BERSAMBUNG
“Hmm…soal itu jadi misteri sampai kini, kenapa emanknya? Apakah kamu minta papa buka lagi kasus kecelakaan itu…! Tunggu dulu, tumben kamu tertarik kasus ini, ada apa? Apakah jenderal Samuel bertemu kamu itu minta bantu bongkar misteri kematian anak-mantu dan cucunya itu Ryan?” desak Chulbuy.“Iya pah, Ryan juga penasaran…!” sahut Ryan.“Hmm…baiklah, papa akan minta anak buah untuk selidiki lagi soal kecelakaan itu dan siapa dalangnya!”Klik, telpon pun di tutup. Ryan kini menatap Sarah, tiba-tiba Sarah bangkit.“Sarah kamu mau kemana?” Ryan kaget tapi tak keburu mencegah Sarah yang tiba-tiba ngeloyor pergi tanpa bicara dan Ryan tak bisa mencegahnya.Saat Ryan akan berlari mengejar Sarah, hampir saja handuknya terlepas, sehingga Ryan batalkan kejar Sarah yang sudah masuk ke lift.Beberapa kali Ryan menelpon tapi Sarah tak pernah mengangkat telponnya, tak lama ponselnya juga di blokir!Ryan kini hanya bisa duduk termangu di kamar hotelnya, tak dia sangka hubungan yang mulai terjalin mani
Ketika bersiap-siap akan berangkat ke bandara di antar sopir keluarganya, Ryan kaget saat Mami Latini datang ke rumahnya.“Bryan ehh Ryan, kamu mau kemana?” Mami Latini tentu saja heran saat melihat Ryan akan panggul ranselnya dan ada MVP mewah yang siap-siap jalan.“Mami Latini…darimana kamu tahu rumahku?” selidik Ryan kaget, lalu turunkan ranselnya, urungkan pergi.“Ihh…somse-nya, mentang-mentang sudah jadi crazy rich, semua dah tau kale, kamu itu anak dari Om Chulbuy Hasim Zailani.” Cetus Mami Latini.Ryan senyum dingin saja. “Apa tujuan kamu ke sini Mam?” Ryan kini menahan langkah kakinya.“Dyehh…apalagi kalau bukan ajak kamu comeback weceee…ih jangan nolak dulu, sang produser siap kasih cek kosong loh, agar kamu mau main film lagi, eike yakin film kamu nanti bakalan meleduk, bayangin cek kosong loh!”Ryan tertawa kecil, bukannya tak menghargai tawaran menggiurkan itu, tapi baginya banyak yang lebih prioritas, apalagi ia juga tak suka lagi jadi orang terkenal.“Mam…untuk saat ini
Ryan di bawa ke sebuah tempat yang tak ia kenal, hanya bangunan ini agaknya mirip bekas sebuah hotel yang lumayan mewah.Namun saat Ryan menoleh ke kiri kanan, ia pun hanya hela nafas. Bangunan di sini hancur lebur akibat perang, anehnya tempat ini hanya taman di bagian depan yang rusak, dalamnya masih bagus, juga listri berfungsi dengan baik.Terlihat seorang pria tinggi besar sudah menunggunya di lobby tempat ini.“Selamat datang ‘desert ghost’…maaf kalau anak buahku tak sopan dengan Anda dan membawa ke sini dengan todongan senjata!”Alangkah kagetnya Ryan, julukannya ternyata di ketahui pria ini yang dikatakan pemimpin milisi di sini. Orang ini dengan gaya ramah ajak ryan duduk di lobby ini, puluhan anak buahnya terlihat berjaga-jaga.“Siapakah tuan ini?” tanya Ryan dengan sikap dingin.“Namaku Rasyid Jawahri, aku pemimpin milisi God's Way, kami berasal dari Irak, aku sudah lama kagum dengan tuan,” pria tinggi besar dengan brewok lebat ini kenalkan dirinya.God’s way atau ‘Jalan T
Ryan hanya angkat bahu, seolah tak tahu sama sekali soal berlian. “Pikiranku saat itu hanya bebas secepatnya tuan Rasyid, soal berlian tak masuk dalam planningku,” cetus Ryan, sambil permisi merokok, Tuan Rasyid terlihat antara percaya dan tidak.“Tuan Ryan, silahkan tuan sementara istirahat dulu, 3 hari lagi kita akan menuju di mana dulu bunker tuan Ryan berada, kurasa ingatan Tuan Ryan tentu masih ingat bukan? Di mana bunker itu berada!”Agar tidak menimbulkan kecurigaan, Ryan tak ragu mengangguk, dia juga bersikap cool dan masa bodoh saja, kenapa Tuan Rasyid ini lebih suka ngomong bahasa Yahudi daripada Bahasa Arab, padahal ngakunya dari Irak.Keheranan Ryan makin menjadi, saat masuk seorang bercadar atau burka dan bilang dia akan menemani dan melayani Ryan di kamar ini.“Makin mencurigakan kelompok aneh ini,” batin Ryan yang mulai waspada tingkat tinggi.Ternyata sebagai mantan artis, lagi-lagi menolongnya, Ryan tetap berakting masa bodoh dan seolah tak mau tahu.“Kurasa kamu bukan
Ryan pun aslinya masih bingung dengan misi Saffania ini, kenapa dia sampai bergabung dengn kelompok ini, dan malah mau membantunya.Ia pun juga tak tahu latar belakang wanita cantik ini, yang kecantikannya mengalahkan si barbie dan Letnan Elita ini. “Aku akan ikuti alurnya, sikap Saffania pun sangat mencurigakan, kenapa dia diam-diam bocorkan misi tuan Rasyid dan ingin bantu aku,” batin Ryan dan kini mereka tetap bicara santai. “Saffania, permainan kita ini nanggung,” bisik Ryan, Saffania kaget saat Ryan tiba-tiba menarik celananya dan…melumat hutan rimbunnya.Akibatnya Saffania melenguh, alih-alih menolak, dia malah larut dengan permainan Ryan dan akhirnya dari awalnya hanya main-main, mereka benar—benar lakukan persenggamaan dengan gaya-gaya liar.Ketika Tuan Rasyid hidupkan lagi kameranya, dia makin terkekeh saat melihat Ryan dan Saffania asyik bergelut dengan beragam gaya.“Wowww….benar-benar hebat, gaya-gaya nya tak kalah dengan fllm dewasa,” cetus Tuan Rasyid makin terkekeh.Wa
Kini mereka berada dalam sebuah gua untuk bersembunyi di perbukitan itu, untuk rundingkan langkah berikutnya.“Kita akan menyusup masuk kota. Kendaraan terpaksa kita sembunyikan di sini,” kata Tuan Rasyid. Rasyid juga bilang sangat aneh ada pasukan zionis yang operasi sampai ke kota yang hancur lebur ini, padahal tidak ada satupun anggota milisi yang berkeliaran di sini. “Betul, hanya itu satu-satunya jalan dan kita harus bergerak malam hari agar tak menyolok. Tuan Rasyid, apa mungkin mereka juga tahu soal bunker itu?” pancing Ryan kalem.Wajah Tuan Rasyid kontan berubah dan dia menatap wajah Ryan. "Kalau pendapat kamu, darimana mereka tahu Tuan Ryan?" Rasyid secara cerdik justru balik bertanya.Namun Ryan tak kalah akal, dia senyum dingin. "Siapa lagi kalau bukan mendiang Letnan Elita, kan mereka menemukan berlian itu di tangannya. Nah, bisa jadi mereka juga berhasil korek keterangan soal bunker ini?"Mendengar ucapan Ryan yang masuk akal ini, Tuan Rasyid bukannya tenang, dia malah t
“Wow…kamu hebat sekali Ryan,” puji Saffania spontan melihat aksi Ryan ini. Ryan hanya senyum kecil.Ryan kembali membidik dan setiap kali menumpahkan amunisinya, pasti ada pasukan zionis ini yang terkapar dan tak bangun-bangun lagi.“Nggak perlu buang-buang amunisi, setiap bidikan harus kena,” sahut Ryan kalem.Rasyid Jawahri yang melihat ini sampai tak bisa berkata-kata lagi, kehebatan Ryan jauh di atas anak buahnya.Pertempuran kecil ini akhirnya berakhir, pemenangnya tentu saja kelompok Rasyid, 35 pasukan zionis tergeletak, tewas semua, berikut pemimpinnya yang berpangkat Kapten, yang tewas dengan dahi berlubang terkena tembakan Ryan.Dari 35 orang itu, 17 orang tewas terkena tembakan Ryan. Tapi Rasyid juga kehilangan 10 anak buahnya.Inilah yang bikin Rasyid kurang puas, termasuk salah satu pengawal kesayangannya yang jadi korban tewas.Namun Rasyid tak peduli nasib anak buahnya, dia lalu minta Ryan tunjukan di mana jalan bunker tersebut.“Kita harus cepat, jangan sampai teman-tema
Trattt..trattt…terdengar bunyi tembakan dari helikopter ini. Teriakan bergema di pagi hari ini, tiga anak buah Rasyid yang tak keburu berlindung terkena tembakan dan tewas seketika.Rasyid yang tak menyangka serangan dari helikopter ini kelabakann, dia lalu buru-buru naik ke sebuah mobil dengan satu pengawalnya dan brummm…langsung kabur dari tempat ini.Rasyid tak peduli dengan sisa anak buahnya yang sibuk membalas tembakan ke arah helikopter tersebut.Di saat yang sama, Saffania juga begitu, dia kabur dengan sebuah mobil yang juga berisi harta karun, anehnya dia beda jurusan dari Rasyid tadi dan kabur ke jurusan yang berlawanan.Ryan yang tersadar mendengar bunyi tembakan kaget bukan kepalang.“Bangsat, aku di khianati, eh helikopter siapa yang menembaki kelompok Rasyid ini,” batin Ryan, lalu sekuatnya gulingkan tubuhnya, agar tak terkena tembakan nyasar, sekaligus berusaha lepaskan ikatan di tangan dan kakinya.Ryan berpacu dengan waktu, apalagi tak lama kemudian terdengar lagi deru
“Apes aku, gara-gara Bang Prem dan Ange,” batin Hagu yang terpaksa menahan hati kena semprit Tante Ria.Untung saja, melihat wajah teduh Park Hyung, Hagu bisa menahan hati, sehingga tak buru-buru pamit.Begitu Tante Ria masuk meninggalkan Hagu dan Park Hyung berduaan, barulah secara perlahan Hagu sampaikan maksudnya.Park Hyung lantas berbisik.“Nanti malam aku akan temui kamu di hotel, nggak enak kedengaran ibunya si Ange, kalau Om sih tak masalah Prem dan Ange menikah. Tapi tante kamu itu beda…ada masalalu yang belum kelar dengan…Balang, papanya si Prem!” bisik Park Hyung.Hagu tersenyum menganngguk, soal ini dia sudah tahu, kakek Chulbuy sudah ceritakan padanya kalau Balang dan Tante Ria dahulu pernah ada pertalian asmara yang gagal!Yang bikin Hagu tersenyum, kakek Chulbuy dengan nada bercanda juga pernah bilang, sempat suka dengan Tante Ria saat muda, tapi kalah bersaing dengan Balang.“Tante Ria itu saat muda mirip sekali dengan artis Ariel Tatum, bodynya woww…dari semua sepupu
Dan inilah yang bikin Hagu kaget, Datuk minta Hagu saat ini juga balik ke dunia masa depan saat ini juga. Padahal, dirinya lagi anget-angetnya bersama Park Hymin, kemana-mana selalu bersama.“Saat ini tugasmu selesai, kamu harus balik, jangan di tunda. Tugas lain masih menunggu!”“Tapi aku belum pamit dengan Park Hymin?” Hagu masih ngotot, namun saat melihat wajah Datuk, Hagu kalah wibawa.“Nggak usah…nanti aku sampaikan!”Akhirnya Hagu pun tak berani lagi ngotot, apalagi saat Datuk bilang kalau terlambat, maka Hagu akan terjebak selamanya di masa lalu.Mendengar kalimat ini, Hagu keder juga. Sebab dia aslinya belum sanggup berada selamanya di masa lalu.Datuk lalu mengusap wajah Hagu dan pemuda ini berasa mengantuk dan tidak ingat apa-apa lagi.“Bangun…ini sudah siang, molor saja kerjaan kamu itu Hagu.”Hagu langsung buka matanya dan kaget wajah Cynthia neneknya sudah berada di sisinya. Perasaan awalnya dia bersama Prem, tapi pas kembali malah berada di rumah kakek dan neneknya.“S
Hagu…tak ragu mengiyakan, api nafsu yang berkobar sudah terlanjur tak bisa di tahan lagi dan butuh penyaluran saat ini juga.Hagu mau-mau saja bersumpah dan di bimbing Park Hymin.Park Hymin yang kini bahagia dan sudah berstatus ‘istri’ Hagu, kini tak ragu melepaskan pakaiannya di depan suami keduanya ini.“Sekarang…aku adalah milikmu suamiku, lakukanlah sesukamu,” bisik Park Hymin, dan si bangor ini bak kucing garong melihat ikan segar, langsung menyerbu tubuh putih dan mulus ini.Bercumbu di alam terbuka beralaskan pasir putih hangat menimbulkan sensasi aneh bagi Hagu.Hagu lupa, ini bukanlah alam masa depan di mana dia tinggal, tapi alam masa lalu yang rentang waktunya puluhan tahun.Tapi Park Hymin beda lagi, bertemu pria tampan dari alam masa depan, justru bikin dirinya mabuk kepayang sejak awal melihat Hagu.Saat bersama roh Datuk Hasim Zailani, Park Hymin tak sungkan-sungkan lagi bertanya siapa Hagu ini.Awalnya wanita jelita ini kaget bukan main saat tahu kalau Hagu bukan bera
Mata Hagu terus menatap Dean.“Benaran jadi mirip dengan kakek buyut? Kata kakek Chulbuy, kakek buyut saat kecil supel. Tapi berubah jadi pendiam saat tahu kalau Bahar Irwansyah, suami kedua nenek buyut bukan ayah kandung kakek buyutku…!” pikir Hagu dan senyum sendiri melihat kelakuan Dean yang tak kaku pada siapapun.Sepanjang jalan, Dean selalu menyapa warga dan dengan bersemangat acungkan genggam, tanda merdeka.Hagu kadang menahan tawa melihat kelakuan Dean begitu. "Benar-benar anak aneh, tak beda jauh dengan ayah kandungnya," batin Hagu.Akhirnya setelah satu bulanan, mereka sampai juga di desa di mana Park Hymin berada, kedatangan keduanya di sambut si cantik ini.“Pacar paman kakek cantik sekali, jangan di lepas ya paman kakek, kapan lagi dapat wanita secantik ini..!” ceplos Dean lugu, hingga Hagu melotot, tapi Park Hymin malah tertawa dan membelai kepala Dean."Huss...kamu jangan ngomong sembarangan, anak kecil mau tau ajee urusan orang dewasa," tegur Hagu, pura-pura marah, pa
Hagu terus berlari dan tidak peduli berondongan senjata pasukan Jepang, dia merasa seolah Datuk juga berlari bersamanya.Dia juga tak takut nyasar, karena suara Datuk selalu membimbingnya, Hagu juga tak menyadari sudah berlari hampir satu malaman tanpa merasa lelah, padahal sambil pondong tubuh Dean dan kini sudah sangat jauh meninggalkan markas Jepang ini.Begitu tiba di ujung sebuah desa dan hari sudah pagi, Hagu terheran-heran melihat semua warga desa sedang berpesta pora. Orang tua, anak-anak, pria dan wanita tumpah ruah ke jalanan.“Ada apa ini?” tanya Hagu pada seorang warga desa.“Jepang kalah perang, sekarang kita merdeka dari jajahan mereka, saatnya kita pesta dan rayakan kemenangan ini sobat!” kata warga ini dengan wajah sumringah.“Oh syukurlah..!” batin Hagu lalu menurunkan si anak kecil ini yang ternyata sepanjang malam ketiduran dalam pondongannya.Kini mereka berjalan berdua sambil gandengan tangan, persis seperti ayah dan anak saja, sambil melihat kemeriahan pesta ini.
Kini keduanya duduk sambil menikmati bekal yang mereka bawa, kisah yang barusan Datuk sampaikan benar-benar bikin Hagu bergidik.Tak pernah dalam mimpi sekalipun, Hagu akan bertemu dengan roh Datuk Hasim Zailan junior, bahkan hebatnyamereka kini bisa bercakap-cakap layaknya dua manusia biasa.Kadang dia menatap wajah Datuk yang selalu muram, kadang tangannya sengaja menyentuh lengan Datuk, untuk memastikan, kalau roh ini benar-benar ‘hidup’.Datuk yang tahu kelakuan Hagu menahan senyumnya.“Jangan takut, aku saat ini tetap berujud manusia, tapi…asal kamu tahu, aku tak bisamembunuh siapapun. Lagianmasa takut dengan roh saudara sendiri…!” seloroh Datuk.“Masa sih Bang…minggu yang lalu kan saat kita bertempur Abang menembaki pasukan Jepang?”“Itu semua…kamulah yang melakukan! Emangnya kamu nggak sadar yaa saat berduaan dengan Park Hymin, ayahnya Park Min diam saja? Padahal asal kamu tahu Prem, tidak sedikit laki-laki yang ingin jadikan Park Hymin istri…!”Hagu tentu saja menggeleng mend
“Bang Hagu…hati-hati!”Park Hymin langsung pegang tangan Hagu, saat pamit meninggalkan tempat ini.“Iya…makasih?”Keduanya saling tatap dan kini tak ragu saling peluk. Datuk Junior hanya memandang keduanya, lalu angkat bahu, seakan memaklumi perasaan kedua orang muda ini.Sejak bicara kemarin pagi hingga kini, hubungan Hagu dan Park Hymin makin dekat, mereka sering curhat satu sama lain.Mereka seolah teman lama yang baru bertemu.Kadang keduanya berjalan-jalan di bibir pantai dan Park Min ayahnya termasuk Datuk anehnya, tidak melarang apalagi menegur keduanya.Awalnya Hagu sempat bertanya, kenapa Park Hymin tak suka dengan Datuk Junior.Park Hymin terkekeh dan bilang, dia sudah anggap Datuk itu pamannya sendiri saking dekatnya dan tak ada rasa cinta, kecuali cinta ponakan dan paman saja. “Kekasih Abang Datuk dulu adalah kakak aku, tapi mereka tak berjodoh, karena kakakku meninggal dunia tertembak pasukan Jepang, sejak saat itulah Bang Datuk selalu murung hingga ini…!” Hagu pun m
“Iya Park Hymin, aku ingin selamatkan salah satu keturunanku ini…inilah kenapa aku membawa adikku si Hagu dari alam berbeda. Yang kalau di masa depan dia paman luarku, untuk bantu aku di sini. Awalnya aku mau ajak Prem, tapi tak bisa, karena Ange sedang hamil, Prem tak bisa meninggalkanya, si Ange amat manja agaknya...!” sahut Datuk sambil hembuskan asap cerutunya, lalu senyum kecil.“He-he…Angelina…! Cakep banget ya nama salah satu cicitku di masa depan, sayang ya si Prem, terlebih si Ange tak bisa di bawa ke sini, penasaran aku mau lihat wajahnya, secantik apa dia?” sahut Park Hymin tiba-tiba, hingga mata Hagu melotot.“Kalau di bawa akan ada musibah besar Hymin, kita jangan berlebihan melawan gravitasi alam, aku saja dengan bolak-balik ke dunia masa depan, usiaku tak bakalan panjang lagi, inilah resiko yang harus aku terima…!” sahut Datuk lagi-lagi dengan suara pelan dan tenang.“Ihh segitunya…menakutkan sekali!” sahut Park Hymin terkaget-kaget.Hagu lalu muncul dan di tatap Park Hy
Pesta pun berakhir setelah hampir tengah malam, Hagu tentu saja di buat kagum dengan gaya Datuk Junior yang sangat berwibawa dan gayanya sangat berkharisma.“Pantas Bang Prem bilang, kalau ingin attitude dan gaya berbusana, contoh-lah Bang Datuk ini…benar-benar falmboyan sejati, cara pakaian dan cara bicaranya benar-benar top habis…!” batin Hagu.“Hagu kita pindah ke pondok yang disediakan Tuan Park Min.” Datuk ajak Hagu bangkit.Hagu pun mengangguk dan mengikuti langkah Datuk. Saat berjalan begini, tiba-tiba Hagu teringat, orang tuanya Ange atau besann-ya Prem marga-nya juga Park...?Jangan-jangan mereka ini ada hubungan, pikir Hagu.“Bang Datuk….apakah Park Min ini…kakek buyutnya si Ange?” ceplos Hagu tiba-tiba dan tanpa di duga-duga Datuk langsung mengangguk ambil senyum.Hagu kontan melongo.“Dan…ini kelak ada hubungannya dengan kamu juga salah satu keturunan kamu di masa depan!” sahut Datuk, lagi-lagi dengan suara kalem.“A-apa…maksud Abang..???”“Aku tak bisa menjelaskan saat ini