Loyd memanfaatkan kesempatan itu dan berguling ke depan, raksasa itu mengangkat kapaknya dan memukul tombak itu, membuat Ruffus dan senjatanya melayang. Namun kali ini, dampaknya membuat Ruffus melayang lebih dari seratus meter jauhnya. Dia terjatuh ke tanah dan darah mengalir keluar dari sudut bibirnya.Jleb!Sementara itu, Loyd menusuk selangkangan raksasa itu dengan pedangnya. Apakah itu tindakan yang tercela? Memang. Namun, ini adalah pertarungan hidup atau mati, jadi Loyd punya lebih dari cukup alasan untuk menusuk permata keluarga raksasa itu!Pedang Loyd menancap beberapa inci lebih dalam dari sebelumnya, tetapi tetap saja tersangkut.Loyd tercengang melihat pemandangan itu. ‘Apa-apaan ini?! Bagaimana bisa benda itu tersangkut di sana?’Pikiran Loyd terhenti karena energi mengerikan yang berada di atasnya. Loyd melepaskan pedangnya dan berguling menjauh, menghindari serangan kuat raksasa itu. Dia menjentikkan jarinya dan menciptakan pedang dari energi pedang. Sayangnya, energi
Raksasa itu berbalik dan mengayunkan kapaknya ke arah Ruffus.Bugh!BAAM!Terdengar ledakan keras lagi saat Ruffus terlempar sejauh lebih dari seratus lima puluh meter dengan tombaknya patah di satu bagian. Dia jatuh ke tanah dan berguling-guling, dan dia langsung kejang-kejang saat darah mengalir terus menerus dari mulutnya. Sementara itu beberapa energi pedang menyerang tenggorokan raksasa itu tanpa henti. BAAM!BAAM!BAAM!Kembali terdengar suara ledakan yang bergema dengan keras di sana, dan luka menganga akhirnya muncul di leher raksasa itu. Raksasa itu terhuyung mundur, dan tampaknya akhirnya menyadari bahwa dia dalam bahaya.Loyd sangat gembira melihat pemandangan itu, dan dia buru-buru berteriak. “Ruffus, alihkan perhatiannya! Aku akan menghabisinya!”Suara Ruffus bergetar, dan dia nyaris tak bisa berteriak. “A-aku seorang pendekar tombak, bukan seorang kultivator!”Raksasa itu murka karena menderita luka parah, dan dia menyerang Loyd dengan gila. Ekspresi Loyd berubah, dia b
Wanita itu adalah sosok ilusi, dan dia mengenakan gaun hijau, dan terlihat sebuah pedang ada di punggungnya. “Seorang pendekar pedang?” lirih Loyd dengan wajah penuh keterkejutan.Wanita itu berjalan mendekati mereka berdua, dia menatap mereka dalam-dalam sebelum tersenyum. “Apakah kalian berdua bekerja sama untuk menyelesaikan lantai ini?”Loyd mengangguk. “Y-ya!”Wanita itu menatap Loyd dan Ruffus sebelum berkata. "Kalian hebat sekali. Aku akan menjadikan kalian berdua sebuah tim, dan kalian berdua adalah penakluk kedua dari lantai kesembilan."“Sebuah tim?” Ruffus dan Loyd menegang. “Kedua?!”Ruffus berdiri dan bertanya. “Siapa yang pertama?”Wanita itu tersenyum dan berkata, “Dia adalah wanita bernama Salvatrix, seorang Nona Muda dari Benua Arkan. Dan dia berhasil melewati lantai sembilan sendirian! Dia juga seusia dengan kalian berdua saat itu, sekitar dua puluh tahun.”Wajah Loyd dan Ruffus berubah muram. Kegembiraan yang mereka rasakan setelah berhasil melewati lantai sembilan
"Ugh!"Terdengar suara lenguhan kesakitan, Loyd Saloum, terbelalak saat melihat wanita di hadapannya tiba-tiba memukulnya dengan kuat.BAAM!Di sebuah bukit, tepatnya perbukitan yang sering kali disebut Gunung Syrena.BRAK!Kembali terdengar suara dentuman yang kedap, wanita itu mengalirkan energi Qi miliknya dengan kuat pada telapak tangannya. Lalu, satu detik kemudian, dari telapak tangannya muncul cahaya api merah yang menyala-nyala. Dalam gemuruh kedap, Loyd Saloum, yang terkejut, telah dipukul oleh wanita itu dengan seluruh kekuatannya. Dia terlempar beberapa meter jauhnya dan jatuh di bawah sebuah pohon yang sudah usang dengan wajah pucat.Loyd berjuang untuk bangun, dia mengusap darah segar yang mengalir dari sudut mulutnya dengan tangan, raut wajahnya penuh keterkejutan dan memandang dengan tak percaya.'A-apa yang terjadi?!' Loyd mengernyitkan keningnya, dia berdiri dengan tegap sekuat tenaga, lalu berteriak dengan suara bergetar. "Hina …." Raut wajahnya penuh dengan keterkej
Loyd Saloum, yang saat ini menggunakan sebuah jubah berwarna merah dengan lambang naga di setiap jahitannya, dengan raut wajah kebingungan, pria itu terbangun. Dia hanya bisa merasakan sakit kepala yang luar biasa, dada dan perutnya merasa seperti ditusuk jarum. Dengan sulit dia membuka matanya, dan menemukan dirinya sedang berbaring di atas sebuah tempat tidur besar yang familiar. Ruangan itu terlihat megah dengan dekorasi seperti pada jaman kekaisaran kuno, hal ini menandakan Loyd Saloum merupakan seorang Tuan Muda dari keluarga kaya raya maupun kerajaan. “Huhuhu ….” Mendengar suara isakan di telinganya, Loyd perlahan-lahan memalingkan kepalanya, dan melihat seorang wanita berpakaian panjang, sedang duduk di tepi ranjang, seorang diri menangisi kesedihannya. "Violen?" Loyd memanggil sosok wanita itu dengan suara lemah dan tidak berdaya. Mendengar suara itu, Violencia—Pelayan Pribadi—terkejut sejenak, dia segera mengangkat kepalanya. Melihat Loyd yang akhirnya sadar, dia segera m
Vincent Saloum, pria paruh baya yang berusia sekitar empat puluh tahun, meskipun dia sudah menginjak kepala empat, tapi tubuhnya besar dan tinggi. Dia sedang duduk dengan raut wajah yang risau di atas singgasananya. Pria paruh baya itu memiliki wajah yang tegas dan terlihat berwibawa seperti seorang pemimpin. Namun, wajahnya tampak tidak begitu baik, matanya penuh dengan ekspresi kekhawatiran. Terpampang dengan jelas bahwa di hari-hari ketika Loyd pingsan, dia sudah mengalami tekanan berat sampai-sampai kepalanya seperti mau pecah. Dia sedang memohon kepada Hina, tapi mendadak mendengar suara Loyd, dia mengangkat kepalanya melihat ke arah pintu masuk. Vincent segera menunjukkan senyum gembira, kekhawatiran di hatinya akhirnya pudar. "Loyd, akhirnya kamu bangun!" Loyd memasuki ruangan, menatap dingin ke arah Hina, dan melirik dua tetua keluarga Rosewood di belakangnya. Melihat Loyd datang, Hina dengan ekspresi dingin di wajahnya, berkata dengan nada suara yang dingin. "Loyd,
Setelah Loyd kembali ke kamarnya, dia mendapati Violencia yang mengikutinya. “Violen, aku mohon padamu, aku ingin tinggal sendiri untuk beberapa waktu!”Mendengar itu, Violencia hanya bisa terdiam lalu meninggalkan kamar dan menutup pintu.Loyd berjalan ke arah jendela, menatap sosok wanita yang berjalan pergi meninggalkan kediamannya dengan langkah yang dingin. Dengan wajah penuh rasa kesal, amarah dan dendam. Dia mengambil sebuah lilin lampu dan membakar surat perjanjian pernikahan itu.Kemudian Loyd duduk bersila di atas tempat tidur, memeriksa luka dan kekuatan dirinya sendiri. Di dalam alam bawah sadarnya, dia mencoba menggerakkan tenaga dalamnya, tetapi dia menemukan bahwa tidak ada sedikit pun tenaga dalam di tubuhnya. Bahkan, rasa sakit yang seperti terobek-obek terasa dari area nadinya.Setelah mencoba beberapa kali secara berturut-turut, wajahnya berubah menjadi pucat karena rasa sakit, dan keringat dingin mengalir deras di keningnya. Dia harus menerima kenyataan, seperti ya
[Makam Dewa Pedang.] Tertulis dengan jelas di atas sebuah prasasti pedang itu. "Makam Dewa Pedang? Apakah ini sebuah kuburan?" Hati Loyd merasa tercekit, dia memikirkannya dalam hati. ‘Tidak heran, tempat ini tampak begitu sepi dan suram, juga dipenuhi dengan aura kematian!’ "Ada yang disebut sebagai Dewa Pedang? Lalu, seberapa besar kekuatan yang dimilikinya?" Loyd mengernyitkan keningnya. Pemuda itu tidak bisa memahami, apa sebenarnya tingkat kekuatan yang disebut dengan gelar sang Dewa Pedang. Tapi dia bisa menebak, makam Dewa Pedang yang begitu megah dan mewah ini, tentunya di kehidupan sebelumnya adalah pejuang hebat yang melampaui imajinasinya. Dia mengalihkan pandangannya dari batu prasasti pedang, berjalan menuju batu prasasti pedang yang lain. Setelah melewati monumen pedang, dia memandangi padang gurun di sekelilingnya. Dilihatnya di padang gurun di kedua sisi prasasti pedang, berdiri tegak belasan batu nisan dengan tulisan merah yang tersusun rapi. Dia berjalan