BERSAMBUNG
Ela mulai bercerita, di mulai saat dia baru saja menikah dengan Alfonso, mendiang suaminya.Saat itu Alfonso dapat cuti dan mereka sengaja bulan madu dan jalan-jalan ke kampung neneknya Ela di Kampung Cicangki, yang berada di Sukabumi.Sekalian mereka ingin mengunjungi bibinya atau satu-satu adik ayahnya yang tinggal di sana dan sudah renta.“Saat kami datang, Maya sepupuku yang lama jadi TKW di Dubai dan menjadi asisten seorang putri, baru 2,5 bulan datang dari sana sedang sakit parah terkena demam berdarah!” kata Ela, sambil menerawang jauh, seakan mengingat masalalu.Ela dan Alfonso kaget, Maya datang membawa seorang bayi mungil yang baru berusia 3 bulan. Awalnya Ela dan Alfonso mengira Maya sudah menikah, tapi keduanya diam dan kaget, saat Maya mengaku ini anaknya dengan ‘pacarnya’ di Dubai yang sengaja dia bawa.“Ela, Alfonso, kalau umurku tak panjang, sudikah kalian pelihara dan merawat Brandi. Kasian ibuku sudah tua, tak mungkin memeliharanya. Bawalah gelang ini, berikan kelak
“Jadi kamu mau balik ke Jakarta dan mau ziarah ke makam ibu kandungmu itu di Desa Cicangki di Sukabumi?” tanya Ela.Saat mereka makan malam berdua, dua keponakan Ela yang selama ini menemaninya, yang juga ‘sepupu’ Brandi terlihat asyik menonton TV di ruang keluarga. “Iya bun, sekalian aku akan selidiki, siapa kedua orang itu, sebab mereka pasti akan lacak aku di Mabes di Jakarta, kan ibu sudah bilang aku dinas di sana!” sahut Brandi.“Iya sihh…terserahlah, semoga misteri kamu anak siapa terungkap? bunda pun tak tahu misteri di balik ini semua.” sahut Ela lembut.Brandi langsung pegang tangan ibu angkatnya.“Bunda, dunia akhirat bagiku bunda tetap ibuku, juga ayah Alfonso adalah bapak-ku, tak bakalan berubah,” kata Brandi dengan suara bergetar.Hingga Ela berkaca-kaca matanya, sambil membelai kepala Brandi yang kini mencium tangannya, lalu balik mencium rambut anaknya yang mulai panjang ini.Namun Brandi tak buru-buru balik ke Jakarta, dia kasian dengan ibunya yang masih kangen denga
Brandi pun sabar menunggu, untuk cari jalan bicara dengan Audrey, yang hari ini tampil cantik sebagai pagar ayu.Brandi bahkan sengaja duduk di tempat yang mudah di lihat Audrey dan harapannya terkabul.Wanita cantik itu pun sama, kaget saat melihat Brandi ada di antara ratusan undangan yang datang hari ini di resepsi Panjul dan Arum hari ini.Audrey awalnya terlihat biasa, tapi saat menatap wajah Brandi yang terus-terusan memandangnya, Audrey terlihat mulai gelisah dan agaknya ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini.Lalu dia terlihat berbisik ke Arum dan tak lama kemudian dia turun dari panggung pelaminan.Brandi yang melihat ini buru-buru bangkit dan menyusulnya, Audrey terlihat pergi dengan tergesa-gesa dan tak pedulikan tatapan kagum puluhan pria dan sapaan mereka.Begitu sampai di sisi jalan, Audrey menuju ke sebuah mobil dan masuk ke mobil tersebut dan tak lama menghilang dari tempat ini.Brandi tentu saja terkejut dan dia kemudian mencari mobilnya di parkiran untuk menyusul, ta
“Brandi…makasih yaa dulu kamu pernah bantu ibuku hingga 50 juta,” kaat Audrey lagi, sebutkan bantuan pemuda ini beberapa tahun lalu.Brandi yang tadinya mau beranjak dari kursinya untuk pamit bertahan sebentar, lalu mengangguk sambil senyum.Keduanya kini saling tatap, walaupun keduanya masih menyimpan 'rasa', tapi Brandi juga paham, saat ii Audrey punya kehidupan sendiri dengan...suaminya.“Tak apa Audrey, tuh kita kan ada hubungan family, wajarlah aku bantu paman Ando dan bibi Uni, orang tua kamu itu” kata Brandi dan kali ini dia benar-benar pamit dengan Audrey.Tak enak dia lama-lama bersama…istri orang!Audrey ternyata tak menghalangi kepergian Brandi. Hanya bibirnya seakan mengatakan "maafkan aku Brandi".Sepeninggal Brandi, Audrey terlihat menarik nafas panjang. “Kelak kamu akan tahu sebabnya Brandi,” gumam Audrey sambil memutar-mutar gelas kacanya.Seakan ada beban di hatinya, yang hanya dirinya yang tahu.Brandi yang masih berasa ‘nyeri’ di hati langsung pulang ke rumah, ia mal
Mendengar cerita komplet Enjang ini, Brandi jadi membayangkan betapa berlikunya kehidupan sang taipan tersebut. Anehnya, ada perasaan lain yang ia rasakan, tapi sulit menjabarkan, kenapa rasa aneh itu ada?“Jadi tuan Brandon itu nakal juga ya saat muda, sampai ada anaknya ketemu dah gede saja?” kembali Brandon sengaja memancing Enjang.“Betul banget mas, playboy kakap, tapi tuan Brandon emank ganteng kok, kaya raya dan royal lagi, pasti semua wanita klepek-klepek. Tapi yang bapak salut, beliau selalu bertanggung jawab dan gentleman mas, asal mas tahu, semua wanita yang peranh dekat, dibantunya nggak tanggug-tanggung, sampai miliara!” ceplos Enjang lagi.Enjang juga bilang, tak akan aneh, bisa jadi anak-anak tuan Brandon masih ada yang tercecer dari skandal-skandal cinta masalalunya yang sukar di hitung jumlah wanita yang dekat dengannya di masa lalu.Enjang dengan polosnya juga bilang, Brandon juga pernah punya kekasih bule dan Arab.Brandi sampai gelen-geleng mendengar petualangan Bra
“Baiklah bibi Umi, aku mau ziarah ke makam bibi Maya, sebelum pulang ke Jakarta, dimanakah beliau dikebumikan Bi?” tanya Brandon lagi, sambil menatap sebuah rumah yang berada di seberang jalan. Rumah tua yang halamannya di tumbuhi semak belukar, karena lama tak di urus.Bibi Umi sebutkan tempatnya di sebuah pemakaman umum, saat akan permisi, suami bibi Umi yang kerja sebagai tukang kebun datang.Begitu tahu siapa Brandi, pria ini langsung minta maaf telah lancang menempati rumah neneknya ini.Namun Brandi langsung menggeleng dan bilang rumah ini akan jadi milik keluarga ini selamanya.Brandi lalu memanggil Enjang dan minta tolong ambilkan tas ranselnya, dengan tergopoh Enjang mengangguk lalu ke mobil dan balik lagi, kemudian angsurkan tas ransel ini ke Brandi.“Paman dan bibi, ini ada uang buat kalian berdua, buat bibi Umi terima kasih sudah membuka sebuah rahasia besar tentang aku.”“Iya Brandi, maafkan bibi kalau kisah ini bikin kamu kaget!” sahut bi Umi pelan, suaminya hanya mendeng
Gara-gara ketiduran sepanjang jalan dan tiba kembali pukul 23.35 menitan, pukul 2 dinihari barulah Brandi bisa tidur lagi.Lama dia termenung memikirkan cerita bibi Umi yang bongkar jatdirinya, yang bukan anak kandung bibi Maya, tapi Putri Zeremiah, si putri asal Dubai, bekas majikan Bibi Maya.Brandi bermimpi di temui seorang wanita sederhana, wajahnya cantik dan lembut serta sangat ke ibuan dan senyumnya bikin teduh.Wanita ini menggandeng seorang anak laki-laki berbaju sekolah, merah dan putih yang di bajunya ada tambalan.Sepatu anak bertubuh kurus itu terlihat boncos di bagian depan, hingga jempol kakinya terlihat. Anak kecil hanya menatap Brandi, tak ada senyum di wajahnya.Anak kurus tampan ini terlihat murung, dia seolah tak memusingkan pakaiannya dan sepatunya yang boncos itu“Kamu adalah cucuku Brandi…tapi sebelum semuanya terang benderang, kamu harus bereskan masalah ibu kandungmu di Dubai, juga nanti bantu ayahmu atasi musuh-musuhnya. Ayahmu inilah yang ku gandeng saat ini…
Brandi senyum saja saat melihat budgetnya ke Timteng tidak begitu besar. “Hmm…aneh juga Mr-KN ini, minta aku bergaya ala agen burjo, masa ke Timteng hanya di modalin 30 juta,” gumam Brandi geli sendiri, saat melihat ada uang masuk ke rekening khususnya dari Mabes.30 jutaan hanya seharga jas miliknya, yang dulu dia beli di butik si Ngondek.Brandi tentu saja tertawa, karena uangnya dari penjualan emas putih serta uang dari harta rampokan yang kini dia kuasai, setelah Mr M buron jumlahnya masih fantastis.Namun Brandi tak pernah mau menampilkan gaya hedonnya, ke Dubai-pun ia naik pesawat komersil.Lama-lama gini, mending aku kelak ajukan pensiun dini sekalian, pikir Brandi lagi, lalu senyum sinis sendiri.Brandi pun tak mau lagi pusing memikirkan berapa bugjet yang diberi, dia konsentrasi saja saja pada tugasnya.Sesuai informasi yang ia peroleh, akan ada pertemuan antara Mr M dan Mr Chino Hamuk di sebuah kafe di kota Dubai ini.Tentu saja kafe di sini tak bisa disamakan dengan kafe di
“Jadi Kapoltabes di Banjarbaru Om…?” Chulbuy agak kaget. “Iya Chul, besok kamu harus terbang ke sana, untuk sertijab dengan pejabat sebelumnya,” kata Komjen Joko, yang kini jabat Wakapolri.Saat Komjen Joko jelaskan ini dan itu, mata buaya Chubuy malah terfokus pada seorang polwan cantik berpangkat Bripda, yang jadi asisten sang Wakapolri ini.Komjen Joko mendehem, hingga Chulbuy gelagapan dan si polwan ini menahan tawanya.“Itu kemenakanku, sepupu misanmu sendiri, macam-macam ku ketuk palamu,” sungut Komjen Joko, yang tahu track record keponakannya ini.Chulbuy tertawa berderai dan dia pun tak sungkan menyapa sepupu misannya ini.“Hati-hati dengan si playboy ini Rika, mau shopping atau jalan kemanapun, bahkan mobil atau rumah enteng dia belikan. Tapi kamu nggak bakalan jadi nyonyahnya,” kata Komjen Joko peringatkan Bripda Rika, yang kembali tertawa berderai perlihatkan giginya yang putih rata.“Tenang Om, aku dah tahu sepak terjangnya,” sahut Bripda Rika terkekeh. Chulbuy, kembali k
Dahi Chulbuy berkerut, saat melihat seorang pria tampan berbaju militer mendatangi Kanika dan…memeluknya.Keduanya kini mendekatinya. “Komisaris Chul ini suamiku, Kolonel Pakor,” Kanika tak sungkan kenalkan suaminya, yang tingginya hampir sama dengan Chulbuy.Tak kalah tampannya di bandingkan Chulbuy.Kolonel Pakor dengan ramah menyalami Chulbuy, sehingga otomatis hasratnya padam seketika, tak ada minat lagi ajak Kanika aneh-aneh.Chulbuy ingat pesan paman Darlan di Batupecah, jangan sesekali gauli bini orang, atau ilmu kebalnya runtuh dan dia akan tewas mengenaskan.Setelah pasangan ini berlalu, Chulbuy menepuk jidatnya sambil tertawa sendiri. "Hampir saja, ruwah kajian ilmu kebalku, duehh nafsu-nafsuuu...!" gumam Chulbuy.Setelah beri laporan ke atasannya, Chulbuy hari itu juga terbang ke Bangkok.Tak ingin berlama-lama, walaupun Sawika sempat menelponnya apakah butuh kehangatannya lagi. Namun dengan alasan capek tawaran ‘enak’ ini di tolaknya, dia langsung carter private jet dan te
“Aku ikut!” kata Chulbuy saat Kanika bergegas keluar kafe ini untuk kembali ke markas sektor Pulau Kasino, di mana saat ini dilaporkan anak buah Kanika,Chino Hamuk kabur bersama anak buahnya, yang serbu markas polisi sektor itu.“Jangan bunyikan serine, siapa tahu komplotan itu masih berada di sana, juga agar tak bikin kaget warga di Pulau ini!” kata Chulbuy dan Kanika mengangguk dan tak jadi ambil lampu strobo yang bisa di copot di kap mobil, kini mereka tancap gas menuju ke tempat tadi.Belum 5 menitan tancap gas, tiba-tiba mereka berselisihan dengan dua buah mobil yang larinya sangat kencang.“Kanika sini aku yang bawa, kayaknya itu mobil para komplotan Chino Hamuk,” kata Chulbuy.Kanika langsung mengangguk dan mereka pun bertukar posisi dalam kondisi mobil masih jalan, walaupun perlahan.“Maaf..!” kata Kanika saat tak sengaja duduk di pangkuan Chulbuy, sampai tercium bau harum lembut tubuh si Letkol Polisi ini.Sesaat Chulbuy terlena juga dengan bau parfum ini, apalagi tubuh Kanik
Proses pemindahan uang kemenangan Chulbuy yang sangat besar butuh waktu lumayan lama, saking banyaknya kemenangannya ini.Bahkan keduanya masih sempat ngopi di ruangan khusus, sambil menunggu proses ini, di sinilah Huang Lie cerita, kalau dia mengetahui Chulbuy seorang polisi, karena penasaran."Kok tuan bisa begitu tenang main judinya, andai kartu yang terakhir datang beda, kebayang banyaknya tuan kalah? Juga uangku pasti habis!" kata Huang bertanya, karena penasaran."Sebenarnya kenapa aku tenang?Jujur uang yang aku pakai buat main judi itu uang tak halal juga, makanya aku main tanpa beban. Kalau itu uang negara atau uang pribadi, mungkin sama saja kayak anda, pasti guguplah, aku nggak munafik," cetus Chulbuy, hingga Huang Lie tertawa dan langsung jempol. "Hebat, cerdik dan anda layak di sebut dewa judi," puji Huang lagi.Setelah proses transfer beres, mereka pun langsung ke kantor polisi sektor susul Letkol Kanika.Di markas polisi sektor Pulau Kasino…!“Anda berdua harusnya jang
Huang Lie yang duduk di sisi Chulbuy ikutan tegang, bahkan Sawika pucat pasi, melihat Chulbuy yang terlihat berubah wajahnya.Benar-benar pemandangan yang sangat bikin spot jantung berdetak kencang. Bahkan ratusan penonton yang tentu saja paham main judi poker kini sampai tak ada yang berani bersuara, saking tegangnya.Andai ada yang batuk, pasti se antero ruangan kasino yang luas ini akan terdengar jelas.Wajah Chino Hamuk terlihat makin ceria melihat Chulbuy yang berubah wajahnya. Senyum kemenangan makin nampak dari raut wajahnya.Tapi alis Chino Hamuk kini terangkat, saat melihat raut muka Chulbuy kini kembali berubah, senyum tipis tersungging di bibirnya, bahkan kini Chulbul mengisap cerutunya dengan gaya santai.“Anda memang penjudi hebat tuan Chino Hamuk, tak mudah di gertak, tapi…kartu aku adalah…!”Dengan cepat bak main sulap, Chulbuy tarik kartu bawahnya dan memperlihatkan ke semua orang, apa kartu di bawah itu.Lantas, setelahnya dengan santai meletakaannya di atas meja dan
Inilah trik jitu Chulbuy, yang sengaja permainkan emosi para penjudi lain, terutama Chino Hamuk, Huang Lie pun sampai geleng-geleng kepala melihat hebatnya Chulbuy bermain judi.Taktik Chulbuy berhasil, setelah permainan di lanjutkan, lama-lama 3 orang terpaksa keluar dengan wajah keruh, karena keok besar.‘Teror’ mental yang Chulbuy lakukan benar-benar bikin ke 3 penjudi, yang terdiri dari 2 wanita dan satu orang bule ini out, dengan kekalahan tak sedikit.Kini tersisa Chulbuy, Huang Lie, Chino Hamuk dan satu pria berwajah Asia lainnya, yang Chulbuy duga pasti ‘rekan’ Chino Hamuk.Permainan lanjut, ke 4 orang ini silih berganti menang, tapi lama-lama terlihat, kalau Chulbuy dan Chino Hamuk yang paling unggul, bahkan si pria Asia ini siap-siap out, karena modalnya hampir habis, termasuk…Huang Lie.Huang Lie memang kerap mengalah, seakan beri jalan agar Chulbuy unggul, begitu juga dengan si wajah Asia, yang juga berlaku begitu buat Chino Hamuk.Kartu kembali di bagi untuk ke sekian kali
Penjudi lain tak paham apa yang diomongkan Chino Hamuk, tapi Huang Lie sepertinya paham, terlihat kekagetan di wajahnya, tahu Chulbuy seorang polisi!Tapi si mata sipit ini tentu saja tak ingin bertanya, dia seolah sibuk ‘menyusun’ koin—koin miliknya.“Tentu saja, dari mana lagi aku dapat uang kalau bukan uang sogokan itu. Siapa tahu peruntunganku ada di sini dan uang itu nambah berkali-kali lipat. Nggak perlu jadi penyulundup narkoboy agar tajir melintir, lalu sewa centeng-centeng tolol untuk habisi orang yang pernah di sogok!” sahut Chulbuy kalem sambil senyum kecil, hingga mata Chino Hamuk makin mendelik, mendekati melotot.Sindiran Chulbuy tentu saja sangat telak. Tapi Chino Hamuk kini pasang wajah cuek bebek.“Tuan-tuan dan nyonyah, kita siap bermain. Kartu akan segera di kocok dan di bagi!” si pembagi kartu remi mulai kocok kartunya dan menaruhkan di sebuah tempat khusus.Lalu mulai membagi satu kartu yang di telungkupkan pada ke 7 orang ini, lalu kartu kedua sengaja di buka, dua
Chulbuy seolah menemukan Nova dan Kristin dalam diri Sawika, si gadis Thai ini benar-benar pasangan yang sepadan dalam bercinta.Mau gaya apa saja, ho oh terus si Sawika ini.“Gilaa kamu tuan Mike, i like it…!” lenguh Sawika keenakan saat Chulbuy gunakan jurus gendongnya, juga jurus-jurus ‘mabuk’ lainnya hingga Sawika bilang, baru kali ini menemukan partner yang hebat.Mereka terus bercinta hingga tengah malam dan berlanjut terus hingga 3 hari kemudian.Mereka bahkan malas keluar kamar hotel mewah ini, apalagi Sawika sudah pindah ke kamar Chulbuy, tidak lagi di kamar terpisah.“Sayangnya aku pake pengaman tuan Mike, kalau nggak pasti cakep banget blasteran anak kita yaah,” canda Sawika, setelah untuk ke sekian kalinya mereka kembali memadu ciinta.Chulbuy…hanya tertawa saja, teringat ia ucapan ayahnya, yang juga semacam Undang-undang mutlak bagi keturunan Hasim Zailani, yakni tak boleh lari dari tanggung jawab.“Berani berbuat, beranii tanggung jawab, apapun resikonya,” kata Brandi, ya
“Hehe…tenang aku datang dalam keadaan damai bukan mau bentrok, kenalkan namaku Huang Lie, aku berasal dari Tiongkok,” Huang langsung sodorkan tangannya dan tanpa ragu di sambut Chulbuy.Si Huang Lie ini agaknya punya kebiasaan suka tertawa.“Aku…Mike Gordan, berasal dari Singapura, tapi aku punya dua paspor, Singapura dan Indonesia,” sahut Chulbuy, sebutkan nama samarannya.“Kita duduk lagi, ada yang ingin aku sampaikan, anggap saja kita mulai saat ini sahabat baik dan mitra, mitra main judi poker he-he-he!” kata Huang yang kembali tertawa ini, walaupun dia baru saja alami kekalahan besar.Chulbuy pun ajak Sawika duduk lagi di sisinya, Huang Lie senyum saja melihat polah keduanya yang terlihat 'mesra' ini, dua bodyguardnya tetap berdiri…siaga.“Begini tuan Mike Gordan, 4 hari dari sekarang, aku bakal melawan musuh yang hebat. Dia ini musuh judi bebuyutanku sejak dulu, nah aku minta…maukah tuan Mike berkolaborasi denganku hadapi dia. Sebab di perjudian terakhir dulu, aku kalah banyak, b