkk…!” bunyinya sangat nyaring, bahkan ada 3 orang yang baru keluar toilet sampai terkaget-kaget, apalagi saat melihat siapa yang kena tampar itu.Bukan Dato yang terkena pukulan, tapi sebuah tamparan menyamping yang sangat keras, yang melayang lebih cepat dari datangnya jurus itu.Kepala pria ini berdenging, belum sempat dia sadar dari suara denging di telinga, sebuah sodokan keras mampir di perutnya. Ngekkk…pria kasar itupun jatuh terduduk lalu pingsan.Dato yang ingin kirimkan tendangan lagi berhenti, tak jadi memukul, dia langsung menarik tangan wanita ini dan mengajaknya pergi dari sana.Dato membawa ke meja tempatnya tadi duduk. Sambil memberikan tisu, untuk menghapus darah di bibirnya, yang terluka akibat kekerasan yang dialaminya.“Namaku Dato…siapa kamu dan kenapa sampai di pukul?” Dato bicara pelan, karena saat ini musik masih lembut, belum waktunya house music yang diputar. Sebab masih pukul 22.15 menitan.“Melani…aku…awalnya menolak melayani tamu, karena dia kasar sek
Pria berbadan gempal yang usianya sekiitar 45 tahunan ini mengacungkan pistolnya ke arah Dato. Namun hebatnya, pemuda ini tenang-tenang saja, benar-benar bernyali besar, padahal dia tak kebal peluru, walaupun kebal bacok.Dato malah menatap tajam orang yang menodongkan pistol ke wajahnya ini. Kedua orang malah saling bertatapan dari jarak hanya 5 meteran.Semuanya menatap tegang, sekali menarik pelatuk senjatanya, semua orang yakin Dato akan terkapar dengan kepala pecah.Tapi keberanian pemuda ini benar-benar bikin semuanya kagum. Jangankan keder, gugup saja tidak. Benar-benar pemuda nekat dan tak takut mati!“Siapa kamu berani bikin ribut di sini, macam-macam ku pecahkan otak kamu itu dengan pistolku!” bentak si gempal, yang ternyata sang bos premannya, Rimo Gempal.“Apakah aku sedang berhadapan dengan Bang Rimo Gempal?” tanya balik Dato kalem, hingga semua orang kaget juga. Tak di nyana anak muda ini benar-benar jiwanya yang sesungguhnya, yakni nekat!“Hmm...benar-benar bernyali kam
Melani bengong saat Dato membawanya ke sebuah apartemen yang sangat mewah, tak dia sangka pemuda ini benar-benar tajir nggak ketulungan. Wanita yang sepintas mirip penyanyi dangdut Wika Salim ini sampai mengusap matanya berkali-kali.Bagai mimpi baginya bisa masuk ke apartemen yang sangat mewah ini. Karena dia tahu sering lewat di depan apartemen ini, dan ngayal sesekali punya bisa nginap di apartemen tersebut.Apartemen ini memang masuk kategori kelas atas, dan berada di jantung ibukota Jakarta, karena harganya sangat mehong. Per unit harganya mencapai 45 sampai 55 miliaran.Hanya orang tertentu yang sanggup membeli atau menyewa di tempat ini, selain ruangannya luas, juga di dalamnya sangat mewah.Khayalannya kini jadi kenyataan, karena Dato membawanya ke sini. Walaupun hanya nginap sementara. Tapi hati Melani sudah senang dan bangga!Tentu ‘Wika Salim’ ini tak tahu, kalau saham apartemen yang dikatakan tahan gempa hingga 8 SR ini milik kakek si Dato, Radin Hasim Zailani.Dato pun ba
Dato pun meluncur ke arah Mangga Besar, sesuai dengan alamat yang Rimo Gempal berikan. Tempat ini ternyata masuk ke sebuah gang, sehingga mau tak mau Dato harus jalan kaki hampir 150 meteran.Setelah melihat-lihat sebentar, Dato pun mendekati sebuah bangunan yang di depannya di jaga dua orang yang tak ia kenal.Namun saat melihat Dato yang datang, keduanya mempersilahkan pemuda nekat ini masuk ke dalam.Begitu pintu terbuka, tanpa di duga sebuah pukulan menghantam tengkuknya, Dato kaget bukan kepalang, tapi terlambat menghindar. Tubuhnya ambruk seketika ke lantai, pingsan.“Ha-ha-ha…ternyata anak muda ini mudah sekali kita taklukan. Benar kan kataku, dia nekat tapi tak perhitungan!” terdengar seseorang tertawa senang, anehnya wajah Rimo Gempal yang juga ada di ruangan ini terlihat tegang.Tubuh Dato lalu di seret dan dilemparkan begitu saja ke sudut ruangan, tangannya di ikat dan di telkung ke belakang.“Apa yang akan kita lakukan dengannya Hamori?” Rimo Gempal bertanya pada orang yan
Dato pun pulang setelah nelpon taksi online, sebelumnya dia sempat mampir ke sebuah klinik dan mengobati lukanya. Lalu kembali ke Mangga Besar dan menemukan rumah yang sempat di jadikan tempat menyekapnya, ternyata sudah kosong.Dato sebenarnya ingin ambil mobilnya di depan gang itu. Tapi dia penasaran, lalu ke sana kembali, namun rumah ini terkunci rapat.Dan rumah ini benar-benar sepi, andai ketemu, sudah dapat dipastikan Rimo Gempal cs akan dia hajar habis-habisan tanpa ampun.Di mobil Dato menenangkan hatinya, dan pelajaran bertindak gegabah membuatnya menarik nafas dalam-dalam. Inilah yang membuatnya mulai waspada dan tidak lagi bertindak slonong boy.“Sabarrr…sabarrrr…belum saatnya, awas saja kamu yang bernama Harmoni, juga Safira, kalian salah cari musuh kali ini!” desis Dato dengan hati dendam membara.Anak muda nekat ini akhirnya memutuskan balik ke apartemen, setelah ada chat masuk, yang ternyata dari Melani, yang mengabarkan dirinya sudah berada di apartemen lagi.Begitu da
“Iiihh kamu mas, hampir 2 bulan nggak bertemu, lihat deh tubuh kamu, makin besar dan berotot, keras lagi!” ceplos Melly Ani sambil menepuk dada bidang Dato.Melihat keakraban artisnya dengan pemuda tampan jangkung ini, Asisten dan sopir Melly lalu permisi izin pulang ke wanita jelita ini. Sambil tersenyum maklum melihat artis mereka yang tengah ‘mabuk cinta’ ini.Mereka berdua maklumi kalau sang artis yang tengah naik daun ini ‘dekat bingit’ dengan anak muda tampan kokoh ini. Apalagi Dato terlihat sangat tajir lagi.Awalnya mereka mengira Melly Ani tinggal di sini sebagai simpanan gadun alias Om-om. Karena apartemen ini super mewah dan hanya orang tertentu yang bisa tinggal di sini.Tapi saat melihat siapa pemuda yang di peluk Melly Ani, mereka balik memuji pilihan si artis ini. Malah terlihat masih sangat muda di bandingkan Melly Ani sendiri, walaupun sepintas penampilan Dato terlihat sangat dewasa. Karena jarang bercanda dan selalu terlihat serius.“Besok yaa...stanby jam 9!” Asiste
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman