Di dunia kultivasi, jalan menuju puncak seperti mendaki gunung tertinggi yang puncaknya tersembunyi di balik awan. Para kaum bijak kuno membagi perjalanan kultivasi ini menjadi lima tahap utama, masing-masing dengan lima tingkatan yang harus dilalui dengan kesabaran dan ketekunan.Tahap pertama adalah Tahap Awal, di mana kultivator mulai memahami aliran qi dalam tubuh mereka. Seperti bayi yang belajar merangkak sebelum berjalan, mereka menyerap energi alam dan membentuk fondasi yang masih rapuh. Pada tahap ini, umur mereka tidak berbeda dari manusia biasa—seratus tahun adalah batas yang jarang terlampaui.Setelah melewati lima tingkatan Tahap Awal, kultivator memasuki Tahap Fondasi. Di sini, mereka mulai membangun istana qi dalam tubuh mereka, memperkuat meridian dan memperluas kapasitas penyimpanan energi. Umur mereka memanjang hingga dua atau tiga ratus tahun, cukup untuk melihat dinasti berganti dan kota-kota tumbuh dari tanah kosong.Tahap ketiga adalah Tahap Eliksir Emas, di m
"Kami adalah Kelompok Rajawali Iblis yang menguasai Gunung Awan Ungu!" teriak pemimpin mereka, pria bertubuh besar dengan wajah kasar, serta bekas luka menunjukkan perjalanan hidup penuh kekerasan. "Tidak ada yang bisa melewati wilayah kami tanpa membayar 'pajak jalan'!" Tambahnya.Kusir kereta, pria paruh baya dengan kumis tipis, turun dari tempatnya dengan tangan gemetar. "T - tuan-tuan yang terhormat, kami hanya pelancong biasa. Tidak membawa banyak harta...""Diam!" bentak salah satu perampok, menodongkan goloknya ke leher kusir. "Buka keretanya! Biar kami lihat sendiri siapa penumpangnya!"Di dalam kereta, Xiao Hu menatap Rong Tian dengan cemas. "Tuan muda..."Rong Tian tetap duduk dengan tenang, seolah menghadapi perampok bersenjata adalah hal biasa baginya. "Tidak apa-apa," bisiknya. "Perhatikan baik-baik. Ini akan menjadi pelajaran pertamamu."Salah satu perampok mendekati pintu kereta dan membukanya dengan kasar. "Keluar!" bentaknya.Namun, yang ia lihat hanya kegelapan p
Kereta bergoyang pelan saat melewati bagian jalan yang tidak rata. Cahaya bulan yang mulai muncul di langit menerobos masuk melalui jendela kereta, menciptakan pola-pola keperakan di lantai. Rong Tian menatap keluar, mengamati bayangan pepohonan yang bergerak-gerak seperti penari di bawah sinar bulan.Di keheningan malam, diantara suara kertakan ban kereta membentur tanah dan bebatuan..."Tuan muda," panggil Xiao Hu setelah beberapa saat terdiam. Suaranya kini lebih tenang, namun ada keteguhan di dalamnya. "Saya ingin belajar seni beladiri dari Tuan muda."Hening....Rong Tian mengalihkan pandangannya dari jendela, menatap Xiao Hu dengan seksama. Di mata pemuda itu, ia melihat keinginan yang kuat—bukan sekadar kekaguman sesaat atau ambisi kosong, melainkan keinginan tulus untuk belajar dan berkembang."Mengapa?" tanya Rong Tian singkat.Xiao Hu menegakkan tubuhnya, menatap langsung ke mata Rong Tian — sesuatu yang jarang ia lakukan karena rasa hormatnya yang besar."Karena saya ingi
Matahari telah terang di ufuk timur, menyirami Kota Xingguang dengan cahaya keemasan yang lembut. Kota Xingguang ini, yang namanya berarti "Bintang Bersinar", memang pantas menyandang nama tersebut.Bangunan-bangunan dengan atap melengkung berwarna merah dan biru berkilau tertimpa sinar matahari pagi, sementara jalan-jalan berbatu yang lebar mulai dipenuhi penduduk yang memulai aktivitas harian mereka.Rong Tian berdiri di balkon penginapan "Bulan dan Bintang", salah satu penginapan terbaik di Kota Xingguang. Matanya yang tajam mengamati pemandangan kota di bawahnya. Berbeda dengan kota-kota di Kekaisaran Bai Feng yang didominasi oleh pedagang dan pejabat pemerintahan, Kota Xingguang dipenuhi oleh kultivator dari berbagai aliran.Di sudut jalan, sekelompok pemuda berpakaian putih dengan bordiran awan biru berlatih gerakan pedang dengan gerakan yang seirama, seperti "burung-burung yang terbang dalam formasi." Di dekat mereka, seorang pria tua dengan jubah abu-abu duduk bersila di at
Mata Xiao Hu melebar. "Pangeran Mahkota? Di sini? Apa yang...""Ssttt... Dengarkan," potong Rong Tian. Ia menajamkan pendengarannya untuk menangkap percakapan di meja tengah.Suara Pangeran Mahkota Liu Jinhai terdengar jelas, penuh percaya diri dan sedikit angkuh. "...jadi, Tetua Feng, bagaimana pendapat Anda tentang tawaranku?"Pria tertua di antara kultivator Sekte Tianyi—pria berjenggot putih panjang dengan mata tajam seperti elang—mengelus jenggotnya dengan gerakan lambat. "Tawaran Yang Mulia sangat... menarik. Tapi saya harus bertanya, mengapa Sekte Tianyi? Kami bukan lagi sekte terkuat di Dataran Tengah."Liu Jinhai tersenyum lebar, menuangkan arak ke cawan Tetua Feng dengan gerakan anggun. "Justru karena itu, Tetua Feng. Sekte Tianyi memiliki sejarah panjang dan reputasi yang tak ternoda. Kalian mungkin tidak lagi berada di puncak, tapi integritas kalian tidak diragukan. Itulah yang aku butuhkan.""Untuk apa Anda seorang pangeran, ingin menjadi Pemimpin Dunia Persilatan?" ta
Malam merangkak perlahan di atas Kota Xingguang, membawa keheningan yang tidak biasa. Rembulan menggantung sempurna di langit, bagai permata putih raksasa yang dikelilingi ribuan bintang kecil. Cahayanya yang keperakan menyirami atap-atap bangunan, menciptakan bayangan-bayangan aneh yang seolah bergerak dengan kehidupannya sendiri.Namun di balik keindahan itu, ada sesuatu yang tidak wajar. Angin malam yang biasanya lembut kini terasa menggigit, membawa aroma dingin yang menusuk hingga ke tulang. Daun-daun pohon willow bergetar meski tidak ada angin kencang, seolah berbisik tentang bahaya yang mengintai. Bahkan hewan-hewan malam yang biasanya riuh kini terdiam, menciptakan kesunyian yang mencekam."Zi Shi! Waktu Zi Shi telah tiba!" Suara petugas kota memecah keheningan, diikuti dentangan gong yang bergema di seluruh penjuru. Pria tua itu berjalan dengan lentera di tangan, tongkat kayu di tangan lainnya mengetuk-ngetuk jalan berbatu. "Pastikan semua aman! Kunci pintu rumah, karena
Raja Kelelawar Hitam mengedarkan pandangannya, menghitung jumlah lawan. Dua pemimpin sekte dengan kultivasi tingkat tinggi, ditambah belasan murid elit—bahkan dengan kemampuannya, ini bukan pertarungan yang mudah."Kau telah merencanakan ini," bisiknya pada Pangeran Mahkota, suaranya terdengar dipenuhi kebencian.Pangeran Mahkota tersenyum tipis. "Selalu ada rencana cadangan, Raja Kelelawar Hitam."Tetua Feng Yuxian dan Biksu Agung Tian Kong bergerak bersamaan, melancarkan serangan kombinasi yang mematikan. Pedang Tetua Feng menciptakan gelombang qi biru yang membelah udara, sementara tasbih Biksu Tian Kong memancarkan cahaya keemasan yang membentuk telapak Buddha raksasa.WUUUT!Raja Kelelawar Hitam langsung melepaskan cengkeramannya pada leher Pangeran Mahkota. Dia tinggi dengan gerakan yang menyerupai kelelawar terbang. Ia melakukan salto di udara, jubahnya berkibar seperti sayap hitam yang membentang, menghindari kedua serangan dengan keanggunan yang menakjubkan.Saat ia melay
Pertarungan meningkat intensitasnya. Empat belas kultivator tingkat tinggi melawan satu Raja Kelelawar Hitam. Mereka bergerak begitu cepat hingga mata biasa hanya bisa melihat kilatan cahaya dan bayangan yang saling berkejaran. Pohon-pohon willow tercabik, batu-batu hancur, permukaan kolam beriak liar seolah dilanda badai.Namun, meski jumlahnya jauh lebih banyak, keempat belas kultivator itu kesulitan mendaratkan serangan berarti pada Raja Kelelawar Hitam. Sosok iblis kelelawar ini bergerak seperti hantu di antara mereka, muncul dan menghilang sesuka hati, melancarkan serangan yang mematikan lalu menghilang sebelum serangan balasan datang."Empat belas melawan satu, dan kalian masih kesulitan?" Raja Kelelawar Hitam tertawa, suaranya bergema dari segala arah. "Sungguh memalukan. Bahkan anak kecil di pasar bisa menghitung lebih baik dari kemampuan kalian bertarung."Salah satu Pengawal Bayangan—wanita dengan cambuk berduri—menggeram marah. "Berhenti bermain-main dan hadapi kami den
Pertarungan meningkat intensitasnya. Empat belas kultivator tingkat tinggi melawan satu Raja Kelelawar Hitam. Mereka bergerak begitu cepat hingga mata biasa hanya bisa melihat kilatan cahaya dan bayangan yang saling berkejaran. Pohon-pohon willow tercabik, batu-batu hancur, permukaan kolam beriak liar seolah dilanda badai.Namun, meski jumlahnya jauh lebih banyak, keempat belas kultivator itu kesulitan mendaratkan serangan berarti pada Raja Kelelawar Hitam. Sosok iblis kelelawar ini bergerak seperti hantu di antara mereka, muncul dan menghilang sesuka hati, melancarkan serangan yang mematikan lalu menghilang sebelum serangan balasan datang."Empat belas melawan satu, dan kalian masih kesulitan?" Raja Kelelawar Hitam tertawa, suaranya bergema dari segala arah. "Sungguh memalukan. Bahkan anak kecil di pasar bisa menghitung lebih baik dari kemampuan kalian bertarung."Salah satu Pengawal Bayangan—wanita dengan cambuk berduri—menggeram marah. "Berhenti bermain-main dan hadapi kami den
Raja Kelelawar Hitam mengedarkan pandangannya, menghitung jumlah lawan. Dua pemimpin sekte dengan kultivasi tingkat tinggi, ditambah belasan murid elit—bahkan dengan kemampuannya, ini bukan pertarungan yang mudah."Kau telah merencanakan ini," bisiknya pada Pangeran Mahkota, suaranya terdengar dipenuhi kebencian.Pangeran Mahkota tersenyum tipis. "Selalu ada rencana cadangan, Raja Kelelawar Hitam."Tetua Feng Yuxian dan Biksu Agung Tian Kong bergerak bersamaan, melancarkan serangan kombinasi yang mematikan. Pedang Tetua Feng menciptakan gelombang qi biru yang membelah udara, sementara tasbih Biksu Tian Kong memancarkan cahaya keemasan yang membentuk telapak Buddha raksasa.WUUUT!Raja Kelelawar Hitam langsung melepaskan cengkeramannya pada leher Pangeran Mahkota. Dia tinggi dengan gerakan yang menyerupai kelelawar terbang. Ia melakukan salto di udara, jubahnya berkibar seperti sayap hitam yang membentang, menghindari kedua serangan dengan keanggunan yang menakjubkan.Saat ia melay
Malam merangkak perlahan di atas Kota Xingguang, membawa keheningan yang tidak biasa. Rembulan menggantung sempurna di langit, bagai permata putih raksasa yang dikelilingi ribuan bintang kecil. Cahayanya yang keperakan menyirami atap-atap bangunan, menciptakan bayangan-bayangan aneh yang seolah bergerak dengan kehidupannya sendiri.Namun di balik keindahan itu, ada sesuatu yang tidak wajar. Angin malam yang biasanya lembut kini terasa menggigit, membawa aroma dingin yang menusuk hingga ke tulang. Daun-daun pohon willow bergetar meski tidak ada angin kencang, seolah berbisik tentang bahaya yang mengintai. Bahkan hewan-hewan malam yang biasanya riuh kini terdiam, menciptakan kesunyian yang mencekam."Zi Shi! Waktu Zi Shi telah tiba!" Suara petugas kota memecah keheningan, diikuti dentangan gong yang bergema di seluruh penjuru. Pria tua itu berjalan dengan lentera di tangan, tongkat kayu di tangan lainnya mengetuk-ngetuk jalan berbatu. "Pastikan semua aman! Kunci pintu rumah, karena
Mata Xiao Hu melebar. "Pangeran Mahkota? Di sini? Apa yang...""Ssttt... Dengarkan," potong Rong Tian. Ia menajamkan pendengarannya untuk menangkap percakapan di meja tengah.Suara Pangeran Mahkota Liu Jinhai terdengar jelas, penuh percaya diri dan sedikit angkuh. "...jadi, Tetua Feng, bagaimana pendapat Anda tentang tawaranku?"Pria tertua di antara kultivator Sekte Tianyi—pria berjenggot putih panjang dengan mata tajam seperti elang—mengelus jenggotnya dengan gerakan lambat. "Tawaran Yang Mulia sangat... menarik. Tapi saya harus bertanya, mengapa Sekte Tianyi? Kami bukan lagi sekte terkuat di Dataran Tengah."Liu Jinhai tersenyum lebar, menuangkan arak ke cawan Tetua Feng dengan gerakan anggun. "Justru karena itu, Tetua Feng. Sekte Tianyi memiliki sejarah panjang dan reputasi yang tak ternoda. Kalian mungkin tidak lagi berada di puncak, tapi integritas kalian tidak diragukan. Itulah yang aku butuhkan.""Untuk apa Anda seorang pangeran, ingin menjadi Pemimpin Dunia Persilatan?" ta
Matahari telah terang di ufuk timur, menyirami Kota Xingguang dengan cahaya keemasan yang lembut. Kota Xingguang ini, yang namanya berarti "Bintang Bersinar", memang pantas menyandang nama tersebut.Bangunan-bangunan dengan atap melengkung berwarna merah dan biru berkilau tertimpa sinar matahari pagi, sementara jalan-jalan berbatu yang lebar mulai dipenuhi penduduk yang memulai aktivitas harian mereka.Rong Tian berdiri di balkon penginapan "Bulan dan Bintang", salah satu penginapan terbaik di Kota Xingguang. Matanya yang tajam mengamati pemandangan kota di bawahnya. Berbeda dengan kota-kota di Kekaisaran Bai Feng yang didominasi oleh pedagang dan pejabat pemerintahan, Kota Xingguang dipenuhi oleh kultivator dari berbagai aliran.Di sudut jalan, sekelompok pemuda berpakaian putih dengan bordiran awan biru berlatih gerakan pedang dengan gerakan yang seirama, seperti "burung-burung yang terbang dalam formasi." Di dekat mereka, seorang pria tua dengan jubah abu-abu duduk bersila di at
Kereta bergoyang pelan saat melewati bagian jalan yang tidak rata. Cahaya bulan yang mulai muncul di langit menerobos masuk melalui jendela kereta, menciptakan pola-pola keperakan di lantai. Rong Tian menatap keluar, mengamati bayangan pepohonan yang bergerak-gerak seperti penari di bawah sinar bulan.Di keheningan malam, diantara suara kertakan ban kereta membentur tanah dan bebatuan..."Tuan muda," panggil Xiao Hu setelah beberapa saat terdiam. Suaranya kini lebih tenang, namun ada keteguhan di dalamnya. "Saya ingin belajar seni beladiri dari Tuan muda."Hening....Rong Tian mengalihkan pandangannya dari jendela, menatap Xiao Hu dengan seksama. Di mata pemuda itu, ia melihat keinginan yang kuat—bukan sekadar kekaguman sesaat atau ambisi kosong, melainkan keinginan tulus untuk belajar dan berkembang."Mengapa?" tanya Rong Tian singkat.Xiao Hu menegakkan tubuhnya, menatap langsung ke mata Rong Tian — sesuatu yang jarang ia lakukan karena rasa hormatnya yang besar."Karena saya ingi
"Kami adalah Kelompok Rajawali Iblis yang menguasai Gunung Awan Ungu!" teriak pemimpin mereka, pria bertubuh besar dengan wajah kasar, serta bekas luka menunjukkan perjalanan hidup penuh kekerasan. "Tidak ada yang bisa melewati wilayah kami tanpa membayar 'pajak jalan'!" Tambahnya.Kusir kereta, pria paruh baya dengan kumis tipis, turun dari tempatnya dengan tangan gemetar. "T - tuan-tuan yang terhormat, kami hanya pelancong biasa. Tidak membawa banyak harta...""Diam!" bentak salah satu perampok, menodongkan goloknya ke leher kusir. "Buka keretanya! Biar kami lihat sendiri siapa penumpangnya!"Di dalam kereta, Xiao Hu menatap Rong Tian dengan cemas. "Tuan muda..."Rong Tian tetap duduk dengan tenang, seolah menghadapi perampok bersenjata adalah hal biasa baginya. "Tidak apa-apa," bisiknya. "Perhatikan baik-baik. Ini akan menjadi pelajaran pertamamu."Salah satu perampok mendekati pintu kereta dan membukanya dengan kasar. "Keluar!" bentaknya.Namun, yang ia lihat hanya kegelapan p
Di dunia kultivasi, jalan menuju puncak seperti mendaki gunung tertinggi yang puncaknya tersembunyi di balik awan. Para kaum bijak kuno membagi perjalanan kultivasi ini menjadi lima tahap utama, masing-masing dengan lima tingkatan yang harus dilalui dengan kesabaran dan ketekunan.Tahap pertama adalah Tahap Awal, di mana kultivator mulai memahami aliran qi dalam tubuh mereka. Seperti bayi yang belajar merangkak sebelum berjalan, mereka menyerap energi alam dan membentuk fondasi yang masih rapuh. Pada tahap ini, umur mereka tidak berbeda dari manusia biasa—seratus tahun adalah batas yang jarang terlampaui.Setelah melewati lima tingkatan Tahap Awal, kultivator memasuki Tahap Fondasi. Di sini, mereka mulai membangun istana qi dalam tubuh mereka, memperkuat meridian dan memperluas kapasitas penyimpanan energi. Umur mereka memanjang hingga dua atau tiga ratus tahun, cukup untuk melihat dinasti berganti dan kota-kota tumbuh dari tanah kosong.Tahap ketiga adalah Tahap Eliksir Emas, di m
Di sebuah gua tersembunyi di kaki Gunung Hadarac, Rong Tian duduk bersila di atas batu datar. Cahaya remang dari lilinmistis yang melayang di sekitarnya menerangi ruangan, menciptakan bayangan yang menari di dinding gua. Di hadapannya, pedang tipis berpegangan emas melayang di udara, berputar perlahan seperti jarum kompas yang mencari arah. Tapi itu hanya imitasi dari Pedang Emas Langit Barat. Meski begitu, daya magis pedang imitasi ini masih terasa.Rong Tian membuka matanya. Pupilnya yang semula hitam kini berkilau keemasan—tanda kultivasi Eliksir Emas yang telah mencapai level tiga. Energi qi keemasan mengalir di sekitar tubuhnya seperti ular yang meliuk-liuk, sebelum kembali masuk ke dalam meridiannya."Jurus ketujuh, 'Langit Barat Tanpa Batas'," bisiknya.Dengan satu gerakan tangan, pedang di hadapannya bergerak dengan kecepatan yang hampir tidak tertangkap mata. Udara bergetar, menciptakan gelombang energi yang menyebar ke seluruh ruangan. Dinding gua bergetar, beberapa batu