Kegelapan... Rasa dingin yang menusuk, masuk hingga ke tulang. Rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuh... Itulah yang pertama kali Rong Tian rasakan saat kesadarannya perlahan kembali. Tubuhnya terbaring di atas permukaan keras dan dingin, sementara kepalanya berdenyut seolah dihantam ribuan palu. Ia mencoba menggerakkan jarinya— ternyata masih berfungsi. Kemudian pergelangan tangan, lengan, dan akhirnya seluruh tubuh."Ugh..." erangan pelan lolos dari bibirnya yang pecah-pecah. Dengan susah payah, Rong Tian memaksa matanya terbuka, hanya untuk disambut oleh kegelapan hampir total.'Di mana ini?'Ingatan terakhirnya adalah ketika berada di persembunyian bersama Duan Meng dan Fan Liu, mengamati pertarungan para kultivator. Kemudian ledakan dahsyat, retakan es, dan perasaan terjatuh tanpa akhir ke dalam jurang hitam yang seolah menelan segala cahaya.Rong Tian mencoba duduk, menahan desisan ketika merasakan tulang rusuknya yang retak. Dengan gerakan hati-hati, ia mengeluarkan jima
Tepat saat kera iblis melepaskan semburan api merah dari mulutnya, kabut hitam pekat keluar dari telapak tangan Rong Tian, menyebar dengan cepat memenuhi terowongan.BOOOM!Api merah berbenturan dengan kabut hitam, menciptakan ledakan energi yang menggetarkan seluruh gua.Di balik kabut pelindungnya, Rong Tian mengeluarkan jimat dari kantong penyimpanan."Jimat Api Neraka."Jimat itu terbakar dengan api hitam di tangannya. Dengan presisi, Rong Tian melemparkannya menembus kabut. Jimat menempel di dada kera iblis, sebelum meledak dalam kobaran api hitam yang membungkus tubuh raksasa itu.ROAAR!Raungan kesakitan memenuhi terowongan.Kera iblis menggila, memukuli dinding dan pilar di sekitarnya, berusaha memadamkan api hitam yang terus membakar dagingnya."Api Neraka tidak bisa dipadamkan dengan cara biasa," Rong Tian berkata dingin, melangkah keluar dari kabut."Api itu akan terus membakar hingga targetnya menjadi abu."Namun, kera iblis tidak menyerah begitu saja. Di tengah rasa sakit
Derap langkah bergema di dinding lorong sempit, hanya sedikit mengalahkan gemuruh detak jantung Rong Tian yang berlari sekuat tenaga. Napasnya pendek dan cepat, kabut putih terbentuk setiap kali ia menghembuskan udara dalam terowongan lembab yang dingin. Di belakangnya, suara geraman dan langkah-langkah berat sepuluh kera iblis semakin mendekat—bagaikan awan badai yang tak terelakkan.Ibarat menggaruk gatal dengan sepatu besi, batin Rong Tian mengutip pepatah kuno — melakukan sesuatu yang hanya memperburuk keadaan. Setiap belokan yang ia ambil hanya membawanya semakin dalam ke labirin bawah tanah tanpa tanda-tanda jalan keluar."Jimat Api Kematian!" teriaknya, melemparkan jimat merah berukir simbol api ke belakang tanpa menoleh.Ledakan memekakkan telinga memenuhi lorong, menggetarkan dinding-dinding batu kuno. Cahaya merah menyala terang untuk sesaat, menerangi permukaan batu yang berlumut dan stalaktit yang menggantung mengancam. Rong Tian melirik sekilas ke belakang, berharap se
Sinar kebiruan dari jimat penerang memantul di dinding-dinding perpustakaan kuno, menciptakan bayangan yang menari di antara rak-rak manuskrip. Rong Tian mengelilingi ruangan luas itu, jemarinya menyentuh pilar-pilar jade hitam yang dingin, matanya meneliti setiap sudut dan celah yang mungkin menjadi jalan keluar.Setelah mengagumi keindahan tempat itu beberapa saat, naluri bertahan hidupnya kembali mengambil alih. "Tempat seindah ini mungkin saja menjadi kuburanku jika aku tidak segera menemukan jalan keluar," pikirnya.Sejurus kemudian.. Rong Tian kembali ke dinding tempat ia terdorong masuk tadi. Permukaan batu halus itu kini tampak solid tanpa tanda-tanda pintu atau mekanisme pembuka. Ia mengetuk-ngetuk batu, mencari bagian yang berongga, namun seluruhnya terdengar padat."Harus ada cara keluar," gumamnya, mulai mengalirkan qi hitam ke telapak tangannya. "Jurus Cakar Setan!"Qi hitam membentuk cakar energi di tangannya, yang ia hujamkan ke dinding batu. Percikan energi memercik
Di penghujung bulan kelima, Rong Tian merasa siap untuk jurus terakhir dan tertinggi "Langit Barat Tanpa Batas." Jurus ini berbeda dari enam jurus sebelumnya. Ini bukan sekedar gerakan pedang atau aliran qi, tapi pembentukan domain—ruang di mana praktisi menjadi penguasa absolut.Tujuh hari tujuh malam Rong Tian bermeditasi tanpa henti, tubuhnya melayang beberapa inci di atas lantai perpustakaan. Qi keemasan berputar di sekitarnya seperti galaksi mini, semakin lama semakin cepat dan padat.Pada malam ketujuh, tepat di tengah meditasinya, sesuatu dalam diri Rong Tian terasa retak. Bukan rasa sakit, melainkan seperti tembok yang selama ini membatasinya akhirnya runtuh. Matanya terbuka lebar, memancarkan cahaya keemasan. Tubuhnya bergetar hebat, melayang semakin tinggi."Terobosan..." bisiknya, menyadari apa yang terjadi.Qi dalam tubuhnya berputar semakin cepat, menciptakan pusaran energi yang begitu kuat hingga buku-buku di rak terdekat beterbangan. Sensasi panas yang luar biasa mem
Karakter-karakter cahaya keemasan yang muncul dari retakan di dinding batu perlahan membentuk pola yang semakin kompleks. Rong Tian mengamati dengan takjub saat cahaya itu menyebar, meliuk-liuk seperti ular emas yang menari di permukaan batu, hingga akhirnya membentuk sebuah peta yang rumit."Peta..." bisiknya, melangkah mendekat, matanya menyipit mengikuti jalur-jalur cahaya yang kini membentuk gambaran sempurna sebuah lokasi yang luas.Di peta itu, tergambar jelas lima titik yang saling terhubung oleh garis-garis qi, membentuk bintang lima sudut sempurna. Setiap titik ditandai dengan karakter kuno yang menjelaskan isinya.Jari Rong Tian menelusuri titik pertama yang berada di arah timur. "Tujuh Tablet Emas Langit Barat," bacanya, mengeja karakter kuno dengan seksama. "Tablet dengan ukiran naga dan phoenix... kunci terbesar dari segala rahasia."Titik kedua di arah selatan menunjukkan lokasi berbeda. "Peti Jade Hijau... delapan puluh delapan peti berisi batu jade langka dari Pegunu
Di ruangan lain yang berbentuk kubah dengan dinding berukir tumbuhan, Tian Guan Zong berdiri dengan napas terengah. Jubah putihnya yang biasa berkilau kini compang-camping dan kotor oleh darah dan lumpur. Jenggot putihnya acak-acakan, dan luka melintang di pipinya masih meneteskan darah segar."Jalan hidup memiliki ribuan belokan," gumamnya, mengutip pepatah tentang ketidakpastian takdir. "Siapa sangka aku akan selamat dari jebakan mematikan itu."Keajaiban atau mungkin pengalaman bertahun-tahunnya sebagai kultivator tingkat tinggi telah menyelamatkannya dari kematian di lubang es. Ia berhasil membentuk perisai qi di detik-detik terakhir, melindunginya dari hantaman fatal saat terjatuh. Meski terluka parah, ia berhasil merayap melalui lorong-lorong bawah tanah, mengikuti insting dan aura qi kuno yang terasa familiar.Kini, setelah perjuangan selama berhari-hari, ia berdiri di tengah Ruang Penyimpanan Benih Rumput Emas. Ruangan itu lebih kecil dari yang ia bayangkan, namun keindahan
Di salah satu ruangan, di kedalam perut bumi dibawah padang Es, tempat tersembunyi yang menjadi disebut Dataran Jin Cao - tempat perebutan harta warisan Dinasty Xi Tian...Pria berpakaian ungu itu tampak tertawa tebbahak-bahak. Ekspresinya memancarkan rasa gembira yang sulit di lukiskan dengan kata-kata.Dia mengamati ruangan luas itu sekali lagi, senyum tipis tersungging di bibirnya yang jarang menunjukkan emosi. "Delapan puluh delapan peti jade hijau... akhirnya menjadi milik aku.""Ada banyak sekali rencana yang akan aku lakukan. Akulah penguasa dunia!"+++Kembali di Perpustakaan Rahasia, dimana Rong Tian berdiri dengan tegak di depan dinding batu yang kini dihiasi peta cahaya. Setelah mempelajari peta dengan saksama, ia yakin bisa menemukan jalan menuju komponen harta karun lainnya."Pedang Emas Langit Barat akan menjadi prioritasku," gumamnya, matanya berkilat tak terbantahkan. "Dengan pedang itu dan Teknik Pedang Angin Padang Rumput Emas, tidak ada yang bisa menghalangiku."
Mata Xiao Hu melebar. "Pangeran Mahkota? Di sini? Apa yang...""Ssttt... Dengarkan," potong Rong Tian. Ia menajamkan pendengarannya untuk menangkap percakapan di meja tengah.Suara Pangeran Mahkota Liu Jinhai terdengar jelas, penuh percaya diri dan sedikit angkuh. "...jadi, Tetua Feng, bagaimana pendapat Anda tentang tawaranku?"Pria tertua di antara kultivator Sekte Tianyi—pria berjenggot putih panjang dengan mata tajam seperti elang—mengelus jenggotnya dengan gerakan lambat. "Tawaran Yang Mulia sangat... menarik. Tapi saya harus bertanya, mengapa Sekte Tianyi? Kami bukan lagi sekte terkuat di Dataran Tengah."Liu Jinhai tersenyum lebar, menuangkan arak ke cawan Tetua Feng dengan gerakan anggun. "Justru karena itu, Tetua Feng. Sekte Tianyi memiliki sejarah panjang dan reputasi yang tak ternoda. Kalian mungkin tidak lagi berada di puncak, tapi integritas kalian tidak diragukan. Itulah yang aku butuhkan.""Untuk apa Anda seorang pangeran, ingin menjadi Pemimpin Dunia Persilatan?" ta
Matahari telah terang di ufuk timur, menyirami Kota Xingguang dengan cahaya keemasan yang lembut. Kota Xingguang ini, yang namanya berarti "Bintang Bersinar", memang pantas menyandang nama tersebut.Bangunan-bangunan dengan atap melengkung berwarna merah dan biru berkilau tertimpa sinar matahari pagi, sementara jalan-jalan berbatu yang lebar mulai dipenuhi penduduk yang memulai aktivitas harian mereka.Rong Tian berdiri di balkon penginapan "Bulan dan Bintang", salah satu penginapan terbaik di Kota Xingguang. Matanya yang tajam mengamati pemandangan kota di bawahnya. Berbeda dengan kota-kota di Kekaisaran Bai Feng yang didominasi oleh pedagang dan pejabat pemerintahan, Kota Xingguang dipenuhi oleh kultivator dari berbagai aliran.Di sudut jalan, sekelompok pemuda berpakaian putih dengan bordiran awan biru berlatih gerakan pedang dengan gerakan yang seirama, seperti "burung-burung yang terbang dalam formasi." Di dekat mereka, seorang pria tua dengan jubah abu-abu duduk bersila di at
Kereta bergoyang pelan saat melewati bagian jalan yang tidak rata. Cahaya bulan yang mulai muncul di langit menerobos masuk melalui jendela kereta, menciptakan pola-pola keperakan di lantai. Rong Tian menatap keluar, mengamati bayangan pepohonan yang bergerak-gerak seperti penari di bawah sinar bulan.Di keheningan malam, diantara suara kertakan ban kereta membentur tanah dan bebatuan..."Tuan muda," panggil Xiao Hu setelah beberapa saat terdiam. Suaranya kini lebih tenang, namun ada keteguhan di dalamnya. "Saya ingin belajar seni beladiri dari Tuan muda."Hening....Rong Tian mengalihkan pandangannya dari jendela, menatap Xiao Hu dengan seksama. Di mata pemuda itu, ia melihat keinginan yang kuat—bukan sekadar kekaguman sesaat atau ambisi kosong, melainkan keinginan tulus untuk belajar dan berkembang."Mengapa?" tanya Rong Tian singkat.Xiao Hu menegakkan tubuhnya, menatap langsung ke mata Rong Tian — sesuatu yang jarang ia lakukan karena rasa hormatnya yang besar."Karena saya ingi
"Kami adalah Kelompok Rajawali Iblis yang menguasai Gunung Awan Ungu!" teriak pemimpin mereka, pria bertubuh besar dengan wajah kasar, serta bekas luka menunjukkan perjalanan hidup penuh kekerasan. "Tidak ada yang bisa melewati wilayah kami tanpa membayar 'pajak jalan'!" Tambahnya.Kusir kereta, pria paruh baya dengan kumis tipis, turun dari tempatnya dengan tangan gemetar. "T - tuan-tuan yang terhormat, kami hanya pelancong biasa. Tidak membawa banyak harta...""Diam!" bentak salah satu perampok, menodongkan goloknya ke leher kusir. "Buka keretanya! Biar kami lihat sendiri siapa penumpangnya!"Di dalam kereta, Xiao Hu menatap Rong Tian dengan cemas. "Tuan muda..."Rong Tian tetap duduk dengan tenang, seolah menghadapi perampok bersenjata adalah hal biasa baginya. "Tidak apa-apa," bisiknya. "Perhatikan baik-baik. Ini akan menjadi pelajaran pertamamu."Salah satu perampok mendekati pintu kereta dan membukanya dengan kasar. "Keluar!" bentaknya.Namun, yang ia lihat hanya kegelapan p
Di dunia kultivasi, jalan menuju puncak seperti mendaki gunung tertinggi yang puncaknya tersembunyi di balik awan. Para kaum bijak kuno membagi perjalanan kultivasi ini menjadi lima tahap utama, masing-masing dengan lima tingkatan yang harus dilalui dengan kesabaran dan ketekunan.Tahap pertama adalah Tahap Awal, di mana kultivator mulai memahami aliran qi dalam tubuh mereka. Seperti bayi yang belajar merangkak sebelum berjalan, mereka menyerap energi alam dan membentuk fondasi yang masih rapuh. Pada tahap ini, umur mereka tidak berbeda dari manusia biasa—seratus tahun adalah batas yang jarang terlampaui.Setelah melewati lima tingkatan Tahap Awal, kultivator memasuki Tahap Fondasi. Di sini, mereka mulai membangun istana qi dalam tubuh mereka, memperkuat meridian dan memperluas kapasitas penyimpanan energi. Umur mereka memanjang hingga dua atau tiga ratus tahun, cukup untuk melihat dinasti berganti dan kota-kota tumbuh dari tanah kosong.Tahap ketiga adalah Tahap Eliksir Emas, di m
Di sebuah gua tersembunyi di kaki Gunung Hadarac, Rong Tian duduk bersila di atas batu datar. Cahaya remang dari lilinmistis yang melayang di sekitarnya menerangi ruangan, menciptakan bayangan yang menari di dinding gua. Di hadapannya, pedang tipis berpegangan emas melayang di udara, berputar perlahan seperti jarum kompas yang mencari arah. Tapi itu hanya imitasi dari Pedang Emas Langit Barat. Meski begitu, daya magis pedang imitasi ini masih terasa.Rong Tian membuka matanya. Pupilnya yang semula hitam kini berkilau keemasan—tanda kultivasi Eliksir Emas yang telah mencapai level tiga. Energi qi keemasan mengalir di sekitar tubuhnya seperti ular yang meliuk-liuk, sebelum kembali masuk ke dalam meridiannya."Jurus ketujuh, 'Langit Barat Tanpa Batas'," bisiknya.Dengan satu gerakan tangan, pedang di hadapannya bergerak dengan kecepatan yang hampir tidak tertangkap mata. Udara bergetar, menciptakan gelombang energi yang menyebar ke seluruh ruangan. Dinding gua bergetar, beberapa batu
Langit di atas Dataran Jin Cao menggelap dengan cepat, seolah seluruh cakrawala tertutup tirai hitam yang tak berujung.Udara yang semula dingin kini terasa menggigit tulang, membawa aroma kematian yang samar. Tanah bergetar seperti jantung yang berdebar ketakutan, retakan-retakan menjalar bagai urat nadi yang pecah, melebar dan semakin dalam dengan setiap getaran.Di sudut Tenggara dataran yang dahulu disebut Dataran Jin Cao itu.Rong Tian, dengan jubah hitamnya yang compang-camping dan wajah yang dipenuhi debu, berdiri sendirian di tepi dataran es. Tak ada siapapun bersamanya—sebagaimana ia telah menjalani hidupnya selama bertahun-tahun.Napasnya mengepul putih di udara dingin, sementara matanya yang tajam mengawasi kehancuran di hadapannya. Dataran Jin Cao—tempat yang baru saja menyimpan rahasia dan harta karun berusia ribuan tahun—kini meruntuh ke dalam dirinya sendiri seperti kertas yang terbakar dari dalam."Langit menghukum mereka yang terlalu serakah," bisiknya pada diri sen
Di salah satu ruangan, di kedalam perut bumi dibawah padang Es, tempat tersembunyi yang menjadi disebut Dataran Jin Cao - tempat perebutan harta warisan Dinasty Xi Tian...Pria berpakaian ungu itu tampak tertawa tebbahak-bahak. Ekspresinya memancarkan rasa gembira yang sulit di lukiskan dengan kata-kata.Dia mengamati ruangan luas itu sekali lagi, senyum tipis tersungging di bibirnya yang jarang menunjukkan emosi. "Delapan puluh delapan peti jade hijau... akhirnya menjadi milik aku.""Ada banyak sekali rencana yang akan aku lakukan. Akulah penguasa dunia!"+++Kembali di Perpustakaan Rahasia, dimana Rong Tian berdiri dengan tegak di depan dinding batu yang kini dihiasi peta cahaya. Setelah mempelajari peta dengan saksama, ia yakin bisa menemukan jalan menuju komponen harta karun lainnya."Pedang Emas Langit Barat akan menjadi prioritasku," gumamnya, matanya berkilat tak terbantahkan. "Dengan pedang itu dan Teknik Pedang Angin Padang Rumput Emas, tidak ada yang bisa menghalangiku."
Di ruangan lain yang berbentuk kubah dengan dinding berukir tumbuhan, Tian Guan Zong berdiri dengan napas terengah. Jubah putihnya yang biasa berkilau kini compang-camping dan kotor oleh darah dan lumpur. Jenggot putihnya acak-acakan, dan luka melintang di pipinya masih meneteskan darah segar."Jalan hidup memiliki ribuan belokan," gumamnya, mengutip pepatah tentang ketidakpastian takdir. "Siapa sangka aku akan selamat dari jebakan mematikan itu."Keajaiban atau mungkin pengalaman bertahun-tahunnya sebagai kultivator tingkat tinggi telah menyelamatkannya dari kematian di lubang es. Ia berhasil membentuk perisai qi di detik-detik terakhir, melindunginya dari hantaman fatal saat terjatuh. Meski terluka parah, ia berhasil merayap melalui lorong-lorong bawah tanah, mengikuti insting dan aura qi kuno yang terasa familiar.Kini, setelah perjuangan selama berhari-hari, ia berdiri di tengah Ruang Penyimpanan Benih Rumput Emas. Ruangan itu lebih kecil dari yang ia bayangkan, namun keindahan