"Kita sudah bersama sejak kecil dan kamu sering muncul di layar kerjaku. Bagaimana mungkin aku tidak bisa mengenalimu?" ujar Sarah.Jamelah dan Sarah adalah teman bangku sekolah selama 12 tahun. Mereka berpisah saat melanjutkan ke jenjang pendidikan perguruan tinggi. Sarah ikut orang tuanya ke luar kota, sedangkan Jamelah tetap berada di kampungnya."Ssst! Ayo mengobrol saat kakak sepupumu tidak di rumah!" bisik Jamelah."Ehem!" Junaedi berdeham meminta perhatian mereka. "Apa yang kalian bicarakan?" tanya Junaedi sembari menyeruput wedang yang disajikan."Jamelah bilang, dia menyukai Mas Juned. Pffft!" celetuk Sarah asal ceplos.Spontan, Junaedi menyemburkan wedang yang sedang dinikmatinya. Adapun Jamelah, berusaha menyembunyikan ekspresi wajahnya dan segera berpaling beranjak pergi ke dapur."Apa yang kamu katakan? Apa kamu sedang bermain sebuah lelucon denganku?" ujar Junaedi kepada Sarah."Terserah Mas Juned mau percaya atau tidak. Aku dan Jamelah adalah teman masa sekolah. Mas Jun
Tapi, dari mana mereka masuk? Junaedi menelusuri seluruh ruangan dari ruang manajer hingga dapur. Dia mendapati jendela dapur tidak terkunci, dan juga di sana ada jejak tangan dan kaki seseorang.Sementara itu, Jamelah berinisiatif mengambil selang panjang dan sabun dan membersihkan mulai dari ruangan tempat makan para pelanggan. Setelah ruangan terpenuhi oleh aroma semerbak sabun, Sarah dan Marina mulai ikut membantu."Sarah, tolong cek CCTV!" ujar Junaedi kepada sepupunya.Sarah pun mengambil sebuah tas dari mobil dan meletakannya di atas meja. Sebuah laptop berwarna hitam silver dengan merk Aweet keluar dari dalam tas itu. Ia pun membuka laptopnya dan mengecek riwayat rekaman CCTV di sana.Junaedi menghampirinya untuk menyaksikan. Di dapur pada pukul 23.00, tampak seseorang berhasil mencongkel jendela, hingga terbuka. Seseorang dengan tutup kepala hitam, diam-diam menjarah dalam kegelapan dengan membawa sebuah karung kecil penuh bercak darah.Orang itu melangkah menuju tempat maka
Dua orang itu berpisah berlari ke arah yang berlawanan. Junaedi mengejar yang berlari ke sebelah kiri yaitu jalan setapak komplek pedesaan. Sedangkan Jamelah, mengejar yang berlari ke sebelah kanan yaitu jalan setapak yang sisi kanan dan kirinya adalah pekarangan kosong.Kebetulan, desa tempat Marina tinggal, merupakan daerah kekuasaan dari teman ayah Jamelah. Gadis itu menghubungi anak dari teman ayahnya untuk membantunya."Sangli, ngeronda nggak?" ujar Jamelah lewat telepon di ponsel jadulnya sambil berlari mengejar orang itu."Iya nih! Lagi rame, Mil. Kenapa? Tumben telpon?" jawab Sangli.Sangli adalah anak dari seorang juragan ayam sukses di desanya. Ayahnya yang lahir dari kalangan keluarga miskin, ternyata disukai oleh gadis kota dari keluarga konglomerat. Hal ini membuat hidupnya berubah drastris dari seorang yang melarat menjadi seorang juragan."Aku lagi kejar seseorang di jalan setapak. Dia lari ke pos ronda komplek kandang ayam situ!" kata Jamelah.Tanpa Jamelah menjelaskan
Sarah mencoba untuk meretas semua CCTV yang berada di jalan ini. Saat dia sedang terfokuskan pada laptopnya, Marina melihat Ambar dari kaca spion. Wanita itu membawa sebuah obor dari belakang mobil mendatangi mereka.Gadis berambut sebahu itu, menepuk-nepuk pundak Sarah seraya berkata, "Sarah, lihat! Ambar datang membawa obor di belakang!""Apa!"Spontan, Sarah langsung menengok ke belakang dan melihat wanita itu melangkah lebar mendekati mereka, dengan sebuah obor di tangannya."Wanita gila itu ... apa dia mau bakar mobil?" Sarah memasukkan kembali laptopnya ke dalam tas dan beranjak turun dari mobil bersama Marina.Melihat keduanya keluar dari mobil, sontak Ambar segera melempar obor di tangannya. Sarah menangkis obor tersebut dengan mengibaskan tas gendongnya. Obor terjatuh berguling di tanah dan nyala api pun padam.Ternyata, Ambar tidak hanya sendiri. Tiga orang lelaki muncul di belakang mengikutinya."Tangkap mereka! Aku ingin menguliti tubuh mereka dan mencincang habis daging-d
"Awaaaas!" Junaedi segera menarik tangan Jamelah, hingga jatuh ke dalam pelukannya.Jleb!Linggis yang diayunkan pria itu pun menancap di tanah cukup dalam."Huh! Hampir saja!" ujar Junaedi menghembuskan napas lega."Apakah yang berada di belakang saya saat ini adalah seorang pria tua bertopi, Pak Juned?" tanya Jamelah."Benar."Jamelah segera melepas pelukannya dan berbisik kepada lelaki di hadapannya. "Pak Juned, gunakan punggung saya sebagai tumpuan Anda untuk melompat. Lesatkan sebuah tendangan dengan kepala pak tua itu sebagai target!"Kedua tangan Junaedi mulai menumpu di bagian sisi lubang tanah yang berbentuk petak. Dia melompat dan menjadikan punggung Jamelah sebagai tumpuan pada kakinya, sembari menendang kepala pak tua itu yang masih berusaha mencabut linggis yang menancap.Buak!Pria itu terhempas menubruk semak-semak. Junaedi segera membantu Jamelah keluar dari lubang. "Cepat pergi! Kita tidak tau seberapa banyak pengikutnya. Mereka terus berdatangan tanpa kita duga. Dan
Di rumah Marina, Sangli tidak peduli dengan sikap Sarah yang sangat cuek terhadapnya. Pemuda itu terus meninjau segala hal apa yang dilakukan olehnya. Tanpa diduga, ia melihat Jamelah dengan seorang lelaki sedang duduk bersandar di pojok halaman rumahnya.Sarah merasa lega karena setidaknya, sekarang mereka berdua dalam keadaan aman."Tunggu ... tunggu! Itu kan rumah gue!" celetuk Sangli tanpa sadar memegang bahu Sarah dan kepalanya nyelonong mendekat ke layar laptop.Tindakannya, spontan membuat Sarah bergerak minggir. "Rumahmu?"Rupanya, secara tidak sengaja Sarah juga meretas CCTV yang di pasang depan pintu rumah Sangli."Iya, itu rumah gue!" tegas Sangli meyakinkan. "Tapi ... bdw, siapa laki-laki di samping Jamelah?"Satu detik, mata Sangli dan Sarah saling menatap."Emm, dia ... pacarnya," jawab Sarah segera mengalihkan pandangan ke arah lain."Pacar? Bukanya dia ..."Sarah reflek langsung membungkam mulut Marina yang hendak membeberkan kebenaran."Oh, kalo gitu, biar gue telpon
"Makanlah! Yang tadi Tante ucapkan lupain aja ya, nggak usah diambil hati. Sangli bilang, kalian nginep aja di sini semalam. Biar dia yang jagain temenmu di rumahnya. Kebetulan dia kan lagi ada tugas ngeronda," ujar Yulie."Makasih, Tante!" balas Jamelah.Kemudian Yulie pun undur diri menyusul suaminya, sedangkan mereka menyantap makanan yang dihidangkan.Junaedi masih terus terpaku pada sosok gadis di sampingnya. Dalam benaknya bertanya-tanya, apa tujuan gadis itu tiba-tiba datang memasuki kehidupannya? Lelaki itu merasa ada sesuatu hal yang penting telah dilupakan oleh sang pemilik tubuh.Tatapan Junaedi sedikit membuat Jamelah merasa risih. "Mengapa Anda terus menatap saya seperti itu, Pak? Emm, maksud saya, Mas?""Apa kita pernah memiliki hubungan di masa lalu? Apa tujuanmu tiba-tiba datang dan meminta pekerjaan padaku?" ucap Junaedi menatap tajam gadis itu.Beberapa detik mata mereka bertemu. Namun, Jamelah segera menundukan pandangannya dan berkata, "Entah apa yang membuat Anda
Junaedi dan Sarah pun bergegas keluar dari mobil untuk mencari keberadaan kamera itu."Kamu tunggu di sini saja!" ujar Junaedi kepada Jamelah agar tetap berada di dalam mobil.Sembari memegang laptop, Sarah melihat bahwa tayangan kamera sedang menuju kearahnya dan juga Junaedi. Dia memberitahu hal tersebut kepada Junaedi. Di depan pintu rumah, tampak Marina dan Kakek Sutejo berjalan keluar menghampiri mereka. Sebuah benda bulat kecil tampak mengkilap terkena pancaran cahaya matahari pagi. Benda kecil tersebut menempel pada seonggok besi beroda dua, yaitu alat yang selalu di pakai Sutejo kemanapun orang tua itu pergi.Junaedi menyipitkan mata. Benda kecil itu semakin mendekatinya. Setelah Marina dan Sutejo berada di hadapannya, Marina pun berkata."Ada apa? Apakah ada sesuatu yang tertinggal?""Ya. Ada sesuatu yang tertinggal." Junaedi berjongkok. Kini, benda itu tepat berada di hadapannya. "Apakah yang kamu maksud adalah benda kecil ini, Sarah?" ucapnya menunjukan benda tersebut kepa