Share

24. Bercerai

Penulis: Donat Mblondo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kita sudah bersama sejak kecil dan kamu sering muncul di layar kerjaku. Bagaimana mungkin aku tidak bisa mengenalimu?" ujar Sarah.

Jamelah dan Sarah adalah teman bangku sekolah selama 12 tahun. Mereka berpisah saat melanjutkan ke jenjang pendidikan perguruan tinggi. Sarah ikut orang tuanya ke luar kota, sedangkan Jamelah tetap berada di kampungnya.

"Ssst! Ayo mengobrol saat kakak sepupumu tidak di rumah!" bisik Jamelah.

"Ehem!" Junaedi berdeham meminta perhatian mereka. "Apa yang kalian bicarakan?" tanya Junaedi sembari menyeruput wedang yang disajikan.

"Jamelah bilang, dia menyukai Mas Juned. Pffft!" celetuk Sarah asal ceplos.

Spontan, Junaedi menyemburkan wedang yang sedang dinikmatinya. Adapun Jamelah, berusaha menyembunyikan ekspresi wajahnya dan segera berpaling beranjak pergi ke dapur.

"Apa yang kamu katakan? Apa kamu sedang bermain sebuah lelucon denganku?" ujar Junaedi kepada Sarah.

"Terserah Mas Juned mau percaya atau tidak. Aku dan Jamelah adalah teman masa sekolah. Mas Jun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   25. Marina sebagai target

    Tapi, dari mana mereka masuk? Junaedi menelusuri seluruh ruangan dari ruang manajer hingga dapur. Dia mendapati jendela dapur tidak terkunci, dan juga di sana ada jejak tangan dan kaki seseorang.Sementara itu, Jamelah berinisiatif mengambil selang panjang dan sabun dan membersihkan mulai dari ruangan tempat makan para pelanggan. Setelah ruangan terpenuhi oleh aroma semerbak sabun, Sarah dan Marina mulai ikut membantu."Sarah, tolong cek CCTV!" ujar Junaedi kepada sepupunya.Sarah pun mengambil sebuah tas dari mobil dan meletakannya di atas meja. Sebuah laptop berwarna hitam silver dengan merk Aweet keluar dari dalam tas itu. Ia pun membuka laptopnya dan mengecek riwayat rekaman CCTV di sana.Junaedi menghampirinya untuk menyaksikan. Di dapur pada pukul 23.00, tampak seseorang berhasil mencongkel jendela, hingga terbuka. Seseorang dengan tutup kepala hitam, diam-diam menjarah dalam kegelapan dengan membawa sebuah karung kecil penuh bercak darah.Orang itu melangkah menuju tempat maka

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   26. Juragan ayam

    Dua orang itu berpisah berlari ke arah yang berlawanan. Junaedi mengejar yang berlari ke sebelah kiri yaitu jalan setapak komplek pedesaan. Sedangkan Jamelah, mengejar yang berlari ke sebelah kanan yaitu jalan setapak yang sisi kanan dan kirinya adalah pekarangan kosong.Kebetulan, desa tempat Marina tinggal, merupakan daerah kekuasaan dari teman ayah Jamelah. Gadis itu menghubungi anak dari teman ayahnya untuk membantunya."Sangli, ngeronda nggak?" ujar Jamelah lewat telepon di ponsel jadulnya sambil berlari mengejar orang itu."Iya nih! Lagi rame, Mil. Kenapa? Tumben telpon?" jawab Sangli.Sangli adalah anak dari seorang juragan ayam sukses di desanya. Ayahnya yang lahir dari kalangan keluarga miskin, ternyata disukai oleh gadis kota dari keluarga konglomerat. Hal ini membuat hidupnya berubah drastris dari seorang yang melarat menjadi seorang juragan."Aku lagi kejar seseorang di jalan setapak. Dia lari ke pos ronda komplek kandang ayam situ!" kata Jamelah.Tanpa Jamelah menjelaskan

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   27. Dikubur hidup-hidup

    Sarah mencoba untuk meretas semua CCTV yang berada di jalan ini. Saat dia sedang terfokuskan pada laptopnya, Marina melihat Ambar dari kaca spion. Wanita itu membawa sebuah obor dari belakang mobil mendatangi mereka.Gadis berambut sebahu itu, menepuk-nepuk pundak Sarah seraya berkata, "Sarah, lihat! Ambar datang membawa obor di belakang!""Apa!"Spontan, Sarah langsung menengok ke belakang dan melihat wanita itu melangkah lebar mendekati mereka, dengan sebuah obor di tangannya."Wanita gila itu ... apa dia mau bakar mobil?" Sarah memasukkan kembali laptopnya ke dalam tas dan beranjak turun dari mobil bersama Marina.Melihat keduanya keluar dari mobil, sontak Ambar segera melempar obor di tangannya. Sarah menangkis obor tersebut dengan mengibaskan tas gendongnya. Obor terjatuh berguling di tanah dan nyala api pun padam.Ternyata, Ambar tidak hanya sendiri. Tiga orang lelaki muncul di belakang mengikutinya."Tangkap mereka! Aku ingin menguliti tubuh mereka dan mencincang habis daging-d

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   28. Di rumah sang juragan

    "Awaaaas!" Junaedi segera menarik tangan Jamelah, hingga jatuh ke dalam pelukannya.Jleb!Linggis yang diayunkan pria itu pun menancap di tanah cukup dalam."Huh! Hampir saja!" ujar Junaedi menghembuskan napas lega."Apakah yang berada di belakang saya saat ini adalah seorang pria tua bertopi, Pak Juned?" tanya Jamelah."Benar."Jamelah segera melepas pelukannya dan berbisik kepada lelaki di hadapannya. "Pak Juned, gunakan punggung saya sebagai tumpuan Anda untuk melompat. Lesatkan sebuah tendangan dengan kepala pak tua itu sebagai target!"Kedua tangan Junaedi mulai menumpu di bagian sisi lubang tanah yang berbentuk petak. Dia melompat dan menjadikan punggung Jamelah sebagai tumpuan pada kakinya, sembari menendang kepala pak tua itu yang masih berusaha mencabut linggis yang menancap.Buak!Pria itu terhempas menubruk semak-semak. Junaedi segera membantu Jamelah keluar dari lubang. "Cepat pergi! Kita tidak tau seberapa banyak pengikutnya. Mereka terus berdatangan tanpa kita duga. Dan

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   29. Gadis kecil yang terlupakan

    Di rumah Marina, Sangli tidak peduli dengan sikap Sarah yang sangat cuek terhadapnya. Pemuda itu terus meninjau segala hal apa yang dilakukan olehnya. Tanpa diduga, ia melihat Jamelah dengan seorang lelaki sedang duduk bersandar di pojok halaman rumahnya.Sarah merasa lega karena setidaknya, sekarang mereka berdua dalam keadaan aman."Tunggu ... tunggu! Itu kan rumah gue!" celetuk Sangli tanpa sadar memegang bahu Sarah dan kepalanya nyelonong mendekat ke layar laptop.Tindakannya, spontan membuat Sarah bergerak minggir. "Rumahmu?"Rupanya, secara tidak sengaja Sarah juga meretas CCTV yang di pasang depan pintu rumah Sangli."Iya, itu rumah gue!" tegas Sangli meyakinkan. "Tapi ... bdw, siapa laki-laki di samping Jamelah?"Satu detik, mata Sangli dan Sarah saling menatap."Emm, dia ... pacarnya," jawab Sarah segera mengalihkan pandangan ke arah lain."Pacar? Bukanya dia ..."Sarah reflek langsung membungkam mulut Marina yang hendak membeberkan kebenaran."Oh, kalo gitu, biar gue telpon

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   30. Kamera tersembunyi

    "Makanlah! Yang tadi Tante ucapkan lupain aja ya, nggak usah diambil hati. Sangli bilang, kalian nginep aja di sini semalam. Biar dia yang jagain temenmu di rumahnya. Kebetulan dia kan lagi ada tugas ngeronda," ujar Yulie."Makasih, Tante!" balas Jamelah.Kemudian Yulie pun undur diri menyusul suaminya, sedangkan mereka menyantap makanan yang dihidangkan.Junaedi masih terus terpaku pada sosok gadis di sampingnya. Dalam benaknya bertanya-tanya, apa tujuan gadis itu tiba-tiba datang memasuki kehidupannya? Lelaki itu merasa ada sesuatu hal yang penting telah dilupakan oleh sang pemilik tubuh.Tatapan Junaedi sedikit membuat Jamelah merasa risih. "Mengapa Anda terus menatap saya seperti itu, Pak? Emm, maksud saya, Mas?""Apa kita pernah memiliki hubungan di masa lalu? Apa tujuanmu tiba-tiba datang dan meminta pekerjaan padaku?" ucap Junaedi menatap tajam gadis itu.Beberapa detik mata mereka bertemu. Namun, Jamelah segera menundukan pandangannya dan berkata, "Entah apa yang membuat Anda

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   31. Febian Wijaya

    Junaedi dan Sarah pun bergegas keluar dari mobil untuk mencari keberadaan kamera itu."Kamu tunggu di sini saja!" ujar Junaedi kepada Jamelah agar tetap berada di dalam mobil.Sembari memegang laptop, Sarah melihat bahwa tayangan kamera sedang menuju kearahnya dan juga Junaedi. Dia memberitahu hal tersebut kepada Junaedi. Di depan pintu rumah, tampak Marina dan Kakek Sutejo berjalan keluar menghampiri mereka. Sebuah benda bulat kecil tampak mengkilap terkena pancaran cahaya matahari pagi. Benda kecil tersebut menempel pada seonggok besi beroda dua, yaitu alat yang selalu di pakai Sutejo kemanapun orang tua itu pergi.Junaedi menyipitkan mata. Benda kecil itu semakin mendekatinya. Setelah Marina dan Sutejo berada di hadapannya, Marina pun berkata."Ada apa? Apakah ada sesuatu yang tertinggal?""Ya. Ada sesuatu yang tertinggal." Junaedi berjongkok. Kini, benda itu tepat berada di hadapannya. "Apakah yang kamu maksud adalah benda kecil ini, Sarah?" ucapnya menunjukan benda tersebut kepa

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   32. Geng Somelekete

    Hari menjelang malam dan para pengunjung semakin sepi. Marina pikir, orang itu telah pergi karena tak tampak lagi batang hidungnya. Sehingga gadis itu berkeinginan untuk keluar sebentar mencari angin. Ia sangat suntuk. Sejak tiba di restoran, terus berhadapan dengan pelanggan tanpa henti membuat air keringat di pelipisnya terus bercucuran.Namun, ternyata pria itu hanya pindah posisi berada di seberang jalan raya. Pria bernama Febian Wijaya itu duduk melipat tangan di sebuah bangku kayu yang lusuh di bawah pohon kersem samping Toko Roti Sukesi. Matanya menatap tajam Marina sembari menunjukkan seringai.Tampaknya Marina belum menyadari keberadaannya. Febian mengendap mendekati gadis itu sembari menyiapkan sebuah kain yang telah diberi obat bius. Dengan cepat, ia bergerak dari belakang Marina dan nembius wanita itu."Emmmmmm!" erang Marina membelalakan mata sambil menahan tangan kekar pria itu. Tapi, usahanya itu sia-sia. Pandangannya mulai kabur dan akhirnya pingsan. Febian pun segera

Bab terbaru

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   50. Kemenangan

    "Ikut dengan kami, atau kami akan membunuh wanita ini!" ucap salah satu dari mereka yang membius Jamelah.Junaedi menggertak. "Sedikit saja kalian berani melukainya, aku akan membunuh kalian!""Hahaha!" Dua pria berpakaian serba hitam itu tertawa. "Pahami situasimu!" ujar salah satu dari mereka sembari mendorong kasar Junaedi. Mereka menuntunnya ke sebuah mobil Jeep hijau tua dengan tangan terikat. Mobil itu melaju cepat menuju ke sebuah tempat asing yang jarang sekali dijarah oleh orang-orang. Yaitu hutan kapuk. Tempat yang terkenal sangat angker, sehingga tidak ada seorang pun yang berani memasukinya di malam hari.Ternyata di dalam hutan tersebut terdapat rumah tua yang cukup megah. Pria berpakaian hitam itu menyeret Junaedi dari mobil memasuki rumah tua tersebut."Rumah ini ..." sekilas, Junaedi mengingat, bahwa rumah itu adalah tempat di mana ia pertama kali terbangun dari kematian, di sebuah peti kayu yang gelap dan pengap.Nyut ...Tiba-tiba timbul rasa nyeri di dada mengingat

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   49. Menjelang pagi

    Babak keempat pun usai dan lima peserta tereliminasi. Sisa lima peserta, yaitu Junaedi, Marsodi, Ade Wijaya, dan dua peserta lainnya. Setelah penyelidiakn, dua orang peserta yang lainnya itu terbukti melakukan kecurangan sehingga harus diiskualifikasi.Kecurangan mereka salah satunya adalah menuangkan tepung kanji pada adonan Marina saat babak kedua berlalngsung. Dan pada babak ketiga, menyembunyikan bahan utama kompetisi yaitu jengkol, dan hanya menyisakan jengkol-jengkol yang berlubang dan terdapat banyak ulat.Kini, pertandingan dengan sisa tiga peserta akan menjadi pertandingan terakhir di babak kelima sekaligus menentukan juara di antara mereka. Hal ini dikarenakan untuk menyingkat waktu. Sang direktur telah memahami situasi sekitar, dia menduga bahwa pertandingan kali ini akan terjadi kekacauan besar.Setelah sarapan, Junaedi dan Jamelah berniat pergi ke taman asrama untuk menikmati suasana udara yang sejuk. Namun, secara kebetulan, mereka menjumpai Marsodi dan istrinya yang tam

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   48. Babak keempat

    Salah satu pekerja di asrama yang bertanggung jawab dalam urusan alat-alat perdapuran, termasuk kompor dan gas. Baru saja membeli beberapa gas elpiji 3 kg untuk stok darurat di kantin.Namun tanpa disadari, ternyata gas-gas tersebut bocor. Bau asap gas menggempul menusuk hidung. Beberapa orang, segera mengecek gas gas tersebut dan membawanya ke tempat terbuka.Di tengah gemuruh kesibukan itu, Junaedi tanpa sengajaelihat ekspresi Ade Wijaya menampakkan senyum seringai seolah-olah, dia mengetahui sesuatu. Tiba-tiba ...Booom!Seseorang sengaja menggunakan percikan api untuk memicu ledakan gas, sehingga terjadilah ledakan demi ledakan. Tiga gas bocor yang masih tersisa dalam aula, meledak seketika membuat lima orang pekerja tewas, tiga orang luka parah, dan tujuh orang luka ringan.Tukijo selaku pemilik asrama telah mendapat informasi dari orang yang selalu mengawasi di balik layar CCTV, Teguh. Bahwasanya pelaku yang menimbulkan percikan api ikut tewas terkena ledakan tabung gas."Jelas-j

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   47. tabung gas

    "Jamelah!" Mata Junaedi membulat menatap gadis itu. Seketika suasana menjadi hening.Kemudian, Junaedi tersenyum simpul. "Saya dengan senang hati menikah dengan puteri Anda, Pak Tukijo! Anda bisa langsung merundingkan tanggal pernikahan kami, mumpung di sini ada tante saya sebagai wali.""Ehem. Apa kamu sudah benar-benar yakin? Saya pikir, kamu sempat ragu beberapa hari lalu," kata Tukijo."Tentu saja, saya sangat yakin.""Sekarang, dia bukan lagi gadis normal. Melainkan gadis cacat yang akan terus berada di atas kursi roda. Dan juga, dia sangat manja. Itu mungkin akan membebanimu!" ujar istri Tukijo ikut bersuara."Tidak masalah. Saya memiliki keahlian. Saya akan menyembuhkan kakinya. Dan dalam waktu tiga hari, saya menjamin putri Anda akan berjalan normal kembali," jawab Junaedi santai, tapi meyakinkan."Pffft!" Gadis yang berada di kursi roda itu tertawa.Tukijo berdiri dan menepuk pundak lelaki di hadapannya. "Haha. Kita akan mengadakan pesta usai kompetisi babak ketiga! Jadi, mul

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   46. Terungkap

    Pada malam hari ketika Junaedi tertidur pulas, dia bermimpi bertemu dengan roh si pemilik tubuh. Seolah-olah, roh itu tahu segala hal yang terjadi pada dirinya."Kau pasti tahu apa yang sedang kualami, kan?" ujar Junaedi padanya."Tentu saja! Itu sebabnya aku datang menemuimu.""Huh! Jadi, apa pendapatmu?""Menjauh dari keluarga direktur!""Apa! Itu ide yang bodoh!" Junaedi sedikit melangkah lebih dekat dengan roh pemilik tubuh. Ia menepuk-nepuk dadanya seraya berkata, "kau tau? Mereka adalah aset penting yang saat ini tersedia membantu dengan sukarela untuk bisa memecahkan masalah tentang ayahmu! Kau menyuruhku untuk menjauh? Itu ide yang sangat-sangat bodoh!""Keluarga direktur memiliki banyak sekali musuh. Aku mempertimbangkan itu. Aku khawatir, itu malah akan menjadikanmu mendapat banyak masalah jika kau bergabung dengan mereka.""Ckck. Itu bukan masalah besar, selama mereka bisa melatihku. Aku lihat, mereka adalah orang-orang yang sangat bisa diandalkan!" kata Junaedi.Sang pemili

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   45. Penyajian

    Waktu 50 menit pun berlalu. Penyajian dilakukan dengan cepat dan semua peserta benar-benar siap dengan hasil masakannya. Satu per satu, mereka dipanggil oleh juri, hingga datanglah giliran Ade Wijaya.Lelaki itu maju ke depan dengan percaya diri akan kemampuannya. Dia menyediakan sepiring urap teri kerupuk udang dengan bumbu urap tampak merah menggiurkan.Beberapa saat kemudian, kini gilirang Junaedi. Dia datang dengan membawa sepiring urap, tiga buah tempe bacem dan sepotong ikan asin. Selain tampilannya yang sangat menarik dan menggugah selera, tentu saja salah satu keunggulan dari masakan Junaedi yaitu tanpa bumbu penyedap instan apapun."Liar biasa! Ini adalah perpaduan rasa yang sempurna," ujar sang juri."Aku sudah mencoba beberapa masakannya. Daya pikat asli dari bumbu-bumbu yang ia racik adalah yang terbaik," kata Tukijo yang juga merupakan sebagai juri.Setelah usai mencicip masakan mereka, para juri kembali mengumpulkan mereka untuk berbaris di aula. Jumlah peserta yang tadi

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   44. Kompetisi dimulai

    Satu jam sebelum kompetisi. Para peserta berbaris tertib saling berhadapan. Kebetulan, Marina berhadapan dengan Marsodi, sedangkan Junaedi berhadapan dengan Ade Wijaya. Mata mereka saling menatap sengit memancarkan kebencian.Babak pertama dimulai. Tantangan pertama yaitu membuat kreasi urap. Para peserta harus mengambil bahan-bahan terlebih dahulu di Market Aula dengan kurun waktu 15 menit.Market Aula adalah pasar khusus dalam asrama, yang disediakan oleh direktur untuk kepentingan suatu acara. Baik acara kompetisi, maupun acara lainnya.Junaedi memilih sayuran tauge, kangkung, kacang panjang, bunga combrang, dan pepaya muda untuk urap. Dia juga mengambil tempe dan ikan asin, serta kelapa parut dan berbagai macam bumbu-bumbu yang diperlukan.Waktu pengambilan bahan pun selesai. Langkah selanjutnya adalah meracik dan memasak. Para juri memberi waktu 50 menit. Kemudian, untuk penyajian 10 menit.Acara ini, disiarkan secara langsung pada saluran televisi bernama TVGaje, jam tujuh pagi.

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   43. Rencana perjodohan

    Gadis itu menoleh. Wajahnya tidak terlihat jelas karena tertutup kain tebal yang melingkar di lehernya."Malam," sahutnya dengan suara sedikit serak."Hari sudah larut malam. Apakah ada sesuatu yang Anda butuhkan?" tanya Junaedi mencoba mendekatkan diri."Tidak ada. Hanya saja, aku terbangun kerena mendengar suara gaduh di sekitar sini!""Beberapa orang telah membereskannya. Saya pikir, keamanan di sini memang benar-benar terjamin.""Tidak perlu terlalu formal denganku. Aku bukan orang terhormat." Gadis itu mendorong kursi rodanya membelakangi Junaedi dan beranjak pergi.Junaedi mendekati gadis itu dan menawarkan diri untuk membantunya. "Ke mana kamu akan pergi?" tanya lelaki itu sembari memegang belakang kursi roda."Ruang isolasi lantai dua!" jawabnya singkat."Baiklah, Nona!" Junaedi pun mengantarkan gadis itu ke sana.Sepanjang kaki melangkah, mereka hanya terdiam tanpa sepatah kata pun. Suasana sangat canggung membuat Junaedi bingung, bagaimana ia harus memulai percakapan.Sesamp

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   42. Mimpi

    "Maafkan saya, Pak. Saya sendiri, merasa ada sesuatu ingatan yang hilang. Saya pernah dibunuh seseorang dan mengalami mati suri," ujar Junaedi memelankan suara, karena di sampingnya ada Marina."Oh! Astaga." Tukijo tampak terkejut. Matanya membulat dengan ekspresi bengong sesaat. Dia mulai mengerti, bahwa pemuda di hadapannya ini mungkin akan mengalami hal yang sama dengan ayahnya. "Huh!" Pria itu mendesah. Mengingat bahwa ia pernah menjalin hubungan baik dengan Bambang Sutejo, ia tidak bisa mengabaikan hal ini."Saya telah menyiapkan kamar asrama yang strategis untuk Anda. Beristirahatlah dengan tenang! Saya akan menjamin keamanan kalian berdua. Anda bisa menghubungi saya, jika ada keperluan," kata Tukijo. "Terima kasih, Pak! Tapi, saya rasa, tidakkah ini terlalu berlebihan, sampai Anda sendiri yang turun tangan hingga menjamin keamanan kami? Ah, maaf, bukanya saya menolak, tapi, perlakuan Anda terhadap saya, akan menimbulkan kesalahpahaman terhadap peserta lain," balas Junaedi."In

DMCA.com Protection Status