BERSAMBUNG
Brandi yang tertembak dan terjatuh secara cepat bergulingan, dia langsung berlindung di balik sebuah pot bunga.Tembakan Burak berikutnya tentu saja hancurkan pot bunga itu, tapi tidak mengenai Brandi.Bahu Brandi kini berdarah, lalu berbarengan dengan tembakan Aldot, ia juga lepaskan tembakan yang akurat ke orang yang di bidik.Kalau Aldot sasarannya ke Burak, Brandi sasarannya tepat ke dahi orang yang menodongkan pisau ke leher Yeni.Dorrr…dorr…!Dua tembakan serempak kedua orang ini tepat sasaran.Gantian Burak tersentak ke belakang, bahu tertembus dua peluru, sedangkan orang yang menodong Yeni dengan pisau langsung terbang ke akhirat.Yeni melongsor ke lantai pingsan!Tembakan jitu Brandi tepat kena dahi anak buah Burak. Sedangkan tembakan Aldot menghaja bahu Burak. Aldot memang sengaja tidak menuju ke tempat vital, tapi hanya melumpuhkan.Sisa 4 orang anak buah Burak langsung terkejut dan semuanya berlutut ke tanah, minta ampun sekaligus menyerah.Aldot kontak anak buahnya dan ju
“Cantik ya Bang si Marcia itu?” tanya Aldot spontan, yang bikin Brandi surprise, tiba-tiba saja Aldot panggil dia ‘Abang’.“Iya cantik…eh tumben kamu panggil aku Abang?” sela Brandi keheranan.“Iyalah, wong umur Abang lebih tua dari aku 1,5 tahunan,” sahut Aldot tertawa santai.Mereka kemudian berpisah, setelah Brandi bilang tak usah di antar, karena ia bilang masih ada yang di urus hari ini.“Abang pakai mobil milikku dulu, aku pakai mobil yang baru datang itu, mau Abang ambil juga tak apa, serius loh…!”Lalu Aldot letakan kunci mobil SUV-nya dan permisi menuju ke mobil miliknya yang lain, yang di antar anak buahnya di Mapolres Batupecah ke kafe ini.Tanpa menunggu jawaban Brandi, dia ngeloyor saja pergi, Aldot sebenarnya diam-diam juga sudah janjian dengan...Ria, sahabat Marcia.Brandi geleng-geleng kepala saja melihat gaya cuek perwira muda ini.“Benar-benar mirip tuan Brandon, enteng banget ngasih barang mewah, tu mobil tak beda jauh dengan harga mobil yang barusan ku beli dan di p
Marcia dengan telaten merawat luka di bahu Brandi, bukan satu malam mereka bersama tapi 2 malam 3 hari. Mulai sabtu sore hingga senin pagi.Brandi pun memutuskan akan ke Paris, dia tak mau menunda-nunda untuk cari tahu soal siapa pembunuh ibu kandungnya.Brandi bahkan kontak penyewaan private jet di Jakarta, untuk jemput dirinya di bandara perintis Batupecah, yang akan membawanya pulang ke Jakarta.Dia sudah pesan ke Marcia, agar mobilnya di antar ke rumah ibunya kalau kelak selesai.Marcia oke-oke saja dan bilang takut kelamaan dengan Brandi, kalau – kalau jalan ngesot. Brandi tertawa saja, ia juga pamit dengan Yeni yang kini dalam masa pemulihan.Aldot kaget juga saat tahu ‘saudaranya’ ini izin pamit via ponsel dan akan terbang ke Jakarta Selasa sorenya.“Masa cepat-cepat Bang, udah bosan yaa sama Yeni dan Marcia,” ejek Aldot, sehingga Brandi terkaget-kaget si perwira ini tahu kartunya, dan ia pun hanya bisa tertawa.Aldot tahunya dari Ria, karena baik Ria maupun Marcia tak ada yang
Dengan langkah tergesa-gesa, Brandi bopong tubuh Audrey ke IGD, Audrey pingsan setelah mengucapkan kata-kata tadi.“Dok, tolong segera lakukan tindakan medis, soal biaya aku yang jamin semua,” kata Brandi sambil meletakan tubuh Audrey di ranjang IDG rumah sakit swasta yang tak jauh dari kompleks perumahannya,Dokter yang jaga langsung mengangguk dan minta Brandi segera ke bagian admin, untuk urus pembayaran. Bagi ruamh sakit swasta mewah ini, bayaran nomor 1, soal menolong ntar dulu.Setelah bantarkan dana hingga 1 miliar, Brandi pun kini menunggu tim dokter yang malam ini juga lakukan tindakan medis pada Audrey. Uang memang pegang peranan!“Hmm…apapun kesalahannya, kamu akan berhadapan denganku Mr M,” dengus Brandi sambil mengepalkan tangan, waktu baginya terasa sangat lama menunggu kabar dari tim dokter.3 jam kemudian dokter tadi keluar dan menemui Brandi, lalu ajak ke ruang kerjanya. Agaknya ada sesuatu yang akan dia sampaikan.“Tuan Brandi, kerabat anda alami luka dalam yang lumay
Namun Brandi sengaja tidak mau membuka soal Oktaviani, anak Audrey, yang dikatakan wanita itu anak mereka.Ini akan jadi rahasiaku...dan Audrey, pikir Brandi, sambil menghela nafas panjang, tak menyangka hubungannya dengan Audrey membuahkan seorang anak perempuan yang kini sudah berusia hampir 5 tahunan.“Jadi…kamu akan ke Paris, untuk cari tahu pembunuh ibu kandungmu?” tanya Panjul terkaget-kaget.“Iya Njul…jadi begitulah riwayat aku, tolong ini dirahasiakan!” pinta Brandi, yang memang sengaja terbuka pada sahabatnya ini, tentang jati dirinya yang ternyata hanya anak angkat Ela dan Alfonso.“Baiklah Brandi, kamu memang harus tuntaskan soal ini. Soal Audrey, biarlah aku akan beritahu kelak ke ibunya, semoga nanti Bibi Uni bisa ke Jakarta dengan Oktaviani dan Audrey bisa sadar dari komanya,” kata Panjul lagi.Hari ketiga pasca Audrey koma, Brandi pun berangkat ke Paris gunakan pesawat komersil, dia juga sudah membantarkan lagi uang hingga 2,5 miliaran di rumah sakit ini, juga memberi Pa
Brandi pun jalan-jalan di kota mode ini, dia ingin menenangkan pikirannya yang mumets ini. Tak terasa, Brandi sampai di kantor kepolisian Paris, dia pun mampir.Tujuannya pastinya ingin tahu misteri kematian ibundanya.“Anda ingin cari tahu soal pembunuhan madam Puteri Zeremiah?’ tanya si polisi di bagian informasi. Brandi langsung mengangguk.“Anda…mending temui Brigader Jenderal Donovan, sebab beliaulah yang dulu itu menangani kasus itu!”Si polisi bagian informasi ini pun sebutkan kantornya, di markas besar kepolisan Prancis, yang berada di bawah kendali Kementerian Dalam Negeri negara ini.Menemui seorang jenderal polisi, Brandi kudu tahan sabar. Hampir 4,5 jam dia menunggu barulah ajudannya meminta dia masuk ke ruangan Brigjen Donovan.Pria sudah terlihat tua, rambutnya pun sudah habis dan kini tampil plontos, agaknya sebentar lagi akan segera pensiun.Setelah kenalkan diri, juga pangkat di angkatan penerbang, Brigjen Donovan langsung bertanya apa tujuan Brandi.“Whattsss…jadi kam
Brukkk…tubuh pingsan Brandi di lemparkan begitu saja di sebuah ruangan, pistol dan dompetnya di ambil mereka.Bahkan pakaiannya sengaja di lucuti, sehingga kini hanya tertinnggal celana boxer doang. Padahal ini lagi musim dingin dan cuaca Paris kini berada di angka minus 5 derajat celcius.Tangan dan kaki Brandi kini di ikat tali plastik yang sangat kuat, tangannya bahkan di telikung ke belakang.Byurrr….air yang dinginnya kalahkan es di guyurkan ke wajah Brandi, hingga pemuda ini gelagapan dan sadar dari pingsannya.Sesaat Brandi nanar dan lama-lama barulah dia tahu sekarang berada di ruangan yang tak begitu luas, di depannya sudah berdiri…Mr M, Chino Hamuk dan 3 anak buah mereka di belakang dan yang sengaja menculiknya setelah bertemu Jenderal Donovan, serta satu orang yang barusan menyiramkan air dingin tadi. “Bangsat sekali kamu Brandi, berani khianati aku dan juga acak-acak markas Chino Hamuk di Papua dan curi berton-ton emas putih, sekarang nyawa kamu tergantung jawabanmu,” den
Dua ekor anjing menyalak nyaring, seorang pemburu menatap keheranan kenapa anjingnya menyalak sangat nyaring.Dia pun buru-buru mendatangi kedua anjingnya dan alangkah kagetnya dia, saat melihat ada tubuh manusia membiru dan babak belur dalam kondisi pingsan.Saat mengecek dada orang ini yang tak lain adalah Brandi, pemburu ini menganggukan kepala. Dia lalu lepas jaketnya dan selimuti tubuh Brandi.Lalu dengan tenaganya yang kuat, dai pondong tubuh ini dan membawanya pergi dari sana.Pemburu ini tinggal di sebuah pondok yang tak terlalu besar di hutan perkebunan yang berjarak hampir 60 kilometeran dari Kota Paris.Hutan Guyana di Prancis ini memiliki luas hutan 7.500.000 hektar lebih. Guyana Prancis merupakan wilayah seberang laut Prancis yang memiliki banyak hutan.Istrinya kaget saat melihat suaminya datang-datang bawa tubuh orang tak di kenal dengan kondisi babak belur dan pingsan, hampir mati.“Ami, dia kutemukan di hutan itu, entah siapa orang ini, tapi orangnya masih hidup. Fisik
“Aku satu-satunya laki-laki Chulbuy, dua saudaraku cewek, aku anak bungsu!” aku Jhony bangga. Sehingga Chulbuy pun paham, kenapa si Jhony ini manja dan duitnya banyak.Bukan hanya Jhony, banyak lagi siswa-siswa lain yang duitnya banyak, dengan sukarela nyetor ke Chulbuy.Angkanya pun bervariasi, ada yang nyetor 100 ribu, 250 ribu, bahkan ada yang kayak si Jhony, nyetor hingga jutaan.Chulbuy beda dengan Torik Cs yang pasang tarif, Chulbuy hanya minta sukarela saja.Tapi mereka aman, tak ada yang berani bully mereka, kalau ada yang ngeyel dan tetap ganggu orang yang sudah nyetor, Chulbuy tak segan cari orang itu lalu menghajarnya.Dan kini makin di takutilah dirinya di sekolah tersebut, apalagi setelah dia duduk di kelas 9 atau kelas III SMP. Otomatis semua siswa baik kelas 7 dan 8 termasuk kelas 9 tak ada yang berani dengannya.Chulbuy tak sadar, tingkahnya tak ubahnya seorang preman, yang selalu minta upeti, kalau minta perlindungan dengannya.Tapi Chulbuy pegang janjinya, dia tak per
Ke 9 orang ini buru-buru cabut dompet masing-masing dan serahkan isinya ke Chulbuy.Yang tak mau menyerahkan atau hanya sebagian, kena tamparan keras di wajah oleh Chulbuy, sampai mata mereka berkunang-kunang, saking kerasnya tamparan tersebut.Chulbuy sudah berubah jadi ganas dan tanpa ampun. Ciutlah nyali ke 9 orang ini, ganasnya Chulbuy bikin mereka tak berkutik!Gegerlah sekolah ini, kedigjayaan Torik Cs siswa kelas 9, hari ini runtuh di tangan Chulbuy, si siswa kurus murid kelas 8-F dan selama ini dianggap sangat takut dan siswa cupu di sekolah mereka ini.Hebatnya lagi, itu dilakukan Chulbuy seorang diri, tidak main keroyok.Terkumpul lah uang dari ke 10 orang ini hampir 2,5 juta dan semuanya di rampas Chulbuy.Setelah itu, masih kurang puas, Chulbuy pun sempat-sempatnya menyepak perut mereka hingga makin terkaing-kainglah kelompok Torik ini.Benar-benar sebuah pelajaran yang amat keras dari si siswa cupu ini, yang berubah jadi ‘suhu’ mulai hari ini.Kabar ini menyebar kemana-man
Ibunya lagi-lagi tak bisa kirim duit, apalagi kini penyakt jantungnya sering kumat, sehingga tak segesit dulu menyadap karet, satu-satunya pekerjaan ibunya.Sehingga Chulbuy sering ‘mengharap’ belas kasihan sahabatnya ini, pas lagi hari ini dia tak punya ongkos ke sekolah.Torik Cs sudah menunggu-nunggunya di belakang sekolah setelah jam istirahat.Saat namanya di panggil Torik, wajah Chulbuy sudah muram dan murung. Tangannya mulai mengeras.Torik Cs yang masih anggap Chulbuy seperti dulu tertawa-tawa mengejek melihat kedatangan remaja tanggung ini.“Hei Chulbuy, kali ini tak ada alasan lagi, setor cepat uang sakumu,” bentak Torik, beberapa siswa lain langsung buru-buru pergi, apalagi saat ini genk Torik yang bulan depan akan lulus ini ngumpul hingga 9 0rang.Chulbuy yang sedang menahan luapan amarah diam saja, tapi saat dua orang anak buah Torik ingin rampas tas sekolahnya. Tiba-tiba dengan kekuatan penuh, hasil latihannya selama 9 bulanan ini, tangannya bergerak sangat cepat.Kedua
Beberapa tahun kemudian…!Kita tinggalkan dulu kebahagian Brandi yang kini bina keluarga baru dengan Lula Safitri, istri keduanya dan pasangan ini makin bahagia setelah 3 bulanan kemudian Lula hamil anak pertama mereka, hanya setahun setengah kosong hamil lagi anak kedua.Kita kembali ke Kabupaten Batupecah, di sebuah SMP negeri. Ada satu orang yang punya hubungan istimewa dengan Brandi dan pastinya klan Hasim Zailani.Penampilan remaja tanggung kurus ini biasa saja, bajunya pun kadang lusuh jarang di gosok. Dia bahkan salah satu siswa ‘miskin’ di sekolah ini.Kelebihannya hanya dua, wajah ganteng dan tinggi badan menjulang, hampir 175 cm, di usianya yang baru jalan 15 tahunan. Serta kulitnya yang agak putih kekuningan.Baru juga akan menuju kelas, dia sudah dipanggil 3 orang, yang terkenal sebagai premannya di SMP ini.“Hei Chulbuy, ke sini kau!” bentak salah satu siswa itu. Dengan langkah takut-takut Chulbuy mendekat.“Mana uang saku kamu, kemarin kamu nggak nyetor, apa mau ku hajar
Lula terdiam mendengar dalang pembunuh Fanny adalah Greta, sepulang dari rumah sakit, Brandi menceritakan hal ini, lebih kaget lagi saat tahu Greta kini di rawat di rumah sakit jiwa.“Tak disangka ya Bang, Greta sampai tega dan kejam menyuruh dua eksekutor bunuh ka Fanny yang sedang hamil tua dan hampir saja juga bunuh Abang juga!” kata Lula geleng-geleng kepala, ingat kejadian di jalan tol, ketika dia dan Brandi di kuntit kedua pembunuh itu.“Yahh…mau gimana lagi, sudah takdir Tuhan. Tak terasa juga, bulan depan sudah haul yang pertama bayi kami dan Fanny,” sahut Brandi lirih.“Bang…selesaikan dulu hati Abang dengan Fanny…baru Abang lanjutkan niat untuk…?” Lula sengaja tahan kalimatnya.“Setelah haul yang pertama Fanny dan bayi kami, Abang akan melamar kamu!” kata Brandi tak ada keraguan lagi sambil menatap Lula, sekaligus lanjutkan kalimat terpotong Lula tadi.Lula menatap wajah Brandi, melihat kesungguhan di mata itu, tanpa ragu Lula mengangguk.Karena Lula pun tak mau munafik, seja
“Boleh Om lihat ibu kamu nggak di rumah sakit?” tanya Brandi sambil menatap wajah Radin, yang malah mengingatkannya dengan wajahnya saat kecil, agak mirip dirinya.“Tapi Om, jualan Radin belum habis, kan ini bikinan kak Sonya, dulu ibu yang ngajarin, modalnya banyak loh, hampir 100 ribuan!” sahut Radin polos.“Om yang borong semua jualan kamu, yuks kita ke rumah sakit, ikut mobil Om,” ajak Brandi lagi, kali ini Radin mengangguk, lucunya jaket denim Brandi masih tetap berada di bahunya.“Kamu suka jaket itu Radin?” tanya Brandi, sambi menatap ke bahu ke anak kecil ini.“Suka, eeeh maaf, ini Om jaketnya?” sahut Radin buru-buru kembalikan ke Radin yang sedang pegang setiran, kali ini dia duduk di depan dan Lula sengaja duduk di jok tengah, karena Radin jadi penunjuk jalan.“Nggak usah, simpan saja buat kamu, kan kamu bilang suka, Om masih punya banyak kok!” sahut Brandi lagi dan Radin langsung taruh lagi jaket besar ini di bahunya karena dia masih bocil.Sifat spontan dan polos Radin biki
Lula kaget sekali, namun dia membiarkan saja ulah Brandi yang kini mendekati ke 7 orang ini, justru yang dia khawatirkan adalah ke 7 orang tersebut...!Setelah berjarak hanya 3 meteran, Brandi berhenti dan menatap mereka satu persatu, tentu saja dahinya langsung bergerenyit melihat pemuda yang ‘naksir’ Lula juga ikut dalam rombongan pemuda, jadi pemimpinya pula.Padahal kemarin dia sempat salut dengan pemuda ini, tapi kini langsung pupus, apalagi gaya si pemuda hari ini berubah jadi songong.“Hei kamu orang kota, berani sekali ke sini tanpa lapor dengan kami, penguasa kampung ini,” bentak pemuda ini, sekaligus mengeluarkan sifat aslinya.Lula yang ada di dalam mobil Brandi pun sampai heran, kenapa pria yang naksir dengannya jadi begini sok jagoan.Padahal saat pedekati dengannya, pemuda yang bernama Billy ini sopan sekali dengannya, ternyata Lula kecele.“Oh begitu ya, jadi harus lapor dulu? Nah, aku terlanjur masuk ke kampung di sini, artinya aku hari ini sekalian saja lapor!” sahut B
“Aneh banget si Lula, masa uang pemberianku tak di pakai untuk membantu orang tuanya sendiri?” batin Brandi bingung sendiri dengan sikap Lula ini.Begitu ada kesempatan, Brandi yang penasaran pun ajak Lula bicara berduaan di teras depan. Bibi Mira dan dua adik kemenakannya masih di dalam rumah.“Lula….kenapa kamu tidak ambil uang pemberianku, malah…adikmu berhutang di sebuah warung, untuk beli lauk makan malam kita?” tanya Brandi penasaran.Lula terdiam sesaat, seakan mencari jawaban yang pas!“Bang…jangan marah yaa…jujur aku tak enak pakai uang pemberian Abang itu, terlalu besar dan…bikin aku seolah di beli saja!” sahut Lula.Brandi langsung kaget, tak menyangka Lula akan segitunya berpikir, lama-lama Brandi tersenyum dan tertawa kecil.“Kenapa sampai ada pikiran aku akan beli kamu?” tanya Brandi lagi.“Sekaya-kayanya seseorang, tak masuk akal Bang beri duit segitu besarnya, 30 miliar bukan angka main-main. Pasti ada ada udang di balik batu!” cetus Lula serius, hingga bikin Brandi mak
“Kenapa aku jadi cemen begini, selama janur kuning belum melengkung, artinya masih ada kesempatan,” gumam Brandi.Lalu dengan semangat yang tiba-tiba muncul, Brandi lanjutkan perjalanan menuju ke rumah Lula Safitri, hampir saja dia tadi akan balik lagi ke Jakarta.Baru saja sampai di sebuah tikungan yang menuju rumah Lula, pria muda yang bonceng Lula terlihat sudah pulang dan sempat berselisihan dengan mobil SUV mewah Brandi.Pria ini malah mengangguk hormat saat Brandi sengaja buka kaca mobilnya.“Pemuda yang baik dan sopan, juga lumayan ganteng!” batin Brandi memuji ‘cowok’ yang diyakininya sedang pedekati dengan Lula.Lula yang masih di halaman rumahnya tentu saja heran melihat mobil Brandi dan kini turun dari kendaraan ini.“Abang…tumben ke sini?” tanya Lula sambil sambut Abang angkatnya.“Aku hanya khawatir kalau-kalau kondisi ibu kamu makin memburuk, bagaimana sekarang kesehatannya?” Brandi sengaja berbasa-basi, sekaligus bikin alasan yang masuk akal.“Alhamdulillah makin baik Ba