Pagi hari di Gunung Qingyun, diselimuti kabut tipis yang berembus lembut, dipenuhi kesibukan luar biasa. Para murid Sekte Langit Murni, bagaikan deretan bangau putih yang anggun, bersiap dengan jubah upacara kebesaran mereka. Warna putih bersih memantulkan cahaya matahari pagi, menciptakan pemandangan yang memesona. Mereka berbaris rapi di sepanjang jalan setapak menuju arena utama di puncak gunung, tempat perhelatan akbar akan dimulai. Seorang tamu dari Sekte Bintang Empat, bernama Liu Wei, berbisik kepada rekannya dari Sekte Bintang Tiga, Zhang Hui. "Lihatlah, para murid Sekte Langit Murni! Gerak-gerik mereka begitu luwes, penuh dengan disiplin!" Zhang Hui mengangguk setuju, matanya mengamati dengan seksama. "Para pria tampak gagah, bahu mereka tegap, tatapan mata penuh tekad. Sementara para wanita, mereka memancarkan keteguhan yang memesona, seolah mampu menaklukkan langit." Seorang murid wanita Sekte Langit Murni melintas, jubah putihnya berkibar anggun ditiup angin. Rambut hit
Fang Long tersenyum tipis, mengangguk dengan anggun. Dia mempersilakan rombongan menuju podium VIP di puncak arena, tempat para tamu terhormat akan duduk. Zhao Hua dan Chang Zhong berjalan di belakang, mendapatkan tempat istimewa di barisan depan.Begitu duduk, Zhao Hua langsung mengamati sekeliling dengan pandangan merendahkan, tatapannya menyapu seluruh arena dengan cermat. "Sungguh sederhana," gumamnya dengan suara cukup keras agar didengar semua orang. "Di Sekte Pedang Cahaya, kami tidak akan pernah menggelar acara seperti ini."Dia menyentuh kursi tempat duduknya dengan ujung jari, seolah-olah kursi itu kotor dan tak pantas untuk disentuh. "Dekorasi ini sungguh ala kadarnya. Tidak ada sentuhan keindahan sama sekali."Para murid Sekte Langit Murni mengepalkan tangan, menahan amarah yang membara di dalam dada mereka. Beberapa melirik Zhao Hua dengan tatapan membunuh, ingin segera membungkam mulutnya yang sombong.Guang Jiang, yang mendengar komentar Zhao Hua, justru tersenyum, seny
Rong Tian duduk tenang, menyatu dengan para kultivator Sekte Bintang Tiga. Jubah putihnya yang sederhana nyaris tak terlihat di tengah kerumunan, namun matanya yang tajam tak pernah berhenti mengamati, menelisik arena dengan tatapan setajam elang, menunggu saat acara dimulai.Sementara itu, di kaki Gunung Qingyun, tepat di area gerbang masuk, kekacauan merebak, menyebar bagai wabah. Para murid Sekte Langit Murni berkerumun, wajah mereka diliputi kepanikan yang mencekam."Lihat mereka!" teriak seorang murid, suaranya sarat ketakutan, menunjuk lima rekannya yang tergeletak tak berdaya di tanah. "Mereka tiba-tiba ambruk, tanpa sebab yang jelas!"Lima murid Sekte Langit Murni terbaring dengan wajah sepucat mayat, tubuh mereka bergetar hebat, seolah dihantam kekuatan tak kasat mata."Ini pasti serangan sihir gelap!" seru seorang murid senior, suaranya sarat amarah dan keputusasaan. "Hanya kultivator aliran iblis yang mampu melakukan serangan keji seperti ini!"Kepanikan menyebar bagai api
"Itu Mu Cai, pemimpin Suku Xuefeng," jawab seorang kultivator tua, suaranya dipenuhi rasa hormat. "Kecantikannya termasyhur di seluruh Benua Longhai. Konon, ia adalah titisan dewi!"Dalam sekejap, semua mata tertuju pada Mu Cai. Para pria menatapnya dengan kekaguman yang mendalam, sementara para wanita memandangnya dengan iri yang tersembunyi.Bahkan Guang Jiang, yang dikenal sebagai sosok yang sulit terkesan, tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Matanya terus mengikuti sosok Mu Cai, seolah ia telah menemukan sebuah harta karun yang tak ternilai harganya.Zhao Hua, yang tadinya menjadi pusat perhatian, kini terlupakan, bagai debu yang tertiup angin. Wajahnya memerah karena cemburu dan amarah yang membara.Dia mencengkeram lengan Chang Zhong dengan kuat, kukunya yang tajam hampir menancap di kulit pemuda itu, menyalurkan rasa frustasinya."Apa hebatnya dia?" bisik Zhao Hua dengan nada sinis, suaranya dipenuhi dengki."Hanya karena dia dari Suku Xuefeng, semua orang memperlakukannya se
Dalam sekejap, dua ular berwarna emas muncul dari balik lengan jubahnya, bagai jelmaan iblis yang haus darah, berkilauan di bawah sinar matahari yang menyinari arena terbuka.Sisik mereka memantulkan cahaya bagai permata yang mematikan, mata mereka berkilat berbahaya dengan aura pembunuh yang dingin, seolah mereka adalah perwujudan dari kematian itu sendiri.Tubuh mereka bergerak secepat kilat, bagai sambaran petir yang membelah udara, melesat menuju Zhao Hua dengan taring beracun yang siap menancap, siap menghancurkan segalanya.Tepat ketika ular-ular itu hampir mencapai targetnya, ketika kematian sudah di depan mata, Mu Cai menghentikan tiupan seruling. Kedua ular emas itu membeku di udara, hanya beberapa inci dari wajah dan leher Zhao Hua, taring mereka berhenti hanya satu sentimeter dari kulit halus gadis itu.Hembusan racun mereka bahkan terasa mengikis kulitnya, seolah racun itu mampu melenyapkan segalanya.Wajah Zhao Hua seketika berubah pucat pasi, bagai kertas yang kehilangan
Ketika ketegangan antara Mu Cai dan Guang Jiang mencapai puncaknya, suara lantang memecah keheningan, bagai guntur membelah langit, menghentikan badai yang nyaris meledak."Pemimpin Sekte Langit Murni, Yang Mulia Tian Zhang, dan Wakil Pemimpin Zheng Yunru memasuki podium kehormatan!"Suara protokoler bergema, mengguncang arena, memecah konsentrasi semua orang. Semua mata beralih dari konfrontasi yang nyaris meledak menuju podium utama, tempat para pemimpin sekte akan berdiri.Mu Cai dan Guang Jiang, yang siap bertarung, langsung menurunkan tangan, menarik kembali energi spiritual mereka, seolah tersadar dari mimpi buruk yang mengerikan.Dua ular emas milik Mu Cai menghilang, kembali ke jubahnya, seolah hanya khayalan belaka.Di tenda sekte kelas tiga, bisik-bisik mulai terdengar, bagai desiran angin yang membawa rahasia dari dunia lain."Lihat Pemimpin Tian! Auranya lebih kuat dari lukisan," bisik seorang pemuda, matanya tak berkedip, terpukau oleh kehadiran sang pemimpin."Ssst! Pemi
Tiba-tiba, dari arah tenda para kultivator kelas tiga, sebuah bayangan hitam melesat dengan kecepatan luar biasa. Sosok itu bergerak bagaikan angin, meninggalkan jejak kabut tipis di belakangnya. Dalam sekejap mata, ia telah mendarat dengan anggun di tengah arena, tepat di hadapan Pemimpin Tian dan Wakil Pemimpin Zheng.Pria itu mengenakan jubah hitam dengan sulaman awan kelabu yang bergerak-gerak seperti hidup. Wajahnya yang tampan namun dingin dihiasi senyum mengejek. Rambutnya yang panjang terikat rapi dengan hiasan perak berbentuk tengkorak kecil. Ketika ia bergerak, aroma harum yang memabukkan menyebar ke seluruh arena, dibawa oleh hembusan angin yang tiba-tiba muncul."Pemimpin Sekte Bayangan Kegelapan!""An Ying!""Bagaimana mungkin dia berani datang ke sini?"Bisikan-bisikan ketakutan segera menyebar di seluruh arena. Para kultivator tingkat rendah mundur beberapa langkah, berusaha menjaga jarak dari aroma harum yang kini memenuhi udara.Para penatua dari berbagai sekte sege
"Baiklah," Pemimpin Tian akhirnya berkata, suaranya memecah keheningan yang mencekam, bagai gema di lembah sunyi. "Jika Pemimpin An begitu ingin melihat Pedang Berhati Api, maka keinginanmu akan terpenuhi. Namun, ingatlah, setiap tindakan memiliki konsekuensi yang tak terhindarkan."Namun, sebelum Pemimpin Tian sempat menyentuh kotak kayu hitam itu, sebelum ia sempat membuka rahasia yang tersimpan di dalamnya, An Ying tiba-tiba bergerak, bagai hantu yang melesat dalam kegelapan. Tanpa peringatan, tanpa tanda, ia mengayunkan telapak tangannya ke depan, gerakan yang begitu cepat hingga mata biasa tak mampu menangkapnya, hanya merasakan hembusan angin yang dingin."Teknik Tapak Bayangan Iblis!"Seketika, asap hitam pekat, bagai tinta yang tumpah, bergulung-gulung dari telapak tangannya, membentuk pusaran yang mengerikan, pusaran yang siap menelan segalanya. Asap itu bergerak, bagai makhluk hidup yang haus darah, melesat ke arah kotak kayu hitam dengan kecepatan yang luar biasa, bagai
Yue Lin mengangkat tangannya tinggi-tinggi, wajahnya berseri-seri dengan kebanggaan yang tak tersembunyi."Kekaisaran Jin Shuang, Aliansi Lima Misteri, semua sekte dari Dataran Tengah—mereka hanyalah pion-ku!" "Aku membiarkan mereka saling membunuh, saling melemahkan, sambil perlahan menuntun mereka ke tempat ini." Matanya berkilat berbahaya. "Semua agar rencanaku berjalan sempurna. Tidak ada yang tersisa untuk menantang klaim Kekaisaran Matahari Emas atas harta Dinasti Xi Tian!"Jendral Batur akhirnya bangkit, wajahnya kini menunjukkan sedikit kekaguman, namun penuh penjilatan. "Tuan Putri sungguh layak menjadi permata Kekaisaran Matahari Emas. Khagan akan sangat bangga.""Tentu saja," Yue Lin tersenyum, merapikan kepingan rambutnya yang sedikit berantakan, keluar dari helm zirahnya. "Tapi pekerjaan kita belum selesai. Sekarang saatnya mengklaim hadiah kita."Dengan gerakan penuh percaya diri, Yue Lin mengaktifkan sayap mekanisnya sendiri—lebih kecil dari milik prajurit namun deng
Kepulan uap putih mengambang di udara dingin saat Yue Lin menghela napas puas. Kedua tangannya yang terbungkus sarung tangan zirah bersidekap di dada, matanya yang tajam mengawasi lubang hitam menganga di permukaan es—hasil dari ledakan terencana yang baru saja menghancurkan semua kultivator terkuat dari dua wilayah. Angin dingin bertiup, mengantarkan butiran-butiran salju yang menari-nari di sekitar kapal roh Kekaisaran Matahari Emas yang melayang megah di langit."Jendral Batur," suara Yue Lin terdengar jernih namun penuh otoritas, "periksa lubang itu. Pastikan tidak ada yang selamat."Seorang pria kekar dengan baju zirah lebih tebal dan ukiran naga emas di dadanya membungkuk hormat. Wajahnya yang keras dengan bekas luka di pipi - tanda melewati banyak pertarungan - tidak menunjukkan emosi apa pun."Sesuai perintah, Tuan Putri," jawabnya singkat.Jendral Batur mengaktifkan sayap mekanis di punggungnya. Qi emas mengalir ke dalam mekanisme rumit, membuat sepasang sayap logam berkil
SWING – SWING – SWING!Seribu anak panah melesat dalam formasi sempurna, menciptakan pemandangan menakjubkan seperti hujan meteor di langit malam. Namun anehnya, bukan mengarah pada para kultivator di tengah, melainkan ke berbagai titik di permukaan es sekeliling bukit.Tian Guan Zong dan yang lain menatap bingung, tak mengerti arti serangan yang meleset ini, seperti orang yang melihat hantu di siang bolong."Apa yang ..." belum selesai Xuan Dao berkata, suara ledakan dahsyat memenuhi lembah seperti ratusan guntur yang menggelegar bersamaan."BUM! BUM! BUM!"Ledakan beruntun terdengar dari segala arah, menciptakan simfoni kehancuran yang memekakkan telinga.Anak-anak panah telah mengenai titik-titik strategis di mana bom qi telah ditempatkan sebelumnya. Permukaan es retak dalam pola yang terencana sempurna, seperti jaring laba-laba raksasa yang menjalar dengan cepat.Bukan ledakan biasa, ini adalah bom qi spiritual tingkat tinggi yang dirancang untuk menghancurkan struktur es hingga k
Salju turun perlahan, butiran-butiran putih melayang bagai kelopak bunga persik di antara seribu prajurit Kekaisaran Matahari Emas yang kini berdiri kokoh di sekeliling bukit es.Formasi mereka sempurna—lingkaran konsentris dengan jarak presisi yang tak mungkin ditembus, seperti jaring laba-laba raksasa yang siap menjerat mangsa.Zirah hitam dengan aksen emas mereka berkilauan di bawah cahaya matahari yang redup, menciptakan pemandangan menakjubkan bagai ribuan bintang di langit malam.Busur komposit terentang dengan anak panah yang ujungnya berpendar merah menyala—tanda bahan peledak dan qi api yang terkonsentrasi, hasil dari teknik alkimia kuno yang hanya dikuasai oleh pandai besi terbaik Kekaisaran.Di tengah kepungan, para kultivator terkuat dari dua wilayah berdiri dengan wajah tegang, seperti harimau yang terjebak dalam lingkaran api.Tian Guan Zong, pemimpin Sekte Cahaya Surgawi, menatap ke atas dengan mata berkilat penuh kebencian. Jenggot putihnya yang panjang hingga ke dada
Kultivator lain mundur dengan cepat, membentuk lingkaran lebih besar untuk menghindari serangan nyasar.Pertarungan memicu kekacauan yang telah lama terpendam.Nyonya Bi Yun dengan jurus embun birunya dan Biksu Wanpeng dengan mantra suci Buddha bergabung dengan Tian Guan Zong, sementara Yin Zhi dengan cepat berada di sisi Huang Wenling, bayangan-bayangan hitam menari di sekitar jubahnya.Zhao Min dan Jin Hao dari Dataran Tengah mundur dengan elegan, memilih menjadi penonton bijak, sementara Lima Tetua Aliansi Lima Elemen membentuk formasi pentagon untuk membantu Tian Guan Zong, masing-masing memunculkan qi sesuai elemen mereka.Namun... sebelum pertarungan semakin sengit, sebuah suara gemuruh menggetarkan langit.Seolah guntur di tengah hari cerah, suara itu membuat semua kultivator berhenti dan mendongak, insting bahaya mereka berteriak.ROAAR!!Langit yang semula biru pucat kini menggelap dengan cepat. Awan hitam pekat berkumpul, berputar dalam lingkaran raksasa tepat di atas Air Te
Pernyataan itu menghentikan semua percakapan.Udara seolah membeku lebih dingin dari sebelumnya, qi alam meremang seperti peringatan tak terucap."Apa maksudmu, Nyonya Huang?" tanya Xuan Dao dengan nada tenang namun mata waspada, jari-jarinya siap merapal formasi segel.Huang Wenling mengitari lingkaran kultivator dengan langkah anggun bagai merak memamerkan bulunya.Jubah sutranya yang berwarna merah delima berkibar tertiup angin dingin, tidak terpengaruh oleh es yang menyelimuti tanah. "Jangan berpura-pura suci. Desas-desus telah menyebar hingga ke Dataran Tengah.""Kalian berlima," ia menunjuk lima pemimpin sekte ortodoks dengan jari lentiknya, aura qi ungu samar berpendar di sekitar kukunya yang panjang, "telah membentuk aliansi rahasia bernama Aliansi Lima Misteri."Wajah Tian Guan Zong mengeras bagai batu granit, qi emasnya berfluktuasi berbahaya membentuk aureola tipis di sekitar tubuhnya. "Hati-hati dengan tuduhanmu, Nyonya Huang. Kata-kata bisa lebih tajam dari pedang qi.""T
Salju turun perlahan di pegunungan Tiga Puncak Bintang Utara, kristal-kristal putih melayang di udara bagai debu permata yang tak kunjung menyentuh tanah.Matahari pucat mengintip di balik awan kelabu, menciptakan pelangi es yang melengkung di atas lembah beku.Angin dingin bertiup lembut, berbisik di antara pilar-pilar es raksasa yang menjulang seperti jari-jari dewa yang mencengkeram langit.Di dataran tinggi yang menghadap Air Terjun Sembilan Naga yang membeku, sosok-sosok berjubah mulai bermunculan satu demi satu, seolah terpanggil oleh kekuatan misterius yang tak terucap.Aura qi kuat bergetar di udara, menciptakan tekanan yang membuat butiran salju melayang-layang sebelum jatuh.Rong Tian bersembunyi di balik pilar es, diapit Duan Meng dan Fan Liu yang bersiaga dalam diam. Matanya menyipit, mengamati dengan cermat setiap pendatang baru."Lima... sepuluh... dua puluh..." bisik Rong Tian menghitung, "...dan terus bertambah. Ada apa ini? Seperti pertemuan para master seluruh benua.
Rong Tian bangkit perlahan, mengamati medan pertempuran yang kini sunyi. Dalam waktu singkat, puluhan kultivator tingkat tinggi—hasil kultivasi ratusan tahun, penerus teknik kuno berharga—lenyap tak bersisa. Kematian sia-sia demi sepotong peta dan janji kekayaan."Keserakahan," gumamnya, matanya menyapu pemandangan mengenaskan di bawah. "Begitulah sifat alami manusia—dan kultivator. Harta karun, teknik kultivasi, rahasia kekuatan abadi... semua itu membuat nyawa manusia kehilangan nilai."Angin dingin bertiup kencang, membawa butiran salju tebal yang perlahan menutupi medan pertempuran. Alam sendiri seolah bergegas menghapus jejak kekejian manusia.Dalam waktu singkat, permukaan darah yang mengalir mulai membeku, warnanya memudar di bawah tumpukan salju baru. Tubuh-tubuh mulai tertutup, menyatu dengan padang es, seolah tak pernah ada."Sekali lagi, dunia kultivasi membuktikan hukum rimba yang kejam," Rong Tian berkata pelan pada kedua jiangshi di belakangnya."Yang kuat bertahan, yang
* Bab Ekstra.Terima kasih gemnya gaesDari balik gundukan es, Rong Tian menyaksikan pemandangan yang mencengangkan. Bukan sekadar pertarungan kecil yang ia kira—melainkan pertempuran skala besar antara dua kelompok kultivator.Kilatan pedang dan ledakan qi menerangi padang es dalam cahaya merah dan biru yang menyilaukan mata, menciptakan aurora mengerikan yang memantul di permukaan salju."Sekte Bulan Darah," gumam Rong Tian, mengenali simbol bulan merah pada jubah salah satu kelompok. "Mengapa mereka berada di sini?"Duan Meng bergerak sedikit di belakangnya, mata kosongnya fokus pada pertarungan. "Tuanku, lawan mereka mengenakan jubah putih dengan simbol pedang es—seperti kultivator yang kita lihat di padang es sebelumnya.""Sekte Pedang Salju," bisik Rong Tian, keningnya berkerut dalam. "Mereka muncul lagi."Pertarungan di bawah semakin sengit. Puluhan kultivator Sekte Bulan Darah mengepung dengan formasi bulan sabit, qi merah darah mereka berputar membentuk kabut beracun yang meng