Tiga rekan atau lebih tepatnya anak buah Madam Luna sampai ke samping menoleh untuk menahan tawa, agar tak kelihatan wanita cantik ini.Ucapan spontan dari Aldot membuat ke tiganya pingin terpingkal-pingkal, karena di sebut tak enak dan longgar. Madam Luna langsung berdiri dan dia menarik rambut Aldot sambil mendelik marah.“Dasar anak kecil tak tahu diri, sudah di kasih enak masih mengolok-ngolok aku, kamu mau burung kamu itu aku potong hahhh!” sentak Madam Luna marah. Kemudian, plakk-plakkk, dua kali tamparan di terima Aldot, hingga pipinya langsung memerah.Tapi remaja ini tetap tenang, seakan tak takut apapun. “Hmm…kamu benar-benar seperti Brandon, dingin dan tak kenal takut…baiklah, kamu agaknya harus kami bikin menderita dahulu, baru nyawa kamu kami habisi. Bajul, tendang burungnya, biar dia merasakan bagaimana sakitnya di tendang di situ, setelah itu potong tangan dan kakinya, baru tembak kepalanya itu!”Terdengar sadis dan mengerikan sekali perintah Madam Luna, yang ternyata s
Bu Vera menyadari kelakuan nakal murid brondongnya yang tajir tak ketulungan ini. “Terus Bu Vera sendiri…maaf sejak kapan pisah dengan suami?” pancing Aldot lagi, sambil menatap cantik guru cantik ini.“Sudah 2 tahunan yang lalu, suamiku dulunya seorang tentara, dia berbisnis sampingan jadi pengepul batubara. Jadi kamu jangan heran yaa, dan jangan mengira aku macam-macam karena miliki rumah dan mobil bagus, sedangkan gaji ASN kan tak mungkin beli rumah dan mobil begitu, itu semua peninggalan suamiku," cetus Bu Vera.Dia lalu melanjutkan kisahnya, suatu hari terjadi perselisihan, dan akhirnya terjadi tembak menembak dan dan suaminya tewas tertembak.“Ohh…ma-maafff…!” Aldot tergagap dan kini ada rasa kasian, ternyata Bu Vera mengalami masa lalu yang pahit.Bu Vera tanpa tedeng aling-aling juga mengatakan semenjak suaminya tak ada lagi, dia sering merasa kesepian, namun tak berani melampiaskan dengan sembarangan orang, sedangkan untuk bersuami, Bu Vera ngaku masih belum move on 100 perse
Selama dua hari Kania tak pernah mau membalas chat ataupun telpon Aldot, gadis cantik ini benar-benar ngambek berat.Hingga Aldot putuskan pulang kembali ke rumahnya, Kania benar-benar marah sekali melihat Aldot tertangkap basah jalan bergandengan tangan dengan Bu Vera.Aldot langsung saja ngeloyor ke bagian tengah rumah super mewah milik ortunya ini, saat ingin bersantai di kolam renang ia melihat Bojo dan Sarah adiknya sedang kejar-kejaran berenang, juga ada Rina dan Junai, anak dari Novia dan Punang, yang sudah dianggap anak angkat Keluarga Brandon.Adiknya yang kini berusia hampir 12 tahun memang sudah biasa kolokan dengan Bojo, yang memang menganggap Sarah adiknya sendiri. Bojo pun juga dianggap sebagai bagian dari keluarga besar Brandon dan Sandrina.Bahkan Bojo tak segan menemani Sarah ataupun Sandrina kemanapun kalau mau jalan dan dibutuhkan.Bojo bak bodyguard saja, karena anak muda ini selain pintar ilmu beladiri, badannya juga mulai berisi dan terlihat kuat, sampai Ali, san
“Gicuuu dyehh…si tante bawel bilang gini…bilangin tuh ke Aldot, jangan mentang-mentang anak sultan, sekehandak hati main terong ehh serongggg…emank anak gue kerupuk, ehh salah lagi...kalengg…ehh apa ya nekk…lupa eyke..!” Vito dengan gaya kenes dan ngondeknya kini bikin laporan ke Aldot dan di dengar Bojo sambil tertawa di sampingnya.“Bansirrr, kalau bercerta itu yang benar, kenapa nggak ente videoin sekalian, biar nggak capek loe bercerita!” olok Bojo.“Dyeeehhh si medok, dasar jahara ye…eyke masih berasa di sidang pengadilan kasus korupsi nekk, ehh ye enak-enak ngolok eyke!” Vito kini duduk sambil kipas-kipas wajahnya persis gaya tante-tante.Kepalanya melengus menatap Bojo yang sedang mengenakan baju singlet ketat, karena dia baru saja nge-gym dengan Aldot."Dyehh mentang-mentang badan udah kotak-kotak, pamerr aja kedua-duanya" ceplos Vito, sambil melirik tubuh Bojo dan Aldot.Aldit hanya menghela nafas, ia berpikir apakah akan nekat datang ataukah tidak ke rumah Kania, tapi ucapan
Aldot, Angelina, Bojo dan Vito kini duduk berjejer, di hadapan mereka Brigjen Polisi Indra Sutoyo. Perwira tinggi yang bertugas di Mabes Polri.Kejadian di jalan tol membuat geger se antero media sosial, karena banyak yang merekam aksi koboy Aldot dan Bojo, dua pembunuh bayaran pun sudah di amankan.Kasus ini sengaja diambil Mabes bukan Polda Metro, karena melibatkan Aldot, si anak konglomerat dan juga karena ayahnya yang bintang 3 tapi non job.Tentu saja wajah Aldot yang bak bintang drakor dengan senyum dingin jadi idola di mana-mana, tanpa remaja ini sadari.Saat memandang wajah Aldot, Jenderal Indra langsung teringat ayah dari remaja yang mulai beranjak pemuda ini, dingin, tampan dan terlihat tenang-tenang saja.Indra merupakan kawan dekat Brandon, sejak Brandon menghajar Jagor cs, pembunuh bayaran di Surabaya, kala itu dia masih berpangkat tiga balok alias Komisaris Polisi .Karir Indra melesat di kepolisian hingga kini berbintang satu, tentu saja berkat campur tangan Brandon, ki
“Ehemmm…nyambung lagi nihh…kayak lagu ajee, putus nyambung!” ejek Tante Ima, Aldot dan Kania sama-sama tersipu malu kena ejek si tante bawel ini.Tante Ima sebenarnya berharap Kania mau mengurangi sifat cemburuannya, dan mengatakan menemukan seorang Aldot satu juta banding satu, sangat sulit di cari.Kania saat hanya diam di nasehati maminya, dia berpikir wajar, sebagai wanita yang ingin satu-satunya di sayang, dia ingin memiliki Aldot seutuhnya.Dengan cueknya Tante Ima kini duduk di samping Kania, hingga Kania sempat melotot, agar maminya jangan lama-lama duduknya.“Eeee…Tante…Aldot mau izin pamit dengan tante!”“Eh kok mau langsung pamit, ngga papa…lewat jam 10 malam juga boleh kok, baru juga jam 8 malam udah mau pulang ajah!” serobot Tante Ima kaget.“Bukan mau pulang tante…maksud Aldot, pamit besok mau ke Jogja, mau lanjutkan pendidikan di sana, Aldot harus tes fisik dan kesehatan!”“Hahh…tes fisik…kesehatan, emank kamu masuk apa sih, tentara?” Tante Ima kaget.“Nggak tante…Aldot
Joko melipat sajadahnya, dan kini duduk di kasurnya berhadapan dengan Aldot, sementara calon perwira yang lulus lainnya terlihat beristirahat.“Aldot…aku teringat orang tuaku yang hanya buruh tani, aku lulus benar-benar murni tanpa embe-embel apapun…makanya aku terharu dan teringat doa siang malam kedua ortuku Dot…lulus hari ini berkat doa kedua ortuku, yang tak kenal lelah siang dan malam selalu mendoakanku…!” sahut Joko sambil menghela nafas dan mengambil tisu membersihkan airmatanya, tapi bibirnya kembali tersenyum bahagia.“Hmm…selamat ya…cita-cita kamu tercapai, kini kita bersiap tes fisik selama 10 hari, moga kita lulus kembali!” Aldot lalu menyandarkan punggungnya ke ujung kasur.“Kamu juga ku ucapkan selamat, kita hari ini lulus…oh ya…kamu tak sholat Dot, mumpung masih ada waktu Mahrib nih..!” “Oh yaa…ya…!” Aldot pun bangkit dan mencari tempat wudhu, ia lalu pinjam sajadah Joko. Sejak saat itulah, keduanya selalu sholat berjamaah, kadang diikuti yang lain dan Joko pasti jadi
Sepanjang jalan menuju ke kampus Akpol, pikiran Aldot hanya ke satu orang, yakni Kania, pelukan erat di Bandara Soetta kala melepas sang kekasih terbang ke London seakan belum terhapus dari benaknya.Malam perpisahan SMU membuat keduanya bablas lepas kontrol, mereka bahkan nginap satu malam dan paginya chek out, dan mengulang kembali hingga chek out.Tak ada penyesalan dalam diri Kania, dia juga tak menyalahkan Aldot, karena dia sudah sengaja membuka pintu seluas-luasnya, agar kekasihnya masuk ke dalam pertahanannya, lalu menjebol semuanya, hingga menyisakan noda-noda merah di sprei hotel mewah itu.Nasib baik bagi Kania dan Aldot, kedua orang tua Kania sedang ke luar daerah dan malamnya baru pulang, sehingga Kania tak di intoregasi kenapa tak pulang tadi malam.Bisikan Kania saat berpisah di Bandara Internasional ini membuat Aldot tak bisa berkata-kata lagi.“Ingat sayang…kalau benih ini jadi…aku akan menjaganya sepenuh hati…ini buah cinta kita….karena kita tak mungkin menikah, kamu
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman