BERSAMBUNG
Kedua pemuda nekat ini sama-sama telak di hajar di punggung oleh orang-orang yang tak dikenal itu. Ada tulang yang retak di punggung keduanya.“Tenang sobat, setelah sembuh, kita akan gantian bikin mereka impoten, mereka sudah berani buka permusuhan dengan kita, maka mereka akan tanggung akibatnya kelak,” bisik Aldot, ada dendam membawa di wajah perwira polisi ini.Brandi hanya menatap saja dan mengangguk. Karena dia pun sama, akan bikin perhitungan dengan musuh-musuhnya ini.Brandi lalu ceritakan tentang dua preman di Kampung Taruing, yang berniat akan habisi Aldot, pemuda ini malah tidak kaget. “AKP Aldot, siapa kira-kira musuh kamu kali ini?” tanya Brandi penasaran, sebab dia tak tak tahu apa-apa malah kini hampir jadi korban ke ganasan orang-orang yang tak di kenal tersebut.“Aku curiga, mereka ini anak buahnya kepala Kampung Taruing, yang bernama Burak. Aku pernah nolak uang sogokan dari mereka, sehingga mereka marah, ada lagi orang kuat di belakangnya, seorang Dirut di perusahaa
Setelah bertelponan dengan Marcia, Brandi yang ingin berganti pakaian sengaja buka-buka lemari pakaian lama di kamarnya ini.Brandi memang tak bawa pakaian banyak kalau pulkam, sebab pakaiannya masih banyak di rumah ibunya ini dan rak satupun dia bawa ke rumahnya Jakarta.Selama ini pakaiannya tersebut tak pernah di buka siapapun, termasuk ibunya, tetap tersimpan rapi, bahkan agak bau apak, karena lama tak di bongkar.Saat menarik celana pendeknya yang berada di lipatan paling bawah, Brandi heran melihat ada sebuah amplop surat yang sudah berubah warnanya saking lamanya.“Surat apa ini?” batin Brandi heran sendiri, sambil menarik amplop coklat itu.Setelah memasang celananya yang masih pas di pinggang, Brandi lalu bolak-balik surat ini, kemudian ia buka perlahan.Sebuah surat lumayan panjang yang di tulis Bibi Maya dengan rapi dalam Bahasa Inggris…!“Dari Maya, buat Ela dan Alfonso…Surat ini sengaja aku buat, sesuai pesan dari ibunda Brandi, Putri Zeremiah, yang ajaib sekali bisa sada
Zafera tentu saja sangat kecewa berat dan dia merengut saat vidcall dengan Brandi.Brandi tertawa kecil dan berkata kelak Zafera liburannya ke Indonesia saja.“Pokoknya aku janji, akan jadi pengawal kamu selama di sini, aku traktir pokoknya, kamu bawa badan saja yaahh…!” janji Brandi, untu obati rasa kecewa si cantik ini.“Tapi kalau bawa badan, pulangnya nggak berbadan dua kan?” canda Zafera, sehingga Brandi tertawa berderai, paham Zafera mulai memancingnya, yang di pancing pun juga langsung nyamber ajeee kayak lele lapar!“Nggak janji yaahhh…!” sahut Brandi, hingga Zafera langsung mencebi, sambil buka dikit celana pendeknya, hingga mata Brandi melotot, karena Zafera tak pakai daleman.“Amboiii…indahnya,” ceplosnya nakal, dan blup…vidcall pun di tutup Zafera. Brandi pun pusing sendiri. "Tahu gini waktu di Dubai ku 86 kan saja sekalian," gumam Brandi tertawa sendiri. Paginya…!Brandi mulai latih otot-ototnya terutama bagian punggung, dia juga sengaja berlari kecil memutari kampungny
Baru saja akan permisi dengan Aldot di ruang kerja sang Kasatreskrim ini, ponsel Brandi berdering, penelponnya Yeni. “Iya Yen ada apa?”“Whatss…kamu mau di culik anak buah Burak? Baik kamu tenang saja, aku akan ke sana, ke rumahmu sekarang juga!” sahut Brandi dengan agak terburu. “Ada apa bro?” tiba-tiba saja Aldot sudah berdiri di sampingnya.“Rumah Yeni di datangi anak buah Burak, katanya dia mau di culik!” sahut Brandi.“Yeni…mantan istrinya mendiang Syamsudin?” tanya Aldot kaget, sekaligus heran, karena Brandi kenal baik dengan wanita yang sempat jadi target Aldot untuk di selesaikan alias di aja bobo bareng.Tanpa ragu Brandi mengangguk.‘Aku ikut,” sahut Aldot dan Brandi pun tak keberatan, berangkatlah dua orang ini, yang sebenarnya belum sembuh 100 persen dari cedera punggung, setelah di hajar orang-orang tak di kenal, yang sampai kini terus di buru Aldot.“Jadi….si Yeni sudah tes mesin nih dengan kamu?” kelekar Aldot, sambil tertawa kecil dan duduk di samping mobil SUV 4X4 in
Brandi yang tertembak dan terjatuh secara cepat bergulingan, dia langsung berlindung di balik sebuah pot bunga.Tembakan Burak berikutnya tentu saja hancurkan pot bunga itu, tapi tidak mengenai Brandi.Bahu Brandi kini berdarah, lalu berbarengan dengan tembakan Aldot, ia juga lepaskan tembakan yang akurat ke orang yang di bidik.Kalau Aldot sasarannya ke Burak, Brandi sasarannya tepat ke dahi orang yang menodongkan pisau ke leher Yeni.Dorrr…dorr…!Dua tembakan serempak kedua orang ini tepat sasaran.Gantian Burak tersentak ke belakang, bahu tertembus dua peluru, sedangkan orang yang menodong Yeni dengan pisau langsung terbang ke akhirat.Yeni melongsor ke lantai pingsan!Tembakan jitu Brandi tepat kena dahi anak buah Burak. Sedangkan tembakan Aldot menghaja bahu Burak. Aldot memang sengaja tidak menuju ke tempat vital, tapi hanya melumpuhkan.Sisa 4 orang anak buah Burak langsung terkejut dan semuanya berlutut ke tanah, minta ampun sekaligus menyerah.Aldot kontak anak buahnya dan ju
“Cantik ya Bang si Marcia itu?” tanya Aldot spontan, yang bikin Brandi surprise, tiba-tiba saja Aldot panggil dia ‘Abang’.“Iya cantik…eh tumben kamu panggil aku Abang?” sela Brandi keheranan.“Iyalah, wong umur Abang lebih tua dari aku 1,5 tahunan,” sahut Aldot tertawa santai.Mereka kemudian berpisah, setelah Brandi bilang tak usah di antar, karena ia bilang masih ada yang di urus hari ini.“Abang pakai mobil milikku dulu, aku pakai mobil yang baru datang itu, mau Abang ambil juga tak apa, serius loh…!”Lalu Aldot letakan kunci mobil SUV-nya dan permisi menuju ke mobil miliknya yang lain, yang di antar anak buahnya di Mapolres Batupecah ke kafe ini.Tanpa menunggu jawaban Brandi, dia ngeloyor saja pergi, Aldot sebenarnya diam-diam juga sudah janjian dengan...Ria, sahabat Marcia.Brandi geleng-geleng kepala saja melihat gaya cuek perwira muda ini.“Benar-benar mirip tuan Brandon, enteng banget ngasih barang mewah, tu mobil tak beda jauh dengan harga mobil yang barusan ku beli dan di p
Marcia dengan telaten merawat luka di bahu Brandi, bukan satu malam mereka bersama tapi 2 malam 3 hari. Mulai sabtu sore hingga senin pagi.Brandi pun memutuskan akan ke Paris, dia tak mau menunda-nunda untuk cari tahu soal siapa pembunuh ibu kandungnya.Brandi bahkan kontak penyewaan private jet di Jakarta, untuk jemput dirinya di bandara perintis Batupecah, yang akan membawanya pulang ke Jakarta.Dia sudah pesan ke Marcia, agar mobilnya di antar ke rumah ibunya kalau kelak selesai.Marcia oke-oke saja dan bilang takut kelamaan dengan Brandi, kalau – kalau jalan ngesot. Brandi tertawa saja, ia juga pamit dengan Yeni yang kini dalam masa pemulihan.Aldot kaget juga saat tahu ‘saudaranya’ ini izin pamit via ponsel dan akan terbang ke Jakarta Selasa sorenya.“Masa cepat-cepat Bang, udah bosan yaa sama Yeni dan Marcia,” ejek Aldot, sehingga Brandi terkaget-kaget si perwira ini tahu kartunya, dan ia pun hanya bisa tertawa.Aldot tahunya dari Ria, karena baik Ria maupun Marcia tak ada yang
Dengan langkah tergesa-gesa, Brandi bopong tubuh Audrey ke IGD, Audrey pingsan setelah mengucapkan kata-kata tadi.“Dok, tolong segera lakukan tindakan medis, soal biaya aku yang jamin semua,” kata Brandi sambil meletakan tubuh Audrey di ranjang IDG rumah sakit swasta yang tak jauh dari kompleks perumahannya,Dokter yang jaga langsung mengangguk dan minta Brandi segera ke bagian admin, untuk urus pembayaran. Bagi ruamh sakit swasta mewah ini, bayaran nomor 1, soal menolong ntar dulu.Setelah bantarkan dana hingga 1 miliar, Brandi pun kini menunggu tim dokter yang malam ini juga lakukan tindakan medis pada Audrey. Uang memang pegang peranan!“Hmm…apapun kesalahannya, kamu akan berhadapan denganku Mr M,” dengus Brandi sambil mengepalkan tangan, waktu baginya terasa sangat lama menunggu kabar dari tim dokter.3 jam kemudian dokter tadi keluar dan menemui Brandi, lalu ajak ke ruang kerjanya. Agaknya ada sesuatu yang akan dia sampaikan.“Tuan Brandi, kerabat anda alami luka dalam yang lumay
“Tenang honey, dia akan bikin kamu klimaks, pokoknya permainan dia itu 2X lebih hebat dari kami,” sahut Zoona tertawa berderai.“Biar tuan semangat sebelum bertempur, kan kalau belum muncrat laharnya, pasti puyeng pala peang, ya kannn?” sambung Iqaala, lalu gantian tertawa berderai dan diikuti Zoona.Ryan hanya bisa senyum mesem mendengar candaan kedua wanita cantik ini, yang tadi malam dia hajar sampai nyerah.“Zoona, Iqaala benarkah baru-baru ini ada turis dari Thailand yang di sandera?” tanya Ryan hati-hai agar keduanya tak curiga.“Waah nggak tahu aku, agaknya cocok deh tuan tanyakan ke si barbie, kan dia tinggal bersama tuan Al Tahyan di istana-nya. Pasti dia tahu, atau setidaknya mengetahui kalau ada kejadian begitu!” ceplos Zoona lagi.Iqaala pun sama, agaknya kali ini keduanya tak berbohong dan Ryan tak ingin memaksa.Dan Zoona serta Iqaala benar-benar pamit, dengan alasan tak sanggup lagi ladeni keperkasaan Ryan yang di luar nurul ini.Ryan membiarkan keduanya pamit, ia tak m
Ryan dan Balang diam-diam kembali bertemu di sebuah tempat yang tak menyolok, tentu saja Zoona dan Iqaala yang masih minta rehat setelah di hajar Ryan tak tahu.Ryan juga sadar, selain menemaninya, keduanya juga tugas ganda, mengamati dirinya, untuk selalu di laporkan ke tuan besarnya Al Tahyan Farisi.Mendengar semua kisah Ryan, Balang dengan wajah serius bilang, kelompok Abu Jenaya justru kelompok yang perjuangkan Palestina merdeka.“Dari informasi yang ku dapat di lapangan, salah satu kelompok yang paling sulit di hadapi pasukan zionis dan kelompok yang mereka bayar, kelompok Abu Jenaya menduduki urutan teratas yang wajib di basmi.”Balang lalu kisahkan sepak terjang kelompok pejuang ini, yang dikatakan sangat di dukung warga Palestina, terutama di wilayah pendudukan zionis.“Mereka sering bikin pasukan zionis kocar-kacir, kelompok ini bak hantu, serang dan kabur dan jumlah mereka juga sangat misterius. Ada yang bilang hanya puluhan, ada lagi yang bilang ratusan hingga ribuan mili
Ryan senyum sinis melihat Zoona dan Iqaala kini ngorok halus…kecapekan!Permainan cinta ganas dan panas hingga berjam-jam, membuat keduanya kini lunglai dan minta istirahat, Ryan pun mengiyakan. Walaupun belum klimaks tapi Ryan tak berminat meneruskan."Badan sih oke, denok...itunya dah pada longgar, untung saja punyaku king size. Kalau standar Indonesia, apa rasanya...? Numpang lewat doangggg!" gumam Ryan lalu tertawa sendiri sambil menatap perabotan Zoona dan Iqaala dan menutupi tubuh keduanya dengan selimut.Kini dia sudah paham apa yang harus dilakukan, keterangaan kedua wanita ini bagi Ryan sudah lebih dari cukup.Misi korek keterangan kini sukses, selanjutnya diam-diam dia kontak Balang dan keduanya pun berbicara serius via telpon."Aku lagi patroli dengan pasukan PBB Bang, nanti setelah agak longgar kita ketemuan," sahut Balang di seberang telpon. Ryan lalu beristirahat di kamar satunya, dia pun sebenarnya kelelahan, tapi karena fisiknya kuat ia pun tidak terlalu capek-capek
Begitu sampai kembali ke kamar vila, Zoona dan Iqaala yang agak mabuk tak sungkan lagi memeluk tubuh kokoh Ryan.Sebenarnya keduanya tak mabuk-mabuk amat, hanya di buat-buat saja, agar tubuh mereka bisa di pegang Ryan.Ryan yang masih ‘normal’ membiarkan saja ulah keduanya, ia malah sengaja gerayangi tubuh keduanya, sehingga makin blingsatanlah keduanya.“Kedua bidadari Abang itu bisa di manfaatkan, nggak perlu Abang repot memata-matai tuan Al Tahyan,” itulah pesan Balang yang di ingat Ryan.Sehingga Ryan pun kini mulai sengaja bersikap nakal.Iqaala bahkan tak ragu mencopoti semua pakaiannya, juga setengah memaksa melepas pakaian Ryan, yang saat ini memakai celana jeans dan kaos, yang sore sebelumnya sempat beli di sebuah toko pakaian tak jauh dari vila ini.Begitu Ryan hanya kenakan CD doang, keduanya sampai berseru wow melihat body Ryan yang bersekal-sekal dan kokoh ini, makin leleran lagi melihat torpedo Ryan yang sudah menonjol di balik CD tipis-nya ini.“Amazingggg…sizenya…!” se
Apa yang di katakan Zoona dan Iqaala benar adanya, tempat dugem di sini tak kalah dari yang ada di Jakarta.Pengunjung pun juga membludak dan tempat ini terlihat penuh pengunjung.“Ahh bodohnya aku, Lebanon kan warganya campuran, letaknya juga sudah mendekat Barat, tak aneh gaya mereka ke barat-baratan, nggak jauh beda dengan di Indonesia,” batin Ryan.Ryan melihat Zoona dan Iqaala sedanga asyik ‘ajojing’ ria berbaur dengan pengunjung lainnya. Ryan menolak diajak goyang, dia beralasan masih capek. “Dua wanita Beirut yang menggairahkan, sayang kalau di lewatkan!”Kaget bukan main Ryan, tiba-tiba ada yang bicara begitu gunakan Bahasa Indonesia pula. Refleks dia menoleh dan senyumnya langsung sumringah.“Balang Hasim Zailani…!” seru Ryan, tak menyangka akan bertemu si tampan cool ini.Keduanya tanpa di duga saling berpelukan erat, entah kenapa bertemu Balang di sini Ryan seolah bertemu adik sendiri.“Bang kita ngobrol di luar yuks…biarkan saja dua bidadari Abang di sana, suara musik je
Ryan, pura-pura tak menggubris pandangan kagum kedua wanita jelita ini, dia ingin istirahat di kamar lumayan mewah di vila ini.Namun…gangguan itu datang lagi, tanpa Ryan duga, Zoona dan Iqaala juga kini berganti baju santai, yakni kaos ketat dan celana pendek, tak lagi berbaju ala militer.Lekak lekuk tubuh keduanya membuat mau tak mau Ryan melirik juga, tapi dia tak mau menunjukan kebangorannya.Ryan hanya hela nafas panjang, karena hatinya masih teringat Fareeha dan…aslinya belum puas untuk balas dendam, hawa membunuhnya sangat kuat saat ini. Kenapa tiba-tiba dia mau bertemu kelompok ini, awalnya Ryan mengira mereka ini kelompok perjuangan yang all out melawan pasukan zionis, namun kini dia mulai meragu.Apalagi diapun sadar diri, tak bisa sendirian melawan pasukan musuh yang miliki pasukan terlatih bersenjata lengkap.Dia butuh rekan seperjuangan yang lebih besar dari kelompok Abu Shekar, yang hanya miliki pasukan ratusan orang saja.“Aku akan bersabar minimal seminggu, kalau tid
Akhirnya mereka tiba di sebuah tempat yang di jaga ratusan orang berseragam ala tentara, inilah milisi yang di katakan Syarif tadi.“Jumlah anggota kami yang aktif dan resmi 3.500 an orang tuan Ryan dan yang tak resmi hampir 10.000 an orang, pemimpinnya Tuan Al Tahyan Farisi,” cerita Syarif.Kaget juga Ryan, artinya milisi ini bukan milisi biasa, banyak sekali anggotanya. Seragamnya pun tak ubahnya militer resmi pemerintahan.Ryan di sambut langsung sang pimpinan milisi Tuan Al Tahyan Farisi dan dua pembantu utama yang menunggunya di halaman markas milisi ini.Pria ini miliki brewok dwi warnanya lebih lebat dari milik Ryan dan tubuhnya agak tambun, tinggi badannya hampir sama dengan Ryan.Pakaiannya juga ala militer, lengkap dengan pistol nya di pinggang, bahkan ada tanda dua bintang di pakaianya ini, yang artinya Al Tahyan seorang pria berpangkat Inspektur Jenderal.Seorang pria gagah, walaupun Ryan taksir usianya pasti di atas 55 tahunan.“Akhirnya orang yang kami tunggu-tunggu datan
Trakk…trakk…! Senjata terkokang.4 serdadu yang berjaga di pos langsung todong mobil Ryan yang berjalan perlahan menuju ke gardu pos ini.Ryan tersenyum sinis, lalu secepat kita dia cabut pistolnya.Dupp…dupp..dupp…dupp!Empat tembakan beruntun dari pistol berperedam lagi-lagi milik Mayor Ehud yang juga ia pergunakan dulu untuk menyendera Letna Elita kini makan korban, empat serdadu itu tewas tanpa sempat berteriak.Tembakan Ryan yang di puji Suhail sangat lihai membidik ini tepat bersarang di wajah ke 4 serdadu zionis itu, yang di tembak dari jarak dekat.Tanpa turun dari mobilnya, Ryan terus jalankan mobilnya dan kini sudah berada di halaman kantor militer sekaligus merangkap mess ini.Ryan turun dari mobil, lalu menuju ke pintu depan yang di jaga dua serdadu dengan mata terkantuk-kantuk sedang duduk sambil sesekali minum bir.“Heiii siapa kaa…arghhhh!Suara si serdadu ini hilang berikut nyawanya, rekannya juga bernasib sama, lagi-lagi kepala yang Ryan bidik dari jarak dekat.Ryan
Ryan yang murka pun ikut lepaskan berondongan tembakan, tapi semua itu sia-sia belaka. Pesawat-pesawat tempur itu terbang lumayan tinggi dan bermanuver di udara.Abu Shekar perintahkan semua orang kabur sejauh-jauhnya dari tempat ini, karena pesawat-pesawat tempur terus memuntahkan rudal-rudal balistiknya.“Ryan ayoo kita pergi,” Suhail menarik lengannya.“Bagaimana dengan istriku Fareeha!” Ryan menolak pergi, ia masih cemas memikirkan nasib Fareeha.“Dia mungkin sudah pergi juga mengungsi ke tempat aman, ayoo sebelum terlambat,” desak Suhail.Mau tak mau Ryan pun ikuti semua orang pergi sejauh-jauhnya dari tempat ini. Api makin berkobar hebat bakar semua tenda pengungsian ini.Sepanjang jalan mata Ryan terus mencari-cari sosok istrinya, tapi sampai jauh pergi, tidak terlihat keberadaan Fareeha.“Fareeha di mana kamu sayang…!” batin Ryan makin cemas saja.Setelah hampir 2,5 jam menjatuhkan bom-bom-nya, 3 pesawat zionis ini menghilang di atas langit yang gelap.Berangsur-angsur para pen