ck Black menatap satu persatu ke lima anak buahnya dari total 25 anak buahnya, wajahnya terpaku pada satu anak buahnya yang baru 2 bulanan bergabung ini, siapa lagi kalau bukan Brandon.
Dia menatap dari ujung kaki hingga ke wajah pemuda jangkung kekar dan baru berusia 25 tahunan ini.
Rambutnya tersisir rapi, dengan kulit sawo matang dan hidung mancung, wajah pemuda ini dingin dan terkesan pendiam, sorot matanya sebetulnya agak ceria, tapi kalau bibirnya mengatup rapat, matanya makin tajam, dan akan terlihat makin garang serta dingin saja.
Sepintas Jack Black beranggapan Brandon ini cocok sekali kalau di jadikan sebagai pembunuh bayaran, dengan profil yang terlihat tak punya rasa kasihan begitu.
Baju himnya yang berlengan pendek memperlihatkan badannya yang proporsional dan kokoh, di tambah celana jeansnya yang membungkus kakinya yang panjang dan terlihat kencang, tanda tubuh ini rajin melakukan latihan fisik yang keras.
Jack Black lalu mengangguk-anggukan kepalanya, kayaknya dia sudah memutuskan sesuatu untuk pemuda ini.
“Brandon, kamu dan Toni aku tugaskan untuk mengawal seorang putri dari Timur Tengah, ku harap kalian berdua harus bekerja dengan sunguh-sungguh, kalau sampai putri yang kalian kawal tersebut cendera apalagi sampai di culik, maka kepala kalian taruhannya!” ucapan Jack Black jelas dan tegas, ia menatap dua anak buahnya yang berdiri tegap di depannya.
“Siap bos!” sahut Brandon dan Toni hampir berbarengan.
Jack Black sangat percaya, dua anak buahnya ini mampu mengemban tugas sebagai pengawal atau bodyguard sesuai order yang dia terima.
Dan kali ini dia mendapatkan order besar, kliennya dari Kedutaan Uni Emirat Arab, yang meminta pengawalan terhadap seorang tamu penting dari negara Timur Tengah dan kaya raya itu.
“Dia istri ‘sang Sultan’ dari Uni Emirat Arab minta pengawal dua orang, karena dia ingin berjalan-jalan selama dua minggu full di Jakarta hingga ke Bandung serta ke Bali bahkan Manado, syaratnya harus muda, ganteng, bersih dan kuat serta pintar nyiter dan lihai beladiri dan utama pintar Bahasa Inggris, lebih bagus lagi kalau pintar Bahasa Arab!” ucap utusan dari kedutaan besar itu.
Di antara 25 bodyguardnya, Brandon dan Toni dianggap Jack Black lebih tampan di bandingkan 23 orang lainnya.
Namun kalau di buat perbandingan, sebetulnya wajah Brandon paling tampan, sayangnya wajah itu sangat dingin, sedangkan Toni lebih humble dan sering senyum, sehingga ketampanan pria ini naik dengan gayanya begitu.
Perawakan keduanya pun tinggi tegap, hanya badan Toni lebih kekar sehingga dia dijuluki Hulk, sedangkan Brandon walaupun juga berotot, tapi terlihat lebih langsing, Brando pun dapat julukan tak kalah dengan Toni, yakni di The Buser, mengingat sepak terjang sebelumnya.
Namun, Brandon yang terkenal jago tembak dan sangat mahir menggunakan senjata, karena semua tahu latar belakang Brandon mantan polisi yang di pecat dan dulu di kenal sebagai anggota buru sergap yang handal.
Dua hari kemudian, Brandon dan Toni sudah stanby di bandara VIP Soekarno-Hatta, keduanya sesuai kontrak yang dituliskan, berbaju rapi dan styles, pake jas tanpa dasi.
Toni terlihat aseek bercakap-cakap lewat smartponenya, Brandon sebaliknya, tetap cool dan tak banyak bicara, matanya yang tajam sesekali menatap pintu kedatangan VIP.
Baik Brandon dan Toni dipilih karena keduanya sangat mahir berbahasa Inggris, sementara anak buah Jack Black lainnya tak begitu mahir.
Orang yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga, klien mereka ini menggunakan pesawat Emirates Air kelas Bisnis.
Toni langsung mematikan smartphonenya dan mereka kini berdiri tegap menunggu kedatangan sang klien yang terlihat berjalan santai, rombongan ini hanya tiga orang, yakni dua wanita dan satu pria.
“Hmmm kalian yang bertugas mengawal Putri Zeremiah ya?” sapa seorang pria yang agaknya asisten dari sang klien, menggunakan Bahasa Inggris, nyampur dikit Bahasa Arab.
“Siap…saya Toni dan ini rekan saya Brandon!” sahut Toni.
Dua wanita yang salah satunya di sebut Putri Zeremiah menatap Toni dan Brandon dari ujung kaki sampai ujung rambut. Saat itulah Brandon mengeryitkan dahi, karena sosok pria ini lama-lama malah makin kemayu.
Sikapnya langsung kelaki-lakian lagi saat datang seorang wanita dengan styles modern dan kekinian, sesuai mode saat ini.
“It’s okay!” sahut wanita cantik berhidung mancung dengan kacamata hitamnya ini, saat melihat penampilan Toni dan Brandon. Satu wanita lainnya yang ternyata asisten dari si Putri ini lalu meminta si pria yang bertanya tadi membereskan bagasi mereka, di bantu dengan tergopoh-gopoh oleh Toni, karena si asisten yang mengenalkan diri bernama Jamal inilah memintanya, Jamal lebih sreg dengan Toni yang humble dan agak segan dengan Brandon yang dingin.
Brandon ikut membantu mengangkat tas dari si asisten wanita ini dan dia tetap cuek tidak melirik apalagi menyapa si Putri Zeremiah yang terlihat agak angkuh ini.
Dua mobil mewah berikut sopirnya pun berjejer menunggu di kedatangan, satu mobil SUV yang nantinya berisi Toni dan Brandon dan mobil berikutnya jenis Alphard rencananya akan di pakai si Putri Zeremiah dan dua asistennya ini.
Namun perubahan mendadak dilakukan Putri Zeremiah, sang istri ‘Sultan’ dari Timteng ini.
“You Jamal and you Toni, naik mobil yang di depan in you Brandon ikut mobil saya!” perintah Putri Zeremiah dalam bahasa Inggris sambil menunjuk Toni dan Jamal naik mobil yang di depan, sedangkan Brandon ia minta ikut mobil yang ditumpanginya.
Putri dari Dubai ini memang memiliki wibawa dan keangkuhan yang kuat, sehingga Jamal tanpa banyak cincong langsung menarik Toni agar segera masuk ke mobil yang ada di depan.
Sementara Brandon juga tak banyak tanya, kini mempersilahkan Putri dan Asisten wanitanya masuk di bagian tengah, setelah menutup pintu, Brandon pun duduk di samping sopir menuju hotel bintang 5 yang sudah jauh-jauh hari di boking sang putri, tentunya melalui sang asistennya.
Brandon hanya mendengarkan saat si Putri Zeremiah ini sibuk menelpon seseorang sambil kadang marah-marah dalam Bahasa Arab.
Sementara si asisten wanitanya juga tak banyak cakap, diam saja di samping sang putri judes ini.
Bagi Brandon, apapun tingkah kliennya, dia tak punya urusan, karena tugasnya hanyalah mengawal dan menjaga keselamatan sang klien tanpa banyak cerewet.
Yang lain itu bukan urusannya, dan inilah sikap yang dipuji sekaligus dikritik beberapa klien selama ini, Brandon terlalu dingin.
Hari pertama selain menjemput di bandara, Toni dan Brandon memanfaatkan waktu santai saja di lobby hotel mewah ini, karena sang putri hanya ingin istirahat dan tak mau di ganggu.
Jamal yang makin kemayu terlihat bercanda ria dengan Toni, Brandon sendiri hanya sesekali melihat ulah temannya ini.
“Teman kamu itu ngeri banget dehhh, dari bandara ampi sekarang ga pernah senyum!” kata Jamal kenes, sambil melirik Brandon yang duduk cuek dan sesekali merokok.
“Sakit gigi paling!” sahut Toni asal saja, sambil menjentik lengan Jamal yang kadang suka mencoleh badan kekarnya.
Tiba-tiba Jamal menerima telpon dari asisten wanita sang putri, yang mengatakan sang Putri ingin makan malam di sebuah restoran vegetarian.
Sebagai pengawal, Toni dan Brandon pun sigap dan segera naik ke atas untuk mengawal si putri ini turun.
Karena sesuai protap, sejak keluar kamar dan kemanapun, mereka wajib ada di samping Putri Zeremiah.
Kali ini Putri Zeremiah berbaju santai, dengan celana jeans ketat dan baju kaos serta sepatu heel setinggi 5 centimeteran, dia berjalan lenggang kangkung dan seperti biasa mencueki Toni dan Brandon, yang terus mengawalnya hingga sampai dilantai dasar hotel ini.
Tercium bau parfum mahal yang lembut, saat Putri Zeremiah melewati Toni dan Brandon, Toni sampai menghirup bau harum itu, Brandon seperti biasa diam saja tanpa reaksi apapun.
Sama seperti siang tadi, Toni dan Jamal satu mobil dan Brandon tetap di mobil sang putri.
Untungnya Toni dan Brandon sudah makan duluan, sehingga fisik mereka terjaga prima, karena selama mengawal, haram hukumnya mereka ikutan makan, karena sama dengan lengah dalam pengawalan.
Sambil makan, sesekali Putri Zeremiah menatap wajah tampan dan dingin Brandon, yang terlihat siaga tak jauh dari meja makan di restoran mewah yang menyajikan menu vegetarian ini.
Dua hari keadaan berjalan normal dan tidak ada yang menyolok, selama itu pula Brandon tetap cool tak banyak omong.
Justru Toni yang malah makin lengket saja dengan Jamal, Brandon sebetulanya paham rekannya ini punya orientasi yang menyimpang alias AC-DC.
Namun hari ketiga semuanya berubah…!
*****
BERSAMBUNG
Diawali saat Putri Zeremiah minta jalan-jalan di kawasan puncak, sang putri yang biasa di daerah gurun ini ingin menikmati cuaca dingin puncak terkenal sudah kesohor ini.Seperti biasa Putri Zeremiah tetap mengenakan baju santai kaos dan jeans, dipadu dengan sepatu kets, penampilan yang sang putri terlihat sangat cantik dan styles.Seperti biasa,Toni dan Brandon dengan sigap terus mengawal.Tanpa mereka sadari, sejak meninggalkan hotel dua mobil mereka sudah diikuti sebuah MPV warna hitam.Insting sebagai mantan polisi Brandon sudah tak enak, namun ia diam saja, baginya selama tidak mengganggu Putri Zeremiah, ia akan mencueki semuanya.Karena tugas utamanya bersama Toni hanya menjaga kenyamanan dan keamanan sang putri ini.Dua mobil ini akhirnya sampai di sebuah tempat wisata ekslusif yang megah dan mewah, saat keluar dari mobil Putri Zeremiah sudah berseru wow dan berkali-kali bilang wonderful.Tempat wisata yang terletak di kawasan Mega Mendung puncak ini benar-benar sangat indah, s
Melihat kedua penculik ini seakan ragu, Brandon yang tak sabaran langsung menendang kepala satu penculik yang dari tadi meringis kesakitan, hingga langsung jatuh tertelungkup dan pingsan seketika.Rekannya kaget setengah mati melihat kekejaman Brandon. Dia yang juga kena tembak di bahu dan kaki kini berinsut ke tanah menjauh sambil berteriak-teriak minta ampun.Brandon yang aslinya berdarah dingin tanpa ampun kembali menendang kepala penculik itu dan kembali sisa penculik ini pingsan seketika.Brandon lalu masuk kedalam mobil dan melepaskan ikatan lakban dimulut Putri Zeremiah.“Thank’s, tolong asisten saya itu, dia kedinginan di luar, bisa pingsan dia!” kata sang putri dalam bahasa Inggris yang fasih pada Brandon, Putri angkuh ini juga sangat ngeri melihat kekejaman Brandon.Tanpa banyak tanya Brandon keluar lagi dan menarik si asisten yang ketakutan dan kehujanan di samping mobil para penculik ini.Saat itulah datang Toni dan Jamal dengan tergopoh.“Ada ada Brandon!” kata Toni denga
Brandon mengalihkan tatapannya ke gelas wine dan sesekali mengangkat wajah, kalau Putri Zeremiah agak ngegas bercerita dalam bahasa Inggris yang sangat fasih.Selesai bercerita, barulah Putri Zeremiah menatap wajah Brandon, sekaligus menatap tubuh Brandon yang terbungkus kimono.“Hmmm….!” tanpa sadar putri ini kagum dengan tubuh kokoh Brandon.“Berapa usia kamu Brandon…?”“24 mau 25 tahun putri!”“Kamu sudah bekeluarga?” Brandon langsung menggeleng.“Punya pacar?” lagi-lagi Brandon menggeleng, Putri Zeremiah tersenyum memikat.“Kamu malam in tidur di sini jaga saya, tapi awas jangan lengah! Kamu tetap siaga dan terus jaga saya, okay..!”“Siap putri!” sahut Brandon.Tak lama kemudian Putri Zeremiah terlihat menelpon seseorang dalam bahasa Arab yang tak dimengerti Brandon, dia kini bergeser duduk di kursi lain dan membiarkan Putri ini sendirian menelpon.Besoknya Brandon kaget, saat melihat Jamal membawa tas bagasi, wajahnya terlihat memerah, sementara Toni tak terlihat.Brandon hanya m
Sampai di hotel kembali Putri Zeremiah yang sepanjang bersungut-sungut dan bilang betapa capenya jadi dirinya, selalu jadi sasaran kejahatan.Dia langsung masuk ke hotelnya dengan membiarkan Maya Asistennya membereskan semua belanjaannya, dia tak mau tahu, Putri ini ngeloyor saja ke kamar hotel mewahnya.Bagi Asisten Maya yang sudah hapal karakter bosnya ini, gaya begitu tak masalah.Karena tugas Brandon terus mengawal, tentu saja pria ini terus mengikuti sang putri yang masuk beristirahat di kamarnya.“Hmmm…kamu ikutin aku terus yaa! Aku saat ini pingin sendiri…kamu kalau mau istirahat silahkan saja, ku beri jatah sehari cuti, tapi besok pagi jam 10 kamu sudah on time kesini lagi, awas kalo telat, kamu bakalan ku pecat!”“Siap putri…!” sahut Brandon cepat.Ketika dia akan melankgkah keluar kamar, tiba-tiba si putri ini berubah pikiran, dia malah memanggil Brandon kembali, sehingga pria ini terpak
Brandon terbangun saat ada dengusan nafas dan kecupan kecil di bibirnya, ternyata Putri Zeremiah sudah berada di atas tubuh kokohnya, yang bikin Brandon kaget, putri ini sudah polos dan baju kimononya sudah terbuka semua, yang artinya mereka kini sama-sama ak pakai apa-apa lagi.“Handsome, kamu hebat sekali aku tadi malam sampai benar-benar teler luar dalam kamu bikin, udah lama banget aku tak begitu…!” bisik Putri Zeremiah.Brandon hanya tersenyum tipis, di pagi itu sang asisten bingung sendiri karena tuan putrinya tak keluar kamar hingga siang hari bersama sang pengawal gantengnya tersebut.Hubungan minor antara pengawal dan yang di kawal ini terus berlanjut hingga ke Bandung, Surabaya dan Manado, sesusai dengan jadwal Putri Zeremiah selama berkunjung di Indonesia.Hampir saja putri jelita kaya raya ini akan berlama-lama di Indonesia, kalau saja suaminya tak menelpon langsung dari Dubai.Karena istri ke tiganya ini sudah lebih
Brandon hanya duduk, lalu dia minum kopi yang sudah dingin dan tersisa setengah gelas bikinan Novia siang jelang sore tadi.“Eh udah dingin kok di minum lagi, tunggu bentar aku bikinkan yang baru mas!” Brandon kaget saat melihat Novia keluar hanya pake handukan dari kamar mandi dan kini ke belakang lagi, agaknya mau bikinkan kopi yang baru.“Ini mas di minum selagi panas, tadi aku belanja banyak buat keperluan sehari-hari, soalnya semuanya serba habis, bahkan beras aja habis, uang yang satu juta tadi pas dahh habis!” Novia lalu permisi ke belakang dan berganti dengan baju daster.Brandon lalu meletakan sisa uang 4 juta yang ada di dompetnya, uang merah Soekarno Hatta itu dia taruh di ranjang bekasnya ketiduran tadi.Tentu saja Novia yang keluar dari kamar mandi sambil sisiran kaget bukan main melihat uang itu tergeletak di kasurnya, dan Brandon bilang ini upahnya telah membantunya membersihkan kamar dan mencuci pakaiannya yan
“Enak juga pijatan kamu mba, belajar di mana!”“Saya dulu kan sempat kerja di sebuah pijat refleksi, tapi ga lama, hanya 3 bulan saya keluar, karena tamunya rata-rata kurang ajar, awalnya minta di urut itunya, tapi lama-lama malah ngajak ML, aku ga mau-lah, aku kan bukan wanita seperti itu!” Novia yang ceplas ceplos bikin Brandon hanya tertawa saja, karena Novia tanpa basa-basi ungkapkan pengalamannya bekerja di spa plus-plus.Saat memijat punggung Brandon, Novia kembali memuji betapa keras dan berototnya punggung Brandon ini, dia kadang gemas, bukan hanya memijat tapi kadang memelintir otot punggung itu.Brandon hanya mendiamkan ulah Novia dan merem melek saja menikmati pijatan itu.Entah di sengaja atau ga, pas memijat bagian pinggang hingga ke pantat, tangan Novia sering tak sengaja tersentuh bagian sensitive Brandon, sehingga pria dingin ini kadang kaget sendiri, menyebabkan ia makin gelisah sendiri.Novia bukanlah wanit
“Mari Mas, ikutin saya, kalau yang di sini rata-rata sudah berusia 3 sampai 4 tahunan!” Brandon pun mengikut langkah gemulai si sales ini menuju jejeran mobil-mobil jenis SUV yang masih berumur muda.Sales yang memperkenalkan diri Yuni ini memperlihatkan 5 buah mobil SUV yang masih terlihat mulus dan gres pada Brandon.Brandon langsung ke semsem dengan SUV warna hitam yang agaknya masih baru, saat di cek kilometernya, mobil itu baru jalan 15 ribuan.“Mas mau beli kredit atau cash?” tanya Yuni.“Saya beli cash, berapa harganya!”“Oh gitu, harganya 450 juta, kalau mas belinya cash ada diskon 5 juta, jadi 445 juta!” Brandon hanya mengangguk, saat Yuni terus nyerocos menjelaskan ini itu terkait mobil ini.Setelah tawar menawar, sampai-sampai sang pemilik show room yang datang, disepakati harganya adalah 430 juta. Brandon pun dipersilahkan tes drive di dampingi Yuni tentunya, sebelum nantinya akan m
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman