Umeko mengangguk dan berkata. “Dia jelas bukan dari Benua Arcana, tetapi aku tidak yakin tentang identitas aslinya. Pada dasarnya, kamu tidak akan menderita kerugian dengan berteman dengannya. Akan sangat bagus jika kamu berhasil menciptakan ketegangan antara dia dan Loyd, karena kita juga akan dapat menekan gurunya.”Karlus terdiam sebelum berkata. “Kudengar, Loyd punya saudara perempuan di akademi?”Umeko menggelengkan kepalanya dan menolak gagasan itu. “Silvie sedang menjaga Shiri, dan dia mengawasinya, jadi sebaiknya kamu tidak memikirkan hal yang tidak masuk akal.”Karlus mengangguk pelan dan berkata. “Paling lama aku butuh lima hari lagi untuk menyelesaikan lantai ini. Aku akan pergi dan berteman dengan Ruffus begitu aku selesai di sini.”“Baiklah, kalau begitu, fokuslah pada kultivasimu!” Umeko mengangguk sebelum berbalik untuk pergi.Ditinggal sendirian, mata Karlus berkilauan dalam cahaya yang menyeramkan. “Loyd, tunggu hingga waktunya aku memenggal kepalamu!”***Loyd kembal
"Ya," kata Loyd sambil mengangguk.Seras menatap Loyd dalam-dalam sebelum berkata. “Aku akan ada di sana dan menyemangatimu!”Loyd tersenyum padanya dan berkata. “Terima kasih!”Seras menyeringai dan berkata. “Baiklah, aku akan berkultivasi sampai saat itu.”Loyd mengangguk dan berkata. “Baiklah, sampai jumpa di sana!” kemudian, Loyd berbalik untuk pergi. Namun, Seras berseru. “Tunggu!”Loyd berbalik dan melihat Seras mengulurkan sebuah kantong berwarna ungu. “Ini milikmu,” kata Seras.Loyd mengambil kantung berwarna ungu itu dan melihatnya. “Apakah kamu membuatnya sendiri?” tanyanya.Seras mengangguk dan tersenyum. “Ya. Ada beberapa bahan khusus yang akan meningkatkan fokusmu saat kamu membawanya.”Loyd sangat gembira, dan dia berkata. “Terima kasih, aku sangat senang dan menghargainya.”“Haha ….” Seras tertawa. “Sama-sama.”Loyd menggantungkan kantong berwarna ungu itu di pinggangnya.Namun, Seras menggelengkan kepalanya saat melihatnya. "Bukan begitu caramu membawanya!" katanya s
"Ugh!"Terdengar suara lenguhan kesakitan, Loyd Saloum, terbelalak saat melihat wanita di hadapannya tiba-tiba memukulnya dengan kuat.BAAM!Di sebuah bukit, tepatnya perbukitan yang sering kali disebut Gunung Syrena.BRAK!Kembali terdengar suara dentuman yang kedap, wanita itu mengalirkan energi Qi miliknya dengan kuat pada telapak tangannya. Lalu, satu detik kemudian, dari telapak tangannya muncul cahaya api merah yang menyala-nyala. Dalam gemuruh kedap, Loyd Saloum, yang terkejut, telah dipukul oleh wanita itu dengan seluruh kekuatannya. Dia terlempar beberapa meter jauhnya dan jatuh di bawah sebuah pohon yang sudah usang dengan wajah pucat.Loyd berjuang untuk bangun, dia mengusap darah segar yang mengalir dari sudut mulutnya dengan tangan, raut wajahnya penuh keterkejutan dan memandang dengan tak percaya.'A-apa yang terjadi?!' Loyd mengernyitkan keningnya, dia berdiri dengan tegap sekuat tenaga, lalu berteriak dengan suara bergetar. "Hina …." Raut wajahnya penuh dengan keterkej
Loyd Saloum, yang saat ini menggunakan sebuah jubah berwarna merah dengan lambang naga di setiap jahitannya, dengan raut wajah kebingungan, pria itu terbangun. Dia hanya bisa merasakan sakit kepala yang luar biasa, dada dan perutnya merasa seperti ditusuk jarum. Dengan sulit dia membuka matanya, dan menemukan dirinya sedang berbaring di atas sebuah tempat tidur besar yang familiar. Ruangan itu terlihat megah dengan dekorasi seperti pada jaman kekaisaran kuno, hal ini menandakan Loyd Saloum merupakan seorang Tuan Muda dari keluarga kaya raya maupun kerajaan. “Huhuhu ….” Mendengar suara isakan di telinganya, Loyd perlahan-lahan memalingkan kepalanya, dan melihat seorang wanita berpakaian panjang, sedang duduk di tepi ranjang, seorang diri menangisi kesedihannya. "Violen?" Loyd memanggil sosok wanita itu dengan suara lemah dan tidak berdaya. Mendengar suara itu, Violencia—Pelayan Pribadi—terkejut sejenak, dia segera mengangkat kepalanya. Melihat Loyd yang akhirnya sadar, dia segera m
Vincent Saloum, pria paruh baya yang berusia sekitar empat puluh tahun, meskipun dia sudah menginjak kepala empat, tapi tubuhnya besar dan tinggi. Dia sedang duduk dengan raut wajah yang risau di atas singgasananya. Pria paruh baya itu memiliki wajah yang tegas dan terlihat berwibawa seperti seorang pemimpin. Namun, wajahnya tampak tidak begitu baik, matanya penuh dengan ekspresi kekhawatiran. Terpampang dengan jelas bahwa di hari-hari ketika Loyd pingsan, dia sudah mengalami tekanan berat sampai-sampai kepalanya seperti mau pecah. Dia sedang memohon kepada Hina, tapi mendadak mendengar suara Loyd, dia mengangkat kepalanya melihat ke arah pintu masuk. Vincent segera menunjukkan senyum gembira, kekhawatiran di hatinya akhirnya pudar. "Loyd, akhirnya kamu bangun!" Loyd memasuki ruangan, menatap dingin ke arah Hina, dan melirik dua tetua keluarga Rosewood di belakangnya. Melihat Loyd datang, Hina dengan ekspresi dingin di wajahnya, berkata dengan nada suara yang dingin. "Loyd,
Setelah Loyd kembali ke kamarnya, dia mendapati Violencia yang mengikutinya. “Violen, aku mohon padamu, aku ingin tinggal sendiri untuk beberapa waktu!”Mendengar itu, Violencia hanya bisa terdiam lalu meninggalkan kamar dan menutup pintu.Loyd berjalan ke arah jendela, menatap sosok wanita yang berjalan pergi meninggalkan kediamannya dengan langkah yang dingin. Dengan wajah penuh rasa kesal, amarah dan dendam. Dia mengambil sebuah lilin lampu dan membakar surat perjanjian pernikahan itu.Kemudian Loyd duduk bersila di atas tempat tidur, memeriksa luka dan kekuatan dirinya sendiri. Di dalam alam bawah sadarnya, dia mencoba menggerakkan tenaga dalamnya, tetapi dia menemukan bahwa tidak ada sedikit pun tenaga dalam di tubuhnya. Bahkan, rasa sakit yang seperti terobek-obek terasa dari area nadinya.Setelah mencoba beberapa kali secara berturut-turut, wajahnya berubah menjadi pucat karena rasa sakit, dan keringat dingin mengalir deras di keningnya. Dia harus menerima kenyataan, seperti ya
[Makam Dewa Pedang.] Tertulis dengan jelas di atas sebuah prasasti pedang itu. "Makam Dewa Pedang? Apakah ini sebuah kuburan?" Hati Loyd merasa tercekit, dia memikirkannya dalam hati. ‘Tidak heran, tempat ini tampak begitu sepi dan suram, juga dipenuhi dengan aura kematian!’ "Ada yang disebut sebagai Dewa Pedang? Lalu, seberapa besar kekuatan yang dimilikinya?" Loyd mengernyitkan keningnya. Pemuda itu tidak bisa memahami, apa sebenarnya tingkat kekuatan yang disebut dengan gelar sang Dewa Pedang. Tapi dia bisa menebak, makam Dewa Pedang yang begitu megah dan mewah ini, tentunya di kehidupan sebelumnya adalah pejuang hebat yang melampaui imajinasinya. Dia mengalihkan pandangannya dari batu prasasti pedang, berjalan menuju batu prasasti pedang yang lain. Setelah melewati monumen pedang, dia memandangi padang gurun di sekelilingnya. Dilihatnya di padang gurun di kedua sisi prasasti pedang, berdiri tegak belasan batu nisan dengan tulisan merah yang tersusun rapi. Dia berjalan
Loyd merasa kembali sadar dan pikirannya menjadi kembali jernih. Dia bangun dari tempat tidur, membuka matanya dan melihat sekeliling, menemukan dirinya masih berada di dalam kamar.Jendela di luar sudah terbenam dalam kegelapan malam, lampu mulai menyala. Dia mengangkat cangkir teh di samping tempat tidurnya dan menyeruputnya, dengan agak lelah, dia mengerutkan alisnya dan bergumam dengan suara rendah. "Mengapa aku merasa seolah-olah aku sedang tidur dan bermimpi?"“Apakah makam Dewa Pedang dan batu-batu nisan tersebut benar-benar nyata atau hanya mimpi?" Loyd mengerutkan keningnya, mengingat kembali kalimat-kalimat di batu nisan pertama dan kedua, yang kemudian muncul kembali dengan jelas di benaknya.Sejenak, dia merasa ragu, tapi kemudian memutuskan untuk mencoba untuk berlatih dengan mengasah teknik yang dia ingat dari batu-batu nisan itu.Loyd berjalan ke sudut dinding, memutar batu nisan di sebuah rak buku.Kreeek~~Tiba-tiba, rak buku itu berputar, sebuah lorong rahasia dapat