Share

Bab 132. Lenyapnya Kitab Godhong Usodo

Selasih diam kembali. Perempuan itu menggigit bibir bawahnya. Tangannya mencengkeram gagang pedang pendek dengan kuat. Ada gejolak perasaan yang sulit diungkapkan.

"Kau mengkhianati aku, Selasih. Kau telah menjadi penyebab terbunuhnya anak keduaku. Aku masih mengampuni dosa-dosamu kala itu hingga sekarang."

Sinar mata Selasih tampak gelisah. Dia membenarkan ucapan gurunya. Sejauh ini Nenek Bunga Seruni memang tidak pernah memburunya untuk balas dendam.

Nenek Bunga Seruni terkikik. Suaranya menyimpan kepahitan hidup. "Kurasa aku adalah ibu paling bodoh di seluruh Jawa Dwipa karena membiarkan pembunuh putranya masih bergentayangan menebar kejahatan. Bagaimana menurutmu, Selasih?"

Selasih terhuyung. Perempuan itu tahu arti kata-kata gurunya. Dia memang tidak pantas untuk diampuni. Namun, gurunya juga tidak pantas dipanggil guru. Pengorbanan, pengabdian, dan kepatuhannya selama bertahun-tahun di Lembah Seribu Bunga hanya mendapat imbalan tak seberapa.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status