BERSAMBUNG
Tapi Brandi hanya simpan keheranannya di hati, dia lalu putuskan mereka kembali bertahan di sini, sambil menunggu Amoi dan Samuel sehat.Brandi bahkan minta mereka bikin 3 pos sekaligus, untuk pantau situasi.“Kita harus waspada, sewaktu-waktu kelompok Bagupai bisa saja balik ke sini. Ingat, mereka hapal medan dan mudah untuk kembali tanpa kita duga-duga!” kata Brandi dan semua Agen mengangguk.Kini mereka semuanya tunduk dengan Brandi, walaupun sama-sama perwira, tapi soal taktik dan juga menguasai medan, Brandi lebih unggul di bandingkan agen-agen lainnya.Ternyata hujan masih terus turun dengan lebatnya, sehingga mereka lebih aman berteduh di kampung yang ditinggalkan Bagupai Cs ini.Brandi memuji juga dalam hati kelompok bersenjata itu, kampung ini sangat strategis, mereka bisa melihat dari penjuru manapun kalau ada musuh datang.Sehingga sebelum pasukan penyerbu datang, mereka duluan akan menembaki, dan itu terbukti saat mereka keteteran melawan kelompok bersenjata ini.Ternyata h
Hari ke 10 saat cuaca mulai cerah, Brandi kembali angkat ransel dan pimpin mereka bergerak, Amoi dan Samuel ikut serta, sehingga kini Brandi bawa 21 orang.Bukan perjalanan yang mudah, mereka harus kembali berjibaku dengan hutan yang sangat lebat dan pastinya merepotkan mereka.Untung saja Brandi Cs bawa Amoi, si kepala suku ini jadi penunjuk jalan yang hapal kondisi hutan papua, dan Amoi memang hapal tanah leluhurnya ini, sehingga dia tak ragu jalan di depan duluan.Amoi dengan goloknya bisa menjadi pembuka jalan yang membuat perjalanan pasukan Agen ini jadi lebih lancar. Tapi Brandi yang ada di belakangnya tetap wasdapa kawal si kepala suku ini.Brandi sampai kagum dengan Amoi yang nyeker saja, telapak kaki si kepala suku ini sangat kebal dan kuat, tak takut ke injak duri, bahkan badannya juga seolah kebal dari gigitan nyamuk yang amat ganas di hutan perawan Papua ini.Kadang mereka hanya tidur di gua, kadang malah naik ke atas pohon dan tidur dengan tubuh di ikat agar tak jatuh, aga
Brandi lantas maju duluan dan dia kini sudah berada di belakang pondok, kembali dia beraksi dan menembaki puluhan anak buah Bagupai yang berlindung.Samuel juga sama, keduanya malah seakan saling berlomba untuk membantai komplotan bersenjata ini.Mereka seakan sedang berlomba untuk menembaki semua anggota komplotan yang sedang kalang kabut menyelamatkan diri, tak menyangka malam ini akan di serbu pasukan khusus ini.Suasana sungguh kacau balau dan menyeramkan, teriakan kesakitan, bunyi senjata dan ledakan bergema di mana-mana.Enam orang Agen yang melihat aksi Brandi dan Samuel tak mau kalah, juga ikut merangsek maju menembaki anak buah Bagupai, yang terlihat kalap dan kalang kabut menembaki pasukan penyerbu ini.Walaupun tentu saja aksi mereka ini tak senekat dan seberani Brandi dan juga Samuel. Tapi setidaknya pasukan Bagupai makin terdesak. Mereka beranggapan, markas mereka ini di serbu banyak pasukan.Ke enam agen ini terheran-heran melihat Samuel begitu gesit bergerak, tak beda ja
“Siap, berarti kelompok Bagupai saat ini bergeser ke arah timur laut!” telpon satelit pun di tutup Brandi.Kini dengan hanya tinggal 7 orang, Brandi menatap rekan-rekannya satu persatu, ini adalah hari ke 5 mereka pergi dari markas Bagupai, yang sebelumnya mereka porak porandakan.“Perintah dari Mr-KN, kita harus kejar terus Bagupai cs, kelompok mereka tersisa sekitar 28 orang lagi. Tapi info terbaru, mereka kini bergabung dengan dua kelompok lain, hingga total ada 150 anggota komplotan bersenjata!”Mendengar suara Brandi ini, semuanya saling pandang, tentu mereka kini mulai meragu, mampukah melawan 150 an kelompok itu, sedangkan mereka kini tinggal 8 orang. “Lettu Brandi, tak adakah bantuan dari mabes, untuk membantu kita? Soalnya ini bukan main-main, kita hanya 8 orang, musuh 150 orang…?” Letda Samo, salah satu dari 7 orang ini memberanikan diri bertanya.“Tadi Mr-KN sempat pesan, kalau ada yang berniat kembali ke markas, tak masalah, yang meneruskan juga tak masalah…!” sahut Brand
Terlihat 10 orang bersenjata mengurung gubuk ini. Brandi, Bram dan Mani tegang melihat ke orang-orang tak di kenal ini.Lalu tratt…tratt…gubuk mereka di brondong ke 10 orang ini, hingga gubuk sederhana ini hampir roboh.Brandi, terlebih Bram dan Man kaget bukan main, mereka langsung genggam senjata dan membidik.“Tunggu…jangan tembak dulu, kita berpencar, kita jangan beri ampun, habisi semuanya, kalau nembak dari sini, pasti ada yang berhasil kabur,” bisik Brandi lagi, hingga Bram dan Mani mengurungkan niatnya. Dia lalu bersama Bram berlari ke sisi kiri dan kanan, sedangkan Mani tetap bertahan.Bulan yang tertutup awan menolong langkah keduanya, apalagi ke 10 orang itu terlihat masih asyik menembaki gubuk ini sambil tertawa terbahak-bahak. Dengan gerak cepat Brandi dan Bram mencari posisi yang pas untuk menembak!Namun tawa ke 10 OTK ini berubah jadi teriakan panik, saat Brandi, Bram dan Mani mulai balas menembak dan ke 10 orang ini yang kocar-kacir tak bisa kabur, karena tembakan k
Brandi diberikan makanan dan juga obat, sehingga lukanya makin hari makin membaik, dia kini lagi tak harus merintih menahan sakit.Peluru yang bersarang di perutnya juga sudah diangkat, tinggal penyembuhan luka saja lagi. Heran juga Brandi, kenapa dia tak dihabis sekalian, malah kini luka tembak di perutnya d rawat?Siapa si kumis itu...?“Di mana aku saat ini…?” itulah pertanyaan saban hari yang mengelayuti pikiran Brandi. Penjaganya pun tak pernah aja dia bicara, bahkan cenderung menatapnya bengis.Tanpa terasa sudah 10 harian Brandi di kurung di kerangkeng besi mirip kandang hewan ini. Brandi udah melihat tempat ini, tak bakal bisa dia kabur, saking kuat nya karangkeng tersebut.Belum lagi penjaga yang sangat di siplin dan tak pernah lepas dari senjata beratnya.Dia terpaksa tak bisa mandi, hanya diberikan sikat gigi dan pasta giginya, bahkan untuk buang air dan kencing pun terpaksa di sini, melalui sebuah lubang kecil, yang harus siram, agar tak menimbulkan bau.Untung saja 3 penja
Brandi kenakan pakaian yang disediakan anak buah si Kumis, diapun tak sungkan cukur brewoknya yang lebat, hingga penampilannya klimis, di tunjang badannya yang kokoh tinggi, dengan kulit tak terlalu putih, tidak juga hitam.Brandi pun berubah...!Begitu keluar kamar yang disediakan untuknya, dua orang bersenjata sudah menunggunya dan mengawalnya ke sebuah ruangan lain, jaraknya lumayan jauh, hampir 50 meteran dari kamar ini.Brandi seola-olah jadi tawanan kelompok mafia yang tak segan bertindak keras pada siapapun. Di mana-mana terlihat pengawal bersenjata berat dan selalu waspada memantau tempat ini.Pemuda ini diam-diam menyimpan sebuah dendam, kematian dua Agen, Letda Bram dan Letda Mani menimbulkan sebuah rencana tersembunyi dari hatinya.Brandi juga paham, memberontak saat ini sama dengan bunuh diri, sebab pasukan si Kumis menyebar di mana-mana dan tak pernah lepas dari senjata yang mereka tenteng.“Kayak berada di sarang gangster bersenjata saja, agaknya mereka ini memang bukan k
Melihat tubuh mulus dan putih bak salju tubuh Patricia, sesaat Brandi hampir lupa diri, apalagi si bule yang tak banyak bicara ini mandah saja di bawa ke kamar.Tapi saat menutup kamar dan baru sadar puluhan penjaga terlihat menjaganya sangat ketat, sadarlah Brandi, dia kini masih ‘tawanan’ dari Mr Chino Hamuk.Nafsunya pun turun seketika, kini dia mulai menatap wajah si bule yang di panggil Pat ini. Aku akan mulai selidiki lewat Pat ini, apa sebenarnya bisnis Chino Hamuk, pikir Brandi.“Pat…kamu berasal darimana dan sudah berapa lama tinggal di sini?” pancing Brandi, mulai buka obrolan.“Aku dari Australia, sebenarnya aku baru 3 minggu di sini, aku tertipu, awalnya akan di tawari kerjaan dengan gaji sangat tinggi dari pekerjaanku sebelumnya di Melbourne, tak tahunya malah di bawa ke sini dan di berikan sama tuan!” cetus Pat tanpa tedeng aling-aling.Terkejut juga Brandi, dipikirnya Pat ini sudah lama dan biasa melayani tamu-tamu ‘spesial’ Mr Chino Hamuk. Ternyata wanita bule cantik in