BERSAMBUNG
“Wow…kamu hebat sekali Ryan,” puji Saffania spontan melihat aksi Ryan ini. Ryan hanya senyum kecil.Ryan kembali membidik dan setiap kali menumpahkan amunisinya, pasti ada pasukan zionis ini yang terkapar dan tak bangun-bangun lagi.“Nggak perlu buang-buang amunisi, setiap bidikan harus kena,” sahut Ryan kalem.Rasyid Jawahri yang melihat ini sampai tak bisa berkata-kata lagi, kehebatan Ryan jauh di atas anak buahnya.Pertempuran kecil ini akhirnya berakhir, pemenangnya tentu saja kelompok Rasyid, 35 pasukan zionis tergeletak, tewas semua, berikut pemimpinnya yang berpangkat Kapten, yang tewas dengan dahi berlubang terkena tembakan Ryan.Dari 35 orang itu, 17 orang tewas terkena tembakan Ryan. Tapi Rasyid juga kehilangan 10 anak buahnya.Inilah yang bikin Rasyid kurang puas, termasuk salah satu pengawal kesayangannya yang jadi korban tewas.Namun Rasyid tak peduli nasib anak buahnya, dia lalu minta Ryan tunjukan di mana jalan bunker tersebut.“Kita harus cepat, jangan sampai teman-tema
Trattt..trattt…terdengar bunyi tembakan dari helikopter ini. Teriakan bergema di pagi hari ini, tiga anak buah Rasyid yang tak keburu berlindung terkena tembakan dan tewas seketika.Rasyid yang tak menyangka serangan dari helikopter ini kelabakann, dia lalu buru-buru naik ke sebuah mobil dengan satu pengawalnya dan brummm…langsung kabur dari tempat ini.Rasyid tak peduli dengan sisa anak buahnya yang sibuk membalas tembakan ke arah helikopter tersebut.Di saat yang sama, Saffania juga begitu, dia kabur dengan sebuah mobil yang juga berisi harta karun, anehnya dia beda jurusan dari Rasyid tadi dan kabur ke jurusan yang berlawanan.Ryan yang tersadar mendengar bunyi tembakan kaget bukan kepalang.“Bangsat, aku di khianati, eh helikopter siapa yang menembaki kelompok Rasyid ini,” batin Ryan, lalu sekuatnya gulingkan tubuhnya, agar tak terkena tembakan nyasar, sekaligus berusaha lepaskan ikatan di tangan dan kakinya.Ryan berpacu dengan waktu, apalagi tak lama kemudian terdengar lagi deru
Ryan kini sudah bersantai di sebuah kafe kecil di pinggiran desa ini, dia menikmati makan siang sambil termenung, sekaligus memikirkan kemana akan bawa harta karun luar biasa banyaknya ini.“Ini masih wilayah Suriah…mana ada bank mau nampung harta wah ini,” gumam Ryan sambil hembuskan asap rokok yang dia beli di kafe ini.Tiba-tiba matanya tertarik menatap seorang anak kecil laki-laki yang usianya Ryan taksir paling banter 4-5 tahunan, dari tadi celingak-celinguk saja, agaknya sedang kelaparan.Ryan melambai dan si anak kecil kurus dengan pakaian lecek dan ada yang sobek, juga sepatnya buncus di di depan ini buru-buru mendekat.Badan anak ini agak tinggi, mirip anak yang usianya sudah 7-8 tahunan.“Kenapa kamu celengak-celinguk di luar kafe ini, apakah kamu lapar?” tanya Ryan dalam bahasa Arab, si anak kecil ini mengangguk tanpa malu-malu.“Tolong sediakan makan dan minum buatnya, nanti aku yang bayar,” kata Ryan pada si pemilik kafe ini yang langsung sediakan pesanan Ryan.Si anak kec
“Agaknya aku harus menuju Jordania, untuk amankan harta-harta ini, baru cari si Saffania dan lenyapkan si Rasyid, lalu lanjut cari Fareeha,” batin Ryan, yang masih kesal dengan pengkhianatan Saffania ini.Ryan benar-benar tak habis pikir, kenapa Saffania tega berkhianat padanya. Tak pernah Ryan sangka, wanita cantik itu, keluarganya sebenarnya punya keterkaitan dengan masalalu kakek Brandi...!?? Ketika kembali melewati sebuah desa, Ryan singgah dan beli ponsel, ia kemudian membuka aplikasi peta dan akhirnya dengan petunjuk itu, mobil ini tak lagi nyasar, namun menuju ke arah Jordania masih sangat jauh, yakni berjarak 250 kiloan dari tempatnya saat ini.Ponsel Ryan sebelumnya di rampas kelompok Rasyid, untung saja dia tak sudah terapkan pengamanan berlapis, sehingga hartanya aman di ponsel yang di rampas tersebut.Sebab satu kali saja salah pencet password maka pinnya itu akan otomatis memblokir, membukanya butuh wajah Ryan atau sidik jarinya, di tambah suara Ryan sendiri dengan kalim
Ryan kini dekati 3 tentara zionis yang sedang asyk merokok sambil minum minuman keras. Begitu dekat niat Ryan yang akan sergap ketiganya tertahan, saat dengar mereka tengah bercakap-cakap.“Jadi ada satu tawanan wanita yang menolak di beri makan?”“Betul, dia ini dianggap tawanan berbahaya karena dikatakan mata-mata pasukan musuh, sudah 2X lolos dan ini yang ketiga tertangkap,” sahut kawannya lagi.“Padahal wanita itu cantik sekali, kalau saja tak di tegur atasan, pingin sekali ku perkosa he-he-he!” kata yang satunya dengan wajah leleran.“Tapi orangnya pendiam, tak pernah mau bicara!” sahut orang itu lagi.“Dia kini di tahan di markas sementara kita, menunggu di jemput pasukan khusus, untuk di bawa ke penjara utama di Tel Aviv. Katanya dia ini bagian dari kelompok milisi Abu Shekar, makanya akan di interogasi di sana,” sahut rekannya yang lain lagi.Mendengar kalimat ini, Ryan langsung memicingkan mata. "Hmm...kalian tak akan selamat," dengus Ryan.Ryan lalu beringsut dekati ke tigany
“Fareeha!” Ryan tak pedulikan Reyhan, ia bergegas masuk lagi ke bangunan ini dan menutupi tubuh kurus ‘istrinya’ dengan pakaiannya yang sudah sobek sana-sini.Keduanya saling bertatapan lagi dan Ryan kini yakin 100 persen, kalau wanita ini memang Fareeha adanya.“Abang…aku tak kuat berjalan…kakiku terkilir…!” terdengar suara lemah Fareeha. Tanpa ragu Ryan gendong tubuh Fareeha. “Reyhan, ayo kita kembali ke mobil,” seru Ryan saat melihat si bocil ini muncul di pintu ruangan.“Iya om, sini senjatanya biar Reyhan yang bawa Om!” tanpa ragu Ryan serahkan senjata yang lumayan berat itu.Tapi dengan sekuat tenaga Reyhan panggul dan ikuti langkah Ryan yang membawa tubuh Fareeha tanpa bertanya apalagi mengeluh.Berbagai pertanyaan menggelayut di pikiran Ryan, kenapa istri bisa selamat dan tertawan pasukan zionis ini.Namun prioritas utamanya saat ini bawa Fareeha jauh-jauh dari tempat ini dan mencari dokter atau tenaga medis untuk mengobati Fareeha.Setelah mendudukan Fareeha dalam mobil dan Re
Setelah berkeliling lebih 30 menitan, Ryan pun balik lagi ke klinik tadi dan dia bingung sendiri, kenapa bocil cerdas itu menghilang tanpa pamit dengannya.“Apakah Reyhan sengaja ingin pergi yaa…?” batin Ryan kebingungan sendiri. Entah kenapa, Ryan mulai menyukai anak kecil kurus dan pemberani ini.Ryan ingat lesung pipit dan kulit putih bersih Reyhan, karena sejak bersama dia selama beberapa hari, Reyhan rajin mandi dan jaga kebersihan.“Kalau dia memang ingin melalang buana, apa boleh buat, aku tak bisa melarangnya,” gumam Ryan dan kini dia menunggu saja sambil berharap Reyhan kembali ke klinik ini.Jam 8 malam perawat yang menjaga di klinik ini memanggil Ryan dan bilang istrinya sudah sadar dan ingin bertemu dengannya. Ryan pun lupakan Reyhan dan dia bergegas menemui istrinya.“Abang…makasih sudah selamatkan aku,” bisik Fareeha dengan mata bulat tajamnya berbinar menatap Ryan.Sesaat Ryan kaget ketika menatap mata Fareeha. Tiba-tiba dia teringat mata Reyhan dan baru nyadar, mata is
Sembilan bulan kemudian Fareeha lahirkan bayi laki-laki yang sempurna, sehat dan montok, juga tampan dengan kulit putih bersih, karena dia lahir blasteran Arab-Indonesia.Tapi masalah baru muncul, secara tak terduga, saat bayi Fareeha berusia 2,5 bulanan, bayi montok itu di culik perawatnya sendiri. Hingga keluarga Fareeha geger bukan main!Tentu saja Fareeha stress bukan main kehilangan buah cinta dengan suaminya ini, dia lalu ingin mencari sendiri di mana bayinya tersebut.Walaupun keluarga ibunya juga tidak tinggal diam, sudah kerahkan orang-orang untuk lacak keberadaan perawat itu, yang tega menculik bayinya tersebut.Sampai di sini Fareeha mengusap airmatanya, teringat nasib bayi laki-lakinya tersebut.Ryan sampai pucat wajahnya, tak mengira istrinya ini sudah melahirkan anak mereka.“Sabar sayang, kelak aku akan cari di mana anak kita itu,” bisik Ryan menghibur istrinya. Fareeha hela nafas redakan isak tangisnya sambil mengangguk.“Agar tak stress, aku lalu memutuskan bergabung d
Kini keduanya duduk sambil menikmati bekal yang mereka bawa, kisah yang barusan Datuk sampaikan benar-benar bikin Hagu bergidik.Tak pernah dalam mimpi sekalipun, Hagu akan bertemu dengan roh Datuk Hasim Zailan junior, bahkan hebatnyamereka kini bisa bercakap-cakap layaknya dua manusia biasa.Kadang dia menatap wajah Datuk yang selalu muram, kadang tangannya sengaja menyentuh lengan Datuk, untuk memastikan, kalau roh ini benar-benar ‘hidup’.Datuk yang tahu kelakuan Hagu menahan senyumnya.“Jangan takut, aku saat ini tetap berujud manusia, tapi…asal kamu tahu, aku tak bisamembunuh siapapun. Lagianmasa takut dengan roh saudara sendiri…!” seloroh Datuk.“Masa sih Bang…minggu yang lalu kan saat kita bertempur Abang menembaki pasukan Jepang?”“Itu semua…kamulah yang melakukan! Emangnya kamu nggak sadar yaa saat berduaan dengan Park Hymin, ayahnya Park Min diam saja? Padahal asal kamu tahu Prem, tidak sedikit laki-laki yang ingin jadikan Park Hymin istri…!”Hagu tentu saja menggeleng mend
“Bang Hagu…hati-hati!”Park Hymin langsung pegang tangan Hagu, saat pamit meninggalkan tempat ini.“Iya…makasih?”Keduanya saling tatap dan kini tak ragu saling peluk. Datuk Junior hanya memandang keduanya, lalu angkat bahu, seakan memaklumi perasaan kedua orang muda ini.Sejak bicara kemarin pagi hingga kini, hubungan Hagu dan Park Hymin makin dekat, mereka sering curhat satu sama lain.Mereka seolah teman lama yang baru bertemu.Kadang keduanya berjalan-jalan di bibir pantai dan Park Min ayahnya termasuk Datuk anehnya, tidak melarang apalagi menegur keduanya.Awalnya Hagu sempat bertanya, kenapa Park Hymin tak suka dengan Datuk Junior.Park Hymin terkekeh dan bilang, dia sudah anggap Datuk itu pamannya sendiri saking dekatnya dan tak ada rasa cinta, kecuali cinta ponakan dan paman saja. “Kekasih Abang Datuk dulu adalah kakak aku, tapi mereka tak berjodoh, karena kakakku meninggal dunia tertembak pasukan Jepang, sejak saat itulah Bang Datuk selalu murung hingga ini…!” Hagu pun m
“Iya Park Hymin, aku ingin selamatkan salah satu keturunanku ini…inilah kenapa aku membawa adikku si Hagu dari alam berbeda. Yang kalau di masa depan dia paman luarku, untuk bantu aku di sini. Awalnya aku mau ajak Prem, tapi tak bisa, karena Ange sedang hamil, Prem tak bisa meninggalkanya, si Ange amat manja agaknya...!” sahut Datuk sambil hembuskan asap cerutunya, lalu senyum kecil.“He-he…Angelina…! Cakep banget ya nama salah satu cicitku di masa depan, sayang ya si Prem, terlebih si Ange tak bisa di bawa ke sini, penasaran aku mau lihat wajahnya, secantik apa dia?” sahut Park Hymin tiba-tiba, hingga mata Hagu melotot.“Kalau di bawa akan ada musibah besar Hymin, kita jangan berlebihan melawan gravitasi alam, aku saja dengan bolak-balik ke dunia masa depan, usiaku tak bakalan panjang lagi, inilah resiko yang harus aku terima…!” sahut Datuk lagi-lagi dengan suara pelan dan tenang.“Ihh segitunya…menakutkan sekali!” sahut Park Hymin terkaget-kaget.Hagu lalu muncul dan di tatap Park Hy
Pesta pun berakhir setelah hampir tengah malam, Hagu tentu saja di buat kagum dengan gaya Datuk Junior yang sangat berwibawa dan gayanya sangat berkharisma.“Pantas Bang Prem bilang, kalau ingin attitude dan gaya berbusana, contoh-lah Bang Datuk ini…benar-benar falmboyan sejati, cara pakaian dan cara bicaranya benar-benar top habis…!” batin Hagu.“Hagu kita pindah ke pondok yang disediakan Tuan Park Min.” Datuk ajak Hagu bangkit.Hagu pun mengangguk dan mengikuti langkah Datuk. Saat berjalan begini, tiba-tiba Hagu teringat, orang tuanya Ange atau besann-ya Prem marga-nya juga Park...?Jangan-jangan mereka ini ada hubungan, pikir Hagu.“Bang Datuk….apakah Park Min ini…kakek buyutnya si Ange?” ceplos Hagu tiba-tiba dan tanpa di duga-duga Datuk langsung mengangguk ambil senyum.Hagu kontan melongo.“Dan…ini kelak ada hubungannya dengan kamu juga salah satu keturunan kamu di masa depan!” sahut Datuk, lagi-lagi dengan suara kalem.“A-apa…maksud Abang..???”“Aku tak bisa menjelaskan saat ini
"Kita melawan tentara Jepang, ini tahun 1945! Saat ini kita membantu Korea, yang di jajah negara kate ini,” sahut Datuk sambil membidik dua tentara Jepang dan tak lama...door...doorr, dua serdadu bidikannya terjungkal, terkena tembakan akurat Datuk.“Bang, aku bisa mati nggak kalau kena peluru?” Hagu masih ngeyel bertanya, sambil kagum melihat tembakan Datuk yang hebat ini.“Tentu saja, makanya kamu hati-hati agar jangan tertembak, sudah jangan banyak tanya, ayo kita tembaki pasukan Jepang, agar desa ini bisa di pertahankan pasukan Korea.”Usai berkata begitu Datuk lalu berlari dan berlindung di sebuah lubang.Tuinggg…“Sompretttt…hampir aku kena!” teriak Hagu dan dia buru-buru merunduk dan kini dia pun mulai bidik pasukan musuh. "Ini bukan mimpi, ini nyata!" batin Hagu mulai waspada.Pertempuran benar-benar seru dan Hagu yang tak pernah berkhayal berada di masa lalu berkali-kali hampir saja kena tembak musuh.“Bangsat…ini sih bukan ilusi, ini benaran!” dengus Hagu marah bukan kepa
Ryan paham anak sulungnya ini sedang galau, kehilangan wanita yang di sayangi memang terlihat dari wajah anaknya ini.Hagu rupanya tipikal orang yang tak suka pura-pura, dia lalu curhat pada ayahnya. Ryan senyum saja, tuh dia juga punya dua istri. Aneh kok bisa nurun ke Hagu, pikirnya geli sendiri.“Kalau kamu ingin pergi ke Korea, tidak apa-apa silahkan! Tapi ingat tetap waspada, kamu masih di incar orang-orang jahat, yang namanya musuh, di manapun kamu berada pasti akan di buru. Ada baiknya kamu latihan menembak dulu dengan Prem,” sara Ryan.Sebagai mantan milisi Ryan tahu Hagu kadang suka bertindak sembrono dan nekat, terbawa darah mudanya yang gampang panas.Dan...Hagu juga tak kenal takut! Benar-benar turunan Klan Hasim Zailani sejati, yang tak keder dengan musuh. Hagu pun mengangguk, dia senang sekali ayahnya ternyata sangat bijak. Ibunya beda lagi, malah mendesak padanya agar segera menikah!Tak main-main, Fareeha bilang...ibu kandung Saleha, yang juga sepupunya sering menanyak
Hagu pun ini putuskan langsung menemui Widya, Hagu tak sadar, inilah bedanya dia dengan klan Hasim Zailani lainnya, anak muda ini tak lupa dengan janji dengan wanita, walaupun telat.Hagu masih ingat jalan menuju ke rumah yang dulu diberikan Balanara, sehingga tak takut lagi nyasar, beiarpun harus di bantu peta satelit, karena Hagu belum begitu hapal Jakarta.Namun, begitu sampai di sini, lagi-lagi dia kaget, Widya tidak berada di sini lagi. Bahkan rumah inipun sepi dan terkunci rapat, tak ada satupun penghuni yang ada di sini, termasuk ART-nya dahulu.Merasa penasaran, Hagu pun tancap gas menuju ke rumah Bibik Ayin yang selama ini jadi ART-nya Widya dan tinggal-nya di Bogor.Akan tetapi lagi-lagi Hagu terdiam, Bibik Ayin ternyata sudah meninggal dunia 6 bulan yang lalu, atau 5 bulan setelah pulang kembali ke sini.“Ibu nggak pernah cerita kemana Mba Widya-nya pergi Om,” sebut anak Bibik Ayin, saat Hagu bertanya kemana kekasihnya itu menghilang. Otak Hagu pun buntu, dua anak Sofia
“Dua tahun yang lalu mantan suaminya datang, lalu mengajak Sofia rujuk, namun Sofia menolak dan bilang dua sudah memiliki suami,” pria setengah tua yang sebelumnya kenalkan dirinya Haji Ibak sesaat menatap tajam wajah Hagu.Orang tua ini agaknya sudah bisa menebak, inilah ‘suami’ kedua mendiang Sofia. Hati Hagu pun bak teriris sembilu, ingat memang dia adalah 'suami' siri Sofia.Haji Ibak melanjutkan kisahnya, mantan suami pertama Sofia lalu marah dan terjadilah pertengkaran fatal, yang berakibat meninggalnya Sofia.“Sofia tak sengaja tertusuk belati yang di bawa mantan suaminya, lalu pria ini kabur dengan membawa anak tertuanya yang bernama Risna. Sedangkan anak keduanya yang masih berusia kurang dari 2 tahun di bawa sepupu Sofia.”Namun mantan suami Sofia berhasil di tangkap polisi dan saat melakukan perlawanan mantan suami Sofia itu tertembak dan tewas, kata Haji Ibak menambahkan kisahnya.Hagu sampai menghela nafas, tak menyangka tragisnya kehidupan Sofia dan pastinya suaminya yang
Dua bulan kemudian…Hari ini Hagu resmi di kenalkan sebagai sulung dari Ryan Hasim Zailani, seluruh keluarga Klan Hasim Zailani ngumpul.Rumah besar Ryan bak acara reuni keluarga saja, kakek Radin tentu saja yang paling di tuakan. Biarpun usianya sudah mendekati 68 tahunan, tubuh si kakek ini tetap kokoh dan tegap.Chulbuy yang kini juga berusia 65 tahunan tak kalah gagahnya.Tapi semua sepakat, yang paling ganteng di usia matang ini pemenangnya Balang Hasim Zailani, di usia 53 tahun, Balang di puji tak kalah dari dua anak laki-lakinya, Balanara dan Prem yang sudah memiliki istri.Hagu juga di tasbihkan sebagai nama resminya, bukan Reyhan, karena pemuda lebih suka nama itu!“Hmm…jadi siapa yang patut kamu curigai kira-kira Hagu,” Prem langsung tanya sepupunya ini.Balanara yang duduk di samping juga penasaran, siapa yang patut di curigai sebagai penembak sepupu mereka ini.Ketiganya sengaja duduk santai di taman, sambil menatap sepupu-sepupu mereka yang ramai berceloteh, termasuk ortu-