Pada akhirnya, Amanda Santika mengakui segalanya, kecuali tentang keajaiban cincin batu merah delima itu. Lagi pula, dia tidak tahu apakah cincin itu merupakan berkah atau kutukan. Oleh karena itu, semakin sedikit orang yang mengetahuinya, semakin baik.Ekspresi Amanda Santika menjadi serius dan berkata, "Ayah, Ibu, aku ingin kalian memiliki pikiran terbuka setelah aku menceritakan semuanya apa yang sebenarnya terjadi."“Apa yang ingin kakak ceritakan kepada kami?” ucap Salman Alfarisi dengan penasaran.Ibu Amanda dan Pak Abdurrahman saling bertatapan, dan ekspresi mereka juga menjadi serius. Mereka bertukar pikiran dengan ekspresi kebingungan, “Anak kita, Amanda Santika menyembunyikan sesuatu dari kita. Sepertinya itu terdengar serius."Pak Abdurrahman memulai, "Baiklah, Amanda Santika. Apa pun yang terjadi, kami akan selalu berada di sisimu."Amanda Santika mengangguk, "Jadi pada awalnya..."Amanda Santika memulai dari bagian di mana dia dipanggil ke Hotel oleh Manajer Michael Ace.
"Bu, aku serius. Jika aku hamil, aku akan melahirkannya!" ucap Amanda Santika dengan tegas memohon kepada orang tuanya untuk melahirkan anak yang dikandungnya.Amanda Santika harus mendapatkan Raka, karena dia telah transmigrasi ke masa lalunya. Dahulu Amanda Santika menelantarkan Raka bersama neneknya dan tidak mempedulikannya hingga Raka meninggal dunia. Amanda Santika ingin menebus kesalahan ini. Ibu Amanda terkejut dengan tekad Amanda Santika. Pak Abdurrahman dan Salman Alfarisi juga memandang Amanda Santika dengan bingung.Ibu Amanda adalah orang pertama yang sadar kembali. Dia berkata dengan nada kasar, "Amanda Santika, apakah kamu sudah gila? Jika kamu benar-benar melahirkan anak itu, menurutmu bagaimana orang lain akan memandangnya? Mereka akan selalu memanggil kamu sebagai pelacur!"Kata pelacur menghantam hati Amanda Santika yang membuatnya sedikit sakit hati. Itu menyebabkan pikirannya menjadi kosong.Amanda Santika tahu bahwa Raka akan tumbuh dengan kondisi lingkungan yang
Alasan Amanda Santika hanya bersifat sementara, begitu pula persetujuan Ibu Amanda. Mungkin saja Amanda Santika ingin menunda sampai kelahiran Raka. Kalau begitu, dia punya alasan yang lebih baik untuk tetap tinggal di kampung halamannya.Ibu Amanda setuju dengan suaminya. Ketika Amanda Santika menyadari betapa melelahkannya bertani, dia akan berkemas dan kembali ke kota.Setelah mendapat izin dari Ibu Amanda, Amanda Santika berkata, "Bu, aku perlu menggunakan sebidang tanah di halaman belakang rumah kita untuk aku memulai bertani." Amanda Santika belum tahu cara menggunakan lahan pertaniannya. Dia harus mengujinya terlebih dahulu, tetapi dia tidak bisa melakukannya secara terbuka.Keluarga Amanda adalah keluarga petani kecil dan terkadang menjadi buruh tani di pedesaan. Sebidang tanah di halaman belakang rumah Amanda Santika semacam ini memiliki pagar yang dibuat dari tanaman singkong setinggi sekitar dua meter untuk memisahkan pekarangan depan dan belakang.Sebagian besar keluarga p
Ibu Amanda tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan sayuran jumbo yang tumbuh di halaman belakang rumahnya dalam semalam. Dia tidak berani memberi tahu orang lain tentang hal itu, apalagi membagikan sayuran jumbo tersebut kepada warga.Namun, Keluarga Amanda juga tidak bisa menghabiskan sayurannya. Pada akhirnya, Keluarga Amanda memutuskan bahwa sayuran tersebut akan dimakan sebanyak yang mereka bisa dan mengawetkan sisanya. Yang tidak bisa diawetkan akan digunakan sebagai pakan sapi dan ayam. Syukurlah, keluarga mereka memelihara beberapa sapi, ayam, dan bebek.Keluarga Amanda sarapan sangat banyak. Setelah sarapan, Salman Alfarisi menyeka mulutnya, dan dia bersendawa puas lalu berkata, "Syukurlah ibu memasak hidangan sayuran terlezat yang pernah kumakan. Aku tidak menyangka sayuran jumbo itu bisa begitu lezat!" Jarang sekali ada anak yang tidak suka makan sayur sejak kecil. Namun, sayuran raksasa yang dipanen terlalu enak. Rasanya lebih enak daripada daging.Yang lain setuju denga
Setelah membantu Ibu Amanda menyiapkan sayuran untuk dijadikan produk sayuran kering, Amanda Santika sangat ingin pergi ke menuju dimensi lain dengan menggunakan cincin batu merah delima miliknya itu. Dia ingin bereksperimen untuk menabur benih sayuran di dimensi lain, siapa tahu sayurannya dapat tumbuh subur di sana.Namun, ketika Amanda Santika tiba di dimensi lain menggunakan cincin miliknya, dia mengerutkan kening. Dia lupa bahwa tanahnya dipenuhi oleh rumput liar, jadi dia harus mencabutnya untuk dijadikan lahan pertanian rahasianya."Haruskah aku membawa cangkul dan sekop untuk membersihkan rumput liar ini?" Amanda Santika bergumam pada dirinya sendiri. "Tapi... Hal itu akan menimbulkan pertanyaan ketika aku menghilang dengan membawa cangkul atau sekop. Hm... Terus... Bagaimana ya, caranya?"Untuk sementara Amanda Santika tidak berani berbagi rahasia lahan pertanian dengan keluarganya. Dia tidak ingin membahayakan mereka sampai dia yakin semuanya aman.Jika ada Kelalaian itu mem
Pak Abdurrahman dibelikan mesin bajak mekanis minggu lalu oleh Amanda Santika hasil menjual kalung berlian. Dia bisa membajak sepuluh hingga dua puluh petak lahan pertanian dalam sehari. Mesin bajak mekanis jauh lebih efektif dibandingkan menggunakan hewan sapi atau kerbau. Lagi pula, seekor kerbau hanya mampu membajak satu hingga dua petak lahan pertanian dalam sehari.Selain itu, penggunaan mesin bajak lebih efektif dan efisien tidak terlalu membebani petani karena cara membawanya yang sangat mudah. Terlebih lagi mesin bajak mekanis tidak perlu diberi makan rumput, cukup diberi solar satu liter sudah cukup untuk membajak lahan pertanian sebanyak lima petakan.“Syukurlah... Amanda Santika membelikan aku mesin bajak mekanis ini. Sekarang aku tidak perlu repot-repot membawa sapi untuk membajak lahan pertanian aku,” gumam pak Abdurrahman bersyukur bahagia karena mendapat hadiah mesin bajak mekanis dari Amanda Santika. Ketika Keluarga Amanda selesai membajak tanah lahan pertanian mereka
“Baiklah pak Abdul, aku akan pulang ke rumah. Aku sudah menyelesaikan pekerjaannya”, kata pak Abdurrahman berpamitan kepada pak Abdul sambil membawa mesin bajak mekanis miliknya. “Oke! Terima kasih atas jasanya,”Pak Abdurrahman dan Amanda Santika pulang bersama, dan tidak terasa hari matahari mulai terbenam. Hal itu menandakan sebentar lagi akan malam. Mereka bergegas menuju rumah sebelum gelap.Saat makan malam, Amanda Santika berkata kepada orang tuanya, "Bu, aku akan mengantar adikku ke sekolah besok."Salman Alfarisi terkejut dan langsung berkata, "Kak, kamu tidak perlu melakukan itu. Aku sudah dewasa. Jika ada yang melihatmu mengantarku ke sekolah, nanti aku akan ditertawakan teman-temanku!"Amanda Santika membalas, "Aku ikut denganmu karena aku ingin pergi ke kota, bukan karena kamu! Besok ada pekan raya pasar, aku ingin pergi melihatnya."Salman Alfarisi tersenyum lalu berkata, "Bagus!" Dia pikir saudara perempuannya peduli padanya.Ibu Amanda khawatir saat mendengar itu. Dia
Betapapun keinginan orang dewasa untuk mencicipi masakan Ibu Amanda, mereka tidak mungkin bermuka tebal seperti anak-anak. Lagipula, Salman Alfarisi sudah mengatakan bahwa Ibu Amanda hanya menghasilkan cukup uang untuk keluarga mereka dan masak masakan lezat itu secukupnya.Ketika Ibu Amanda mendengar Oki, dia berkata, "Oki! Masuk dan makanlah. Kita masih punya sisa."Tiba-tiba yang masuk bukan hanya Oki sendiri, melainkan bersama dengan tiga orang temannya. Salah satu teman Oki berkata, “Bibi! Kami juga ingin masuk! Kami ingin mencicipi masakan lezat Bibi Santika!”Ibu Amanda bangun untuk mengambil empat set peralatan makan lagi. Syukurlah, dia mendapat penghasilan tambahan hasil menjual hasil bumi. Jadi dia membuat masakannya berlebih.Makanannya enak, tapi tetap saja akan sia-sia jika mereka tidak bisa menghabiskannya. Keluarga Amanda sudah kenyang. Ibu Amanda memutuskan untuk memberikan sisa bubur dan telur mata sapi kepada anak-anak.Salman Alfarisi langsung memprotes, "Bu! Aku a