Home / Urban / Pewaris Naga Majapahit / Bab 157. LURAH BAMBANG

Share

Bab 157. LURAH BAMBANG

Author: MN Rohmadi
last update Last Updated: 2025-04-23 22:26:21

Bab 157. LURAH BAMBANG

Setelah menentukan pilihan, Jaka segera masuk ke rumahnya.

Apalagi udara semakin dingin ketika malam semakin larut, meskipun bagi Jaka yang menguasai ilmu Prana, dinginnya suhu udara gunung Kelud, bukanlah apa-apa.

Keesokan paginya, Jaka menikmati suasana pagi hari bersama Suminten dengan duduk di depan perapian.

Di dekatnya ada satu gelas kopi hitam yang menebarkan aroma harum dari kopi asli Indonesia yang sangat harum dan nikmat.

Saat pagi berganti siang, Jaka berpamitan kepada ibunya untuk jalan-jalan ke kampung yang ada di bawah.

Meskipun rumah orang tuanya masih satu kampung dengan pusat perkampungan di bawahnya, akan tetapi jarak terdekat dari tetangganya sekitar seribu meter.

Maklumlah, keluarganya Jaka Kelud merupakan keluarga paling miskin di desa lereng gunung Kelud ini.

Sehingga almarhum Sarno atau ayahnya hanya bisa membangun rumah di tempat terjauh dari perkampungan.

Sesampainya di pusat perka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 158. KETERKEJUTAN SUMINTEN

    Bab 158. KETERKEJUTAN SUMINTEN “Tapi kalau kamu memang punya uangnya, maka tidak masalah jika kamu ingin merenovasi rumah orang tuamu,” kata lurah Bambang melanjutkan perkataannya setelah menjeda perkataannya. Kemudian mereka mulai melakukan pembicaraan serius untuk merenovasi rumah orang tua Jaka Kelud. Dan sebagai bukti kalau Jaka Kelud serius dengan rencananya, dia mentransfer uang sebanyak lima ratus juta sebagai modal awal renovasi rumah orang tuanya. “Pak Lurah, uangnya sudah saya transfer. Nanti akan saya kirim lagi jika uang ini sudah habis. Saya mempercayakan pembangunan rumah ini kepada anda,” kata Jaka Kelud dengan nada penuh dengan pengharapan. Maklumlah, Jaka sebagai anak dari keluarga miskin, sama sekali tidak punya orang yang bisa dipercaya selain lurah Bambang yang terkenal bijaksana dan amanah. “Baiklah, saya akan segera mencari pekerja untuk merenovasi rumah orang tuamu dan melakukan pemesanan materialnya ke toko bangunan.”

    Last Updated : 2025-04-24
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 159. MENGHIBUR SUMINTEN

    Bab 159. MENGHIBUR SUMINTEN Melihat ibunya tampak gemetar memegang uang pemberiannya, Jaka Kelud segera berpindah tempat duduknya dan duduk di samping Suminten. “Mak, itu uang hasil kerja Jaka di Jakarta. Mulai sekarang emak tidak perlu bekerja menjual sayur lagi. Emak itu sudah tua, jadi Jaka ingin emak bersantai saja di rumah dan tidak perlu bekerja menjual sayur di pasar. Kalau emak memang ingin tetap jualan sayur, sebaiknya emak memanggil orang untuk menjualnya ke pasar,” kata Jaka Kelud sambil memeluk bahu Suminten dengan penuh kasih sayang. Sepasang mata tua Suminten tiba-tiba berkabut begitu mendengar perkataan Jaka Kelud. Dalam hati, Suminten tidak menyangka kalau anak yang dipungutnya di sungai melakukan dirinya dengan begitu baik setelah dia dewasa. Perasaan haru inilah yang membuat sepasang mata Suminten berkaca-kaca dan dengan sembunyi-sembunyi berusaha mengusap matanya yang akan menjatuhkan bulir air mata. “Mak, nanti mungkin pak Lur

    Last Updated : 2025-04-24
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 160. REBUTAN TEMPAT

    Bab 160. REBUTAN TEMPAT “Eh nak Jaka, kenalkan ini pak Ir Hendra, arsitek yang akan membantu mengawasi pembangunan rumah nak Jaka,” kata lurah Bambang memperkenalkan pria yang terlihat berpendidikan disampingnya. “Saya Jaka, tolong dibantu ya pak,” kata Jaka sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Ir Hendra. “Baik mas, anda tenang saja, saya pasti akan memberikan hasil yang memuaskan anda. Saya juga tidak ingin mengecewakan kepercayaan pak Lurah,” kata Ir Hendra sambil menyambut uluran tangan Jaka Kelud. Setelah itu mereka bertiga berbincang cukup serius membahas pembangunan rumah Jaka Kelud. Ternyata Ir Hendra lebih lengkapnya Ir Hendra Putra cukup berpengalaman dalam proyek pembangunan rumah. Bahkan dia memberi ide yang sangat bagus mengenai konstruksi dan dekorasi rumah yang akan dibangun. Sementara itu Suminten yang melihat begitu banyak orang bekerja di rumahnya tampak bersemangat. Bahkan banyak warga kampung y

    Last Updated : 2025-04-26
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 161. PELACUR KESEPIAN

    Bab 161. PELACUR KESEPIAN “Sialan aku telah dikadali kedua gadis sialan ini, baiklah mungkin memang tidak seharusnya aku berebut dengan kedua gadis ini,” gumam Jaka Kelud sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian Jaka Kelud meninggalkan kedua gadis belia itu dan menuju ke saung utama yang merupakan bangunan joglo yang cukup besar, yang bisa menampung dua puluh meja. “Sepertinya saya harus duduk beramai-ramai dengan banyak orang di joglo ini,” gumam Jaka Kelud yang segera duduk di salah satu meja yang kosong. Setelah duduk di meja yang kosong, Jaka meletakkan nomor meja yang dibawanya. Memang di Cafe ini nomor meja tidak berurut, karena setiap pelanggan bebas memilih meja dimanapun mereka akan makan dengan meletakkan nomor meja yang dipasang pada sebuah tongkat kecil yang bisa di letakkan di atas meja yang mereka pilih. Tak lama kemudian pesanan Jaka kelud datang diantar pelayan, saat sedang menikmati makan malamnya. Tiba-tiba

    Last Updated : 2025-04-26
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 1. MAHASISWA MISKIN

    Bab 1. MAHASISWA MISKIN "Hai Kuli, cepat kemari!”Terdengar mahasiswa senior memanggil seorang pemuda yang sedang berjalan di selasar Universitas Matrix. Mahasiswa yang dipanggil kuli tentu saja tidak menoleh, dia tetap terus berjalan menelusuri Selasar menuju kantin. Kemudian empat orang mahasiswa Senior langsung menghadang langkah Jaka dengan senyum penuh dengan hinaan terlukis di wajah mereka. Jaka Kelud langsung berhenti dan menatap keempat mahasiswa senior yang menghadangnya dengan tatapan tidak suka. Meskipun Jaka merupakan orang miskin, dia tetap tidak suka jika ada orang yang bersikap kasar kepadanya. Jaka masih bisa mentoleransi orang yang menghina kemiskinannya, akan tetapi jika ada yang berniat mengganggunya maka rasa takut dan rendah dirinya akan menghilang seketika itu juga. Jaka Kelud sendiri merupakan mahasiswa semester dua, sedangkan mahasiswa senior dan teman-temannya yang menghadang Jaka merupakan mahasiswa semester enam dan

    Last Updated : 2024-12-03
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 2. MUSIBAH YANG MENGEJUTKAN

    Bab 2. MUSIBAH YANG MENGEJUTKAN Hujan batu bata itu secara tidak sengaja tepat jatuh di atas kepala dan tubuh Jaka membuat debu berterbangan di sekitarnya yang membuat semua orang di lokasi konstruksi menjerit histeris sambil berteriak seakan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Sementara itu Jaka yang tertimpa hujan batu bata yang berjumlah ribuan seakan tidak merasakan apa yang menimpa kepala dan tubuhnya. Hingga debu yang sangat padat memenuhi sekelilingnya barulah Jaka menyadari apa yang terjadi di sekelilingnya. Pada saat ini Jaka hanya merasakan tubuh dan kepalanya seperti terkena butiran air hujan dari langit, dia sama sekali menghiraukan teriakan kepanikan semua rekan kerjanya di tempat konstruksi. Seperti tidak sadar dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya, Jaka malahan mengebutkan tangannya di pakaian yang berdebu setelah terkena ribuan batu bata yang jatuh dari lantai dua puluh. Jaka malahan masih asik merapikan batu bata yan

    Last Updated : 2024-12-03
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 3. PENCULIKAN

    Bab 3. PENCULIKAN Keesokan harinya seperti biasa Jaka berangkat kuliah dengan penuh semangat, seakan musibah yang menimpanya kemarin saat di lokasi konstruksi bukanlah sesuatu yang perlu dianggap serius. Tubuh Jaka tampak bugar, tubuhnya tidak terlihat ada luka luar maupun luka dalam setelah tertimpa ribuan batu bata dari ketinggian gedung lantai dua puluh. Saat jam istirahat kuliah, Jaka pergi ke kantin untuk mengisi perutnya. Di kantin terlihat banyak mahasiswa yang sedang makan sambil berbincang dengan rekan-rekan mereka. Kehadiran Jaka tidaklah langsung menarik perhatian mahasiswa wanita yang sedang duduk bergerombol. Sedangkan mahasiswa pria tampak tidak terlalu memperdulikan Jaka yang baru saja datang memasuki kantin. “Bu Minten, minta bakso satu sama kupat.” “Baik mas, tunggu sebentar ya?”Bu Minten yang merupakan salah satu pedagang yang berjualan di kantin tersenyum dengan ramah kearah Jaka. Di Kantin kampus ada puluhan UMKM

    Last Updated : 2024-12-03
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 4. MENYELAMATKAN INTAN

    Bab 4. MENYELAMATKAN INTAN Jaka berteriak dengan lantang setelah menampar kelima pria yang akan memasukkan Intan kedalam mobil SUV. Tubuh kelima pria itu langsung jatuh menghantam tanah dengan cepat, untungnya Jaka menampar tidak terlalu keras sehingga keempat pria ini tidak sampai mati. Meskipun tidak sampai mati, tapi dari keempat panca indera mereka berempat mengeluarkan darah yang membuat keempat pria ini langsung tak sadarkan diri tanpa tahu siapa orang yang memukul mereka. “Kamu tidak apa-apa?”Jaka segera menanyai Intan yang sedang shock melihat keempat pria yang akan menculiknya tiba-tiba jatuh terkapar begitu saja dan tiba-tiba juga di sampingnya sudah berdiri pria miskin yang dikenalnya. “Jaka….”Sepasang mata indah Intan tiba-tiba berkabut setelah mengamati dengan jelas sosok pria yang menolongnya. Jaka hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan sebagai tanda mengiyakan pertanyaan Intan. “Jaka…. saya benar-benar tidak tahu a

    Last Updated : 2024-12-03

Latest chapter

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 161. PELACUR KESEPIAN

    Bab 161. PELACUR KESEPIAN “Sialan aku telah dikadali kedua gadis sialan ini, baiklah mungkin memang tidak seharusnya aku berebut dengan kedua gadis ini,” gumam Jaka Kelud sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian Jaka Kelud meninggalkan kedua gadis belia itu dan menuju ke saung utama yang merupakan bangunan joglo yang cukup besar, yang bisa menampung dua puluh meja. “Sepertinya saya harus duduk beramai-ramai dengan banyak orang di joglo ini,” gumam Jaka Kelud yang segera duduk di salah satu meja yang kosong. Setelah duduk di meja yang kosong, Jaka meletakkan nomor meja yang dibawanya. Memang di Cafe ini nomor meja tidak berurut, karena setiap pelanggan bebas memilih meja dimanapun mereka akan makan dengan meletakkan nomor meja yang dipasang pada sebuah tongkat kecil yang bisa di letakkan di atas meja yang mereka pilih. Tak lama kemudian pesanan Jaka kelud datang diantar pelayan, saat sedang menikmati makan malamnya. Tiba-tiba

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 160. REBUTAN TEMPAT

    Bab 160. REBUTAN TEMPAT “Eh nak Jaka, kenalkan ini pak Ir Hendra, arsitek yang akan membantu mengawasi pembangunan rumah nak Jaka,” kata lurah Bambang memperkenalkan pria yang terlihat berpendidikan disampingnya. “Saya Jaka, tolong dibantu ya pak,” kata Jaka sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Ir Hendra. “Baik mas, anda tenang saja, saya pasti akan memberikan hasil yang memuaskan anda. Saya juga tidak ingin mengecewakan kepercayaan pak Lurah,” kata Ir Hendra sambil menyambut uluran tangan Jaka Kelud. Setelah itu mereka bertiga berbincang cukup serius membahas pembangunan rumah Jaka Kelud. Ternyata Ir Hendra lebih lengkapnya Ir Hendra Putra cukup berpengalaman dalam proyek pembangunan rumah. Bahkan dia memberi ide yang sangat bagus mengenai konstruksi dan dekorasi rumah yang akan dibangun. Sementara itu Suminten yang melihat begitu banyak orang bekerja di rumahnya tampak bersemangat. Bahkan banyak warga kampung y

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 159. MENGHIBUR SUMINTEN

    Bab 159. MENGHIBUR SUMINTEN Melihat ibunya tampak gemetar memegang uang pemberiannya, Jaka Kelud segera berpindah tempat duduknya dan duduk di samping Suminten. “Mak, itu uang hasil kerja Jaka di Jakarta. Mulai sekarang emak tidak perlu bekerja menjual sayur lagi. Emak itu sudah tua, jadi Jaka ingin emak bersantai saja di rumah dan tidak perlu bekerja menjual sayur di pasar. Kalau emak memang ingin tetap jualan sayur, sebaiknya emak memanggil orang untuk menjualnya ke pasar,” kata Jaka Kelud sambil memeluk bahu Suminten dengan penuh kasih sayang. Sepasang mata tua Suminten tiba-tiba berkabut begitu mendengar perkataan Jaka Kelud. Dalam hati, Suminten tidak menyangka kalau anak yang dipungutnya di sungai melakukan dirinya dengan begitu baik setelah dia dewasa. Perasaan haru inilah yang membuat sepasang mata Suminten berkaca-kaca dan dengan sembunyi-sembunyi berusaha mengusap matanya yang akan menjatuhkan bulir air mata. “Mak, nanti mungkin pak Lur

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 158. KETERKEJUTAN SUMINTEN

    Bab 158. KETERKEJUTAN SUMINTEN “Tapi kalau kamu memang punya uangnya, maka tidak masalah jika kamu ingin merenovasi rumah orang tuamu,” kata lurah Bambang melanjutkan perkataannya setelah menjeda perkataannya. Kemudian mereka mulai melakukan pembicaraan serius untuk merenovasi rumah orang tua Jaka Kelud. Dan sebagai bukti kalau Jaka Kelud serius dengan rencananya, dia mentransfer uang sebanyak lima ratus juta sebagai modal awal renovasi rumah orang tuanya. “Pak Lurah, uangnya sudah saya transfer. Nanti akan saya kirim lagi jika uang ini sudah habis. Saya mempercayakan pembangunan rumah ini kepada anda,” kata Jaka Kelud dengan nada penuh dengan pengharapan. Maklumlah, Jaka sebagai anak dari keluarga miskin, sama sekali tidak punya orang yang bisa dipercaya selain lurah Bambang yang terkenal bijaksana dan amanah. “Baiklah, saya akan segera mencari pekerja untuk merenovasi rumah orang tuamu dan melakukan pemesanan materialnya ke toko bangunan.”

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 157. LURAH BAMBANG

    Bab 157. LURAH BAMBANG Setelah menentukan pilihan, Jaka segera masuk ke rumahnya. Apalagi udara semakin dingin ketika malam semakin larut, meskipun bagi Jaka yang menguasai ilmu Prana, dinginnya suhu udara gunung Kelud, bukanlah apa-apa. Keesokan paginya, Jaka menikmati suasana pagi hari bersama Suminten dengan duduk di depan perapian. Di dekatnya ada satu gelas kopi hitam yang menebarkan aroma harum dari kopi asli Indonesia yang sangat harum dan nikmat. Saat pagi berganti siang, Jaka berpamitan kepada ibunya untuk jalan-jalan ke kampung yang ada di bawah. Meskipun rumah orang tuanya masih satu kampung dengan pusat perkampungan di bawahnya, akan tetapi jarak terdekat dari tetangganya sekitar seribu meter. Maklumlah, keluarganya Jaka Kelud merupakan keluarga paling miskin di desa lereng gunung Kelud ini. Sehingga almarhum Sarno atau ayahnya hanya bisa membangun rumah di tempat terjauh dari perkampungan. Sesampainya di pusat perka

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 156. MEDALI DIMENSI

    Bab 156. MEDALI DIMENSI Pria tua itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arah Jaka Kelud. Melihat tanggapan pertapa tua di depannya, segera saja Jaka menangkupkan kedua tangannya di depan dada sambil menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat kepada pertapa tua yang ada di depannya. Meskipun menganggukkan kepalanya sebagai tanda percaya kalau pertapa tua di depannya adalah gurunya, akan tetapi dalam hatinya yang terdalam, Jaka masih tidak percaya kalau pria tua dengan pakaian pertapa ini adalah seekor Naga yang memberikannya kekuatan. Bagaimana mungkin Jaka Kelud bisa percaya, sebagai manusia yang hidup di jaman modern seperti sekarang, mana mungkin ada hewan yang bisa berubah menjadi manusia seperti dirinya. Demi untuk tidak mengecewakan pertapa tua di depannya, Jaka hanya bisa menganggukkan kepalanya sebagai tanda percaya dan tanda hormat kepada dirinya. “Bagus, bagus, kamu memang anak yang mempunyai sopan santun kepada orang yang lebi

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 155. BERTEMU GURU NAGA MAJAPAHIT

    Bab 155. BERTEMU GURU NAGA MAJAPAHIT Dalam gelapnya malam, tiba-tiba terlihat sepasang mata dari tebalnya kabut putih yang menyelimuti lereng gunung Kelud. Mata itu sangat tajam, seakan pemilik mata itu adalah penguasa gunung Kelud. Memang benar, pemilik mata itu adalah seekor siluman Naga yang bertapa di kedalaman gunung Kelud. “Siapa… siapa yang berbicara…?” Jaka kelud kembali bertanya kepada udara dingin yang menyelimuti sekitar rumahnya. “Jaka cucuku, datanglah ke pertapaanku,” suara itu terdengar lagi meninggalkan gema yang mendayu-dayu seakan pemilik suara sedang berbicara di dalam sebuah gua atau gedung yang besar. Pada saat Jaka Kelud sedang di penuhi rasa bingung, tiba-tiba saja ada seberkas cahaya putih yang menyelimuti tubuhnya. Sebelum Jaka Kelud sadar akan apa yang terjadi, sosoknya sudah menghilang dari tempat dia berdiri sebelumnya. Jaka Kelud merasa kalau dirinya di bawa ke sebuah tempat yang aneh, begitu dia tersadar dari ket

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 154. SUARA TANPA RUPA

    Bab 154. SUARA TANPA RUPA Suminten menatap tajam wajah anak muda ganteng yang telah dirawat nya dengan penuh kasih sayang sejak bayi yang ada di depannya. Sepasang mata tua suminten perlahan mulai digenangi air mata, setelah dia mengatakan kenyataan yang selama ini dirahasiakan. Sebenarnya Suminten ingin menyimpan rahasia ini selamanya hingga ke liang lahat. Akan tetapi ketika sekarang dia melihat penampilan Jaka Kelud yang seperti orang kaya, sebuah kesadaran langsung masuk ke relung hatinya yang paling dalam. “Jaka… sebenarnya emak dan bapak menemukanmu di sungai yang ada di Jakarta. Waktu itu emak dan bapak adalah seorang pemulung, kami sedang mencari botol bekas dan kardus di tepi sungai, ketika tiba-tiba bapak melihat ada sebuah benda hanyut yang di kira adalah sampah yang dibuang ke sungai. Alangkah terkejutnya emak dan bapak setelah mengambil sampah itu ternyata ada bayi kecil di dalamnya.” Sekali lagi Suminten menghentikan ceritanya, airmatan

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 153. PENGAKUAN YANG MENGEJUTKAN

    Bab 153. PENGAKUAN YANG MENGEJUTKAN Dipan kayu tempat tidur Jaka kelud berderit begitu tubuh Jaka Kelud berbaring di atasnya. Sebuah senyuman mengembang di sudut bibir Jaka Kelud mendengar deritan tempat tidurnya yang terbuat dari kayu dan beralaskan pelupuh bambu, dilapisi kardus dan selembar kasur kapuk yang sudah sangat tipis saking lamanya dimakan usia. “Betapa nyamannya bisa tidur di kamar kesayanganku ini.” Tak berapa lama setelah tubuhnya di baringkan di atas tempat tidur yang sangat jelek, mata Jaka Kelud langsung terpejam dan dalam sekejap sudah berpindah alam, ke alam mimpi. Saking lelahnya mengemudi selama puluhan jam dari Jakarta hingga ke kota Kediri, dimana kampung halamannya berada, membuat mata Jaka Kelud tidak tahan lagi untuk segera memejamkan mata. “Jaka, kamu kini sudah benar-benar berubah. Kulitmu terlihat lebih bersih dan pakaian yang kamu pakai terlihat begitu bagus. Sepertinya kamu ini sebelumnya berasal dari keluarga kaya, kal

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status