Pernyataan itu menghentikan semua percakapan.Udara seolah membeku lebih dingin dari sebelumnya, qi alam meremang seperti peringatan tak terucap."Apa maksudmu, Nyonya Huang?" tanya Xuan Dao dengan nada tenang namun mata waspada, jari-jarinya siap merapal formasi segel.Huang Wenling mengitari lingkaran kultivator dengan langkah anggun bagai merak memamerkan bulunya.Jubah sutranya yang berwarna merah delima berkibar tertiup angin dingin, tidak terpengaruh oleh es yang menyelimuti tanah. "Jangan berpura-pura suci. Desas-desus telah menyebar hingga ke Dataran Tengah.""Kalian berlima," ia menunjuk lima pemimpin sekte ortodoks dengan jari lentiknya, aura qi ungu samar berpendar di sekitar kukunya yang panjang, "telah membentuk aliansi rahasia bernama Aliansi Lima Misteri."Wajah Tian Guan Zong mengeras bagai batu granit, qi emasnya berfluktuasi berbahaya membentuk aureola tipis di sekitar tubuhnya. "Hati-hati dengan tuduhanmu, Nyonya Huang. Kata-kata bisa lebih tajam dari pedang qi.""T
Kultivator lain mundur dengan cepat, membentuk lingkaran lebih besar untuk menghindari serangan nyasar.Pertarungan memicu kekacauan yang telah lama terpendam.Nyonya Bi Yun dengan jurus embun birunya dan Biksu Wanpeng dengan mantra suci Buddha bergabung dengan Tian Guan Zong, sementara Yin Zhi dengan cepat berada di sisi Huang Wenling, bayangan-bayangan hitam menari di sekitar jubahnya.Zhao Min dan Jin Hao dari Dataran Tengah mundur dengan elegan, memilih menjadi penonton bijak, sementara Lima Tetua Aliansi Lima Elemen membentuk formasi pentagon untuk membantu Tian Guan Zong, masing-masing memunculkan qi sesuai elemen mereka.Namun... sebelum pertarungan semakin sengit, sebuah suara gemuruh menggetarkan langit.Seolah guntur di tengah hari cerah, suara itu membuat semua kultivator berhenti dan mendongak, insting bahaya mereka berteriak.ROAAR!!Langit yang semula biru pucat kini menggelap dengan cepat. Awan hitam pekat berkumpul, berputar dalam lingkaran raksasa tepat di atas Air Te
Salju turun perlahan, butiran-butiran putih melayang bagai kelopak bunga persik di antara seribu prajurit Kekaisaran Matahari Emas yang kini berdiri kokoh di sekeliling bukit es.Formasi mereka sempurna—lingkaran konsentris dengan jarak presisi yang tak mungkin ditembus, seperti jaring laba-laba raksasa yang siap menjerat mangsa.Zirah hitam dengan aksen emas mereka berkilauan di bawah cahaya matahari yang redup, menciptakan pemandangan menakjubkan bagai ribuan bintang di langit malam.Busur komposit terentang dengan anak panah yang ujungnya berpendar merah menyala—tanda bahan peledak dan qi api yang terkonsentrasi, hasil dari teknik alkimia kuno yang hanya dikuasai oleh pandai besi terbaik Kekaisaran.Di tengah kepungan, para kultivator terkuat dari dua wilayah berdiri dengan wajah tegang, seperti harimau yang terjebak dalam lingkaran api.Tian Guan Zong, pemimpin Sekte Cahaya Surgawi, menatap ke atas dengan mata berkilat penuh kebencian. Jenggot putihnya yang panjang hingga ke dada
SWING – SWING – SWING!Seribu anak panah melesat dalam formasi sempurna, menciptakan pemandangan menakjubkan seperti hujan meteor di langit malam. Namun anehnya, bukan mengarah pada para kultivator di tengah, melainkan ke berbagai titik di permukaan es sekeliling bukit.Tian Guan Zong dan yang lain menatap bingung, tak mengerti arti serangan yang meleset ini, seperti orang yang melihat hantu di siang bolong."Apa yang ..." belum selesai Xuan Dao berkata, suara ledakan dahsyat memenuhi lembah seperti ratusan guntur yang menggelegar bersamaan."BUM! BUM! BUM!"Ledakan beruntun terdengar dari segala arah, menciptakan simfoni kehancuran yang memekakkan telinga.Anak-anak panah telah mengenai titik-titik strategis di mana bom qi telah ditempatkan sebelumnya. Permukaan es retak dalam pola yang terencana sempurna, seperti jaring laba-laba raksasa yang menjalar dengan cepat.Bukan ledakan biasa, ini adalah bom qi spiritual tingkat tinggi yang dirancang untuk menghancurkan struktur es hingga k
Kepulan uap putih mengambang di udara dingin saat Yue Lin menghela napas puas. Kedua tangannya yang terbungkus sarung tangan zirah bersidekap di dada, matanya yang tajam mengawasi lubang hitam menganga di permukaan es—hasil dari ledakan terencana yang baru saja menghancurkan semua kultivator terkuat dari dua wilayah. Angin dingin bertiup, mengantarkan butiran-butiran salju yang menari-nari di sekitar kapal roh Kekaisaran Matahari Emas yang melayang megah di langit."Jendral Batur," suara Yue Lin terdengar jernih namun penuh otoritas, "periksa lubang itu. Pastikan tidak ada yang selamat."Seorang pria kekar dengan baju zirah lebih tebal dan ukiran naga emas di dadanya membungkuk hormat. Wajahnya yang keras dengan bekas luka di pipi - tanda melewati banyak pertarungan - tidak menunjukkan emosi apa pun."Sesuai perintah, Tuan Putri," jawabnya singkat.Jendral Batur mengaktifkan sayap mekanis di punggungnya. Qi emas mengalir ke dalam mekanisme rumit, membuat sepasang sayap logam berkil
Yue Lin mengangkat tangannya tinggi-tinggi, wajahnya berseri-seri dengan kebanggaan yang tak tersembunyi."Kekaisaran Jin Shuang, Aliansi Lima Misteri, semua sekte dari Dataran Tengah—mereka hanyalah pion-ku!" "Aku membiarkan mereka saling membunuh, saling melemahkan, sambil perlahan menuntun mereka ke tempat ini." Matanya berkilat berbahaya. "Semua agar rencanaku berjalan sempurna. Tidak ada yang tersisa untuk menantang klaim Kekaisaran Matahari Emas atas harta Dinasti Xi Tian!"Jendral Batur akhirnya bangkit, wajahnya kini menunjukkan sedikit kekaguman, namun penuh penjilatan. "Tuan Putri sungguh layak menjadi permata Kekaisaran Matahari Emas. Khagan akan sangat bangga.""Tentu saja," Yue Lin tersenyum, merapikan kepingan rambutnya yang sedikit berantakan, keluar dari helm zirahnya. "Tapi pekerjaan kita belum selesai. Sekarang saatnya mengklaim hadiah kita."Dengan gerakan penuh percaya diri, Yue Lin mengaktifkan sayap mekanisnya sendiri—lebih kecil dari milik prajurit namun deng
Kegelapan... Rasa dingin yang menusuk, masuk hingga ke tulang. Rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuh... Itulah yang pertama kali Rong Tian rasakan saat kesadarannya perlahan kembali. Tubuhnya terbaring di atas permukaan keras dan dingin, sementara kepalanya berdenyut seolah dihantam ribuan palu. Ia mencoba menggerakkan jarinya— ternyata masih berfungsi. Kemudian pergelangan tangan, lengan, dan akhirnya seluruh tubuh."Ugh..." erangan pelan lolos dari bibirnya yang pecah-pecah. Dengan susah payah, Rong Tian memaksa matanya terbuka, hanya untuk disambut oleh kegelapan hampir total.'Di mana ini?'Ingatan terakhirnya adalah ketika berada di persembunyian bersama Duan Meng dan Fan Liu, mengamati pertarungan para kultivator. Kemudian ledakan dahsyat, retakan es, dan perasaan terjatuh tanpa akhir ke dalam jurang hitam yang seolah menelan segala cahaya.Rong Tian mencoba duduk, menahan desisan ketika merasakan tulang rusuknya yang retak. Dengan gerakan hati-hati, ia mengeluarkan jima
Tepat saat kera iblis melepaskan semburan api merah dari mulutnya, kabut hitam pekat keluar dari telapak tangan Rong Tian, menyebar dengan cepat memenuhi terowongan.BOOOM!Api merah berbenturan dengan kabut hitam, menciptakan ledakan energi yang menggetarkan seluruh gua.Di balik kabut pelindungnya, Rong Tian mengeluarkan jimat dari kantong penyimpanan."Jimat Api Neraka."Jimat itu terbakar dengan api hitam di tangannya. Dengan presisi, Rong Tian melemparkannya menembus kabut. Jimat menempel di dada kera iblis, sebelum meledak dalam kobaran api hitam yang membungkus tubuh raksasa itu.ROAAR!Raungan kesakitan memenuhi terowongan.Kera iblis menggila, memukuli dinding dan pilar di sekitarnya, berusaha memadamkan api hitam yang terus membakar dagingnya."Api Neraka tidak bisa dipadamkan dengan cara biasa," Rong Tian berkata dingin, melangkah keluar dari kabut."Api itu akan terus membakar hingga targetnya menjadi abu."Namun, kera iblis tidak menyerah begitu saja. Di tengah rasa sakit
Pertarungan meningkat intensitasnya. Empat belas kultivator tingkat tinggi melawan satu Raja Kelelawar Hitam. Mereka bergerak begitu cepat hingga mata biasa hanya bisa melihat kilatan cahaya dan bayangan yang saling berkejaran. Pohon-pohon willow tercabik, batu-batu hancur, permukaan kolam beriak liar seolah dilanda badai.Namun, meski jumlahnya jauh lebih banyak, keempat belas kultivator itu kesulitan mendaratkan serangan berarti pada Raja Kelelawar Hitam. Sosok iblis kelelawar ini bergerak seperti hantu di antara mereka, muncul dan menghilang sesuka hati, melancarkan serangan yang mematikan lalu menghilang sebelum serangan balasan datang."Empat belas melawan satu, dan kalian masih kesulitan?" Raja Kelelawar Hitam tertawa, suaranya bergema dari segala arah. "Sungguh memalukan. Bahkan anak kecil di pasar bisa menghitung lebih baik dari kemampuan kalian bertarung."Salah satu Pengawal Bayangan—wanita dengan cambuk berduri—menggeram marah. "Berhenti bermain-main dan hadapi kami den
Raja Kelelawar Hitam mengedarkan pandangannya, menghitung jumlah lawan. Dua pemimpin sekte dengan kultivasi tingkat tinggi, ditambah belasan murid elit—bahkan dengan kemampuannya, ini bukan pertarungan yang mudah."Kau telah merencanakan ini," bisiknya pada Pangeran Mahkota, suaranya terdengar dipenuhi kebencian.Pangeran Mahkota tersenyum tipis. "Selalu ada rencana cadangan, Raja Kelelawar Hitam."Tetua Feng Yuxian dan Biksu Agung Tian Kong bergerak bersamaan, melancarkan serangan kombinasi yang mematikan. Pedang Tetua Feng menciptakan gelombang qi biru yang membelah udara, sementara tasbih Biksu Tian Kong memancarkan cahaya keemasan yang membentuk telapak Buddha raksasa.WUUUT!Raja Kelelawar Hitam langsung melepaskan cengkeramannya pada leher Pangeran Mahkota. Dia tinggi dengan gerakan yang menyerupai kelelawar terbang. Ia melakukan salto di udara, jubahnya berkibar seperti sayap hitam yang membentang, menghindari kedua serangan dengan keanggunan yang menakjubkan.Saat ia melay
Malam merangkak perlahan di atas Kota Xingguang, membawa keheningan yang tidak biasa. Rembulan menggantung sempurna di langit, bagai permata putih raksasa yang dikelilingi ribuan bintang kecil. Cahayanya yang keperakan menyirami atap-atap bangunan, menciptakan bayangan-bayangan aneh yang seolah bergerak dengan kehidupannya sendiri.Namun di balik keindahan itu, ada sesuatu yang tidak wajar. Angin malam yang biasanya lembut kini terasa menggigit, membawa aroma dingin yang menusuk hingga ke tulang. Daun-daun pohon willow bergetar meski tidak ada angin kencang, seolah berbisik tentang bahaya yang mengintai. Bahkan hewan-hewan malam yang biasanya riuh kini terdiam, menciptakan kesunyian yang mencekam."Zi Shi! Waktu Zi Shi telah tiba!" Suara petugas kota memecah keheningan, diikuti dentangan gong yang bergema di seluruh penjuru. Pria tua itu berjalan dengan lentera di tangan, tongkat kayu di tangan lainnya mengetuk-ngetuk jalan berbatu. "Pastikan semua aman! Kunci pintu rumah, karena
Mata Xiao Hu melebar. "Pangeran Mahkota? Di sini? Apa yang...""Ssttt... Dengarkan," potong Rong Tian. Ia menajamkan pendengarannya untuk menangkap percakapan di meja tengah.Suara Pangeran Mahkota Liu Jinhai terdengar jelas, penuh percaya diri dan sedikit angkuh. "...jadi, Tetua Feng, bagaimana pendapat Anda tentang tawaranku?"Pria tertua di antara kultivator Sekte Tianyi—pria berjenggot putih panjang dengan mata tajam seperti elang—mengelus jenggotnya dengan gerakan lambat. "Tawaran Yang Mulia sangat... menarik. Tapi saya harus bertanya, mengapa Sekte Tianyi? Kami bukan lagi sekte terkuat di Dataran Tengah."Liu Jinhai tersenyum lebar, menuangkan arak ke cawan Tetua Feng dengan gerakan anggun. "Justru karena itu, Tetua Feng. Sekte Tianyi memiliki sejarah panjang dan reputasi yang tak ternoda. Kalian mungkin tidak lagi berada di puncak, tapi integritas kalian tidak diragukan. Itulah yang aku butuhkan.""Untuk apa Anda seorang pangeran, ingin menjadi Pemimpin Dunia Persilatan?" ta
Matahari telah terang di ufuk timur, menyirami Kota Xingguang dengan cahaya keemasan yang lembut. Kota Xingguang ini, yang namanya berarti "Bintang Bersinar", memang pantas menyandang nama tersebut.Bangunan-bangunan dengan atap melengkung berwarna merah dan biru berkilau tertimpa sinar matahari pagi, sementara jalan-jalan berbatu yang lebar mulai dipenuhi penduduk yang memulai aktivitas harian mereka.Rong Tian berdiri di balkon penginapan "Bulan dan Bintang", salah satu penginapan terbaik di Kota Xingguang. Matanya yang tajam mengamati pemandangan kota di bawahnya. Berbeda dengan kota-kota di Kekaisaran Bai Feng yang didominasi oleh pedagang dan pejabat pemerintahan, Kota Xingguang dipenuhi oleh kultivator dari berbagai aliran.Di sudut jalan, sekelompok pemuda berpakaian putih dengan bordiran awan biru berlatih gerakan pedang dengan gerakan yang seirama, seperti "burung-burung yang terbang dalam formasi." Di dekat mereka, seorang pria tua dengan jubah abu-abu duduk bersila di at
Kereta bergoyang pelan saat melewati bagian jalan yang tidak rata. Cahaya bulan yang mulai muncul di langit menerobos masuk melalui jendela kereta, menciptakan pola-pola keperakan di lantai. Rong Tian menatap keluar, mengamati bayangan pepohonan yang bergerak-gerak seperti penari di bawah sinar bulan.Di keheningan malam, diantara suara kertakan ban kereta membentur tanah dan bebatuan..."Tuan muda," panggil Xiao Hu setelah beberapa saat terdiam. Suaranya kini lebih tenang, namun ada keteguhan di dalamnya. "Saya ingin belajar seni beladiri dari Tuan muda."Hening....Rong Tian mengalihkan pandangannya dari jendela, menatap Xiao Hu dengan seksama. Di mata pemuda itu, ia melihat keinginan yang kuat—bukan sekadar kekaguman sesaat atau ambisi kosong, melainkan keinginan tulus untuk belajar dan berkembang."Mengapa?" tanya Rong Tian singkat.Xiao Hu menegakkan tubuhnya, menatap langsung ke mata Rong Tian — sesuatu yang jarang ia lakukan karena rasa hormatnya yang besar."Karena saya ingi
"Kami adalah Kelompok Rajawali Iblis yang menguasai Gunung Awan Ungu!" teriak pemimpin mereka, pria bertubuh besar dengan wajah kasar, serta bekas luka menunjukkan perjalanan hidup penuh kekerasan. "Tidak ada yang bisa melewati wilayah kami tanpa membayar 'pajak jalan'!" Tambahnya.Kusir kereta, pria paruh baya dengan kumis tipis, turun dari tempatnya dengan tangan gemetar. "T - tuan-tuan yang terhormat, kami hanya pelancong biasa. Tidak membawa banyak harta...""Diam!" bentak salah satu perampok, menodongkan goloknya ke leher kusir. "Buka keretanya! Biar kami lihat sendiri siapa penumpangnya!"Di dalam kereta, Xiao Hu menatap Rong Tian dengan cemas. "Tuan muda..."Rong Tian tetap duduk dengan tenang, seolah menghadapi perampok bersenjata adalah hal biasa baginya. "Tidak apa-apa," bisiknya. "Perhatikan baik-baik. Ini akan menjadi pelajaran pertamamu."Salah satu perampok mendekati pintu kereta dan membukanya dengan kasar. "Keluar!" bentaknya.Namun, yang ia lihat hanya kegelapan p
Di dunia kultivasi, jalan menuju puncak seperti mendaki gunung tertinggi yang puncaknya tersembunyi di balik awan. Para kaum bijak kuno membagi perjalanan kultivasi ini menjadi lima tahap utama, masing-masing dengan lima tingkatan yang harus dilalui dengan kesabaran dan ketekunan.Tahap pertama adalah Tahap Awal, di mana kultivator mulai memahami aliran qi dalam tubuh mereka. Seperti bayi yang belajar merangkak sebelum berjalan, mereka menyerap energi alam dan membentuk fondasi yang masih rapuh. Pada tahap ini, umur mereka tidak berbeda dari manusia biasa—seratus tahun adalah batas yang jarang terlampaui.Setelah melewati lima tingkatan Tahap Awal, kultivator memasuki Tahap Fondasi. Di sini, mereka mulai membangun istana qi dalam tubuh mereka, memperkuat meridian dan memperluas kapasitas penyimpanan energi. Umur mereka memanjang hingga dua atau tiga ratus tahun, cukup untuk melihat dinasti berganti dan kota-kota tumbuh dari tanah kosong.Tahap ketiga adalah Tahap Eliksir Emas, di m
Di sebuah gua tersembunyi di kaki Gunung Hadarac, Rong Tian duduk bersila di atas batu datar. Cahaya remang dari lilinmistis yang melayang di sekitarnya menerangi ruangan, menciptakan bayangan yang menari di dinding gua. Di hadapannya, pedang tipis berpegangan emas melayang di udara, berputar perlahan seperti jarum kompas yang mencari arah. Tapi itu hanya imitasi dari Pedang Emas Langit Barat. Meski begitu, daya magis pedang imitasi ini masih terasa.Rong Tian membuka matanya. Pupilnya yang semula hitam kini berkilau keemasan—tanda kultivasi Eliksir Emas yang telah mencapai level tiga. Energi qi keemasan mengalir di sekitar tubuhnya seperti ular yang meliuk-liuk, sebelum kembali masuk ke dalam meridiannya."Jurus ketujuh, 'Langit Barat Tanpa Batas'," bisiknya.Dengan satu gerakan tangan, pedang di hadapannya bergerak dengan kecepatan yang hampir tidak tertangkap mata. Udara bergetar, menciptakan gelombang energi yang menyebar ke seluruh ruangan. Dinding gua bergetar, beberapa batu