BERSAMBUNG
“Hati-hati…jaga diri saudaraku,” bisik Ismail lagi, sebelum Brandi di tarik dengan kasar keluar dari tahanan ini, sambil di bentak kasar dan dikatakan babi, agar bergerak cepat."Brengsek, awas kamu," batin Brandi kesal bukan main.Brandi dan tahanan lainnya di masukan di mobil khusus dan di kawal satu mobil jeep terbuka, yang berisi 4 serdadu, di dalam mobil tahanan di jaga dua serdadu bersenjata lengkap.Brandi mulai cari akal untuk membebaskan diri. “Inilah kesempatanku,” batin Brandi.Setelah 3 jam lebih, perjalanan mulai memasuki padang pasir, untung saja ini sore hari, sehingga panas matahari tidak begitu terasa.Brandi melirik ke 14 tahanan yang rata-rata berbadan kurus. Karena jeleknya menu yang di makan setiap hari terlihat mulai terkantuk-kantuk.Dua serdadu itu sama saja, tapi salah satunya malah sibuk main ponsel, walaupun mata mulai sepet.Tratt…tratt…tiba-tiba terdengar bunyi tembakan, hingga seluruh tahanan terjaga, termasuk dua serdadu tadi, yang kaget bukan kepalang, s
“Minum brother!” Mat Bani sodorkan minuman khas Palestina, yang di terima Brandi dan langsung di tengak sampai tersisa separu.“Kami sengaja cegat mobil tahanan itu, karena 7 orang tahanan ini anggota kami,” kata Mat Bani yang juga bilang sudah seminggu mereka pantau dan hari ini putuskan beraksi.“Terima kasih, kalau tidak ada kalian, mungkin aku sudah di masukan entah penjara yang mana lagi,” sahut Brandi.“He-he-he, kalian itu bukan di pindahkan ke tahanan lain, tapi akan di pindahkan ke alam akhirat alias akan di eksekusi. Makanya kami bergerak cepat dan tempat eksekusinya sudah dari tempat penghadangan tadi!” ceplos Mat Bani, hingga Brandi kaget bukan kepalang.“Bangsat betul…mending satu tahanan itu kita penggal lehernya, lalu jasadnya kita lempar ke jalanan Tel Aviv, biar mereka geger,” dengus Brandi marah bukan main.“Tenang brother, justru tahanan ini kita jadikan sandera untuk bebaskan rekan-rekan kita, termasuk sang pemimpin kelompok ini, namanya Tuan Ismail,” sahut Mat Bani
Setelah rencana sangat matang, 2 minggu kemudian Brandi dan Mat Bani, di iringi puluhan pasukannya mulai bergerak senyap mendekati markas musuh.Ini sebenarnya misi yang sangat tak mungkin alias mission impossible, pangkalan musuh mempunyai senjata berat dan jumlah pasukannya pun berkali-kali lipat di bandingkan pasukan Mat Bani ini.Namun nyali mereka bikin Brandi kagum juga, sangat nekat dan malah seperti sengaja cari mati.“Mati yang kami cari justru syahid, surga menanti,” kata Mat Bani seolah wakili suara hati anak buahnya.Brandi pun senyum saja dan tidak menjawab. Ibadahnya saja masih belang kambingan..!Kini dia dan ikut mobil jeep yang dulu di rampas dari pasukan zionis, mereka bergerak malam hari, agar tak ketahuan musuh yang punya peralatan tempur canggih.Bahkan lampu kendaraan pun sengaja di matikan, agar pergerakan senyap mereka tak terlihat. Namun Brandi kagum juga, mereka hapal jalan-jalan tikus yang pastinya tak akan di sangka-sangka pihak musuh. Begitu berjarak 3 kil
Saat itulah dia melihat ruangan bertuliskan Kolonel Rabin, tanpa ragu sedikitpun pintu ini dia dobrak dan saat itu ada dua orang serdadu yang langsung dia tembak mati.Brandi mengitari ruangan kerja yang mewah milik perwira zionis ini. Sang Kolonel Rabin tak berada di ruangan ini, ruangan kerjanya hanya di jaga anak buahnya.Duppp…satu orang yang terlihat bersembunyi di balik kursi Brandi tembak di kaki, dan serdadu ini terkaing-kaing minta ampun.“Mana kunci-kunci pesawat tempur kalian sembunyikan,” bentak Brandi dalam bahasa ibrani, hingga si serdadu ini sesaat melongo, tak menyangka musuh yang masuk ke ruangan ini pintar bahasa negeri mereka.“I-itu di lemari itu,” kata serdadu ini sambil meringis-ringis menahan sakit di kakinya.Sekali tembak, pintu lemari ini langsung jebol dan Brandi ambil semua kunci sekaligus.Dan saat itulah dia tersenyum sendiri, pistolnya yang di sita, juga dokumen dan ponsel miliknya ada di lemari ini, tanpa ragu dia masukan ke sebuah ransel.Saat itu di lu
Sukses hancurkan pangkalan militer pasukan zionis membuat seluruh pejuang berpesta. Tapi Tuan Ismail minta agar pesta jangan terlalu heboh, mengingat saat ini Palestina sedang hancur-hancuran di serbu pasukan zionis.Tentu saja hancurnya markas pasukan ini membuat geger seluruh dunia. Tapi di sambut gembira seluruh pasukan pejuang, Israel menderita kerugian yang tak sedikit.Ratusan pasukannya tewas, puluhan pesawat tempur dan tank-tank canggih jadi besi tua, belum lagi lenyapnya ratusan senjata canggih di gudang, yang berhasil pasukan Mat Bani ambil. Siapa pahlawan yang sanggup bajak pesawat F-16 pun jadi misteri...!Brandi sudah pesan pada Mat Bani dan Tuan Ismail, agar namanya jangan di sebar-sebar. Dua hari kemudian, pasukan zionis membabi buta serang kamp pengungsi sebagai aksi balas dendam, hingga Brandi yang tahu ini marah tak kepalang.Puluhan pengungsi yang tak berdosa jadi korban tewas. Peringatan tuan Ismail benar adanya, jangan terlalu larut dalam kegembiraan, past pasuk
Setelah koma hingga 4 hari, Ela mulai sadar dan Brandi lah yang pertama dia cari, tentu saja melihat anak angkatnya ada di samping ranjang perawatannya, Ela akhirnya lega dan ini mempercepat kesembuhannya.Dokter juga sudab berhasil angkat gumpalan kecil di kepala ibunya, sehingga Ela kini bisa kembali berkomunikasi dengan baik.Tapi Brandi kadang gerinyitkan dahi, ibunya keceplosan bilang 3 orang laki-laki menterornya, juga wajahnya mirip seperti orang Timteng.Brandi sengaja tak mau bertanya yang berat-berat, dia ingin ibunya sehat dulu. Tapi ucapan ibu angkatnya jadi pikiran Brandi. 5 hari kemudian, Ela sudah diperbolehkan pulang, barulah di rumah Brandi mulai bertanya pelan-pelan, apa yang terjadi sebelum tabrak lari itu.“Ibu di datangi lagi oleh 3 orang, wajah mereka kayak ada arab-arabnya, mereka tanya kamu berada. Ibu hanya bilang kamu ada di London, mereka tak percaya lalu marah-marah, tak lama kemudian terjadilah tabrak lari itu, saat ibu mau ke pasar!” kata Ela.“Bang, ini
“Bibi Uni…!” Brandi buru-buru mendekat dan kini ia menatap wajah anak kecil cantik kurus, yang heran melihatnya.“Brandi, kamu di sini? Ku dengar ibumu koma di rumah sakit, bagaimana kabarnya sekarang?” sahut Bibi Uni balas menyapa.“Sudah mulai baikan, oh ya…ini Oktaviani kan?” tanya Brandi lagi, Bibi Uni langsung mengangguk dan bilang inilah cucunya, sekaligus anak mendiang Audrey.Gadis manis kurus ini langsung berlindung di belakang neneknya, saat Brandi jongkok menatapnya dan ingin meraihnya.Bibi Uni membiarkan saja ulah Brandi, karena dia sudah tahu, kalau inilah ayah biologis cucunya. Rahasia yang hanya dia dan suaminya ketahui.Wajah Oktaviani sepintas mirip Audrey, tapi… bibirnya, juga matanya yang agak tajam, 100 persen mirip Brandi.Brandi sangat terharu dan merasa bersalah, sekian tahun baru kali ini bertemu lagi dengan Oktaviani, dulu bertemu tak sengaja saat anaknya ini belum genap 2 tahun usianya.“Oktaviani…ini papa?” kata Brandi dengan suara tercekat menahan keharuan
Viani tersenyum, wajahnya…sama persis dengan Audrey, hingga Brandi langsung peluk anaknya dan sesaat jadi pusat perhatian.Kenangan masa lalu dengan Audrey sesaat menyela batinnya.Bagaimana tidak, seorang pemuda tampan kokoh dengan pakaian ‘mewah’ memeluk anak kecil cantik yang pakaiannya mirip…pengemis.Brandi bahkan minta salah satu pelayan di mini market ini bantu anaknya, Viani ternyata hanya beli makanan ke sukaannya, Brandi lah yang minta anaknya beli sendal dan baju yang langsung diminta Brandi ganti di tempat ini juga.Usai belanja dan Paman Ando di observasi di rumah sakit, Brandi lalu ajak Bibi Uni dan Oktaviani makan di sebuah restoran, kemudian ajak keduanya jalan-jalan melihat perumahan mewah di kota ini.Bibi Uni tak bisa berkata-kata lagi, saat Brandi mampir di sebuah rumah mewah berharga hampir 1 miliaran dan di depannya ada plang bertuliskan di jual.“Viani suka nggak rumah ini?” tanya Brandi, sambil kontak nomor yang tertera di depan rumah ini.“Suka banget pah, asyi
Beberapa tahun kemudian…!Kita tinggalkan dulu kebahagian Brandi yang kini bina keluarga baru dengan Lula Safitri, istri keduanya dan pasangan ini makin bahagia setelah 3 bulanan kemudian Lula hamil anak pertama mereka, hanya setahun setengah kosong hamil lagi anak kedua.Kita kembali ke Kabupaten Batupecah, di sebuah SMP negeri. Ada satu orang yang punya hubungan istimewa dengan Brandi dan pastinya klan Hasim Zailani.Penampilan remaja tanggung kurus ini biasa saja, bajunya pun kadang lusuh jarang di gosok. Dia bahkan salah satu siswa ‘miskin’ di sekolah ini.Kelebihannya hanya dua, wajah ganteng dan tinggi badan menjulang, hampir 175 cm, di usianya yang baru jalan 15 tahunan. Serta kulitnya yang agak putih kekuningan.Baru juga akan menuju kelas, dia sudah dipanggil 3 orang, yang terkenal sebagai premannya di SMP ini.“Hei Chulbuy, ke sini kau!” bentak salah satu siswa itu. Dengan langkah takut-takut Chulbuy mendekat.“Mana uang saku kamu, kemarin kamu nggak nyetor, apa mau ku hajar
Lula terdiam mendengar dalang pembunuh Fanny adalah Greta, sepulang dari rumah sakit, Brandi menceritakan hal ini, lebih kaget lagi saat tahu Greta kini di rawat di rumah sakit jiwa.“Tak disangka ya Bang, Greta sampai tega dan kejam menyuruh dua eksekutor bunuh ka Fanny yang sedang hamil tua dan hampir saja juga bunuh Abang juga!” kata Lula geleng-geleng kepala, ingat kejadian di jalan tol, ketika dia dan Brandi di kuntit kedua pembunuh itu.“Yahh…mau gimana lagi, sudah takdir Tuhan. Tak terasa juga, bulan depan sudah haul yang pertama bayi kami dan Fanny,” sahut Brandi lirih.“Bang…selesaikan dulu hati Abang dengan Fanny…baru Abang lanjutkan niat untuk…?” Lula sengaja tahan kalimatnya.“Setelah haul yang pertama Fanny dan bayi kami, Abang akan melamar kamu!” kata Brandi tak ada keraguan lagi sambil menatap Lula, sekaligus lanjutkan kalimat terpotong Lula tadi.Lula menatap wajah Brandi, melihat kesungguhan di mata itu, tanpa ragu Lula mengangguk.Karena Lula pun tak mau munafik, seja
“Boleh Om lihat ibu kamu nggak di rumah sakit?” tanya Brandi sambil menatap wajah Radin, yang malah mengingatkannya dengan wajahnya saat kecil, agak mirip dirinya.“Tapi Om, jualan Radin belum habis, kan ini bikinan kak Sonya, dulu ibu yang ngajarin, modalnya banyak loh, hampir 100 ribuan!” sahut Radin polos.“Om yang borong semua jualan kamu, yuks kita ke rumah sakit, ikut mobil Om,” ajak Brandi lagi, kali ini Radin mengangguk, lucunya jaket denim Brandi masih tetap berada di bahunya.“Kamu suka jaket itu Radin?” tanya Brandi, sambi menatap ke bahu ke anak kecil ini.“Suka, eeeh maaf, ini Om jaketnya?” sahut Radin buru-buru kembalikan ke Radin yang sedang pegang setiran, kali ini dia duduk di depan dan Lula sengaja duduk di jok tengah, karena Radin jadi penunjuk jalan.“Nggak usah, simpan saja buat kamu, kan kamu bilang suka, Om masih punya banyak kok!” sahut Brandi lagi dan Radin langsung taruh lagi jaket besar ini di bahunya karena dia masih bocil.Sifat spontan dan polos Radin biki
Lula kaget sekali, namun dia membiarkan saja ulah Brandi yang kini mendekati ke 7 orang ini, justru yang dia khawatirkan adalah ke 7 orang tersebut...!Setelah berjarak hanya 3 meteran, Brandi berhenti dan menatap mereka satu persatu, tentu saja dahinya langsung bergerenyit melihat pemuda yang ‘naksir’ Lula juga ikut dalam rombongan pemuda, jadi pemimpinya pula.Padahal kemarin dia sempat salut dengan pemuda ini, tapi kini langsung pupus, apalagi gaya si pemuda hari ini berubah jadi songong.“Hei kamu orang kota, berani sekali ke sini tanpa lapor dengan kami, penguasa kampung ini,” bentak pemuda ini, sekaligus mengeluarkan sifat aslinya.Lula yang ada di dalam mobil Brandi pun sampai heran, kenapa pria yang naksir dengannya jadi begini sok jagoan.Padahal saat pedekati dengannya, pemuda yang bernama Billy ini sopan sekali dengannya, ternyata Lula kecele.“Oh begitu ya, jadi harus lapor dulu? Nah, aku terlanjur masuk ke kampung di sini, artinya aku hari ini sekalian saja lapor!” sahut B
“Aneh banget si Lula, masa uang pemberianku tak di pakai untuk membantu orang tuanya sendiri?” batin Brandi bingung sendiri dengan sikap Lula ini.Begitu ada kesempatan, Brandi yang penasaran pun ajak Lula bicara berduaan di teras depan. Bibi Mira dan dua adik kemenakannya masih di dalam rumah.“Lula….kenapa kamu tidak ambil uang pemberianku, malah…adikmu berhutang di sebuah warung, untuk beli lauk makan malam kita?” tanya Brandi penasaran.Lula terdiam sesaat, seakan mencari jawaban yang pas!“Bang…jangan marah yaa…jujur aku tak enak pakai uang pemberian Abang itu, terlalu besar dan…bikin aku seolah di beli saja!” sahut Lula.Brandi langsung kaget, tak menyangka Lula akan segitunya berpikir, lama-lama Brandi tersenyum dan tertawa kecil.“Kenapa sampai ada pikiran aku akan beli kamu?” tanya Brandi lagi.“Sekaya-kayanya seseorang, tak masuk akal Bang beri duit segitu besarnya, 30 miliar bukan angka main-main. Pasti ada ada udang di balik batu!” cetus Lula serius, hingga bikin Brandi mak
“Kenapa aku jadi cemen begini, selama janur kuning belum melengkung, artinya masih ada kesempatan,” gumam Brandi.Lalu dengan semangat yang tiba-tiba muncul, Brandi lanjutkan perjalanan menuju ke rumah Lula Safitri, hampir saja dia tadi akan balik lagi ke Jakarta.Baru saja sampai di sebuah tikungan yang menuju rumah Lula, pria muda yang bonceng Lula terlihat sudah pulang dan sempat berselisihan dengan mobil SUV mewah Brandi.Pria ini malah mengangguk hormat saat Brandi sengaja buka kaca mobilnya.“Pemuda yang baik dan sopan, juga lumayan ganteng!” batin Brandi memuji ‘cowok’ yang diyakininya sedang pedekati dengan Lula.Lula yang masih di halaman rumahnya tentu saja heran melihat mobil Brandi dan kini turun dari kendaraan ini.“Abang…tumben ke sini?” tanya Lula sambil sambut Abang angkatnya.“Aku hanya khawatir kalau-kalau kondisi ibu kamu makin memburuk, bagaimana sekarang kesehatannya?” Brandi sengaja berbasa-basi, sekaligus bikin alasan yang masuk akal.“Alhamdulillah makin baik Ba
“Abang Topan, kok diam sihh, eh Abang mau kemana, jangan tinggalin Greta Bang, papa dan mamii sudah mati, kenapa Abang malah ikutan pergiiiii, Greta takut Bangg, Greta kini sendiri, Abang Brandi juga tak peduli dengan Greta…Abangggg!”Tiba-tiba Greta menangis sesengukan, Brandi berbalik dan tak jadi pergi, dia lalu mendekat Greta lagi dan memeluknya erat.Matanya berkaca-kaca, Brandi sekaligus ingat ucapannya pada Greta dulu, saat masih di rumah sakit, setelah sakau di rumah orang tuanya.Dia kala itu janji akan menjaga Greta bak adik sendiri dan janji itu pun pernah dia ucapkan pada Mr M dahulu.Brandi lupa dengan janjinya ke gadis cantik yang malang dan salah didik sejaak kecil ini.Kini semuanya harus dia bayar mahal, Greta jadi gila begini dan istri tercintanya jadi korban, termasuk bayinya dengan Fanny."Ya Tuhann...ini semua salahku, andai dulu Greta ku jaga dengan baik, belum tentu Fanny dan bayi kami jadi korban, Greta hanya butuh perhatian," batin Brandi, sambil kejapkan mata
Brandi malah duduk termangu di sisi ranjang. “Benar kata Lula, aku tak boleh memanfaatkannya…!” batin Brandi sambil mengeluh, sulitnya lepaskan bayangan Fanny dari hati dan otaknya.Tapi sampai kapan dia dan Lula mampu bertahan, sedangkan Lula pernah berujar, hanya akan persembahkan tubuhnya pada suami, bukan pacar apalagi yang tak ada hati!Brandi hari ini berniat langsung ke Mabes Polri, dia ingin tahu bagaimana hasil penyelidikan pihak kepolisian terhadap dua orang yang tewas di mobil yang terbakar hebat tersebut di jalan tol.Tapi dia terpaksa menunda ke sana, saat ke Mabes lagi, banyak pekerjaan yang tak bisa di tunda. Di saat yang sama Lula menelpon ingin pulang kampung, karena ibunya sakit.Kali ini Lula tak perlu lagi memikirkan soal uang, Brandi secara royal langsung transfer hingga 30 miliaran buat Lula. Brandi juga berikan satu mobil mewah buat Lula pulkam ke Sukabumi.“Hmm…kalau gini caranya, aku pensiun dari model pun aman sampai ke anak cucu,” canda Lula sambil memeluk
Candaan Lula tak di tanggapi Brandi, hatinya belum terbuka untuk buka hati buat yang baru, dia beda dengan adiknya Aldot Hasim Zailani, yang cepat move on."Kalau putus, ya cari lagi yang baru Bang, buat apa pusing," itulah jawaban Aldot yang bikin Brandi hanya bisa hela nafas, walaupun dia memang nakal, tapi tak seperti adiknya ini.Brandi malah makin sayang dengan Lula, yang sudah dianggapnya adik sendiri, dia senyum saja dan membiarkan Lula makan sampai kenyang, hingga bersendewa saking kenyangnya.“Bang, kira-kira siapa mereka itu? Apakah ada kaitanya dengan pembunuh mendiang istri Abang?” tanya Lula, sambil ngelap mulutnya.“Ntahlah Lula, kita lihat saja nanti, adikku sedang menyelidikinya!” sahut Brandi sambil menatap gelas minumannya.“Yuks ku antar kamu pulang, ini sudah sore, mana macet lagi, besok saja kita cari rumah buat kamu!” ajak Brandi lagi, Lula mengangguk.Begitu sampai di kos milik Lula, Brandi kaget juga, kos milik Lula ‘sederhana’ saja. Sebagai serang super model