Tommy dengan kaki kiri yang pincang dan menggunakan penyangga bersusah payah berjalan di pelataran halaman rumah besar dan itu adalah markas Coki. Orang-orang yang berjaga di sana kira-kira ada belasan orang dan semuanya menatap Tommy dengan heran. Salah seorang dari mereka yang paling muda mendekatinya. "Bang, kaki lu kenapa?""Bukan urusan lu, di mana tuan bos?" Tommy terus berjalan menggunakan penyangga sambil tergopoh-gopoh."Ada di dalam.""Sudah sana minggir, gue nggak kenapa-kenapa." Tommy melangkah sampai ke hadapan Coki yang sendirian di balik meja dengan wajah yang serius. Sorot matanya begitu penuh curiga pada Tommy. "Bos, ini semua salah paham." kata Tommy, saya waktu itu teledor sampai informasinya bisa bocor. Bukan maksud saya untuk berkhianat, saya minta kebijaksanaan anda, bos. Pekerjakan saya kembali untuk mencari Jason.""Duduklah dulu." perintah Coki. "Sepertinya terluka parah. Siapa yang anak buah gue yang menembak lu?""Tidak penting." j
Flashback KembaliWisnu merasakan sesak yang aman sangat dalam hidupnya, baru saja ia membina keluarga yang dirasakannya begitu membahagiakan, kini dia harus membiasakan diri kalau wanita yang dicintainya sudah tidak ada. Wisnu harus menjelaskan pada anaknya, Dandi bagaimana ibunya pergi untuk selama-lamanya. Jiwa Wisnu semakin terguncang ketika melihat kesedihan Dandi yang begitu mendalam, ketika ia melihat Dandi menatap jenazah ibunya seakan meremukkan jiwanya berkeping-keping. Wisnu tak bisa berpikir apa-apa sampai-sampai ia mengira akan melakukan pembalasan. Polisi setiap hari mendatangi Wisnu untuk memintai keterangan supaya pelaku pembunuhan cepat tertangkap, tapi Wisnu juga tahu kalau itu hanyalah formalitas karena dalang pembunuhannya tidak akan bisa diungkap. Butuh waktu sebulan bagi Wisnu untuk bisa memulihkan mentalnya agar bisa kembali bekerja di perusahaan yang ia pimpin. Semua karyawan menunjukan simpati padanya. Dia baru saja meminta file rekaman CC
Jason terbangun dari tidurnya, matanya masih terasa berat walau ini sudah jam sepuluh pagi, semalam adalah tugas yang cukup menguras tenaga, Jason lebih memilih untuk tidur lagi jika bisa. Tapi hari ini Coki mengundangnya ke markas bersama dengan Tommy. Penting sekali, itu kata-kata yang dia dengar dari Coki kemarin. Bangun dari tempat tidur, Jason membuka tirai kamarnya dan seberkas cahaya masuk membuat Jason menyipitkan mata. Jason tinggal di apartemen sederhana sendirian dan dia begitu asyik menikmatinya. Dia tak habis pikir kenapa Tommy memaksanya untuk punya pasangan, padahal Tommy sendiri sering berganti-ganti pasangan dan tak jelas arah hubungannya. Baru saja selesai mandi dan berpakaian pintu sudah ada yang mengetuk, tanpa disuruh buka Tommy membukanya sendiri dan nyelonong masuk. "Wah, gue telepon dari pagi kenapa nggak diangkat?""Kenapa harus pagi-pagi? Seperti anak rajin saja."Tommy tertawa ringan, dia menatap berkeliling ruangan apartemen Jason.
Flashback SelesaiJason membanting ponselnya ke dashboard dan sejenak ia berusaha untuk kembali berpikir jernih dia mencari sesuatu, mencari bantuan agar bisa sampai secepatnya ke tempat yang diinginkan oleh si penculik, walau sebenarnya Jason juga merasa dipermainkan oleh si penculik itu. Tak ada jalan lain lagi selain pergi ke bandara dan menyembunyikan koper itu, pikirnya. Maka Jason menyalakan mesin mobilnya, tapi ponselnya keburu berbunyi lagi. Mengira itu dari si penculik ternyata sebuah panggilan video dari Diandra. Jason melihat wajah Diandra yang memenuhi layar saat Jason akan menceritakan semuanya malah Diandra yang bicara duluan, "Jas, gue punya ide yang brilian. Di mana lu sekarang? Kita bisa berangkat dengan menggunakan jet pribadi?""Jet pribadi?" Jason heran. "Lu punya jet pribadi?""Sudah lah nanti penjelasannya, yang penting di mana posisi lu sekarang?""Dra, orang itu, penculik itu pasti sudah menyadap ponsel milik gue. Akan bahaya kalau l
Jason Wijaya, usianya 36 tahun dan sudah menikah. Dalam kesehariannya ia bekerja sebagai kurir ekspedisi. Terkadang, pekerjaannya membuat dia merasa sangat bosan tapi tak ada lagi yang bisa dilakukannya saat ini selain menekuni pekerjaannya tersebut. Ia memiliki seorang istri yang bekerja sebagai perawat dan usianya lebih muda darinya yaitu Shani.Kini Jason baru saja selesai mengirimkan semua barang kepada pelanggan dan tiba di kantor jasa ekspedisinya untuk membuat laporan. Kantor ekspedisi itu berlokasi di sebuah gedung besar dan berada di lantai dasar, di sana terdapat beberapa perkantoran dari perusahaan lain dan gedung itu diresmikan sekitar 10 tahun yang lalu.Untuk ukuran pria yang pekerjaannya sebagai kurir, postur tubuh Jason malah terlihat seperti tentara yang tinggi tegap. Dia bahkan sering disangka sebagai petugas sekuriti oleh orang lain dikarenakan perawakannya yang tinggi besar dan berotot. Saat Jason selesai membuat laporan dia bertemu dengan rekan ker
Pria berusia lima puluh tahunan itu memakai baju kaos oblong dan tengah bersantai di halaman belakang rumahnya. Di halaman itu terdapat kolam renang mewah dan halaman tersebut begitu luas. Pria bernama Satia Utama itu memakai kacamata minus yang besar, uban di rambutnya mulai terlihat sebagian.Satia Utama memulai karir politiknya sejak lulus kuliah, dia pandai dalam mengkritik pemerintah dan terus menjadi oposisi. Karena gaya bicaranya yang lantang dan berani, membuatnya mendapatkan dukungan yang besar. Wajah Satia Utama begitu tampan dan berkarisma sehingga tak hanya mendapatkan simpati dari masyarakat dia juga digilai oleh kaum wanita. Tak ayal ketika masa mudanya Satia disebut playboy dan berganti-ganti pasangan.Satia bukanlah orang miskin dari awal. Dirinya anak orang kaya, ayahnya pengusaha pertambangan terbesar di negeri ini. Sehingga karir politiknya terus meroket. Dia menyuap sana-sini untuk bisa memuluskan langkahnya. Sampai Satia berhasil duduk di parlemen seba
2013Malam itu hujan deras membasahi ibu kota Jakarta, kira-kira pukul setengah dua belas malam terdapat mobil range rover yang melaju dengan kecepatan sedang di sebuah jalan tol yang sepi. Hanya mobil itu yang berjalan di jalan tol tersebut. Di dalamnya terdapat tiga orang termasuk sang sopir. Ketiga orang itu berusia kira-kira tiga puluh tahunan dan semuanya memakai setelan jas yang sangat rapi. Nama mereka adalah Bams, Denny, dan Andika.Bams menyetir dan raut wajahnya menunjukan ketegangan begitu juga dengan Denny yang ada di sebelahnya dan Andika yang ada kursi belakang. Mereka menoleh ke sana kemari penuh dengan kegelisahan dan seakan perjalanan ini ingin segera berakhir secepatnya."Kenapa sih harus kita yang dapat tugas penting ini?" Kata Bams. "Gila aja cuma kita bertiga""Kan gue sudah bilang, supaya tidak mencolok dan pihak musuh tidak mendeteksi kita." Sahut Denny."Udah lu cepetan nyetirnya lah." Kata Andika,
Sekitar kurang dari 2 kilometer, mereka sampai di sebuah SPBU. Denny keluar dari mobil dengan lengan jasnya yang ditutupi oleh jas lain agar darah bekas yang ditembaknya tidak kelihatan. "Tunggu di sini gue nggak bakalan lama." Kata Denny kepada Bams dan Andika yang mobilnya terparkir cukup jauh letaknya dari kamar mandi dan toilet.Denny dengan cukup tegang namun berusaha santai mengganti pakaiannya dengan yang baru. Kemudian memasukan jas yang berdarah itu ke dalam tas. Tapi Denny tiba-tiba dikagetkan dengan suara tembakan dari luar. Denny dengan sigap mengeluarkan pistol desert eagle miliknya, dan berlari keluar dari kamar mandi SPBU.Dia melihat mobil Range Rover hitam itu melaju dikemudikan oleh Bams. Mobil itu diberondong oleh tembakan beberapa orang, kira-kira lima orang berpakaian preman. Sontak para pegawai SPBU berlarian dan berteriak ketakutan untuk melindungi diri.Denny juga melihat Andika yang sudah terbujur kaku dan bersimbah dar