Alana berusaha untuk mengatakan sesuatu secara pelan dan halus. Ia juga tak lagi memberontak dan meronta seperti tadi."Apa katamu?"Alana masih berusaha berbicara, berharap pria itu segera melepaskan tangannya."Sepertinya kamu mulai sedikit penurut sekarang," ujar pria itu, kemudian melepaskan tangan yang digunakan membekap mulut , tetapi masih memeluk Alana dengan erat.Alana akhirnya bisa bernapas dengan leluasa, meski tubuhnya masih berada dalam cengkraman pria tersebut."A-aku bisa membuka pakaianku sendiri, izinkan aku untuk melepasnya sebentar," ujar Alana yang merasa jijik dengan ucapannya sendiri.Pria itu tersenyum menyeringai, ia berpikir jika pada akhirnya bisa menaklukan Alana."Benar-benar mengejutkan, kupikir akan sulit mendapatkanmu, kalau tahu seperti ini mungkin sejak dulu saja aku menidurimu," ucap pria itu terkekeh.Alana segera beranjak dari tempat tidurnya. Awalnya ia berpura-pura akan membuka pakaian, tetapi di saat pria itu lengah, Alana langsung menendang bagi
Disaat keributan itu berakhir, seseorang mengetuk pintu dan memanggil nama Alana beberapa kali. Alana yang merasa ketakutan pun tak menghiraukan dan memilih bersembunyi di belakang pintu.Disaat bersamaan Yosef dan Yasmin pun datang. Mereka berdua heran karena melihat beberapa orang berkerumun di depan pintu."Maaf, ada apa ini? Kenapa kalian berkumpul di depan kamarku?" tanya Yosef, keheranan."Kami sedang mencari perempuan yang bernama Alana, Bos meminta agar perempuan itu dibawa ke hadapannya sekarang juga," jelas pria dengan banyak tato di tubuhnya tersebut."Mengapa malah mencarinya di kamarku?" tanya Yosef lagi."Heh, Yosef, kamu pikir kami bodoh? Aku sudah melihat CCTV dan menyaksikan sendiri jika perempuan itu masuk ke kamarmu," bentak pria itu.Yosef merasa gelisah, ia takut jika sampai Alana tertangkap dan di perlakukan tidak baik oleh Bos.Namun, saat Yosef sedang berpikir, seorang pria bertubuh gempal tiba-tiba mendekat dan berbisik padanya."Hey, jika perempuan itu keluar
Alana masih bungkam, ia tak tahu harus mengatakan apa karena pada dasarnya dia bukanlah seseorang yang mudah untuk memikirkan kebohongan dalam waktu singkat."Katakan saja!" desak perempuan itu."Ini parfumku," jawab Alana, sambil berusaha meraih botol tersebut."Tak perlu berbohong padaku. Aku ini jauh lebih berpengalaman darimu," ucap perempuan itu.Karena sudah terlanjur ketahuan, Alana pun mau tak mau harus mengakuinya."Benar, itu air merica. Bukankah sebagai perempuan kita harus berjaga-jaga?" tegas Alana, ia berusaha untuk tidak terlihat takut.Saat Alana berpikir akan dimarahi, disaat itu pula perempuan itu malah tersenyum sambil mengembalikan botol milik Alana tersebut."Ternyata kamu sangat berani," ucap perempuan itu.Alana membalas senyuman si perempuan yang mengenakan pakaian seksi itu. "Aku tak ingin ada pria lain yang menyentuhku," sahutnya.Lagi-lagi perempuan itu tersenyum. "Bagus, aku sangat senang dengan perempuan yang pemberani," ujarnya.Tersirat perasaan heran di
Dengan perasaan penuh emosi, Yosef mendekati Alvin dan langsung menghajarnya begitu saja."Apa yang kamu lakukan pada Alana?" bentak Yosef.Bukannya marah atau pun berniat membalas Yosef, Alvin malah tersenyum sambil mengusap bibirnya yang sedikit berdarah akibat dihajar barusan."Kenapa diam saja? Katakan apa maksud semua ini?" bentak Yosef lagi.Di tengah keributan itu, pria bertato yang merupakan anak buah Bos pun langsung masuk menghampiri Yosef dan memegangi kedua tangannya agar tak menghajar Alvin lagi."Apa yang kamu lakukan! Bodoh, dia itu tamu penting Bos," seru pria bertato tersebut.Saat mereka berseteru, Alana yang tanpa sadar tertidur itu pun bangun sambil menatap Yosef kebingungan."I-ini ada apa? Apa aku ketiduran?" tanya Alana.Yosef diam terpaku, sedangkan Alvin hanya tertawa kecil sambil menatap Alana."Kamu tidak apa-apa kan Alana?" tanya Yosef dengan wajah yang masih panik."Sepertinya ceritaku terlalu membosankan, kamu saja sampai tertidur seperti itu," ucap Alvi
Jeni yang awalnya gelisah, kini menjadi lebih tenang saat tahu siapa perempuan di dalam foto tersebut yang ternyata bukanlah Alana."Dari mana Anda mendapatkan foto tersebut?" tanya Jeni dengan wajah yang menunjukan ketenangan."Dari orang kepercayaanku. Dia mengatakan jika Evan dan perempuan ini naik berdua ke panggung, lalu temannya mengatakan jika mereka berdua adalah suami istri," jelas ibunya Alicia.Evan tersenyum tipis, memang benar pada saat itu ia naik ke panggung, tetapi perempuan itu bukanlah Alana melainkan Natasha yang tiba-tiba naik ke panggung."Maaf, perempuan itu bernama Natasha. Kami hanya sebatas teman saja, tidak lebih," jelas Evan."Jika hanya sekedar ucapan saja, aku juga bisa mengatakan apa saja yang kumau," timpal ibunya Alicia."Sudahlah, Mery! Aku tahu perempuan itu, dia bahkan sedang memiliki kekasih saat ini," tegas Julius."Jangan terus membelanya!" sanggah Ibunya Alicia yang bernama Mery."Jika kamu ingin mencari informasi, setidaknya selidiki dengan bena
"Kamu tidak mungkin berniat mencuri perhiasan Ibu, kan?" tanya Jeni yang sedikit heran dengan tingkah Evan.Evan yang tak pernah kehabisan akal pun langsung mengambil sebuah kotak merah kecil tempat perhiasan warisan leluhur keluarga Lucio. Itu adalah sebuah cincin bermata berlian langka, yang hanya ada dua saja di seluruh penjuru dunia. Karenanya, cincin ini menjadi lambang keistimewaan keluarga Lucio, dimana perempuan yang menjadi istri dari pewaris sah lah, yang akan mendapatkan benda tersebut."Aku mencari ini, Bu," ujar Evan, dengan percaya dirinya."Untuk apa? Hari pernikahanmu saja belum ditentukan," timpal Jeni, mengerutkan alis."Aku hanya ingin menunjukan kesungguhan hatiku pada ibunya Alicia, bagaimanapun cincin ini merupakan lambang dari perempuan terpilih keluarga Lucio. Siapa tahu biasa membuat luluh," terang Evan.Jeni yang sedang dalam keadaan bahagia itu pada akhirnya tak bisa berpikir jernih lagi, ia percaya begitu saja dengan ucapan Evan yang jelas-jelas sedikit tak
Evan dan Alicia saling pandang, mereka tak paham dengan maksud dari Mery dan terus mengikuti kemana Ibunya Alicia itu membawa."Tidak aman berbicara disini karena aku sudah mengerti maksudmu, Evan," ujar Merry.Kini ketiganya menaiki mobil milik Merry, tanpa seorang sopir atau pun pelayan."Ibu, kenapa harus buru-buru begini?" tanya Alicia yang merasa heran dengan sikap ibunya."Ayahmu sebentar lagi pulang, Ibu tak ingin jika dia bertanya-tanya yang tidak perlu," ujar Merry sambil mengendarai mobil.Evan dan Alicia saling pandang, mereka kini mulai paham jika Mery telah mengerti dengan maksud mereka berdua."Evan, aku tak menyangka jika kamu benar-benar sudah memiliki istri. Ternyata kedua orang tuamu sangat tak berperasaan," celetuk Mery memecah keheningan."Dia hanya orang biasa, karena itulah kedua orang tuaku tak terlalu menyukainya," jawab Evan."Aku benar-benar muak dengan status sosial. Pernikahanku dengan ayahnya Alicia pun karena perjodohan, padahal aku sedang mencintai lelak
"Kami baru saja makan siang," terang Mery."Apa yang sudah kamu lakukan pada Evan? Sudah kubilang, jangan ikut campur dalam urusan perjodohan ini!" tegas Julius, yang mulai menunjukan ketidaksukaannya pada sang istri."Aku tidak melakukan apa pun, tanya saja pada Evan! Dia itu sedang berusaha meminta restu padaku," jelas Mery.Julius memandangi Evan, berharap jika calon menantunya itu mau mengatakan yang sebenarnya."Apa benar begitu, Evan?" tanya Julius dengan tatapan penuh curiga."Benar, Om. Saya berusaha meminta restu, menunjukan kesungguhan hati saya dengan cincin warisan leluhur keluarga Lucio," terang Evan.Mimik wajah Julius berubah drastis, tatapan mata yang semula dipenuhi amarah pun kini terpancar sorot kebahagiaan. Ia berpikir jika akhirnya perjodohan ini akan berjalan dengan lancar."Bagus… bagus… kalau begitu, hanya tinggal menunggu hari pertunangan kalian saja," ucap Julius, "ayo, masuk dulu, Evan!" ajaknya."Maaf Om, tapi saya sedang ada perlu dengan klien, jadi tidak