Sudah lebih 5 batang rokok yang dia isap, pria bertubuh kekar tampan ini memandang kosong ke depan, terkadang matanya bersorot tajam, baju batiknya baru saja di buang ke tanah.
Wajahnya bak campuran ada ke Arab-araban, ada juga bule-bulenya. Namun kulitnya tak putih tak juga hitam, sedang saja, agak ke kuningan mendekati putih, rambutnya hitam terlihat agak berantakan, karena beberapa kali tadi dia mengacak-acak rambutnya sendiri.
Celananya masih coklat tua dan kaos putih ketat yang membungkus badan tegapnya, dia melirik lagi di tanah, sebuah map warna kuning yang berisi surat pemecatannya sebagai seorang aparat kepolisian dengan tidak hormat, sengaja ia lempar sambil menahan emosi.
Kesalahannya menembak seorang penjahat, tapi keluarga yang di duga penjahat ini melawan di pengadilan dan pria ini persalahkan.
Melalui beberapa kali sidang kode etik serta skorsing yang dia terima, keluarlah keputusan tegas, dia pecat dari kesatuan, dengan pangkat terakhir Inspekstur Satu alias Iptu.
Yang membuat ia kesal bukan main, komandannya dikesatuan yang selama ini menjadi atasannya seakan lepas tangan demi mengejar karir dan ia di korbankan.
Padahal operasi penyergapan yang dilancarkan dan di pimpin langsung sang komandan dan dia hanya ikuti perintah saja.
Bahkan sang komandan ini juga yang memerintahkan tembak saja kawanan pengedar narkoba kalau diketahui melawan atau melarikan diri.
Namun fakta di lapangan berbeda, saat penyergapan keluarga pengedar ini tak terima dan mereka menggugat di pengadilan dengan alasan keluarga mereka yang penjahat itu saat di dor tak melawan dan tak bersenjata.
Dia adalah Brandon Irwansyah, seorang polisi muda yang harus mengakhiri karir polisinya dengan tragis di usia muda, yakni 25 tahun.
Dia masih ingat, saat sidang di pengadilan, istri si penjahat itu selalu menatap tajam wajahnya, wanita yang terlihat sangat cantik itu seakan tak mau memaafkan penembakan terhadap suaminya, yang sudah setahun lebih jadi DPO kepolisian, karena menjadi bandar narkoba lumayan kakap di Jakarta.
Brandon pun di vonis bersalah dan di hukum percobaan selama 6 bulan, yang sangat dia sesali karirnya di kepolisian juga rontok, terhitung sejak hari ini dia menjadi warga sipil, bukan lagi berstatus anggota korps berbaju coklat.
Brandon termasuk anggota buser yang sangat handal, dia memiliki kemampuan sebagai penembak ulung. Jarang sekali orang yang kena tembakannya luput, rata-rata kena dan sasaran Brandon adalah bahu atau kaki.
Brandon dijuluki algojo oleh rekan-rekannya di kepolisian, namun kini sang algojo hanya bisa duduk termenung di sebuah taman kota, tanpa memperdulikan lalu lalang orang-orang di sana.
Dia teringat bagaimana almarhum ibunya dan ayahnya harus bertengkar hebat, gara-gara dia masuk kepolisian, di mana harus menjual sebuah tanah, agar dia bisa lulus sebagai salah satu calon perwira kepolisian.
“Aku sudah banyak keluar duit saat dia kuliah, masa masuk akademi kepolisian harus bayar, katanya gratis, aku tak mau jual tanah itu, itu tanah bapak ku satu-satunya, apa kata saudaraku nanti kalau di jual!” sungut Bahar, ayahnya dengan nada marah.
“Tapi bang, kata si Brandon, jatah kelulusan hanya dua orang dan saingannya secara fisik masih menang Brandon, namun saingannya itu mau main duit!” Kanah, ibunya tak mau kalah.
Seminggu kemudian, Brandon kaget, saat ibunya memberikan duit 50 juta pada dia, dengan pesan agar duit itu segera di berikan ke oknum yang bisa meluluskan Brandon di akademi kepolisian.
Kanah tak pernah mau terbuka darimana duit itu diperoleh, setelah uang itu di serahkan, tak lama kemudian Brandon pun pamit untuk sekolah akademi kepolisian selama 2 tahun, karena ia di katakana lulus.
Setahun kemudian Brandon harus bersimpuh dengan mata memerah, ibunya kini terbujur di dalam kuburan, karena meninggal dunia, tanpa sempat melihat dia lulus sebagai polisi.
Penyebabnya baru dia tahu, saat malamnya dia di damprat ayahnya habis-habisan di rumah.
“Kamu tau uang 50 juta itu dulu di mana almarhum ibu kamu dapat, dia berhutang pada lintah darat, setiap bulan harus di cicil 3 juta dengan bunga 30 juta, dia lalu jatuh sakit kecapekan bekerja sebagai pembantu dan juga jualan gorengan dan saat ini hutang itu terpaksa bapak yang melanjutkan pelunasan, karena ibu kamu meninggal dunia!” Bahar memandang sengit anak tunggalnya ini, nada suaranya sangat meninggi sambil menatap wajah Brandon.
Bahar sendiri hanyalah seorang PNS golongan rendah, gajinya yang 5 jutaan kini tersisa hanya 2 jutaan, karena sudah di potong cicilan motor dan juga rumah yang kini mereka tempati.
Brandon hanya bisa diam, dia tak bisa ngomong apa-apa lagi, hanya sehari di rumah, dia langsung pamit kembali ke asrama kepolisian di Bogor, meninggalkan rumah dan kampungnya yang berada tak jauh dari Pelabuhan Ratu.
Sebelum pulang, sekali lagi dia menyempatkan berziarah ke makam ibunya.
“Saya janji bu, akan mengembalikan utang-utang ibu dan juga uang ayah…setahun lagi saya akan lulus kepolisian!” batin Brandon, sejak saat itulah wajahnya yang biasa tersenyum ceria, berubah jadi dingin dan tak banyak bicara.
Brandon pun tak mau pamit ke ayahnya, dia diam-diam saja pergi, karena dipikirnya percuma pamit, yang ada dia malah kembali akan kena marah dan dampratan ayahnya ini.
Brandon aslinya tak tahu, kalau ayahnya itu bukan ayah kandungnya, saat menikahi ibunya, ibunya yang mantan TKW di Malaysia sudah berbadan dua ketika ijab kabul dengan ayahnya ini dan memutuskan jadi IRT saja lagi, tak lagi jadi TKW.
Dia tahu jati dirinya secara tak sengaja!
Ceritanya ketika dia pulang kembali ke rumah, bermaksud mengantar undangan untuk hadir di acara kelulusannya sebagai anggota kepolisian, dengan pangkat perwira, yakni Inspekstur Dua atau Ipda.
Brandon kaget saat tiba di rumah ayahnya dan tahu ayahnya ini sudah beristri kembali dan tinggal di rumah itu, istri baru ayahnya masih muda dan cantik, usianya sekitar 26 tahunan dan sedang hamil anak pertama.
Tapi istri baru ayahnya ini tetap baik dengannya, dan ibu tirinya inilah yang menyambutnya di rumah, karena ayahnya masih di kantor, menjelang sore baru ayahnya datang.
Ayahnya diam saja saat Brandon meletakan undangan di meja tamu, dia pun lalu ke kamarnya untuk beristirahat, tak ada percakapan apapun di antara keduanya.
Tak ada rasa senang atau kebanggaan sebagaimana layaknya seorang ayah, yang tahu anaknya kini sudah jadi seorang perwira kepolisian. Wajah ayahnya biasa-biasa saja alias datar-datar saja.
Saat akan menuju meja makan, bermaksud makan malam, karena perutnya lapar, Brandon pun mendengar percakapan ayahnya dan istri barunya ini.
“Jadi bapak ga bakal datang di acara wisuda Brandon sebagai polisi?” tanya Winah, istri Bahar.
“Buat apa datang, aku bukan ayah kandungnya, entah siapa ayah kandungnya, karena Kanah saat ku nikahi sudah hamil 3 bulan!” deggg…bak di sambar petir Brandon mendengar ucapan ayahnya ini.
“Kamu lihat saja, mana ada mirip-miripnya aku dengan si Brandon, bikin malu dan kelak banyak pertanyaan kelak kalau aku hadir, mending tak usah datang!” sungut Bahar pada istrinya ini, Winah langsung diam dan tak berani lagi bicara.
Rasa lapar Brandon langsung hilang, dia tak menyangka kalau orang yang selama ini di anggapnya ayah kandungnya, kini blak-blakan mengatakan kalau dia bukan darah dagingnya.
“Hmmm…pantas sejak aku kecil, ayahku tak pernah baik denganku…dan wajahku memang berbeda dengan dia!” batin Brandon, sambil terduduk lesu di kamarnya.
“Siapa ayahku sebenarnya…!” pertanyaan-pertanyaan ini selalu terbetik di hati Brandon.
Besoknya Brandon pun pamit dengan ayah dan ibu tirinya ini, niatnya untuk bermalam seminggu di rumah ia batalkan.
Kenyataan kalau dia bukan anak kandung ayahnya ini membuat mental Brandon jatuh, awalnya ibu tirinya ini kaget, tapi Bahar terlihat biasa saja, Brandon tetap menghormati Bahar, dia menyalami lengan orang tua ini, termasuk istri Bahar, walaupun muda hanya hanya selisih 3 tahunan dengannya, Brandon tetap hormat, karena Winah ini istri ayahnya, atau kini ayah tirinya.
Sejak saat itulah, sampai kini Brandon tak pernah menjejakan lagi ke rumah Bahar dan istrinya ini, pernah dia mengirimi duit buat mengganti utang ibunya dulu, tapi dia transfer ke Ira sepupunya, Parmin, ayah Ira adalah kakak dari ibu kandungnya.
Menurut Ira, Bahar hanya mengucapkan terima kasih saat Ira mengantarkan uang 50 juta ke rumah itu, tidak pernah menanyakan Brandon di mana atau lagi tugas di mana.
Ira yang tak tahu menahu soal itu sempat bertanya dengan Brandon, apakah dia ada masalah dengan Bahar, Brandon hanya bilang tak ada.
Brandon bertekad akan merahasiakan hal ini, karena dia punya misi akan menyelidiki siapa ayah kandungnya kelak.
Kini, dengan status mantan perwira polisi, makin malas Brandon pulang kembali ke Sukabumi, dia ingin mengubah nasibnya di Jakarta.
Tapi niatnya untuk menyelidiki siapa ayah kandungnya tak pernah padam, dia masih memiliki tabungan beberapa puluh juta.
Sehingga saat dia keluar dari dinasnya, Brandon pun menyewa kos kecil dengan sewa 500 ribu sebulan.
Setelah 3 hari di pecat dari kepolisian, Brandon menemui mantan atasannya di Bandung yang kini bertugas di Mabes Polri, yakni Kombes Polisi Roni.
Mereka janjian bertemu di sebuah kafe, karena Kombes Roni juga tak enak menemui Brandon di markas kepolisian, mengingat Brandon baru saja di pecat sebagai polisi dengan tidak hormat.
Tujuan Brandon hanya satu, minta tolong mantan atasannya itu agar bisa dicarikan pekerjaan…!
Ya Brandon tak biasa menganggur, ia ingin kembali bekerja, apapun pekerjaan itu, untuk menyambung hidup!
*****
BERSAMBUNG
Buat Pecinta novel ini, Pewaris Tunggal II: Skandal Cinta Masalalu--sudah terbit 6 bab, lanjutannya, segera kami terbitkan...! Cikidot yaa
Kombes Pol Roni menatap wajah dingin Brandon, sebagai polisi yang masih bertugas di bagian reserse, dia menangkap ada dendam yang kuat di mata anak muda ini, dendam pada mantan atasannya yang membuat dia di pecat sebagai polisi, karena dia anggap sengaja menjerumuskan dirinya dalam sebuah operasi penangkapan bandar narkoba.Setelah minum dan menghela nafas, Kombes Roni bertanya apa keperluan Brandon bertemu dengannya.“Aku butuh pekerjan komandan!” sahut Brandon singkat, tanpa basa-basi.“Kamu mau kerja apa?”“Apa saja, jadi pembunuh bayaran pun tak apa!”Kagetlah Kombes Roni, ia lalu tersenyum dan mencomot sebatang rokok lalu menawarkan ke Brandon, yang diterima Brandon tanpa banyak tanya.“Maukah kamu jadi bodyguard?” tawar Kombes Roni, Brandon tanpa basa-basi langsung mengangguk.“Hmm…baiklah tunggu sebentar!” Kombes Roni lalu menelpon seseorang.“Ya Jack Black, dia mantan anak buahku yang handal, mungkin kamu butuh karyawan baru!” Kombes Roni terdengar menelpon seorang pria yang d
“Makasih ya om sudah menolongku, namaku Novia, om siapa, benarkah mantan polisi, seperti yang dikatakan dua polisi tadi?” tanya wanita ini sambil menatap Brandon yang duduk di hadapannya dan duduk di kursi, sedangkan dia duduk di sisi ranjang, karena kost ini tidak memiliki ruang tamu.“Iya…aku mantan polisi…yang dipecat, panggil aku Brandon!” sahut Brandon pendek.“Kenapa kamu sampai dia kasari Novia, siapa lelaki itu sebenarnya, kalau kamu mau cerita, ceritalah, kalau ga mau juga ga-papa!” sifat dingin Brandon belum hilang, dia menatap tajam Novia yang saat itu memakai daster saja.“Dia itu namanya Punang, mantan pacarku, sifatnya kasar dan suka mabuk dan kerjaannya adalah tukang palak alias preman. Kami berpisah sudah lama, dia ingin balikan, tapi aku tak mau, mati aku dia siksa kalau balikan, entah darimana dia tau alamat kostku ini, padahal aku baru tiga bulan tinggal di sini!”“Ohh begitu…maafkan aku tadi, hampir saja membunuhnya…ternyata mantan pacar kamu Novia!” sahut Brandon
ck Black menatap satu persatu ke lima anak buahnya dari total 25 anak buahnya, wajahnya terpaku pada satu anak buahnya yang baru 2 bulanan bergabung ini, siapa lagi kalau bukan Brandon.Dia menatap dari ujung kaki hingga ke wajah pemuda jangkung kekar dan baru berusia 25 tahunan ini.Rambutnya tersisir rapi, dengan kulit sawo matang dan hidung mancung, wajah pemuda ini dingin dan terkesan pendiam, sorot matanya sebetulnya agak ceria, tapi kalau bibirnya mengatup rapat, matanya makin tajam, dan akan terlihat makin garang serta dingin saja.Sepintas Jack Black beranggapan Brandon ini cocok sekali kalau di jadikan sebagai pembunuh bayaran, dengan profil yang terlihat tak punya rasa kasihan begitu.Baju himnya yang berlengan pendek memperlihatkan badannya yang proporsional dan kokoh, di tambah celana jeansnya yang membungkus kakinya yang panjang dan terlihat kencang, tanda tubuh ini rajin melakukan latihan fisik yang keras.Jack Black lalu mengangguk-anggukan kepalanya, kayaknya dia sudah
Diawali saat Putri Zeremiah minta jalan-jalan di kawasan puncak, sang putri yang biasa di daerah gurun ini ingin menikmati cuaca dingin puncak terkenal sudah kesohor ini.Seperti biasa Putri Zeremiah tetap mengenakan baju santai kaos dan jeans, dipadu dengan sepatu kets, penampilan yang sang putri terlihat sangat cantik dan styles.Seperti biasa,Toni dan Brandon dengan sigap terus mengawal.Tanpa mereka sadari, sejak meninggalkan hotel dua mobil mereka sudah diikuti sebuah MPV warna hitam.Insting sebagai mantan polisi Brandon sudah tak enak, namun ia diam saja, baginya selama tidak mengganggu Putri Zeremiah, ia akan mencueki semuanya.Karena tugas utamanya bersama Toni hanya menjaga kenyamanan dan keamanan sang putri ini.Dua mobil ini akhirnya sampai di sebuah tempat wisata ekslusif yang megah dan mewah, saat keluar dari mobil Putri Zeremiah sudah berseru wow dan berkali-kali bilang wonderful.Tempat wisata yang terletak di kawasan Mega Mendung puncak ini benar-benar sangat indah, s
Melihat kedua penculik ini seakan ragu, Brandon yang tak sabaran langsung menendang kepala satu penculik yang dari tadi meringis kesakitan, hingga langsung jatuh tertelungkup dan pingsan seketika.Rekannya kaget setengah mati melihat kekejaman Brandon. Dia yang juga kena tembak di bahu dan kaki kini berinsut ke tanah menjauh sambil berteriak-teriak minta ampun.Brandon yang aslinya berdarah dingin tanpa ampun kembali menendang kepala penculik itu dan kembali sisa penculik ini pingsan seketika.Brandon lalu masuk kedalam mobil dan melepaskan ikatan lakban dimulut Putri Zeremiah.“Thank’s, tolong asisten saya itu, dia kedinginan di luar, bisa pingsan dia!” kata sang putri dalam bahasa Inggris yang fasih pada Brandon, Putri angkuh ini juga sangat ngeri melihat kekejaman Brandon.Tanpa banyak tanya Brandon keluar lagi dan menarik si asisten yang ketakutan dan kehujanan di samping mobil para penculik ini.Saat itulah datang Toni dan Jamal dengan tergopoh.“Ada ada Brandon!” kata Toni denga
Brandon mengalihkan tatapannya ke gelas wine dan sesekali mengangkat wajah, kalau Putri Zeremiah agak ngegas bercerita dalam bahasa Inggris yang sangat fasih.Selesai bercerita, barulah Putri Zeremiah menatap wajah Brandon, sekaligus menatap tubuh Brandon yang terbungkus kimono.“Hmmm….!” tanpa sadar putri ini kagum dengan tubuh kokoh Brandon.“Berapa usia kamu Brandon…?”“24 mau 25 tahun putri!”“Kamu sudah bekeluarga?” Brandon langsung menggeleng.“Punya pacar?” lagi-lagi Brandon menggeleng, Putri Zeremiah tersenyum memikat.“Kamu malam in tidur di sini jaga saya, tapi awas jangan lengah! Kamu tetap siaga dan terus jaga saya, okay..!”“Siap putri!” sahut Brandon.Tak lama kemudian Putri Zeremiah terlihat menelpon seseorang dalam bahasa Arab yang tak dimengerti Brandon, dia kini bergeser duduk di kursi lain dan membiarkan Putri ini sendirian menelpon.Besoknya Brandon kaget, saat melihat Jamal membawa tas bagasi, wajahnya terlihat memerah, sementara Toni tak terlihat.Brandon hanya m
Sampai di hotel kembali Putri Zeremiah yang sepanjang bersungut-sungut dan bilang betapa capenya jadi dirinya, selalu jadi sasaran kejahatan.Dia langsung masuk ke hotelnya dengan membiarkan Maya Asistennya membereskan semua belanjaannya, dia tak mau tahu, Putri ini ngeloyor saja ke kamar hotel mewahnya.Bagi Asisten Maya yang sudah hapal karakter bosnya ini, gaya begitu tak masalah.Karena tugas Brandon terus mengawal, tentu saja pria ini terus mengikuti sang putri yang masuk beristirahat di kamarnya.“Hmmm…kamu ikutin aku terus yaa! Aku saat ini pingin sendiri…kamu kalau mau istirahat silahkan saja, ku beri jatah sehari cuti, tapi besok pagi jam 10 kamu sudah on time kesini lagi, awas kalo telat, kamu bakalan ku pecat!”“Siap putri…!” sahut Brandon cepat.Ketika dia akan melankgkah keluar kamar, tiba-tiba si putri ini berubah pikiran, dia malah memanggil Brandon kembali, sehingga pria ini terpak
Brandon terbangun saat ada dengusan nafas dan kecupan kecil di bibirnya, ternyata Putri Zeremiah sudah berada di atas tubuh kokohnya, yang bikin Brandon kaget, putri ini sudah polos dan baju kimononya sudah terbuka semua, yang artinya mereka kini sama-sama ak pakai apa-apa lagi.“Handsome, kamu hebat sekali aku tadi malam sampai benar-benar teler luar dalam kamu bikin, udah lama banget aku tak begitu…!” bisik Putri Zeremiah.Brandon hanya tersenyum tipis, di pagi itu sang asisten bingung sendiri karena tuan putrinya tak keluar kamar hingga siang hari bersama sang pengawal gantengnya tersebut.Hubungan minor antara pengawal dan yang di kawal ini terus berlanjut hingga ke Bandung, Surabaya dan Manado, sesusai dengan jadwal Putri Zeremiah selama berkunjung di Indonesia.Hampir saja putri jelita kaya raya ini akan berlama-lama di Indonesia, kalau saja suaminya tak menelpon langsung dari Dubai.Karena istri ke tiganya ini sudah lebih
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman