Usai upacara, semua siswa langsung masuk ke sekolah, Kania mendatangi Aldot sebelum masuk kelas. “Aldot...kamu sudah sehat…?” Aldot berpaling dan tersenyum mendengar ucapan kekasihnya ini.Kania menatap wajah Aldot yang melepas topi dan mengibas-ngibaskan wajahnya yang berkeringat.“Iya Kania…berkat pertolongan Om Brandon dan tante Sandrina!”“Syukurlah…aku sangat khawatir tau nggak, ponsel kamu tak pernah aktif, kemana aja sih kamu…!”“Aku…setelah di rumah sakit…istirahat di rumah dan sekalian berobat jalan juga di pijat, untung tulangku tak ada yang patah…hmm entah siapa 4 orang itu!” ceplos Aldot, pasang wajah tak bersalah, karena lagi-lagi harus berbohong.“Iya…tampangnya…kayak aparat gitu yaa…badannya gempal-gempal!” Kania sampai tak sadar memegang lengan Aldot.“Aparat…hmm…siapa sebenarnya mereka itu!” gumam Aldot tanpa sadar, Kania hanya angkat bahu tanda tak tahu.“Kania, ayo kita masuk kelas, pa Guru sudah masuk tuh!” tiba-tiba terdengar suara Bram dan menarik tangan Kania, t
Aldot kini mendekati rekan si gempal, yang kini mundur-mudur ke arah mobil Bram.“Ehhh tolol, badan aja gede, maju sono, ngapain mundur-mundur,” teriak Angelina yang maju, dan secara tiba-tiba dia mendorong punggung si badan gempal tersebut.Aldot awalnya aneh melihat gadis belia ini, tapi dia tak mau menyia-nyiakan kesempatan, saat si gadis ini mendorong badan si gempal satunya, secara cepat sambil melompat Aldot melontarkan jurus kerasnya hingga telak kena wajah orang itu, yang tak sempat mengelak atau menangkis.Akibatnya kembali si badan gempal klenger dan pingsan, Aldot tak memperdulikan dua orang ini, ia lalu menuju ke mobil di mana Bram sedang ketakutan berada di balik kemudi setirannya.“Eeitttsss…tunggu dulu, kamu mau ngapain,” Angelina malah melintangkan tangannya menahan langkah Aldot menuju ke Bram.“Minggir…aku mau menghajar si Bram!”“Ehh salah apa abang ku…?”“Ohh kamu adiknya…dia telah menyuruh 2 orang itu mempermak aku minggu lalu, aku ingin menghajar dia!” sungut Ald
Aldot dan Kania makin susah bertemu, setiap kali pulang sekolah, si anak menteri ini juga di kawal dan kadang sesekali Tante Ima yang jemput.Aldot sampai mulai putus asa, saking susahnya bertemu, hanya Bojo yang tahu bagaimana perasaan sahabat baiknya ini dan sering menyabarkan. Aldot harus mengakui, dengan Kania lah dia mulai merasakan jatuh cinta dengan hati, bukan dengan nafsu.Setiap kali bersama, Aldot dan Kania paling banter gandengan tangan dan ciuman di pipi atau dahi, tak lebih dari itu. Sehingga Kania makin yakin, kalau Aldot bukanlah pemuda jelek seperti yang dikatakan Bram.Bahkan saat istirahat sekolah pun keduanya sangat sulit bertemu, karena Kania sebagai Ketua OSIS banyak kesibukan, sehingga waktu bersama makin berkurang.Aldot hampir saja ingin membuka siapa dirinya, dengan berencana mengapeli Kania di malam minggu.Namun niatnya ia batalkan, takutnya kelak di anggap Kania mempermainkannya, inilah yang membuat ia ragu kembali.Namun semuanya makin runyam, gara-gara
Aldot menjalankan mobil sportnya bak orang tak punya tujuan, penjelasannya sia-sia, siang tadi di sekolah, di taman samping kantin sekolah, Kania yang kadung emosi memutuskan hubungan mereka.Foto-foto dirinya bersama Angelina menggunakan mobil mewah tak bisa di bantah Aldot lagi, Kania menuduh Aldot sengaja menipunya selama ini, dengan berpura-pura miskin dan diam-diam memiliki kekasih lain, alias berselingkuh.“Apa maksud kamu…kenapa selama ini tak mengaku kalau kamu adalah Aldot Brandon Zailani, apa tujuan kamu sebenarnya…kenapa Aldot…siapa wanita yang bersama kamu, tega banget kamu menyelingkuhi aku!” itulah kata-kata kemarahan Kania padanya, dengan mata memerah.Aldot terpojok sendiri, tak mampu menjawab, berondongan kalimat Kania bak senjata berat yang menghajar batinnya. Belum sempat Aldot bicara, lonceng pun berbunyi dan Kania langsung meninggalkannya dan masuk kelas.Pikiran gadis cantik ini tak karuan selama jam pelajaran, matanya memerah menahan tangis, tak ada pelajaran ya
Aldot hanya bisa mengangguk lemah, kepalanya dipegang Asisten Rahman, kakeknya berpesan agar cucu kandungnya jangan membalas dendam, atas penembakan terhadap dirinya.Itulah pesan terakhir kakeknya, setelah itu Asisten Rahman koma dan malamnya menghembuskan nafas terakhirnya di hadapan menantu dan cucunya.Aldot yang tak banyak omong, kembali jadi pendiam, kenangan ibu kandungnya dan ibu sambungnya yang tewas kembali membuka luka hatinya.Selesai pemakaman Asisten Rahman di samping kuburan kakeknya Dato Hasim Zailani, Aldot tetap bertahan di atas pusara kakeknya ini, sedangkan yang lain sudah pulang.Sebelum berpisah di area pemakaman, Robert Junior memanggil Brandon dan bicara berdua. “Kamu awasi terus Aldot itu, aku khawatir dia akan bertindak diluar kendali, emosinya tak stabil dan dia punya aura dendam seperti kamu dulu!”Brandon hanya menganggukan kepala, saat mertuanya ini memberi warning terkait anak sulungnya ini, setelah berpelukan Robert Junior pulang bersama istrinya, diiku
Namun saat akan maju dan mencabut belatinya, Galo langsung terdiam dan pucat pasi, saat terdengar bunyi tembakan dan dua anak buahnya terkapar kesakitan.Kaki dua anak buahnya tertembus peluru, ketika dia menoleh ke belakang, ada 5 orang yang mendatangi tempat ini dan 4 orang terlihat mengacungkan pistol ke arah dia dan anak buahnya.Lalu tanpa banyak cakap, semua yang masih memegang tongkat di hajar habis-habisan 4 orang yang baru datang ini, disaksikan seorang pria tampan berjaket kulit hitam, dengan celana senada dan sepatu boot, yang hanya menonton dengan tenang dan dingin.Orang yang ternyata Brandon ini mendekati Galo, tanpa banyak cakap begitu dekat sebuah pukulan keras langsung melayang ke wajahnya, hingga Galo bersujud minta ampun.Nyali Galo sudah terbang entah kemana, karena semua anak buahnya di hajar habis-habisan oleh 4 orang pengawal Brandon.“Pergi kalian…bukkkk!” sebuah tendangan keras langsung mengenai tubuh Galo, hingga dia terkapar dan dengan tertatih-tatih kelompo
Setelah beristirahat tiga hari dan badannya sudah fit lagi, walaupun lebam-lebam masih ada di lengan dan kakinya. Aldot kini jalan-jalan di seputaran Kota Kuala Lumpur, kali ini dia sengaja bawa motor milik mendiang kakeknya Dato Hasim Zailani, yang jarang sekali di pakai.Sandrina wanti-wanti dengan anaknya ini agar jangan bikin masalah lagi, Aldot iya-iya saja, tak mau menjawab apalagi membantah ucapan momi nya ini.Aldot hapal kota ini, karena dia baru 2,5 tahunan meninggalkan kampung kelahirannya tersebut, untuk tinggal di Jakarta melanjutkan study.Kali ini Aldot sengaja kenakan jaket kulit, lengkap dengan sepatu bootnya di tambah dengan kacamata hitam.Dia kini lebih terlihat dewasa, mirip anak kuliahan, walaupun usianya kini belum genap 18 tahunan. Kumis dan jambangnya mulai tumbuh tipis, agaknya bakal lebih lebat dari milik ayahnya.Aldot sudah menelpon wali kelasnya, kalau dia izin selama seminggu dengan alasan meninggalnya kakeknya.Wali kelas tentu saja mengingatkan agar Al
Shania, si gadis Manado ini tetap cuek membersihkan air hujan di tubuhnya, dia tak memperdulikan Aldot yang terpana menatap body indahnya.Aldot akhirnya ikut melepas pakaiannya yang basah dan kini masuk ke kamar mencari pakaian bersih. Di apartemen ini cukup banyak pakaiannya, sehingga Aldot tak pusing mencari pakaian ganti.“Ada baju buat aku nggak!” Aldot langsung berpaling, di belakangnya sudah berdiri Shania dengan mengenakan handuk sampai dadanya, hingga tak bisa menutupi pahanya. Mata Aldot nyalang melihat Shania begitu.“Ihh matanya, kemana itu!” Shania menowel dagu Aldot dan dia dengan cuek nya membuka lemari pakaian dan melihat-lihat baju milik remaja ini.Begitu dapat kaos dan celana yang dirasanya cocok, Shania berbalik dan hampir saja dia tertabrak Aldot yang ternyata masih berada di belakangnya.Aldot menatap wajah gadis cantik ini, dan pelan-pelan tangannya memegang pinggang Shania, lalu merapatkan ke badannya.Shania merasakan dengus nafas remaja tampan ini menerpa waj
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman