Share

Awal Mula Masalah

Author: mikaloki
last update Last Updated: 2022-02-22 20:41:19

Pria berusia lima puluh tahunan itu memakai baju kaos oblong dan tengah bersantai di halaman belakang rumahnya. Di halaman itu terdapat kolam renang mewah dan halaman tersebut begitu luas. Pria bernama Satia Utama itu memakai kacamata minus yang besar, uban di rambutnya mulai terlihat sebagian.

Satia Utama memulai karir politiknya sejak lulus kuliah, dia pandai dalam mengkritik pemerintah dan terus menjadi oposisi. Karena gaya bicaranya yang lantang dan berani, membuatnya mendapatkan dukungan yang besar. Wajah Satia Utama begitu tampan dan berkarisma sehingga tak hanya mendapatkan simpati dari masyarakat dia juga digilai oleh kaum wanita. Tak ayal ketika masa mudanya Satia disebut playboy dan berganti-ganti pasangan.

Satia bukanlah orang miskin dari awal. Dirinya anak orang kaya, ayahnya pengusaha pertambangan terbesar di negeri ini. Sehingga karir politiknya terus meroket. Dia menyuap sana-sini untuk bisa memuluskan langkahnya. Sampai Satia berhasil duduk di parlemen sebanyak dua periode.

Perjuangannya tidak sia-sia, karena dia berada di kubu yang mendukung konservatif, capres yang didukungnya berhasil menang dan dia kini menjabat sebagai anggota parlemen yang disegani. Satia sangat dekat dengan beberapa mafia dan ormas dalam upaya meraih keberhasilan karir politiknya.

Saat itu Satia yang sedang bersantai di kursinya sambil membaca berita di ponsel miliknya. Tiba-tiba salah seorang pelayannya datang, pelayan itu adalah perempuan berusia dua puluhan. "Maaf, pak. Ada yang ingin bertemu dengan bapak. Katanya dia saudaranya mendiang Bams."

"Suruh saja masuk, kan dia udah biasa kesini. Ngapain konfirmasi ke saya terus?" Jawab Satia tanpa berpaling dari layar ponsel.

"Baik, pak." Pelayan itu setengah lari dari hadapan Satia.

Hanya berselang beberapa detik, seorang yang berbadan kurus datang ke hadapan Satia. Orang itu adalah pria yang masih berusia dua puluhan dan wajahnya tampak sedikit memelas.

Akhirnya Satia memalingkan pandangannya dari layar ponsel dan menyimpan ponselnya. "Hey, Fadli. Ayo duduk, silahkan duduk. Ada perlu apa lagi sekarang?"

Fadli yang merupakan adik Bams itu duduk di kursi sebelah Satia. "Terima kasih, pak. Maksud kedatangan saya kesini, saya mau meminta bantuan untuk anaknya Mas Bams yang mau kuliah, dia kekurangan biaya. Apa Pak Satia mau membantunya."

Satia tersenyum lebar, "Tentu saja, pasti. Abang lu sudah berjasa, gue berhutang budi bahkan berhutang nyawa. Gue kan sudah bilang berkali-kali ke lu, jadi nggak usah sungkan. Memangnya butuh berapa?"

"Lima puluh juta pak, untuk biaya masuknya."

"Oke, nanti gue transfer ke rekening lu. Ada yang lainnya?"

Fadli merogoh saku kemejanya dan mengeluarkan selembar kertas tebal yang sudah lecek. "Ini pak, maaf baru menyerahkannya sekarang. Itu saya temukan di baju Mas Bams saat ditemukan tewas 10 tahun yang lalu. Saya kira itu tidak penting, semacam catatan kata sandi atau apa. Makanya saya simpan saja. Sampai akhirnya saya berpikir siapa tahu itu penting."

Satia mengerutkan kening saat mendengarkan penjelasan Fadli dia melihat kertas lecek itu dan melihat tulisan yang hampir pudar.

@Rahasia2013#

My.GD

Betapa terbelalaknya Satia saat itu seolah menemukan sebuah oasis di padang pasir dan dia berseru pada Fadli dengan nada suara yang tinggi. "Kenapa lu tidak memberikannya dari dulu!"

Satia Utama menyuruh Fadli untuk segera pergi dari rumahnya setelah mentransfer uang padanya dan saat itu juga Satia marah bukan main pada Fadli, dia bilang itu adalah uang bantuan yang terakhir untuknya dan keluarganya karena Fadli telah melakukan kesalahan yang fatal. Satia juga menanyakan alamat email g***l milik Bams pada Fadli dan Satia mendapatkannya.

***

Hari sudah malam ketika Jason kembali pulang ke rumahnya. Setelah menaruh helm di motornya, Jason bergegas membuka pintu rumah dan di dalam ruangan itu tidak ada siapa-siapa. Jason mengira Shani, istrinya berada di kamar. "Sayang, Shani!"

Jason mengecek kamar tapi tidak ada Shani di sana dan kemudian melangkah ke kamar mandi tapi pintu kamar mandi terbuka dan tidak siapa-siapa. Jason kembali ke ruang tengah dan mendapati televisi masih menyala dan Jason berpikir mungkin istrinya itu sedang keluar. Jason kemudian mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Shani.

Tapi ponsel Shani ternyata berada di sofa depan televisi, bergetar tanpa suara. Ponselnya tidak dibawa. Oh mungkin sedang ke warung.

Hanya selang beberapa detik ponsel Jason berdering dan identitas pemanggil disembunyikan. Jason mulai merasa tidak enak, tapi dia berpikir mungkin itu adalah Satia Utama. Jason menerima sambungan telepon tersebut dan terdengar sebuah suara dengan nada yang berat di seberang sana.

"Jason Wijaya. Selamat datang. Istri lu yang cantik sedang berada di tempat yang aman dan gue bisa jamin itu asalkan lu mau melakukan apa yang gue perintahkan!"

Badan Jason lemas dan pikirannya langsung mendidih seketika dia ingin memenggal kepala orang yang meneleponnya. "Siapa lu? Siapa!"

"Sst.." sipenelepon mencoba menenangkan Jason tapi jelas Jason tidak bisa. "Lu harus berpikir jernih dan lakukan pekerjaan yang sederhana ini maka istri lu akan kembali tanpa terluka sedikit pun."

Jason mondar-mandir tidak jelas dan menendang televisi yang ada di depannya yang masih menyala hingga terjungkal dan mati. "Lu pasti Satia Utama kan?"

"Apa? Satia?" sipenelepon malah tertawa geli. "Gue bukan politikus hina itu. Identitas gue rahasia dan lu nggak usah tahu. Lakukan apa yang gue perintahkan."

"Mau lu apa, bangsat!"

"Sederhana. Bawa koper itu kantor lu ke tempat yang sudah ditentukan. Sesederhana itu."

"Tunggu. Dari mana lu tahu?"

"Gue bilang lu nggak perlu banyak tanya. Lakukan saja apa yang gue perintahkan maka istri lu aman.*

"Dari mana gue bisa tahu kalau Shani aman?"

"Coba lihat ponsel istri lu, di situ ada tayangan langsung istri lu yang aman di sebuah ruangan. Akses tautan yang dikirimkan lewat pesan ke ponsel istri lu."

Dengan terburu-buru Jason meraih ponsel Shani yang tergeletak di sofa dan membuka pesan yang dikirimkan oleh sipenculik. Sebuah tautan privat menuju tayangan langsung di Youtube. Benar saja, video itu menayangkan Shani yang sedang duduk di sebuah ruangan bercat putih. Shani duduk di sebuah tempat tidur dan wajahnya penuh dengan ketakutan, resah, dan kebingungan.

"Kalau lu berani menyentuh Shani, gue jamin kepala lu bakal putus di tangan gue!" Teriak Jason, sangat geram.

"Hahaha. Tenang saja. Selama lu ikut aturan maka semuanya lancar terkendali. Sekarang bawa koper itu dan kalau sudah hubungi gue lewat nomor yang bakal gue kirim lewat pesan. Waktu lu cuma sampai dini hari untuk bawa koper itu dan hubungi gue lagi. Selamat berpetualang, semoga berhasil!" Sambungan telepon tertutup.

Yang terbesit di pikiran Jason saat ini adalah menelepon Tommy tapi saat itu langsung muncul sebuah pesan di ponselnya.

Jangan pernah katakan ini ke siapapun, atau istri lu yang mulus ini bakal hancur berkeping-keping.

Jason nyaris ingin membanting ponselnya karena saking marahnya. Dia terpaksa harus menunggu pukul sebelas malam agar gedung tempat dia bekerja menjadi sepi dan hanya diisi oleh para sekuriti saja. Menunggu tiga jam serasa tiga ratus tahun dan Jason terus menatap jam dinding.

Tepat jam sebelas malam, Jason berangkat ke tempat kerjanya itu dan memacu motornya dengan sangat kencang. Dia tiba di gedung itu, tepat halamannya dia bertemu dengan sekuriti.

"Maaf, pak. Ada keperluan apa ya? Gedung sudah tutup." Kata sekuriti berkumis tebal itu.

Jason melirik name tag seragam sekuriti tersebut dan dia sebenarnya sudah tahu siapa sekuriti tersebut karena nyaris setiap hari bertemu saat bekerja. "Pak Samsul, saya harus ke dalam buat mengambil sesuatu yang tertinggal dan harus dibawa sekarang juga."

"Mohon maaf pak, tidak bisa."

"Ayolah, pak. Nggak mungkin juga saya mencuri, kan?"

Dengan ragu-ragu Pak Samsul mengizinkannya masuk namun tetap harus dikawal oleh seorang anak buahnya. "Oke, kalau begitu."

Jason berjalan masuk ke gedung yang lobi gelap gulita itu ditemani oleh seorang sekuriti lain yang tubuhnya kurus. Sekuriti itu sudah saling kenal dengan Jason, namanya Ilham. Ilham membawa senter untuk menerangi jalan.

"Memangnya, mau bawa apa sih sampai-sampai malam begini harus masuk?" tanya Ilham. "Apa lu sudah punya izin dari perusahaan buat masuk ke ruangannya?"

"Urusan pekerjaan. Tentunya sudah ada izin. Gue dikasih kuncinya."

Ilham mengangguk dan mereka berjalan terus menuju ruangan paling ujung yang merupakan gudang yang menjadi incaran tempat dikuburkan koper tersebut. Mereka sampai di depan pintu.

"Ayo, mana kuncinya? Sini!" Perintah Ilham.

Jason bersiap dia merogoh saku jaketnya dia keluarkan sebuah benda hitam dari jaketnya itu sebuah stun gun dan dengan cepat Jason memukulkan benda itu ke tubuh Ilham sampai tubuhnya tersetrum dan Ilham berteriak tidak jelas kemudian terjatuh dan pingsan. Jason mendobrak pintu ruangan itu dan berlari menuju gudang. Terdapat banyak barang-barang di sana namun dia jadi teringat percakapannya dengan Radit yaitu masalah lantai retak dia pun dengan cepat menemukan lantai yang retak itu.

Jason lalu mengeluarkan sesuatu dari tas yaitu palu martil yang sudah dibawanya dari rumah. Dia menghancurkan lantai itu dan berpacu dengan waktu. Para sekuriti cepat atau lambat pasti akan tahu. Jason lalu mengeluarkan sekop kecil dari tasnya dan mulai menggali dengan kecepatan super gila. Beruntung ternyata koper itu terkubur cukup dangkal. Dia menemukan sebuah koper berwarna perak. Dengan badan penuh keringat, Jason meraih koper itu dan kemudian lari dari ruangan tersebut.

Ketika keluar dari ruangan itu, para petugas keamanan telah mengetahui apa yang dilakukan Jason.

Jason berlari ke arah belakang gedung dan kemudian menaiki tangga untuk menuju atap gedung dan para sekuriti mengejarnya walaupun jaraknya cukup jauh.

Ketika sampai di atap gedung, Jason yang menenteng koper menoleh ke sana kemari mencari cara untuk kabur. Dia berlari ke sebelah kanan, di depannya ada sebuah gedung yang tingginya lebih rendah 3 meter dan Jason berpikir dia harus melompat ke situ. Jarak antar gedung itu kira-kira dua meter dan harusnya itu mudah baginya.

Jason lari sekencang mungkin dan meloncat dari gedung satu ke gedung lainnya. Dia mendarat sambil berguling dengan kopernya yang terjatuh, sejenak Jason mengerang kesakitan. Dia belum bisa berhenti dan kemudian melompati gedung lainnya sampai Jason menemukan tempat untuk bersembunyi setelah dia berhasil turun dengan gaya parkournya. Tempat itu adalah gang buntu yang sangat sepi. Dengan nafas yang nyaris habis Jason menghubungi sipenculik.

"Gue udah dapetin kopernya."

"Bagus. Sekarang bawa koper itu ke suatu tempat."

"Ke mana? Jangan mempermainkan gue!"

"Ke Pulau Bali."

Related chapters

  • Petualangan Gila Mantan Mafia   Flashback 10 Tahun yang Lalu part 1

    2013Malam itu hujan deras membasahi ibu kota Jakarta, kira-kira pukul setengah dua belas malam terdapat mobil range rover yang melaju dengan kecepatan sedang di sebuah jalan tol yang sepi. Hanya mobil itu yang berjalan di jalan tol tersebut. Di dalamnya terdapat tiga orang termasuk sang sopir. Ketiga orang itu berusia kira-kira tiga puluh tahunan dan semuanya memakai setelan jas yang sangat rapi. Nama mereka adalah Bams, Denny, dan Andika.Bams menyetir dan raut wajahnya menunjukan ketegangan begitu juga dengan Denny yang ada di sebelahnya dan Andika yang ada kursi belakang. Mereka menoleh ke sana kemari penuh dengan kegelisahan dan seakan perjalanan ini ingin segera berakhir secepatnya."Kenapa sih harus kita yang dapat tugas penting ini?" Kata Bams. "Gila aja cuma kita bertiga""Kan gue sudah bilang, supaya tidak mencolok dan pihak musuh tidak mendeteksi kita." Sahut Denny."Udah lu cepetan nyetirnya lah." Kata Andika,

    Last Updated : 2022-02-22
  • Petualangan Gila Mantan Mafia   Flashback 10 Tahun yang Lalu (Part 2)

    Sekitar kurang dari 2 kilometer, mereka sampai di sebuah SPBU. Denny keluar dari mobil dengan lengan jasnya yang ditutupi oleh jas lain agar darah bekas yang ditembaknya tidak kelihatan. "Tunggu di sini gue nggak bakalan lama." Kata Denny kepada Bams dan Andika yang mobilnya terparkir cukup jauh letaknya dari kamar mandi dan toilet.Denny dengan cukup tegang namun berusaha santai mengganti pakaiannya dengan yang baru. Kemudian memasukan jas yang berdarah itu ke dalam tas. Tapi Denny tiba-tiba dikagetkan dengan suara tembakan dari luar. Denny dengan sigap mengeluarkan pistol desert eagle miliknya, dan berlari keluar dari kamar mandi SPBU.Dia melihat mobil Range Rover hitam itu melaju dikemudikan oleh Bams. Mobil itu diberondong oleh tembakan beberapa orang, kira-kira lima orang berpakaian preman. Sontak para pegawai SPBU berlarian dan berteriak ketakutan untuk melindungi diri.Denny juga melihat Andika yang sudah terbujur kaku dan bersimbah dar

    Last Updated : 2022-02-22
  • Petualangan Gila Mantan Mafia   Tamu Hotel

    Jason berusaha berpikir jernih, kegilaan apalagi yang harus dilewatinya setelah membobol tempat kerjanya sendiri, melompat dari gedung ke gedung seperti Spider-Man, dan kini si Penelepon itu malah menyuruhnya ke Bali seolah memerintahkannya untuk liburan. "Yang benar saja!" Gerutu Jason dalam kegelapan di tempat yang sepi itu. "Gue sudah melakukan hal yang lu mau.""Sabar." Kata si Penelepon dengan nada yang sangat tenang. "Ini hanya perjalanan biasa. Tapi dengan cara yang tak biasa bawa koper itu besok pagi ke titik koordinat yang gue kasih. Lebih tepatnya di Pulau Bali. Tempat yang aman untuk koper itu.""Kenapa nggak lu ambil saja di suatu tempat di di sini, di Jakarta! Hah?""Ini rumit, Jason." Terdengar kalau si Penelepon sedang menghembuskan nafas dalam-dalam. "Koper itu sekarang sedang diburu oleh banyak orang. Lu yang punya kemampuan buat bawa kabur. Alasan lainnya, gue belum kasih tahu.""Lu minta gue bawa besok?" Tanya Jason se

    Last Updated : 2022-04-13
  • Petualangan Gila Mantan Mafia   Ada Pengkhianat?

    Jason melangkah keluar dari ruangan kamar hotel itu dan melihat di lorong untuk memastikan apakah ada orang lain atau tidak, lorong itu begitu sepi dan berkata pada Tommy yang sedang mengintrogasi orang asing yang menyerang mereka, "Kita harus pergi dari sini, sekarang juga."Tommy mengangguk dan mendorong orang asing itu sampai terjatuh dan wajahnya sudah berdarah-darah. Jason dan Tommy berlari menuruni tangga hotel dan menuju tempat parkir untuk menaiki mobil Tommy. Jason melihat jam tangannya saat dia masuk ke dalam mobil, pukul 02:00 dinihari. "Kita dikejar, kita harus lari sejauh mungkin." Kata Jason saat Tommy menyalakan mesin mobil dan melaju dengan cepat meninggalkan pelataran Hotel Verizon yang tampak sepi. Tommy yang menyetir dengan sangat kencang bertanya, "Kenapa Satia Utama bisa tahu lu ada di mana, ada di hotel?""Pasti ada yang memata-matai, apa ada orang lain tahu kalau lu keluar menemui gue?"Tommy menggeleng, "Tidak ad

    Last Updated : 2022-04-17
  • Petualangan Gila Mantan Mafia   Berlindung

    Seorang wanita yang berbaring di tempat tidur terbangun dari tidurnya ketika waktu menunjukan sekitar tiga pagi dan dia menyalakan lampu kamar, nama wanita itu adalah Diandra. Di sebelahnya terdapat seorang pria yang usianya sebelas tahun lebih tua darinya. Diandra melangkah ke sebuah lemari es dan mengambil gelas yang ada di atasnya, menuangkan air ke gelas itu dan kembali duduk di tempat tidurnya untuk meminum air dalam gelas tersebut. Pria di sebelahnya, Rehan, terbangun, memicingkan mata dan memandang Diandra yang sedang meletakan gelasnya di meja. "Kebangun ya? Udah jam berapa ini?""Jam tiga " Jawab Diandra. Rehan yang tampaknya masih telanjang dada bangun dan duduk yang lalu bergeser mendekati Diandra. Rehan menyentuh dan mengusap punggung lalu bahu Diandra dan memeluknya dari belakang. Rehan membisikan sesuatu pada Diandra, "Daripada diam bagaimana kalau kita lakukan sekali lagi?"Diandra hanya diam dan tak melakukan apa-apa. Saat Reha

    Last Updated : 2022-04-17
  • Petualangan Gila Mantan Mafia   Sahabat

    Tommy menutup sambungan teleponnya saat itu dan berada di dalam kamar mandi, memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celana dan memakai kembali kemejanya. Dengan penuh senyum kemenangan dia membuka pintu dan berjalan menuju ruangan tengah. "Jas, Diandra. Di mana kalian?" Tommy melihat ruangan itu tidak ada siapa-siapa dan berjalan menuju dapur, juga tidak menemukan siapa-siapa. Lantas dia berlari ke kamar Diandra, juga tidak ada. Tommy pun mulai curiga dan berlari menuju halaman depan. Mobil jenis sedan milik Diandra yang terparkir sudah tidak ada. Mereka sudah pergi. "Bangsat, sialan!" Gerutu Tommy yang kemudian menggaruk dan memegangi kepalanya sendiri. Dia panik sendiri dan mencoba menghubungi seseorang lewat ponselnya. ***Jason yang menyetir mobil pagi itu menyusuri jalan raya untuk keluar dari Jakarta dan Diandra berada di sampingnya. "Gue nggak menyangka Tommy akan berkhianat. Hampir saja terjadi kesalahan fatal. Gue nggak tahu harus bilang apa.""Tomm

    Last Updated : 2022-04-18
  • Petualangan Gila Mantan Mafia   Berlanjut

    Saat Tommy mengerang kesakitan dan memegangi kakinya, dia berusaha menjangkau pistol miliknya yang ikut terjatuh, namun Benny menendang pistol itu hingga jauh. "Bodoh sekali jika orang sepertimu membodohi kami, lu kira lu bakal punya tempat istimewa di tim ini? Lu salah besar. Apa maksud lu membodohi kita?""Gue," kata Tommy sambil menahan kesakitan. "Gue akan balas kalian."Benny mengayunkan kakinya tepat ke arah dada Tommy dengan sekeras-kerasnya. "Kemana mereka?"Tommy tersengal-sengal dan batuk-batuk. "Untuk apa gue memberi tahu kalian?"Benny sudah sangat kesal, dia menarik senjatanya dan menaruh moncong pistolnya ke dahi Tommy. "Sampai jumpa!""Tunggu!" Teriak seseorang yang ada di belakang Benny. Salah seorang anak buahnya. "Pak, sebaiknya kita jangan bunuh dia, karena dia anak kesayangannya bos. Kita belum punya perintah untuk membunuhnya. Kalau dia mati bisa saja bos marah besar."Benny berpikir sejenak, dia melepaskan m

    Last Updated : 2022-04-18
  • Petualangan Gila Mantan Mafia   Mata-Mata

    Dua orang pria turun dari mobil di depan halaman rumah Diandra. Salah satunya masih berusia sekitar dua puluh tahunan dan salah satunya lagi pria berusia empat puluh tahunan. Pria yang lebih muda itu bernama Erick, dia bersama dengan seorang dokter yang membawa tas yang berisi peralatan medis. Wajah Erick tampak panik dan terburu-buru, diikuti oleh si dokter, Erick membuka pintu rumah Diandra. Mereka melihat Tommy yang terbaring di sebuah sofa,bagian atas kakinya diikat dengan kain tebal dan penuh dengan darah. Wajah Tommy penuh keringat dan menahan rasa sakit. "Cepatlah!"Sejenak Erick tampak bengong sampai ia berkata pada dokter, "Cepetan dok!"Dokter itu dengan sigap menaruh tasnya tepat di meja ruang tamu itu dan membuka sejumlah peralatan bedah yang dibawanya. Meraih jarum suntik dan memasukan sebuah cairan ke dalamnya dan menyuntikan itu ke kaki Tommy. "Kenapa bisa terjadi bang?" tanya Erick ketika dokter memulai pekerjaannya mengangk

    Last Updated : 2022-04-20

Latest chapter

  • Petualangan Gila Mantan Mafia   Pembelot

    Flashback SelesaiJason membanting ponselnya ke dashboard dan sejenak ia berusaha untuk kembali berpikir jernih dia mencari sesuatu, mencari bantuan agar bisa sampai secepatnya ke tempat yang diinginkan oleh si penculik, walau sebenarnya Jason juga merasa dipermainkan oleh si penculik itu. Tak ada jalan lain lagi selain pergi ke bandara dan menyembunyikan koper itu, pikirnya. Maka Jason menyalakan mesin mobilnya, tapi ponselnya keburu berbunyi lagi. Mengira itu dari si penculik ternyata sebuah panggilan video dari Diandra. Jason melihat wajah Diandra yang memenuhi layar saat Jason akan menceritakan semuanya malah Diandra yang bicara duluan, "Jas, gue punya ide yang brilian. Di mana lu sekarang? Kita bisa berangkat dengan menggunakan jet pribadi?""Jet pribadi?" Jason heran. "Lu punya jet pribadi?""Sudah lah nanti penjelasannya, yang penting di mana posisi lu sekarang?""Dra, orang itu, penculik itu pasti sudah menyadap ponsel milik gue. Akan bahaya kalau l

  • Petualangan Gila Mantan Mafia   Tidak Ada Skenario Pembunuhan

    Jason terbangun dari tidurnya, matanya masih terasa berat walau ini sudah jam sepuluh pagi, semalam adalah tugas yang cukup menguras tenaga, Jason lebih memilih untuk tidur lagi jika bisa. Tapi hari ini Coki mengundangnya ke markas bersama dengan Tommy. Penting sekali, itu kata-kata yang dia dengar dari Coki kemarin. Bangun dari tempat tidur, Jason membuka tirai kamarnya dan seberkas cahaya masuk membuat Jason menyipitkan mata. Jason tinggal di apartemen sederhana sendirian dan dia begitu asyik menikmatinya. Dia tak habis pikir kenapa Tommy memaksanya untuk punya pasangan, padahal Tommy sendiri sering berganti-ganti pasangan dan tak jelas arah hubungannya. Baru saja selesai mandi dan berpakaian pintu sudah ada yang mengetuk, tanpa disuruh buka Tommy membukanya sendiri dan nyelonong masuk. "Wah, gue telepon dari pagi kenapa nggak diangkat?""Kenapa harus pagi-pagi? Seperti anak rajin saja."Tommy tertawa ringan, dia menatap berkeliling ruangan apartemen Jason.

  • Petualangan Gila Mantan Mafia   Penyusup

    Flashback KembaliWisnu merasakan sesak yang aman sangat dalam hidupnya, baru saja ia membina keluarga yang dirasakannya begitu membahagiakan, kini dia harus membiasakan diri kalau wanita yang dicintainya sudah tidak ada. Wisnu harus menjelaskan pada anaknya, Dandi bagaimana ibunya pergi untuk selama-lamanya. Jiwa Wisnu semakin terguncang ketika melihat kesedihan Dandi yang begitu mendalam, ketika ia melihat Dandi menatap jenazah ibunya seakan meremukkan jiwanya berkeping-keping. Wisnu tak bisa berpikir apa-apa sampai-sampai ia mengira akan melakukan pembalasan. Polisi setiap hari mendatangi Wisnu untuk memintai keterangan supaya pelaku pembunuhan cepat tertangkap, tapi Wisnu juga tahu kalau itu hanyalah formalitas karena dalang pembunuhannya tidak akan bisa diungkap. Butuh waktu sebulan bagi Wisnu untuk bisa memulihkan mentalnya agar bisa kembali bekerja di perusahaan yang ia pimpin. Semua karyawan menunjukan simpati padanya. Dia baru saja meminta file rekaman CC

  • Petualangan Gila Mantan Mafia   Pergumulan Diandra

    Tommy dengan kaki kiri yang pincang dan menggunakan penyangga bersusah payah berjalan di pelataran halaman rumah besar dan itu adalah markas Coki. Orang-orang yang berjaga di sana kira-kira ada belasan orang dan semuanya menatap Tommy dengan heran. Salah seorang dari mereka yang paling muda mendekatinya. "Bang, kaki lu kenapa?""Bukan urusan lu, di mana tuan bos?" Tommy terus berjalan menggunakan penyangga sambil tergopoh-gopoh."Ada di dalam.""Sudah sana minggir, gue nggak kenapa-kenapa." Tommy melangkah sampai ke hadapan Coki yang sendirian di balik meja dengan wajah yang serius. Sorot matanya begitu penuh curiga pada Tommy. "Bos, ini semua salah paham." kata Tommy, saya waktu itu teledor sampai informasinya bisa bocor. Bukan maksud saya untuk berkhianat, saya minta kebijaksanaan anda, bos. Pekerjakan saya kembali untuk mencari Jason.""Duduklah dulu." perintah Coki. "Sepertinya terluka parah. Siapa yang anak buah gue yang menembak lu?""Tidak penting." j

  • Petualangan Gila Mantan Mafia   Pemicu Untuk Mempercepat

    Flashback SelesaiWisnu duduk di depan meja di ruangan tempat Shani disekap. Dia sedang memakan nasi goreng buatannya sendiri dengan lahap, di meja tersebut makanan Shani belum juga dimakan. "Ayolah, kita makan bersama. Ini tidak diracun, kalau lu sakit gue yang akan disalahkan. Yakinlah suami lu tercinta bisa berhasil. Akan sama mudahnya ketika dia dulu menculik dan melepaskan istri gue sampai nyawanya hilang."Shani yang sudah sangat lapar mendekat dan meraih roti sandwich di sebelah piring berisi nasi, dia memakan roti isi tuna itu dengan lahap. "Nah, begitu. Makanlah selagi ada." kata Wisnu. "Sekarang lu jangan menyalahkan gue untuk keadaan sekarang. Salahkan diri lu sendiri karena mau menikah dengan orang yang dulunya bajingan. Sekarang lu sendiri yang menuai akibatnya kan?" Wisnu lalu meminum habis segelas air putih. "Kenapa lu begitu dendam?" kata Shani yang telah menelan sepotong roti sandwich itu. "Gue yakin istri lu tidak menginginkan semua ini, kala

  • Petualangan Gila Mantan Mafia   Misi Masa Lalu part 4

    Dua pria itu kabur begitu saja dengan motornya, melaju dengan cepat. Vera memegangi lehernya yang sudah dihinggapi peluru dan darah bersimbah ke mana-mana membasahi kemeja putihnya. "Veraaaa!" Wisnu menjerit sejadi-jadinya. Dia memegangi tangan istrinya yang sekarat, mata Vera perlahan tertutup dan suara rintihannya semakin menghilang, Wisnu memeluk istrinya itu dan menangis keras. Sebuah peristiwa yang sangat mengejutkan. "Veraaa! tidak!"Warga sekitar yang mendengar suara itu lantas berhamburan dan mengerumuni mobilnya Wisnu. Tapi sudah terlambat, Vera sudah meregang nyawa di pelukan Wisnu. Sementara Wisnu berteriak luar biasa dan menangis. Para warga mencoba mendekatinya dan salah satu dari mereka menelepon rumah sakit untuk mendatangkan ambulan. ***Jason dan Tommy mendapatkan ucapan selamat dari Coki saat mereka duduk di ruang rapat dan hanya ada mereka bertiga Coki, Tommy, dan Jason. "Kalian memang luar biasa dan tak pernah gagal dalam menjalankan misi,

  • Petualangan Gila Mantan Mafia   Misi Masa Lalu Part 3

    "Pak, ada seseorang yang ingin menemui anda, namanya Wisnu. Katanya ada perjanjian penting dengan anda." Ucap salah satu ajudan Satia Utama di ruangannya. "Bagus, suruh saja dia masuk. Sambut dia dengan sopan." Satia yang duduk di sofa empuk dengan santainya tersenyum dan mengusap-usap dagunya. "Baik, pak."Langkah kaki yang cepat itu semakin dekat di ruangannya Satia dan ia melihat raut panik yang tak karuan di wajah Wisnu. "Selamat datang, ada yang bisa saya bantu, Pak Wisnu yang terhormat?" senyum licik Satia begitu terpancar dan menyebalkan. "Cepat lepaskan istri saya, dia tidak bersalah apa-apa. Ambil apapun dari saya termasuk proyek yang anda inginkan!" pinta Wisnu, wajahnya memelas. Seringai wajah Wisnu semakin menyebalkan. "Kenapa anda tidak lakukan ini sedari awal, kan kita tak usah capek berkeringat dan buang-buang tenaga kalau anda menurut. Apa jaminannya kalau anda akan patuhi keinginan kami?""Saya akan batalkan semua proyeknya hari ini

  • Petualangan Gila Mantan Mafia   Misi Masa Lalu part 2

    Di sebuah ruangan yang cahayanya temaram, seorang wanita sedang duduk di kursi kayu dan badannya diikat, wanita itu bernama Widya. Dia baru saja dipaksa untuk menelepon seseorang, lebih tepatnya menelepon Vera. Dua orang yang ada di hadapannya kini adalah Jason dan Tommy. Widya tampak ketakutan dan menangis ketika ponselnya direbut oleh Tommy. "Bagus, menurutlah kalau ingin selamat.""Kalian siapa?" Suara wanita berusia empat puluh tahunan awal itu begitu bergetar, sangat ketakutan. "Kami hanyalah petugas." Jason melangkah lebih dekat pada Widya. "Anda tenang saja. Ini tidak akan lama dan tidak akan ada nyawa yang melayang selagi semua pihak bisa diajak kerjasama.""Langsung saja?" tanya Tommy pada Jason yang membuat Widya kebingungan apa maksudnya. Jason mengangguk. Tommy mengeluarkan alat dari sakunya, berupa jarum suntik dan sebuah botol berisi cairan. Benda itu membuat Widya terbelalak dan dan hendak menjerit, namun dengan sigap Jason membun

  • Petualangan Gila Mantan Mafia   Penawaran

    Wisnu Aditya, kaya raya dari warisan dan punya bisnis di sana-sini termasuk stasiun televisi.  Wisnu sudah menikah dengan artis ternama yang namanya Vera Andriana. Pernikahan keduanya disorot oleh media sekitar enam tahun yang lalu karena Vera hamil duluan, sorotan media saat itu begitu tajam walaupun belum ada media sosial. Kali ini Wisnu dihadapkan oleh masalah bisnisnya sendiri, dijegal oleh mafia. Bisnis propertinya yang kian pesat sekarang menghadapi masalah serius. Saat itu sore hari dan hujan yang rintik-rintik membasahi tanah Kota Jakarta dan jalanan dipenuhi oleh kendaraan orang-orang yang pulang dari aktivitas. Wisnu yang menaiki mobil Mercedes-Benz C200 dan dikemudikan oleh sopirnya melihat ke keluar dengan tatapan yang kosong. Jelas kalau dirinya masih kesal dengan kedatangan Jason dan Tommy yang mengancamnya, Wisnu tahu siapa Coki tapi dirinya percaya diri bisa menanganinya. Ponsel Wisnu berdering, ada seseorang yang menelepon. Wisnu mengangkat telep

DMCA.com Protection Status