Share

2. Kekhilafan

Penulis: Isqa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-04 00:29:30

“Benarkah?” Evelin tampak senang lalu menuruti perkataannya.

 

“Mau minum?” tawar lelaki itu padanya.

“Apa ini?” sambil menerima sodoran gelas berisi minuman yang tampak indah di depan mata.

“Minumlah, lalu kamu akan tahu bagaimana mencari temanmu dengan cepat.” 

Tanpa ragu Evelin meminumnya, “ugh! Apa ini?” Lelaki itu tersenyum, “apa aku boleh minum lagi?”  

“Silakan.”

Evelin kembali meminumnya, ia mengambil sendiri dengan lancangnya. Meneguk berulang kali tanpa bisa menghentikan keinginan yang membara.

“Bagaimana rasanya?”

“Aneh,” ucap Evelin merasa pandangannya nanar.

“Kalau begitu hentikan, karena tak menyenangkan jika kamu mabuk begitu saja,” sahut lelaki itu mengambil gelas minuman di tangan. 

“Tidak! Aku ma—” kalimat Evelin tak dilanjutkan. Suara gadis itu tertahan dengan bibir lelaki yang mengajaknya minum. Evelin hanya mencoba mendorongnya pelan, tapi ia tak bisa apa-apa karena sosok di hadapan tak memberinya ruang untuk bergerak.

“Apa yang kamu lakukan?”

Lelaki itu tersenyum sambil menarik Evelin, “tentu saja menerima bayaran dari minumanmu.” Ia kembali menciumi sang gadis yang meronta-ronta. Semakin melawan, semakin ia bersikap ganas, sampai merobek baju korbannya dan memperlihatkan mahkota tak bersegel sang wanita.    

Napas Evelin memburu karena ulah laki-laki itu. Tak ada jeda, perlakuan nikmat dilakukan kasar olehnya. Ia melakukan apa pun yang menyenangkan pada mahkota kembar di pandangan. Di sisi lain, tangannya yang satu lagi sibuk menjelajah mencari celah untuk bertemu bagian terlarang.

Evelin yang merasa pusing karena mabuk, hanya bisa meronta tak berguna di hadapan Cristhian Ronald, target pembunuhannya.

Desahan demi desahan mengalir dari mulutnya, sampai akhirnya kedua bibir bertemu dan merasa seperti di surga.

Untuk gadis muda seperti Evelin, ini benar-benar luar biasa. Jajahan kasar Cristhian Ronald memberikan kesenangan tersendiri.

Sejujurnya, semua baru pertama kali baginya. Ingatan tentang Camila yang bercinta memburu nafsunya. Sekarang, Evelin membiarkan Cristhian Ronald melakukan hal yang sama sebelum orang itu mati.

“Wow! Luar biasa!” pekik Cristhian Ronald senang. Ia meremas erat salah satu mahkota kembar. Sementara tangannya yang lain sibuk menggali lubang di tanah terpendam milik gadis itu. Basah dan menyenangkan, membuat gairah keduanya bergejolak hebat.

Tak peduli racauan apa terlontar dari Evelin. Sesekali ia melumat bibir sang kupu-kupu yang ranum baginya. Mahkota indah dan membusung itu masih dimainkan tanpa ampun, sampai akhirnya cairan nikmat dunia membasahi jari yang sibuk menggali inti bumi.

 

Evelin hanya bisa menggeliat. Sekarang, seluruh penutup tubuhnya dibuang ke lantai. Cristhian Ronald menyeringai. Wajah menariknya, menyapu tubuh sang gadis tanpa kedip. Ia usap kaki mulus itu. Mencoba merasakan sensasinya, yang memburu hasrat juga raga. 

Lidahnya bermain, membuat Evelin mengerang akan ulah lelaki tanpa ampun di dirinya. Cristhian tak hanya memakai mulut, jari nakal juga ingin merasakan lagi belukar terlarang. Memaksa masuk, sampai semburan cairan kedua menangis keluar dari inti sang gadis muda. Tak puas, pilihan selanjutnya jatuh pada senjata terlarang.

Ia duduk, menyentuh lembut kulit putih di paha. Di tatapnya Evelin yang sudah kelelahan, sentuhan halus hanya menambah rangsangan. Entah di sengaja atau tidak, gadis itu mendesah hebat dan memburu hasrat Cristhian untuk tak mengampuninya.

Lelaki itu menciumnya, memasok lidah untuk saling bertemu dan bermain. Keduanya benar-benar menggila. Evelin yang tampak polos olehnya, ikut membalas kenakalan yang dilakukan. Sampai akhirnya erangan terlepas dari bibir manis sang gadis karena hentakan terlarang menyentuhnya.   

 

Darah merah mengalir pelan di sana. Cristhian tertawa, “perawan?” seringainya makin menjadi-jadi. “Malam ini menarilah untukku, Sayang,” bisiknya lembut di dekat telinga. Permainannya kasar, untuk seorang yang bertubuh polos seperti Evelin itu benar-benar hebat.

Dirinya tak menyangka semua akan terasa sakit dan nikmat. Ternyata inilah yang dirasakan Camila. Pantas para wanita bengal akan bahagia jika bisa melakukannya tanpa ikatan pernikahan. Di balik nyeri, tanpa sadar tubuhnya meminta dominasi.

Hentakan yang tak beristirahat mengeluarkan desah dan raungan pelan di antara keduanya. Cristhian Ronald sepertinya tak ingin beristirahat menikmatinya. Bahkan memaksa gadis itu duduk mesra dengannya. Diiringi tangan tak bermoral ikut ambil bagian agar bahagia.

Keberuntungan meneriakinya, karena berhasil mengenai posisi dewa sang gadis muda. Melantunkan kisah terlarang mereka, yang tak seharusnya terjadi saat ini juga. Efek mabuk pun bercampur satu dengan semua, membuat gadis itu menggila dan memaksa Cristhian melihat pesona terselubung Evelin bangkit.

Malam yang terasa panjang, membuat perempuan itu lupa akan misi. Dirinya sudah terlanjur terbuai akan pesona targetnya. Hanya dengan perintah sentuhan dari Cristhian, Evelin bagai pesuruh yang mau menurutinya. Sampai akhirnya mereka berdua meneteskan air mata deras di senjata Cristhian ataupun sarung pedang Evelin yang sudah tak tersegel lagi.

Waktu berlalu, dengan suasana dingin, sunyi dan melelahkan. Perlahan Evelin membuka mata, inti bumi dan pinggangnya terasa nyeri. Ia merasakan lengket di sana. Lalu mengumpulkan kesadaran dengan benar menatap sosok yang memeluknya. Tanpa kain sehelai pun untuk menutupi mereka, Evelin terpana dengan wajah lelaki di depannya.

Alis mata Cristhian begitu rapi, dengan rahang tegas namun aura wajahnya mempesona. Bibir indah yang dinikmati Evelin, hanya diam di depan mata. Sekarang, gadis itu mengutuki diri. Sikapnya yang pura-pura mabuk padahal toleransi alkoholnya tinggi, berujung cinta pada pandangan pertama.

Apa yang harus kulakukan? Aku tak sanggup membunuhnya.

Evelin mendecih, tangannya merangkul pinggang laki-laki yang memeluknya di sofa. Ruangan itu dipakai lama Cristhian karena ingin menghabiskan waktu dengan bersenang-senang. Beban hidup benar-benar membuatnya ingin terkurung di VVIP club itu. 

Perlahan, Evelin mencoba bangun.

“Kamu mau ke mana?” gumam Cristhian.

“Kamu sudah bangun?!”

Laki-laki itu hanya tersenyum. Memaksa pelukan agar Evelin tak beranjak pergi. “Aku lelah,” ucap Cristhian tiba-tiba.

“Sepertinya aku harus pergi.”

“Ke mana?” Cristhian memandang tak suka dengan kalimat gadis itu.

“Ada yang harus kulakukan.”

Cristhian masih tak mau melepaskannya. “Temani aku. Kumohon, hanya untuk hari ini,” lirihnya. Evelin terdiam sejenak. Menenggelamkan pikiran sebelum akhirnya mengiyakan. “Apa kamu kedinginan?” tanya Cristhian.

“Sedikit.”

“Tenang saja, aku akan menghangatkanmu,” salah satu kaki Cristhian masuk ke celah antara dua kaki. “Kamu cantik.” 

Evelin tersipu mendengar pujian itu. Cristhian tersenyum, lalu menggerakkan kaki terkurungnya mengenai gerbang menuju mahkota sang gadis. Evelin mendesah karenanya, “aku menyukainya. Apa kamu baik-baik saja?” ujarnya.

Evelin tersentak. Sekilas ia melirik jam. Sekitar 04.17 pagi. “Ya, walau aku sedikit pusing,” menutupi diri kalau dirinya tak mabuk sebenarnya.

Setiap berbicara, mata Cristhian tak beranjak dari bibir ranum sang kupu-kupu.

Lambat laun, ada sesuatu yang mulai terbakar di diri.

“Berapa usiamu?” 

“19 tahun.”

“Masih muda rupanya. Maafkan aku mengambil keperawananmu.”

Evelin terdiam, matanya terbelalak tak menyangka kalau Cristhian akan mengucapkan itu. “Mm, ayo lupakan apa yang sudah terjadi.”

Hanya ekspresi diam tertoreh di wajah laki-laki. “Lupakan? Sepertinya ini tak begitu berkesan bagimu.”

“Ini hanya kekhilafan.” 

 

Bab terkait

  • Pesona Wanita Terkutuk   3. Maaf

    Mendengarnya, mata Cristhian turun ke bawah. Melirik apa pun yang bisa dijangkau pandangan. “Sayang sekali, tapi aku tak ingin melupakannya.” Sekarang ia mengelus lembut mahkota kembar sang gadis.Gadis itu terkesiap dengan perlakuan tiba-tiba di badan. Gerak tubuhnya spontan sensual di mata, memaksa lutut laki-laki tersebut naik kembali dan bergerak di antara celah paha. “Hentikan.” Cristhian justru tak mendengarnya. Dada yang membusung di sentuhan malah dipermainkan. “Aku sudah tak sanggup,” tolak Evelin. Tapi raungan desahnya malah semakin membakar suasana.“Tak masalah. Karena aku masih sanggup dan menginginkannya.”Laki-laki itu bangkit, duduk dan memaksa sang pujaan untuk melayani. “Jangan, aku mohon!” Evelin mencoba berdiri, tapi sayang semua sudah terlambat. Senjata bertuan meminta pelukannya.Akan tetapi, mata dingin Cristhian menyelimuti Evelin. Tak ada kalimat kecuali gairah pelan terlontar dari mulutnya. Memaksa apa pun yang ada di tubuh untuk menjajahi sang gadis muda. A

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Pesona Wanita Terkutuk   4. Cinta memang gila

    “Aku menyukaimu,” bisik lembut Cristhian, membuat Evelin tersentak dan langsung mendorong dada bidang lelaki itu. Mulutnya sedikit terbuka menyiratkan ketidakpercayaan, bahwa sosok di depannya juga merasakan hal yang sama.“Aku tahu ini terdengar gila. Aku tahu jika aku sudah kurang ajar, tapi aku benar-benar menyukaimu. Aku akan bertanggung jawab menikahimu dan membesarkan anak kita,” jelas Cristhian menyentuh perut Evelin.Tubuh indah gadis itu bergetar hebat, mendengar pengakuan yang takkan pernah terkira olehnya. Tanpa saling mengenal, tanpa mengetahui nama, lelaki di depan mata mengatakan sesuatu yang tak pernah ia bayangkan. Evelin berteriak sejadi-jadinya. Kebimbangan justru muncul memburu isak tangisnya. Tanpa kata yang jelas, gadis itu memukul berulang dada bidang Cristhian, sehingga sang lelaki tersentak kaget. Ia tak tahu apa-apa, hanya melontarkan keinginan, namun dibalas jawaban tak kentara oleh pujaan satu malam.Karena panik dan cemas akan ulah sedih Evelin, laki-laki

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Pesona Wanita Terkutuk   5. Ingin membunuhmu

    “Evelin!” pekik Cristhian saat sadar pisau dihunuskan ke arah dada. “Apa yang kamu lakukan?!” ia berhasil menghindar.Pisau kembali diayunkan ke wajah Cristhian, seketika laki-laki itu menangkap lengannya. Tapi terlambat, sang gadis memutar tubuh dan menariknya dari belakang sehingga ia jatuh tepat di hadapannya. Tanpa jeda Evelin menghunuskan pisau ke arah kepala sang pemuda.“Ev—”TRANG!Suara pisau membentur lantai dan patah. Cristhian berhasil menghindari serangan yang hampir melubangi wajah. Napas tersengal, tapi bukan berarti dirinya akan pasrah begitu saja. Dengan keadaan Evelin masih berdiri, ia langsung memakai tangannya, menghantam kaki gadis itu sehingga badannya jatuh terjerembab.“Uugh,” erangnya. Saat menyadari pisau terlepas dari tangan, ia segera bangkit. Tapi sayang, Cristhian menindih tubuhnya dan menahan bahu Evelin agar tak bisa beranjak.“Apa yang kamu lakukan?!

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07
  • Pesona Wanita Terkutuk   6. Kabur

    “Istirahatlah,” lirihnya mengambil selimut dan menutupi tubuh Evelin.Walau matanya bisa melihat dengan jelas undangan dari raga sang gadis, dirinya tak berniat lagi melakukannya. Rasa suka yang Cristhian miliki bukanlah suatu kebohongan. Jika tak menyentuh Evelin memang membuat gadis itu bahagia, maka akan ia lakukan. Dirinya tak ingin menodainya lagi tanpa izin, karena bagaimanapun sekarang sang pujaan mungkin akan mengandung anaknya. Tak lama kemudian, embusan angin malam tiba-tiba membangunkan gadis itu. Matanya mengerjap beberapa kali, hanya terang kamar dibantu cahaya rembulan terlihat olehnya.“Apa yang terjadi?” gumam Evelin menatap langit-langit. Saat akan bangkit, tubuhnya tersentak menyadari tangan masih terikat.Sekarang, justru tali pengikat erat menahannya pada dua tiang ranjang.Dengan tubuh masih berselimut, ia coba meronta membebaskan diri. Masih tak ada hasil, raganya juga terasa lemas, berusaha mengingat kembali apa yang terjadi. Perlahan, bayangan Cristhian membe

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   7. Menangis

    “Besok aku akan mempertemukanmu dengan orang tuaku. Begitu selesai kita akan pergi keluar negeri.”“Bertemu orang tuamu?”“Ya.”Dahi mengernyit dan alis mencoba bertaut terlukis di wajah sang gadis. “Buat apa aku bertemu orang tuamu?”“Karena aku akan menikahimu.”Seketika tawa pecah di ruangan. “Ayolah Kak Cris, menikah? Aku masih muda. Dan kabarnya kamu juga sudah bertunangan. Jangan mengumbar lelucon di situasi kita bisa mati begini.”Cristhian berhenti dari aktivitas pencariannya. Melirik gadis itu dan duduk di tepi ranjang.“Jawab saja satu hal, Evelin. Apa kamu tidak bisa membunuhku karena menyukaiku?”Sejenak diam menerpa, beberapa detik kemudian Evelin bersuara. “Aku tidak menyukaimu. Kebetulan saja aku kasihan padamu dan tak jadi membunuhmu. Aku juga malas karena sangat ingin pensiun dari pekerjaan ini,” ocehnya berdrama.Cristhian tersenyum meledek. “Jawab saja ya atau tidak?” Tampang drama retak di muka, Evelin seketika menatap masam.“Tangisanmu sudah menjawabku,” laki-lak

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   8. Hanya aku

    Evelin mengedarkan pandangan. Ia jengkel sekaligus senang. Matanya tak lagi basah, tapi otaknya masih normal tak ingin terbuai ucapan Cristhian. “Dasar keras kepala!” umpatnya.“Aku menginginkanmu,” bisik Cristhian. Deru jantung Evelin memburu, seperti diberi bunga menebarkan aroma kebahagiaan.Segera ia tepis bisikan iblis nafsu, tapi Cristhian malah menantangnya. Tangan nakal merambat pelan, lembut dan menggoda. Evelin menahan sentuhan itu agar tak menjajahnya.“Aku ingin tidur,” tegasnya membalikkan tubuh.Cristhian memanyunkan bibir mendapat penolakan yang memutus hasrat. Mereka berdua akhirnya memilih tidur begitu saja.Suara burung berkicau samar terdengar di pinggir jendela. Fajar menampakkan diri, berteriak girang menggantikan malam. Suara desah menyadarkan seseorang, perlahan mengerjap mata penasaran dari mana sumbernya.Evelin tersentak, karena dialah yang bersuara. Tak terasa tangan Cristhian menyusup masuk mengganggunya, mencoba bermain menghabiskan waktu.“Kak Cris! Apa y

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   9. Calon istri

    Sekarang, mata laki-laki itu seperti termanjakan oleh lekuk tubuh indah di depannya. Walau dibalut pakaian, pandangan masih menerawang. Seakan tembus dan berkhayal kembali akan pesona seksi sang gadis pujaan. Evelin sudah selesai dengan dandanannya. Namun, mata Cristhian masih tak lepas menyapunya, terlebih saat sorotan tersangkut pada dada membusung itu.“Sangat pas dan cantik.”Evelin mengernyitkan dahi. “Pas? Kamu bisa mengatakan itu karena tidak merasakannya! Apa kamu tidak tahu kalau aku ini sedang sesak napas? Lagi pula ini pakaian siapa? Dalamannya sempit begini!” emosi tersembur di mulutnya.“Kamu tidak suka? Padahal itu aku beli dan pilih sendiri.”“Persetan dengan pilihanmu sialan! Aku mau pergi!” Evelin masih kesal. Itu sebuah kewajaran, mengingat bra yang ia pakai cukup sempit. “Apa lihat-lihat?! Kuncinya mana?!” ia menggerakkan gagang pintu kasar.Cristhian hanya tersenyum, sejujurnya ia puas melihatnya. Setelan yang dipakai Evelin luar dalam adalah pakaian baru calon ist

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   10. Ancaman Daniel

    “Tidak. Sama sekali tidak.”Pemuda itu tersenyum. Tatapannya hanya fokus ke wajah Evelin. Sekarang, jarak berdiri mereka kurang dari satu meter. “Evelin, itu namamu?”“Ya.”“Nama yang indah,” puji Daniel.“Terima kasih. Nama Kakak juga sangat indah.”Tiba-tiba Daniel menyemburkan tawa aneh. “Basa-basimu luar biasa sekali. Jadi, kapan kamu akan melakukannya?”Dahi Evelin mengernyit bingung. “Melakukan? Melakukan apa?”“Menggugurkan kandunganmu.”Spontan jantung gadis itu serasa dihujam oleh ucapan sosok di depan mata. Tapi dirinya masih mengontrol ekspresi, karena sejujurnya ia sangat penasaran kenapa keluarga Cristhian Ronald terasa aneh baginya.“Jadi, kenapa aku harus menggugurkan kandunganku?”Daniel mengedarkan pandangan. Berjalan pelan ke arah jendela, membukanya agar udara pagi masuk lembut ke dalam kamar Cristhian.“Karena adikku takkan menikahimu.”“Begitu?”“Dia sudah bertunangan. Tiga bulan lagi mereka akan menikah. Putri dari Menteri Keuangan tentu jauh lebih baik dari gadi

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31

Bab terbaru

  • Pesona Wanita Terkutuk   48. Pedang Sova

    “Sova, seandainya kita mati, bagaimana?” pertanyaan sosok bersurai merah itu membuat laki-laki berambut coklat terang di depannya mengernyitkan dahi. “Kau takut?” Bharicgos terkekeh pelan. Perlahan pandangan diedarkan ke sekitar, sayup-sayup suara gagak menyusup masuk ke telinga. Semakin lama semakin terdengar keras mengiringi langkah keduanya. “Aku hanya bertanya, kenapa jawabanmu malah seperti itu?” “Kita takkan mati dengan mudah. Apa lagi kau Bharicgos, mereka hanya membuang nyawa ke hadapan kita.” Dan ringkik kuda yang terasa jelas mulai menghampiri keberadaan mereka. Tampak di halaman istana Tenebris, kehadiran beberapa prajurit berzirah merah. Semangat yang tercetak di wajah mereka, senjata beserta bendera yang dikibarkan di tangan pun menjadi tanda dimulainya pertarungan keduanya. “Begitu ya, kau benar juga. Terima kasih sudah menghiburku, Sova Aviel Ignatius.” “Sova, padahal kau bilang kita tidak akan mati. Lalu kenapa pedang iblismu ada di bocah ini?” bersamaan dengan o

  • Pesona Wanita Terkutuk   47. Hion & Bharicgos

    Hempasan angin kasar menghantam mereka. Semua disebabkan oleh senjata Haina dan juga Lucius yang beradu. Rantai berduri ataupun pedang terselubung itu tampak seimbang. "Kau Tenebris. Kenapa menyerang?" Mendengar itu Haina menyentak rantainya. Memaksa Lucius mundur beberapa langkah. Walau sosoknya terluka namun tak meruntuhkan kekuatan Haina. Selain tampang angkuh yang sekarang melekat di muka. "Bukankah sudah jelas? Tentu saja untuk membasmi kalian." Seketika mata Lucius menyipit tajam. Jawaban konyol barusan jelas bukanlah yang ia harapkan. Sementara di satu sisi, Hion sekarang sedang berhadapan dengan dua Darkas. "Hati-hati. Dia sepertinya menguasai beberapa aliran pedang." Tentu saja penjelasan Bharicgos menyentak pendengaran rekan-rekannya. "Sepertinya Ignatius memang terlahir luar biasa ya," Siez menggeleng pelan. Teringat kembali dengan sosok Lucius di seberang. Pemuda delapan belas tahun itu pun juga serupa. Dilihat dari keahlian berpedangnya bisa dipastikan ia memaka

  • Pesona Wanita Terkutuk   46. Pertemuan para Ignatius

    Sorot mata tenang sosok berambut perak itu, terus saja memandangi pemuda bersurai coklat. Bahkan setelah pertemuan para utusan delapan kerajaan berakhir dengan ketegangan, Lucius tak terlihat menyesal. Ia bahkan sempat menatap remeh pada laki-laki di depan mata. Siez Nel Armarkaz. Penolongnya yang sudah membuat mereka bisa pergi dari sana. Andai Lucius tetap gigih memprovokasi Orion, mungkin saja beberapa orang yang menganggapnya ancaman akan segera membantainya. Terlihat dari tatapan tajam ratu Virgo kepadanya. "Darkas, apa kalian berkhianat?" pertanyaan Raja Aquarius saat Siez dan pamannya maju untuk menengahi keadaan memantik sebuah kenyataan. "Berkhianat?" Siez tersenyum hangat. "Dia rekan kami. Tak peduli siapa sosoknya, sudah tugas Darkas untuk melindungi orang-orang yang bekerja sama dengannya. Bukankah begitu? Pangeran Kaizer." Tapi tak ada tanggapan dari laki-laki yang diajak bicara. Selain tatapan tajam memenuhi suasana. Tanpa kata Lucius berlalu dari sana dan diiri

  • Pesona Wanita Terkutuk   45. Tantangan Ratu Virgo

    Pertarungan antara Kaizer atau pun Eran Lybria dengan para pengganggu memang telah selesai. Tapi tidak dengan Fabina, pedang di tangan pun diarahkan pada leher Lucius yang sudah tak lagi menyerangnya. "Hei! Apa yang kau lakukan?" Dusk Teriel masih bingung dengan mereka. "Musuh memang sudah tak ada. Tapi kita tak bisa menutup kemungkinan akan Tenebris yang tersisa." Orang-orang di sana pun kembali terhenyak. Dan menatap tak percaya pada sosok yang berbicara. "Ada bukti?" Lucius menyeringai. "Tutup mulutmu, hanya karena matamu sekarang tidak merah lagi bukan berarti kau bisa menipuku. Kau sendiri bukan yang mengatakan akan perperangan itu." Dan tak disangka, sebuah hempasan kasar pun menghantam Fabina. Tubuhnya langsung menghantam tanah akibat ulah perempuan yang menatap murka. "Yang Mulia!" Agrios syok melihatnya. Karena bagaimanapun juga dirinya jelas tak mengira kalau sang ratu akan menyerang kerajaan rekan mereka. "Fabina!" Kaizer pun menghampirinya. "Kau baik-baik saja?!"

  • Pesona Wanita Terkutuk   44. Dua iblis Tenebris

    Kehadiran pria itu sontak membuat para utusan Libra murka. Tanpa ragu Tarbias dan juga Eran menarik pedang mereka. Berbeda dengan seseorang yang hanya bersikap waspada pada pembantai kerajaannya. Prizia D'Librias. Sosoknya justru tak terlihat marah. "Siapa kau?!" Dusk Teriel jelas terkejut melihat respons para utusan Libra. "Tel Avir Ignatius. Jadi, apa kalian juga ingin bertarung denganku?" Ignatius.Nama belakang itu menyentak Lucius. Ia menatap tak percaya pada laki-laki yang bisa dipastikan berasal dari kerajaannya. Namun rupa asing Tel Avir membuatnya waspada. Karena bagaimana pun tak semua Ignatius sejalan dengan prinsip Tenebris. Apa lagi orang asing di depan mata tak pernah tampak di kerajaan semasa hidupnya. "Berani-beraninya keparat sepertimu muncul di sini!" suara senjata yang beradu pun melukiskan suasana. Pedang sang komandan Eran Lybria, dan juga pisau panjang tamu tak diundang itu saling bertemu dengan percikan di mata bilah keduanya. Seolah tak peduli lagi pada

  • Pesona Wanita Terkutuk   43. Tenebris Pengganggu

    Kalimat laki-laki itu pun memaksa beberapa orang memasang muka masam. Hanya seseorang yang menyeringai, siapa lagi kalau bukan Siez Nel Armarkaz. Sosoknya yang berpakaian serba hitam itu memang mampu membuat Orion menatap murka. Dan akhirnya Kaizer hanya bisa mengepal erat kedua tangannya. Sorot mata yang tak lepas dari dua utusan Darkas menandakan kalau dirinya masih tak terima. Tapi senggolan pelan yang dilayangkan Fabina menyadarkan sang pangeran. "Tenanglah, kita akan berurusan dengan mereka nanti." Kaizer terpaksa membuang muka. Pertanda kalau dirinya setuju akhirnya. "Jadi, apa yang ingin di bahas pada pertemuan ini?" Aqua D'Rius Argova bersuara. Raja kerajaan Aquarius itu menatap lekat utusan salah satu kerajaan yang memicu kehadirannya di sana. Dan orang-orang yang duduk di meja itu ikut menatap sumber pandangan. Tiga utusan dari kerajaan Libra pun dilirik bergantian. Sampai akhirnya salah seorang yang memiliki surai pirang dan bermata hazel menghela napas pelan. "Juj

  • Pesona Wanita Terkutuk   42. Delapan kerajaan

    Rambut pirang sepinggang itu bergerak indah saat disapu angin. Mata ambernya, sosok tenang nan berwibawa, dialah Ratu Ariena Vergiva yang baru saja turun dari kereta kuda. Kerajaan Aries. Dialah pemimpinnya sekaligus utusan yang hadir di sana. Di sisi wanita itu turut hadir seorang pemuda yang tampak pemalu. Surai blonde dengan mata emerald nan sesekali melirik sekitarnya. Walau dirinya lebih banyak menunduk di samping sang ratu. Dusk Teriel. Komandan utama kerajaan Aries itu sesekali melempar senyum pada sosok yang ditemuinya. Pria 40 tahun dengan rambut, netra, dan juga kulit serba coklat. Walau begitu ia cukup menawan, apa lagi fisik kokoh miliknya, akan sangat menyenangkan bagi para pemuja untuk bersandar di dadanya. "Selamat datang di tanah Hades, Yang Mulia Ratu, suatu kehormatan bagi keluarga kami bisa menyambut anda di sini," begitulah sambutan dari kepala keluarga Hadesia. "Terima kasih, Tuan. Seharusnya aku yang berterima kasih karena kalian sudah memberikan izin bagi

  • Pesona Wanita Terkutuk   41. Wanita Penggoda

    Haina Ver Ignatius. 23 tahun, sosok yang memiliki tato di bahu kanan dan juga paha itu menggerutu pelan. Memakai pakaiannya yang cukup menggoda. Belahan dada yang terpamer nyata, atau keindahan pahanya menjadi sensasi tersendiri untuk cuci mata. Hanya saja ada satu orang yang selalu mengganggap badannya tak lebih dari sekadar buah busuk di dekatnya. Siapa lagi kalau bukan sang kembaran, Hion Ver Ignatius. Entah kenapa dia selalu menatap dingin pada wanita. Terkadang tatapan muak seakan ingin mengenyahkan mereka dari pandangan juga ikut tampil di mukanya. Satu hal yang menjadi keuntungan bagi Haina agar tak ditendang dari sisinya, cuma ikatan darah sebagai saudara kembar. "Hion, aku masih belum mandi," lirihnya manja. Tapi sosok itu mengabaikan, langkahnya terus menapaki jalanan ke arah hutan. Membuat sang kembaran menyorot sinis dirinya. "Lihat saja, suatu saat aku pasti akan membunuhmu." "Jika kau benar-benar leluhur pertama, kenapa kau tidak mati?" pertanyaan yang dilontark

  • Pesona Wanita Terkutuk   40. Logos

    "Kau-" ucap Lucia akhirnya. Bahkan pelukan dilepas secara tergesa-gesa. "Siapa kau?! Berani-beraninya kau bersikap kurang ajar padaku!" Sosok itu tertawa remeh. Pandangannya menyapu Lucia, seakan ada yang salah dengan penampilannya. "Bukankah kita sudah bertemu? Di istana agung Tenebris." Gadis itu terkesiap. Pikirannya melalang buana pada ingatan sebelumnya. Anehnya ia mendadak lupa. Dan begitu tangan kokoh sang lelaki menyentuh pipinya, dirinya tersadar seketika. Akan pertemuan yang dimaksudkan. "K-kau-" "Bharicgos Vez Ignatius. Leluhurmu, sayang." Lucia pun memandang jijik padanya. Tak habis pikir dengan sifat orang di depan mata. "Kenapa kau bisa ada di sini?" "Memangnya kenapa?" "Bukankah kau-" kalimat tak lagi dilanjutkan. Ia menengadah karena gemuruh di atas sana kembali berteriak. Menyampaikan insting yang berbahaya akan suasana sekitarnya. Tiba-tiba Bharicgos menunjuk keningnya. "Trucar en absència (memanggil dalam ketiadaan)" selesai mengatakan itu, penutup mata Lu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status