Shania, si gadis Manado ini tetap cuek membersihkan air hujan di tubuhnya, dia tak memperdulikan Aldot yang terpana menatap body indahnya.Aldot akhirnya ikut melepas pakaiannya yang basah dan kini masuk ke kamar mencari pakaian bersih. Di apartemen ini cukup banyak pakaiannya, sehingga Aldot tak pusing mencari pakaian ganti.“Ada baju buat aku nggak!” Aldot langsung berpaling, di belakangnya sudah berdiri Shania dengan mengenakan handuk sampai dadanya, hingga tak bisa menutupi pahanya. Mata Aldot nyalang melihat Shania begitu.“Ihh matanya, kemana itu!” Shania menowel dagu Aldot dan dia dengan cuek nya membuka lemari pakaian dan melihat-lihat baju milik remaja ini.Begitu dapat kaos dan celana yang dirasanya cocok, Shania berbalik dan hampir saja dia tertabrak Aldot yang ternyata masih berada di belakangnya.Aldot menatap wajah gadis cantik ini, dan pelan-pelan tangannya memegang pinggang Shania, lalu merapatkan ke badannya.Shania merasakan dengus nafas remaja tampan ini menerpa waj
“Hanya pingin tahu Chen, agar aku kelak berhati-hati dengan mereka!” Aldot menjawab asal saja, tapi dia menunggu-nunggu apakah Chen-chen ini mau memberitahunya.“Hmm…iya juga sihh…tapi janji yaa, kamu jangan bikin masalah dengan mereka, nyawa kamu taruhannya Aldot!” Chen-chen malah memberi peringatan pada remaja nekat yang baru di kenalnya ini, dan diam-diam dia mulai menyukai Aldot, karena remaja ini tak banyak gaya dan apanya.Aldot langsung mengangguk dan Chen-chen menyebutkan sebuah tempat, yang ternyata di pub ini juga, tepatnya di sebuah ruangan VIP yang berada di lantai dua klub ini, menurut gadis cantik ini, di ruangan itulah biasanya Lou Steven dan cs nya ngumpul.Tak lama kemudian teman Chen-chen datang dan mengajak pulang, karena hari sudah mulai larut malam, Chen-chen minta nomor ponsel Aldot dan keduanya pun berpisah, dengan janji saling kontak-kontakan.Setelah Chen-chen pergi, Aldot sengaja jalan-jalan dan naik ke lantai klub pub mewah dan lumayan luas ini.Semakin mala
Aldot memilih keluar dari klub mewah ini untuk menenangkan diri, dihalaman parkir, lama ia termangu-mangu menatap klub yang terdapat di sebuah bangunan berlantai 40 ini, kepalanya mendongak menatap gedung mewah, yang jadi tempat para pelancong dari luar dan dalam negeri menghibur diri.Saat matanya melihat beberapa orang yang keluar masuk gedung ini, matanya langsung menatap tajam, saat melihat Lou Steven keluar dari gedung ini, bahkan terlihat menganggu beberapa orang yang bawa pasangan.Namun semuanya seakan paham, lelaki kasar ini lagi mabuk, sehingga semua orang pilih menghindar, malas berurusan dengan pria ini.Lou Steven agaknya mabuk sekali, jalannya pun sempoyongan, Aldot lalu diam-diam mengikuti kemana Lou Steven berjalan.Ternyata dia menuju ke parkiran, entah ini nasib baik atau apa, parkirnya tak jauh dari mobil Aldot.Aldot lalu bergegas menghampiri, satu pukulan di tengkuk, membuat Lou Steven kelenger ke jalan.Aldot lalu menarik tubuh pria keturunan ini dan memasukan ke
Aldot bak bintang yang sedang naik daun, mulai kelas 11 sampai 13 sibuk membicarakan dirinya. Bram yang selama ini merasa akan orang terkaya pun keok, sekeoknya-keoknya.Semuanya kini hanya membicarakan Aldot saja, bukan yang lain. Semua orang makin melongo saat ada yang memperlihatkan profil keluarga Brandon Hasim Zailani, dan di sana terpampang jelas wajah Aldot.Sampai ada sebuah artikel yang menyebutkan remaja tampan ini Pewaris Tunggal perusahaan Kanah Group, milik pengusaha papan atas tersebut, yang disebut-sebut miliki kekayaan hingga hampir 100 Triliun, yang tersebar di ratusan saham perusahaan, baik di dalam dan luar negeri.Jati diri Aldot kini terbuka sejelas-jelasnya, dan inilah yang dikhawatirkan Aldot, kenapa ia selama ini pura-pura miskin, sebab dirinya kini bak gula dikerubungi semut.Alasan inilah dulu yang terpaksa ia buka pada papa dan mominya, hingga Sandrina yang awalnya jengkel, paham dan balik memuji sikap anak sambungnya ini.Juga saat ini, itulah yang ia bicar
Kania kini sudah duduk di samping Aldot, mobil super mewah berharga 90 miliaran dan jadi tontonan hampir semua siswa di SMU 58 ini, kini telah meluncur ke jalan raya.Tak jauh beda, saat di jalan raya pun mobil ini jadi tontonan semua orang, kadang ada yang sengaja buka kaca dan memvideo mobil ini dengan ponselnya, untung saja ribennya gelap, sehingga tak tahu siapa yang ada di dalam.Dua remaja berbeda karakter ini kadang sering bentrok mata, lalu sama-sama tersenyum. Aldot jadi teringat gaya ibu sambungnya, karakter Kania sangat mirip, kadang jutek, kadang sangat manis dan pastinya agak cemburuan.“Jadi…!” hampir berbarengan keduanya bicara.“Iya udahh kamu duluan…!” lagi-lagi keduanya ngomong bersamaan. “Ih kamu tu, kenapa sih ikut-ikutan ngomong, ya udah kamu duluan ngomong!” sungut Kania.“Kamu aja…aku dengarin…!” Aldot mengalah.“Nggak kamu saja…aku yang dengarin!” Kania kembali merajuk manja. Mau tak mau Aldot tertawa kecil dan kini ia tak mungkin geber mobilnya, karena jalanan
“Kamu katakan, apa sebabnya tugas itu tidak dikerjakan?” mata lentik Bu Vera menatap tajam wajah Aldot, yang di tatap langsung menunduk, apalagi tangan kanan Bu Vera masih berada di pahanya, bahkan kini sengaja di gerak-gerakan…hingga libido remaja ini pelan tapi pasti mulai naik.“Saya…habis pulang sekolah…latihan di gym bu, lalu kelupaan tugas itu…saya mohon jangan hukum saya bu..?”“Hmm…begitu...kamu tetap aku hukum Aldot…!”Remaja tampan ini langsung mengangkat wajahnya dan kini keduanya saling tatap, Bu Vera benar-benar kagum dengan brondong ini, selain tampan, juga matanya sangat tajam dan sepertinya banyak yang disembunyikan lewat mata itu.Yang membuat Aldot makin terdiam, Bu Vera menarik tangannya dan meletakannya di dadanya.“Sejak tadi aku lihat mata kamu suka ke sini…lakukan sekarang apa yang ada di hati kamu Aldot, hukuman kamu…layani aku saat ini!” terdengar suara Bu Vera, lebih mirip desahan.Aldot bak kucing yang diberi ikan segar dan tinggal di santap, remaja yang sed
Aldot melihat foto-foto hasil potretan Bojo, sama seperti Bojo, Aldot pun mengeryitkan dahi melihat 3 tamu yang datang berkunjung ke rumah Bu Vera.“Siapa mereka yaa..?” gumam Aldot tanpa sadar sambil menatap wajah-wajah yang tertangkap kamera ponsel Bojo, bahkan terlihat foto seorang wanita, tapi tak jelas, karena menggunakan topi dan kacamata serta masker putih, serta jaket hitam.“Lhaa ente tanya aku, mana aku tahu bro..!” ceplos Bojo.“Mencurigakan dan ada sesuatu yang melingkupi Bu Vera ini!” ceplos Aldot bak seorang detektive.“Bro…ente kayaknya punya bakat jadi aparat handal, mending lulus SMU kamu masuk akademi kepolisian aja bro!”“Iya...aku memang mau masuk ke sana, makanya aku nggak nge-rokok dan minum!” cetus Aldot apa adanya, hingga Bojo terbelalak kaget, tak mengira candaannya justru di sahuti serius sahabat dekatnya ini.“Ehhhh serius lo brother? Loe kan pewaris tunggal kerajaan bisnis papa loe, kok…malah mau jadi aparat sihh…aneh!”“Tak ada yang aneh…kan tak masalah…wa
Tiga rekan atau lebih tepatnya anak buah Madam Luna sampai ke samping menoleh untuk menahan tawa, agar tak kelihatan wanita cantik ini.Ucapan spontan dari Aldot membuat ke tiganya pingin terpingkal-pingkal, karena di sebut tak enak dan longgar. Madam Luna langsung berdiri dan dia menarik rambut Aldot sambil mendelik marah.“Dasar anak kecil tak tahu diri, sudah di kasih enak masih mengolok-ngolok aku, kamu mau burung kamu itu aku potong hahhh!” sentak Madam Luna marah. Kemudian, plakk-plakkk, dua kali tamparan di terima Aldot, hingga pipinya langsung memerah.Tapi remaja ini tetap tenang, seakan tak takut apapun. “Hmm…kamu benar-benar seperti Brandon, dingin dan tak kenal takut…baiklah, kamu agaknya harus kami bikin menderita dahulu, baru nyawa kamu kami habisi. Bajul, tendang burungnya, biar dia merasakan bagaimana sakitnya di tendang di situ, setelah itu potong tangan dan kakinya, baru tembak kepalanya itu!”Terdengar sadis dan mengerikan sekali perintah Madam Luna, yang ternyata s
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman