BERSAMBUNG Kisah cinta Brandon dan Tiara yang hasilkan anak bernama Rara dan sempat hampir jatuh cinta dengan Aldot, bisa di baca di PEWARIS TUNGGAL, sekuel I
Brandi tak menyahut kelakar Flora, sebab ibunya sudah menjelaskan tidak pernah kenal dengan Brandon saat muda.Ela ibunya saat itu malah berkelakar, kalau Brandon tak mungkin jatuh cinta dengan gadis desa sederhana macam ibunya ini.Tapi kala itu Brandi sempat curiga, mata ibunya yang sangat ia kenal ini, seakan menyimpan sesuatu yang tak pernah mau di buka, hingga saat ini..!Ibunya saat muda memang cantik apalagi punya darah Sunda, tapi lahirnya di Kalimantan, karena ortu atau kakek neneknya sejak menikah sudah pindah ke daerah itu.Sedangkan ayahnya Alfonso asli Dayak dan Banjar, jadi anak Brandon darimana? Masa iya ibuku kenal tuan Brandon yang jauh di Jakarta, pikir Brandi geli sendiri.Pembicaran ini pun terpotong dengan bergabungnya Agen Letda Magda, lalu mereka bersenda gurau bertiga.Selama seminggu mereka mulai hapal hutan ini dan Brandi mulai lakukan misi gerilya melawan pasukan komplotan Bagupai.Sudah di duga Brandi, bantuan pasukan tak pernah datang menyusul mereka, hanya
Tapi Brandi hanya simpan keheranannya di hati, dia lalu putuskan mereka kembali bertahan di sini, sambil menunggu Amoi dan Samuel sehat.Brandi bahkan minta mereka bikin 3 pos sekaligus, untuk pantau situasi.“Kita harus waspada, sewaktu-waktu kelompok Bagupai bisa saja balik ke sini. Ingat, mereka hapal medan dan mudah untuk kembali tanpa kita duga-duga!” kata Brandi dan semua Agen mengangguk.Kini mereka semuanya tunduk dengan Brandi, walaupun sama-sama perwira, tapi soal taktik dan juga menguasai medan, Brandi lebih unggul di bandingkan agen-agen lainnya.Ternyata hujan masih terus turun dengan lebatnya, sehingga mereka lebih aman berteduh di kampung yang ditinggalkan Bagupai Cs ini.Brandi memuji juga dalam hati kelompok bersenjata itu, kampung ini sangat strategis, mereka bisa melihat dari penjuru manapun kalau ada musuh datang.Sehingga sebelum pasukan penyerbu datang, mereka duluan akan menembaki, dan itu terbukti saat mereka keteteran melawan kelompok bersenjata ini.Ternyata h
Hari ke 10 saat cuaca mulai cerah, Brandi kembali angkat ransel dan pimpin mereka bergerak, Amoi dan Samuel ikut serta, sehingga kini Brandi bawa 21 orang.Bukan perjalanan yang mudah, mereka harus kembali berjibaku dengan hutan yang sangat lebat dan pastinya merepotkan mereka.Untung saja Brandi Cs bawa Amoi, si kepala suku ini jadi penunjuk jalan yang hapal kondisi hutan papua, dan Amoi memang hapal tanah leluhurnya ini, sehingga dia tak ragu jalan di depan duluan.Amoi dengan goloknya bisa menjadi pembuka jalan yang membuat perjalanan pasukan Agen ini jadi lebih lancar. Tapi Brandi yang ada di belakangnya tetap wasdapa kawal si kepala suku ini.Brandi sampai kagum dengan Amoi yang nyeker saja, telapak kaki si kepala suku ini sangat kebal dan kuat, tak takut ke injak duri, bahkan badannya juga seolah kebal dari gigitan nyamuk yang amat ganas di hutan perawan Papua ini.Kadang mereka hanya tidur di gua, kadang malah naik ke atas pohon dan tidur dengan tubuh di ikat agar tak jatuh, aga
Brandi lantas maju duluan dan dia kini sudah berada di belakang pondok, kembali dia beraksi dan menembaki puluhan anak buah Bagupai yang berlindung.Samuel juga sama, keduanya malah seakan saling berlomba untuk membantai komplotan bersenjata ini.Mereka seakan sedang berlomba untuk menembaki semua anggota komplotan yang sedang kalang kabut menyelamatkan diri, tak menyangka malam ini akan di serbu pasukan khusus ini.Suasana sungguh kacau balau dan menyeramkan, teriakan kesakitan, bunyi senjata dan ledakan bergema di mana-mana.Enam orang Agen yang melihat aksi Brandi dan Samuel tak mau kalah, juga ikut merangsek maju menembaki anak buah Bagupai, yang terlihat kalap dan kalang kabut menembaki pasukan penyerbu ini.Walaupun tentu saja aksi mereka ini tak senekat dan seberani Brandi dan juga Samuel. Tapi setidaknya pasukan Bagupai makin terdesak. Mereka beranggapan, markas mereka ini di serbu banyak pasukan.Ke enam agen ini terheran-heran melihat Samuel begitu gesit bergerak, tak beda ja
“Siap, berarti kelompok Bagupai saat ini bergeser ke arah timur laut!” telpon satelit pun di tutup Brandi.Kini dengan hanya tinggal 7 orang, Brandi menatap rekan-rekannya satu persatu, ini adalah hari ke 5 mereka pergi dari markas Bagupai, yang sebelumnya mereka porak porandakan.“Perintah dari Mr-KN, kita harus kejar terus Bagupai cs, kelompok mereka tersisa sekitar 28 orang lagi. Tapi info terbaru, mereka kini bergabung dengan dua kelompok lain, hingga total ada 150 anggota komplotan bersenjata!”Mendengar suara Brandi ini, semuanya saling pandang, tentu mereka kini mulai meragu, mampukah melawan 150 an kelompok itu, sedangkan mereka kini tinggal 8 orang. “Lettu Brandi, tak adakah bantuan dari mabes, untuk membantu kita? Soalnya ini bukan main-main, kita hanya 8 orang, musuh 150 orang…?” Letda Samo, salah satu dari 7 orang ini memberanikan diri bertanya.“Tadi Mr-KN sempat pesan, kalau ada yang berniat kembali ke markas, tak masalah, yang meneruskan juga tak masalah…!” sahut Brand
Terlihat 10 orang bersenjata mengurung gubuk ini. Brandi, Bram dan Mani tegang melihat ke orang-orang tak di kenal ini.Lalu tratt…tratt…gubuk mereka di brondong ke 10 orang ini, hingga gubuk sederhana ini hampir roboh.Brandi, terlebih Bram dan Man kaget bukan main, mereka langsung genggam senjata dan membidik.“Tunggu…jangan tembak dulu, kita berpencar, kita jangan beri ampun, habisi semuanya, kalau nembak dari sini, pasti ada yang berhasil kabur,” bisik Brandi lagi, hingga Bram dan Mani mengurungkan niatnya. Dia lalu bersama Bram berlari ke sisi kiri dan kanan, sedangkan Mani tetap bertahan.Bulan yang tertutup awan menolong langkah keduanya, apalagi ke 10 orang itu terlihat masih asyik menembaki gubuk ini sambil tertawa terbahak-bahak. Dengan gerak cepat Brandi dan Bram mencari posisi yang pas untuk menembak!Namun tawa ke 10 OTK ini berubah jadi teriakan panik, saat Brandi, Bram dan Mani mulai balas menembak dan ke 10 orang ini yang kocar-kacir tak bisa kabur, karena tembakan k
Brandi diberikan makanan dan juga obat, sehingga lukanya makin hari makin membaik, dia kini lagi tak harus merintih menahan sakit.Peluru yang bersarang di perutnya juga sudah diangkat, tinggal penyembuhan luka saja lagi. Heran juga Brandi, kenapa dia tak dihabis sekalian, malah kini luka tembak di perutnya d rawat?Siapa si kumis itu...?“Di mana aku saat ini…?” itulah pertanyaan saban hari yang mengelayuti pikiran Brandi. Penjaganya pun tak pernah aja dia bicara, bahkan cenderung menatapnya bengis.Tanpa terasa sudah 10 harian Brandi di kurung di kerangkeng besi mirip kandang hewan ini. Brandi udah melihat tempat ini, tak bakal bisa dia kabur, saking kuat nya karangkeng tersebut.Belum lagi penjaga yang sangat di siplin dan tak pernah lepas dari senjata beratnya.Dia terpaksa tak bisa mandi, hanya diberikan sikat gigi dan pasta giginya, bahkan untuk buang air dan kencing pun terpaksa di sini, melalui sebuah lubang kecil, yang harus siram, agar tak menimbulkan bau.Untung saja 3 penja
Brandi kenakan pakaian yang disediakan anak buah si Kumis, diapun tak sungkan cukur brewoknya yang lebat, hingga penampilannya klimis, di tunjang badannya yang kokoh tinggi, dengan kulit tak terlalu putih, tidak juga hitam.Brandi pun berubah...!Begitu keluar kamar yang disediakan untuknya, dua orang bersenjata sudah menunggunya dan mengawalnya ke sebuah ruangan lain, jaraknya lumayan jauh, hampir 50 meteran dari kamar ini.Brandi seola-olah jadi tawanan kelompok mafia yang tak segan bertindak keras pada siapapun. Di mana-mana terlihat pengawal bersenjata berat dan selalu waspada memantau tempat ini.Pemuda ini diam-diam menyimpan sebuah dendam, kematian dua Agen, Letda Bram dan Letda Mani menimbulkan sebuah rencana tersembunyi dari hatinya.Brandi juga paham, memberontak saat ini sama dengan bunuh diri, sebab pasukan si Kumis menyebar di mana-mana dan tak pernah lepas dari senjata yang mereka tenteng.“Kayak berada di sarang gangster bersenjata saja, agaknya mereka ini memang bukan k
Beberapa tahun kemudian…!Kita tinggalkan dulu kebahagian Brandi yang kini bina keluarga baru dengan Lula Safitri, istri keduanya dan pasangan ini makin bahagia setelah 3 bulanan kemudian Lula hamil anak pertama mereka, hanya setahun setengah kosong hamil lagi anak kedua.Kita kembali ke Kabupaten Batupecah, di sebuah SMP negeri. Ada satu orang yang punya hubungan istimewa dengan Brandi dan pastinya klan Hasim Zailani.Penampilan remaja tanggung kurus ini biasa saja, bajunya pun kadang lusuh jarang di gosok. Dia bahkan salah satu siswa ‘miskin’ di sekolah ini.Kelebihannya hanya dua, wajah ganteng dan tinggi badan menjulang, hampir 175 cm, di usianya yang baru jalan 15 tahunan. Serta kulitnya yang agak putih kekuningan.Baru juga akan menuju kelas, dia sudah dipanggil 3 orang, yang terkenal sebagai premannya di SMP ini.“Hei Chulbuy, ke sini kau!” bentak salah satu siswa itu. Dengan langkah takut-takut Chulbuy mendekat.“Mana uang saku kamu, kemarin kamu nggak nyetor, apa mau ku hajar
Lula terdiam mendengar dalang pembunuh Fanny adalah Greta, sepulang dari rumah sakit, Brandi menceritakan hal ini, lebih kaget lagi saat tahu Greta kini di rawat di rumah sakit jiwa.“Tak disangka ya Bang, Greta sampai tega dan kejam menyuruh dua eksekutor bunuh ka Fanny yang sedang hamil tua dan hampir saja juga bunuh Abang juga!” kata Lula geleng-geleng kepala, ingat kejadian di jalan tol, ketika dia dan Brandi di kuntit kedua pembunuh itu.“Yahh…mau gimana lagi, sudah takdir Tuhan. Tak terasa juga, bulan depan sudah haul yang pertama bayi kami dan Fanny,” sahut Brandi lirih.“Bang…selesaikan dulu hati Abang dengan Fanny…baru Abang lanjutkan niat untuk…?” Lula sengaja tahan kalimatnya.“Setelah haul yang pertama Fanny dan bayi kami, Abang akan melamar kamu!” kata Brandi tak ada keraguan lagi sambil menatap Lula, sekaligus lanjutkan kalimat terpotong Lula tadi.Lula menatap wajah Brandi, melihat kesungguhan di mata itu, tanpa ragu Lula mengangguk.Karena Lula pun tak mau munafik, seja
“Boleh Om lihat ibu kamu nggak di rumah sakit?” tanya Brandi sambil menatap wajah Radin, yang malah mengingatkannya dengan wajahnya saat kecil, agak mirip dirinya.“Tapi Om, jualan Radin belum habis, kan ini bikinan kak Sonya, dulu ibu yang ngajarin, modalnya banyak loh, hampir 100 ribuan!” sahut Radin polos.“Om yang borong semua jualan kamu, yuks kita ke rumah sakit, ikut mobil Om,” ajak Brandi lagi, kali ini Radin mengangguk, lucunya jaket denim Brandi masih tetap berada di bahunya.“Kamu suka jaket itu Radin?” tanya Brandi, sambi menatap ke bahu ke anak kecil ini.“Suka, eeeh maaf, ini Om jaketnya?” sahut Radin buru-buru kembalikan ke Radin yang sedang pegang setiran, kali ini dia duduk di depan dan Lula sengaja duduk di jok tengah, karena Radin jadi penunjuk jalan.“Nggak usah, simpan saja buat kamu, kan kamu bilang suka, Om masih punya banyak kok!” sahut Brandi lagi dan Radin langsung taruh lagi jaket besar ini di bahunya karena dia masih bocil.Sifat spontan dan polos Radin biki
Lula kaget sekali, namun dia membiarkan saja ulah Brandi yang kini mendekati ke 7 orang ini, justru yang dia khawatirkan adalah ke 7 orang tersebut...!Setelah berjarak hanya 3 meteran, Brandi berhenti dan menatap mereka satu persatu, tentu saja dahinya langsung bergerenyit melihat pemuda yang ‘naksir’ Lula juga ikut dalam rombongan pemuda, jadi pemimpinya pula.Padahal kemarin dia sempat salut dengan pemuda ini, tapi kini langsung pupus, apalagi gaya si pemuda hari ini berubah jadi songong.“Hei kamu orang kota, berani sekali ke sini tanpa lapor dengan kami, penguasa kampung ini,” bentak pemuda ini, sekaligus mengeluarkan sifat aslinya.Lula yang ada di dalam mobil Brandi pun sampai heran, kenapa pria yang naksir dengannya jadi begini sok jagoan.Padahal saat pedekati dengannya, pemuda yang bernama Billy ini sopan sekali dengannya, ternyata Lula kecele.“Oh begitu ya, jadi harus lapor dulu? Nah, aku terlanjur masuk ke kampung di sini, artinya aku hari ini sekalian saja lapor!” sahut B
“Aneh banget si Lula, masa uang pemberianku tak di pakai untuk membantu orang tuanya sendiri?” batin Brandi bingung sendiri dengan sikap Lula ini.Begitu ada kesempatan, Brandi yang penasaran pun ajak Lula bicara berduaan di teras depan. Bibi Mira dan dua adik kemenakannya masih di dalam rumah.“Lula….kenapa kamu tidak ambil uang pemberianku, malah…adikmu berhutang di sebuah warung, untuk beli lauk makan malam kita?” tanya Brandi penasaran.Lula terdiam sesaat, seakan mencari jawaban yang pas!“Bang…jangan marah yaa…jujur aku tak enak pakai uang pemberian Abang itu, terlalu besar dan…bikin aku seolah di beli saja!” sahut Lula.Brandi langsung kaget, tak menyangka Lula akan segitunya berpikir, lama-lama Brandi tersenyum dan tertawa kecil.“Kenapa sampai ada pikiran aku akan beli kamu?” tanya Brandi lagi.“Sekaya-kayanya seseorang, tak masuk akal Bang beri duit segitu besarnya, 30 miliar bukan angka main-main. Pasti ada ada udang di balik batu!” cetus Lula serius, hingga bikin Brandi mak
“Kenapa aku jadi cemen begini, selama janur kuning belum melengkung, artinya masih ada kesempatan,” gumam Brandi.Lalu dengan semangat yang tiba-tiba muncul, Brandi lanjutkan perjalanan menuju ke rumah Lula Safitri, hampir saja dia tadi akan balik lagi ke Jakarta.Baru saja sampai di sebuah tikungan yang menuju rumah Lula, pria muda yang bonceng Lula terlihat sudah pulang dan sempat berselisihan dengan mobil SUV mewah Brandi.Pria ini malah mengangguk hormat saat Brandi sengaja buka kaca mobilnya.“Pemuda yang baik dan sopan, juga lumayan ganteng!” batin Brandi memuji ‘cowok’ yang diyakininya sedang pedekati dengan Lula.Lula yang masih di halaman rumahnya tentu saja heran melihat mobil Brandi dan kini turun dari kendaraan ini.“Abang…tumben ke sini?” tanya Lula sambil sambut Abang angkatnya.“Aku hanya khawatir kalau-kalau kondisi ibu kamu makin memburuk, bagaimana sekarang kesehatannya?” Brandi sengaja berbasa-basi, sekaligus bikin alasan yang masuk akal.“Alhamdulillah makin baik Ba
“Abang Topan, kok diam sihh, eh Abang mau kemana, jangan tinggalin Greta Bang, papa dan mamii sudah mati, kenapa Abang malah ikutan pergiiiii, Greta takut Bangg, Greta kini sendiri, Abang Brandi juga tak peduli dengan Greta…Abangggg!”Tiba-tiba Greta menangis sesengukan, Brandi berbalik dan tak jadi pergi, dia lalu mendekat Greta lagi dan memeluknya erat.Matanya berkaca-kaca, Brandi sekaligus ingat ucapannya pada Greta dulu, saat masih di rumah sakit, setelah sakau di rumah orang tuanya.Dia kala itu janji akan menjaga Greta bak adik sendiri dan janji itu pun pernah dia ucapkan pada Mr M dahulu.Brandi lupa dengan janjinya ke gadis cantik yang malang dan salah didik sejaak kecil ini.Kini semuanya harus dia bayar mahal, Greta jadi gila begini dan istri tercintanya jadi korban, termasuk bayinya dengan Fanny."Ya Tuhann...ini semua salahku, andai dulu Greta ku jaga dengan baik, belum tentu Fanny dan bayi kami jadi korban, Greta hanya butuh perhatian," batin Brandi, sambil kejapkan mata
Brandi malah duduk termangu di sisi ranjang. “Benar kata Lula, aku tak boleh memanfaatkannya…!” batin Brandi sambil mengeluh, sulitnya lepaskan bayangan Fanny dari hati dan otaknya.Tapi sampai kapan dia dan Lula mampu bertahan, sedangkan Lula pernah berujar, hanya akan persembahkan tubuhnya pada suami, bukan pacar apalagi yang tak ada hati!Brandi hari ini berniat langsung ke Mabes Polri, dia ingin tahu bagaimana hasil penyelidikan pihak kepolisian terhadap dua orang yang tewas di mobil yang terbakar hebat tersebut di jalan tol.Tapi dia terpaksa menunda ke sana, saat ke Mabes lagi, banyak pekerjaan yang tak bisa di tunda. Di saat yang sama Lula menelpon ingin pulang kampung, karena ibunya sakit.Kali ini Lula tak perlu lagi memikirkan soal uang, Brandi secara royal langsung transfer hingga 30 miliaran buat Lula. Brandi juga berikan satu mobil mewah buat Lula pulkam ke Sukabumi.“Hmm…kalau gini caranya, aku pensiun dari model pun aman sampai ke anak cucu,” canda Lula sambil memeluk
Candaan Lula tak di tanggapi Brandi, hatinya belum terbuka untuk buka hati buat yang baru, dia beda dengan adiknya Aldot Hasim Zailani, yang cepat move on."Kalau putus, ya cari lagi yang baru Bang, buat apa pusing," itulah jawaban Aldot yang bikin Brandi hanya bisa hela nafas, walaupun dia memang nakal, tapi tak seperti adiknya ini.Brandi malah makin sayang dengan Lula, yang sudah dianggapnya adik sendiri, dia senyum saja dan membiarkan Lula makan sampai kenyang, hingga bersendewa saking kenyangnya.“Bang, kira-kira siapa mereka itu? Apakah ada kaitanya dengan pembunuh mendiang istri Abang?” tanya Lula, sambil ngelap mulutnya.“Ntahlah Lula, kita lihat saja nanti, adikku sedang menyelidikinya!” sahut Brandi sambil menatap gelas minumannya.“Yuks ku antar kamu pulang, ini sudah sore, mana macet lagi, besok saja kita cari rumah buat kamu!” ajak Brandi lagi, Lula mengangguk.Begitu sampai di kos milik Lula, Brandi kaget juga, kos milik Lula ‘sederhana’ saja. Sebagai serang super model