Aldot menjalankan mobil sportnya bak orang tak punya tujuan, penjelasannya sia-sia, siang tadi di sekolah, di taman samping kantin sekolah, Kania yang kadung emosi memutuskan hubungan mereka.Foto-foto dirinya bersama Angelina menggunakan mobil mewah tak bisa di bantah Aldot lagi, Kania menuduh Aldot sengaja menipunya selama ini, dengan berpura-pura miskin dan diam-diam memiliki kekasih lain, alias berselingkuh.“Apa maksud kamu…kenapa selama ini tak mengaku kalau kamu adalah Aldot Brandon Zailani, apa tujuan kamu sebenarnya…kenapa Aldot…siapa wanita yang bersama kamu, tega banget kamu menyelingkuhi aku!” itulah kata-kata kemarahan Kania padanya, dengan mata memerah.Aldot terpojok sendiri, tak mampu menjawab, berondongan kalimat Kania bak senjata berat yang menghajar batinnya. Belum sempat Aldot bicara, lonceng pun berbunyi dan Kania langsung meninggalkannya dan masuk kelas.Pikiran gadis cantik ini tak karuan selama jam pelajaran, matanya memerah menahan tangis, tak ada pelajaran ya
Aldot hanya bisa mengangguk lemah, kepalanya dipegang Asisten Rahman, kakeknya berpesan agar cucu kandungnya jangan membalas dendam, atas penembakan terhadap dirinya.Itulah pesan terakhir kakeknya, setelah itu Asisten Rahman koma dan malamnya menghembuskan nafas terakhirnya di hadapan menantu dan cucunya.Aldot yang tak banyak omong, kembali jadi pendiam, kenangan ibu kandungnya dan ibu sambungnya yang tewas kembali membuka luka hatinya.Selesai pemakaman Asisten Rahman di samping kuburan kakeknya Dato Hasim Zailani, Aldot tetap bertahan di atas pusara kakeknya ini, sedangkan yang lain sudah pulang.Sebelum berpisah di area pemakaman, Robert Junior memanggil Brandon dan bicara berdua. “Kamu awasi terus Aldot itu, aku khawatir dia akan bertindak diluar kendali, emosinya tak stabil dan dia punya aura dendam seperti kamu dulu!”Brandon hanya menganggukan kepala, saat mertuanya ini memberi warning terkait anak sulungnya ini, setelah berpelukan Robert Junior pulang bersama istrinya, diiku
Namun saat akan maju dan mencabut belatinya, Galo langsung terdiam dan pucat pasi, saat terdengar bunyi tembakan dan dua anak buahnya terkapar kesakitan.Kaki dua anak buahnya tertembus peluru, ketika dia menoleh ke belakang, ada 5 orang yang mendatangi tempat ini dan 4 orang terlihat mengacungkan pistol ke arah dia dan anak buahnya.Lalu tanpa banyak cakap, semua yang masih memegang tongkat di hajar habis-habisan 4 orang yang baru datang ini, disaksikan seorang pria tampan berjaket kulit hitam, dengan celana senada dan sepatu boot, yang hanya menonton dengan tenang dan dingin.Orang yang ternyata Brandon ini mendekati Galo, tanpa banyak cakap begitu dekat sebuah pukulan keras langsung melayang ke wajahnya, hingga Galo bersujud minta ampun.Nyali Galo sudah terbang entah kemana, karena semua anak buahnya di hajar habis-habisan oleh 4 orang pengawal Brandon.“Pergi kalian…bukkkk!” sebuah tendangan keras langsung mengenai tubuh Galo, hingga dia terkapar dan dengan tertatih-tatih kelompo
Setelah beristirahat tiga hari dan badannya sudah fit lagi, walaupun lebam-lebam masih ada di lengan dan kakinya. Aldot kini jalan-jalan di seputaran Kota Kuala Lumpur, kali ini dia sengaja bawa motor milik mendiang kakeknya Dato Hasim Zailani, yang jarang sekali di pakai.Sandrina wanti-wanti dengan anaknya ini agar jangan bikin masalah lagi, Aldot iya-iya saja, tak mau menjawab apalagi membantah ucapan momi nya ini.Aldot hapal kota ini, karena dia baru 2,5 tahunan meninggalkan kampung kelahirannya tersebut, untuk tinggal di Jakarta melanjutkan study.Kali ini Aldot sengaja kenakan jaket kulit, lengkap dengan sepatu bootnya di tambah dengan kacamata hitam.Dia kini lebih terlihat dewasa, mirip anak kuliahan, walaupun usianya kini belum genap 18 tahunan. Kumis dan jambangnya mulai tumbuh tipis, agaknya bakal lebih lebat dari milik ayahnya.Aldot sudah menelpon wali kelasnya, kalau dia izin selama seminggu dengan alasan meninggalnya kakeknya.Wali kelas tentu saja mengingatkan agar Al
Shania, si gadis Manado ini tetap cuek membersihkan air hujan di tubuhnya, dia tak memperdulikan Aldot yang terpana menatap body indahnya.Aldot akhirnya ikut melepas pakaiannya yang basah dan kini masuk ke kamar mencari pakaian bersih. Di apartemen ini cukup banyak pakaiannya, sehingga Aldot tak pusing mencari pakaian ganti.“Ada baju buat aku nggak!” Aldot langsung berpaling, di belakangnya sudah berdiri Shania dengan mengenakan handuk sampai dadanya, hingga tak bisa menutupi pahanya. Mata Aldot nyalang melihat Shania begitu.“Ihh matanya, kemana itu!” Shania menowel dagu Aldot dan dia dengan cuek nya membuka lemari pakaian dan melihat-lihat baju milik remaja ini.Begitu dapat kaos dan celana yang dirasanya cocok, Shania berbalik dan hampir saja dia tertabrak Aldot yang ternyata masih berada di belakangnya.Aldot menatap wajah gadis cantik ini, dan pelan-pelan tangannya memegang pinggang Shania, lalu merapatkan ke badannya.Shania merasakan dengus nafas remaja tampan ini menerpa waj
“Hanya pingin tahu Chen, agar aku kelak berhati-hati dengan mereka!” Aldot menjawab asal saja, tapi dia menunggu-nunggu apakah Chen-chen ini mau memberitahunya.“Hmm…iya juga sihh…tapi janji yaa, kamu jangan bikin masalah dengan mereka, nyawa kamu taruhannya Aldot!” Chen-chen malah memberi peringatan pada remaja nekat yang baru di kenalnya ini, dan diam-diam dia mulai menyukai Aldot, karena remaja ini tak banyak gaya dan apanya.Aldot langsung mengangguk dan Chen-chen menyebutkan sebuah tempat, yang ternyata di pub ini juga, tepatnya di sebuah ruangan VIP yang berada di lantai dua klub ini, menurut gadis cantik ini, di ruangan itulah biasanya Lou Steven dan cs nya ngumpul.Tak lama kemudian teman Chen-chen datang dan mengajak pulang, karena hari sudah mulai larut malam, Chen-chen minta nomor ponsel Aldot dan keduanya pun berpisah, dengan janji saling kontak-kontakan.Setelah Chen-chen pergi, Aldot sengaja jalan-jalan dan naik ke lantai klub pub mewah dan lumayan luas ini.Semakin mala
Aldot memilih keluar dari klub mewah ini untuk menenangkan diri, dihalaman parkir, lama ia termangu-mangu menatap klub yang terdapat di sebuah bangunan berlantai 40 ini, kepalanya mendongak menatap gedung mewah, yang jadi tempat para pelancong dari luar dan dalam negeri menghibur diri.Saat matanya melihat beberapa orang yang keluar masuk gedung ini, matanya langsung menatap tajam, saat melihat Lou Steven keluar dari gedung ini, bahkan terlihat menganggu beberapa orang yang bawa pasangan.Namun semuanya seakan paham, lelaki kasar ini lagi mabuk, sehingga semua orang pilih menghindar, malas berurusan dengan pria ini.Lou Steven agaknya mabuk sekali, jalannya pun sempoyongan, Aldot lalu diam-diam mengikuti kemana Lou Steven berjalan.Ternyata dia menuju ke parkiran, entah ini nasib baik atau apa, parkirnya tak jauh dari mobil Aldot.Aldot lalu bergegas menghampiri, satu pukulan di tengkuk, membuat Lou Steven kelenger ke jalan.Aldot lalu menarik tubuh pria keturunan ini dan memasukan ke
Aldot bak bintang yang sedang naik daun, mulai kelas 11 sampai 13 sibuk membicarakan dirinya. Bram yang selama ini merasa akan orang terkaya pun keok, sekeoknya-keoknya.Semuanya kini hanya membicarakan Aldot saja, bukan yang lain. Semua orang makin melongo saat ada yang memperlihatkan profil keluarga Brandon Hasim Zailani, dan di sana terpampang jelas wajah Aldot.Sampai ada sebuah artikel yang menyebutkan remaja tampan ini Pewaris Tunggal perusahaan Kanah Group, milik pengusaha papan atas tersebut, yang disebut-sebut miliki kekayaan hingga hampir 100 Triliun, yang tersebar di ratusan saham perusahaan, baik di dalam dan luar negeri.Jati diri Aldot kini terbuka sejelas-jelasnya, dan inilah yang dikhawatirkan Aldot, kenapa ia selama ini pura-pura miskin, sebab dirinya kini bak gula dikerubungi semut.Alasan inilah dulu yang terpaksa ia buka pada papa dan mominya, hingga Sandrina yang awalnya jengkel, paham dan balik memuji sikap anak sambungnya ini.Juga saat ini, itulah yang ia bicar
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman