Share

3. Maaf

Author: Isqa
last update Last Updated: 2023-03-06 23:22:33

Mendengarnya, mata Cristhian turun ke bawah. Melirik apa pun yang bisa dijangkau pandangan. “Sayang sekali, tapi aku tak ingin melupakannya.” Sekarang ia mengelus lembut mahkota kembar sang gadis.

Gadis itu terkesiap dengan perlakuan tiba-tiba di badan. Gerak tubuhnya spontan sensual di mata, memaksa lutut laki-laki tersebut naik kembali dan bergerak di antara celah paha. 

“Hentikan.” Cristhian justru tak mendengarnya. Dada yang membusung di sentuhan malah dipermainkan. “Aku sudah tak sanggup,” tolak Evelin. Tapi raungan desahnya malah semakin membakar suasana.

“Tak masalah. Karena aku masih sanggup dan menginginkannya.”

Laki-laki itu bangkit, duduk dan memaksa sang pujaan untuk melayani. “Jangan, aku mohon!” Evelin mencoba berdiri, tapi sayang semua sudah terlambat. Senjata bertuan meminta pelukannya.

Akan tetapi, mata dingin Cristhian menyelimuti Evelin. Tak ada kalimat kecuali gairah pelan terlontar dari mulutnya. Memaksa apa pun yang ada di tubuh untuk menjajahi sang gadis muda. Atas bawah tanpa pengampunan, istirahat pun tak ia berikan.

Basah yang dirasa tak memuaskan nafsunya, sampai akhirnya Evelin benar-benar terkulai tak berdaya akibat serangan panas dari Cristhian Ronald. Gadis muda itu dibantai habis olehnya, bahkan untuk menggerakkan kepala saja ia tak bisa. Sekarang, sosoknya benar-benar pingsan.

Fajar sudah menyingsing, namun takkan terlihat ke dalam ruangan. Mungkin Evelin takkan tahu, jika club itu ternyata merupakan lahan bisnis calon korbannya. Karenanya, mereka bisa bebas memakainya tanpa gangguan dari pegawai club sekalipun.

Sekarang, Evelin benar-benar sudah sadar dan membuka mata. Sensasi aneh terasa di sana, di tempat yang tak seharusnya dijamah Cristhian. Sensasi nyeri sungguh menghantam kesadaran.

Dirinya mendelik, saat menyadari bagaimana kondisinya dengan sang pemuda. Bahkan di saat ia pingsan, sepertinya Cristhian benar-benar tidak mengasihaninya.

Wajah Evelin pun memerah, mengingat kembali apa yang sudah terjadi. Sepertinya gadis itu tidak tahu, kalau laki-laki di depannya sudah melakukan hal tak terduga.

Bahkan walau ia tak sadarkan diri, Cristhian tak peduli dan menghukum habis tubuh indahnya dengan cairan benih miliknya.

Mungkin saja gadis itu akan hamil nantinya. Dengan menepis sensasi gila, Evelin menggerakkan tubuhnya. Sesaat ia terdiam, menatap lekat senjata terlarang yang sempat dirasakan.

Walau tersipu, Evelin melangkah terseok-seok ke kamar mandi. Memandang pantulan cermin dirinya. “Dasar gila. Kau sudah gila. Kau benar-benar sudah gila Evelin,” gumamnya kesal.

Dirinya tak menyangka, jika mahkota kembarnya tak lagi seperti biasa akibat ulah pemuda itu. Bahkan, jejak-jejak dari jajahan Cristhian menempel hebat di tubuhnya. Bisa terlihat, dari dada, leher, perut, paha, atau apa pun yang tak bisa di jangkau penglihatan.

“Aku sudah gila,” Evelin menitikkan air mata.  

Tanpa sadar dirinya menangis. Tangannya perlahan mengusap kasar pipi untuk menghentikan air mata. Rasa perih di tubuh bawahnya, mulai terlupakan. Ia memandang sendu pakaian robek yang melekat di badan.

Bunyi ketukan pintu kamar mandi, mengagetkan gadis itu. “Nona?” sebuah suara tak asing terdengar olehnya. Dia memperbaiki dandanan di diri dan membukanya.

Tampaklah sesosok laki-laki yang telah menghabiskan malam indah bersama. Menatap panjang pada tubuh putih mulus, namun menyisakan tanda badannya di beberapa tempat.

Lelaki itu menyodorkan jas, untuk menutupi bagian atas pakaian Evelin yang koyak di dada. Diiringi senyum manis olehnya, karena sudah merasakan sensasi menggoda dari raga dan pesona indah sang wanita.

“Kamu baik-baik saja?” tanyanya lembut. Evelin terdiam beberapa detik. Bukan karena kaget, tapi hanya tak menyangka, kalau Cristhian Ronald akan memperlakukan dirinya selembut itu. Mata Evelin berkaca-kaca, membuat sang lelaki panik atas tindakan yang tak disadarinya. “Kamu kenapa? Kamu baik-baik saja?” Cristhian memegang bahu dan lengan gadis itu untuk menenangkan.

“Maafkan aku,” ucap Evelin mengusap kasar uraian tangisannya.

"Jangan, pipimu bisa memerah,” cegat sang pemuda. Ia menggantikan Evelin menghapus air matanya dengan lembut. Lelaki itu tak bicara lagi, sambil menggigit bibir bawahnya dan mata memandang penuh arti pada gadis di depannya.

Evelin tersentak, saat lelaki itu menariknya untuk menapaki jalanan meninggalkan club. Sekilas, terlintas olehnya tentang tas yang ia biarkan tertinggal di kamar mandi berlabel rusak.

Tak peduli pandangan terarah pada keduanya, mereka tetap berlalu menuju mobil yang terparkir. Sebuah hypercar merah menyala, lambang kereta kuda Cristhian Ronald di dunia nyata. Ia membuka pintunya dan membuat Evelin masuk begitu saja.

Mengendarai tanpa sepatah kata, memburamkan kejelasan di antara dua raga yang sempat bermalam mesra.

“Kakak?” panggil Evelin asal, membuat lelaki itu menoleh sekilas. Mulutnya tampak ragu melanjutkan suara, saat melihat sorot mata tak acuh Cristhian Ronald padanya. “Tolong berhenti.”

Laju mobil akhirnya terdiam sesuai ucapannya, membuat Cristhian memalingkan wajah dengan benar. “Terima kasih,” ucap Evelin hendak membuka pintu, namun ia terhenti karena lengannya tertahan.

“Mau ke mana? Kenapa kamu menangis?” akhirnya lelaki itu bersuara.

“Tidak ada apa-apa.”

“Benarkah? Tapi kenapa raut wajahmu seperti itu?”

Evelin terdiam, pikirannya langsung bersuara cepat, merasa menyesal sudah menghabiskan malam bergairah bersama orang di sampingnya. Suatu kebodohan, ia merasakan sensasi tak biasa seperti ingin memiliki Cristhian padahal dirinya harus membunuhnya.

Mungkin ini karma, Evelin merasakan gejolak tak tega untuk menghabisi sang pemuda.

Bayangan indah semalam, sekarang menggerogoti. Berharap itu selamanya, bahagia bersama sampai mereka tua. Ini hanyalah pandangan dan malam pertama. Tanpa ikatan dan rasa, cuma bermodal nafsu membara. Tapi hati Evelin seenak jidatnya menambah bumbu untuk mewarnai hidup kelamnya.

Tak terasa, air mata kembali mengalir pelan. Tangan sang gadis spontan terangkat, namun ditahan Cristhian karena masih tak mendapat jawaban yang diharapkan.

“Kenapa kamu menangis? Apa karena semua yang telah terjadi?!” suaranya cukup keras dan sangat jelas menusuk Evelin. Cristhian agak geram dibuatnya. “Aku benar-benar minta maaf. Aku tak bermaksud mengambil keperawananmu. Hanya saja, aku benar-benar tak bisa menahan diriku saat melihatmu. Maafkan aku ... tolong maafkan aku,” lanjutnya memeluk erat gadis itu.

Evelin benar-benar tak tahu harus berkata apa, kalimat Cristhian justru semakin membuai hatinya agar tak menghabisi orang itu. Ia pun memberontak hendak melepas pelukan, namun sang perebut hati tidak membiarkan, sehingga posisi mereka masih bertahan.

“Aku benar-benar minta maaf.” Sejenak Cristhian terdiam, tangis tak bersuara Evelin cukup mengacaukan dirinya. Mungkin inilah yang disebut cinta pada pandangan pertama.

Saat pertama kali menatapnya, sang pemuda seperti tersihir oleh rupa manis Evelin. Mantra gadis itu menyeruak di hatinya, merasuki jiwa agar raga bisa bahagia dengan pesona di depan mata.

Tanpa sadar ia menjajah gadis itu dengan seenaknya. Sikap santai yang biasa menempel di diri Cristhian, tak berarti di depan Evelin. Nafsunya terlanjur berkobar karena tak tahan ingin segera menikmatinya.

Related chapters

  • Pesona Wanita Terkutuk   4. Cinta memang gila

    “Aku menyukaimu,” bisik lembut Cristhian, membuat Evelin tersentak dan langsung mendorong dada bidang lelaki itu. Mulutnya sedikit terbuka menyiratkan ketidakpercayaan, bahwa sosok di depannya juga merasakan hal yang sama.“Aku tahu ini terdengar gila. Aku tahu jika aku sudah kurang ajar, tapi aku benar-benar menyukaimu. Aku akan bertanggung jawab menikahimu dan membesarkan anak kita,” jelas Cristhian menyentuh perut Evelin.Tubuh indah gadis itu bergetar hebat, mendengar pengakuan yang takkan pernah terkira olehnya. Tanpa saling mengenal, tanpa mengetahui nama, lelaki di depan mata mengatakan sesuatu yang tak pernah ia bayangkan. Evelin berteriak sejadi-jadinya. Kebimbangan justru muncul memburu isak tangisnya. Tanpa kata yang jelas, gadis itu memukul berulang dada bidang Cristhian, sehingga sang lelaki tersentak kaget. Ia tak tahu apa-apa, hanya melontarkan keinginan, namun dibalas jawaban tak kentara oleh pujaan satu malam.Karena panik dan cemas akan ulah sedih Evelin, laki-laki

    Last Updated : 2023-03-06
  • Pesona Wanita Terkutuk   5. Ingin membunuhmu

    “Evelin!” pekik Cristhian saat sadar pisau dihunuskan ke arah dada. “Apa yang kamu lakukan?!” ia berhasil menghindar.Pisau kembali diayunkan ke wajah Cristhian, seketika laki-laki itu menangkap lengannya. Tapi terlambat, sang gadis memutar tubuh dan menariknya dari belakang sehingga ia jatuh tepat di hadapannya. Tanpa jeda Evelin menghunuskan pisau ke arah kepala sang pemuda.“Ev—”TRANG!Suara pisau membentur lantai dan patah. Cristhian berhasil menghindari serangan yang hampir melubangi wajah. Napas tersengal, tapi bukan berarti dirinya akan pasrah begitu saja. Dengan keadaan Evelin masih berdiri, ia langsung memakai tangannya, menghantam kaki gadis itu sehingga badannya jatuh terjerembab.“Uugh,” erangnya. Saat menyadari pisau terlepas dari tangan, ia segera bangkit. Tapi sayang, Cristhian menindih tubuhnya dan menahan bahu Evelin agar tak bisa beranjak.“Apa yang kamu lakukan?!

    Last Updated : 2023-03-07
  • Pesona Wanita Terkutuk   6. Kabur

    “Istirahatlah,” lirihnya mengambil selimut dan menutupi tubuh Evelin.Walau matanya bisa melihat dengan jelas undangan dari raga sang gadis, dirinya tak berniat lagi melakukannya. Rasa suka yang Cristhian miliki bukanlah suatu kebohongan. Jika tak menyentuh Evelin memang membuat gadis itu bahagia, maka akan ia lakukan. Dirinya tak ingin menodainya lagi tanpa izin, karena bagaimanapun sekarang sang pujaan mungkin akan mengandung anaknya. Tak lama kemudian, embusan angin malam tiba-tiba membangunkan gadis itu. Matanya mengerjap beberapa kali, hanya terang kamar dibantu cahaya rembulan terlihat olehnya.“Apa yang terjadi?” gumam Evelin menatap langit-langit. Saat akan bangkit, tubuhnya tersentak menyadari tangan masih terikat.Sekarang, justru tali pengikat erat menahannya pada dua tiang ranjang.Dengan tubuh masih berselimut, ia coba meronta membebaskan diri. Masih tak ada hasil, raganya juga terasa lemas, berusaha mengingat kembali apa yang terjadi. Perlahan, bayangan Cristhian membe

    Last Updated : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   7. Menangis

    “Besok aku akan mempertemukanmu dengan orang tuaku. Begitu selesai kita akan pergi keluar negeri.”“Bertemu orang tuamu?”“Ya.”Dahi mengernyit dan alis mencoba bertaut terlukis di wajah sang gadis. “Buat apa aku bertemu orang tuamu?”“Karena aku akan menikahimu.”Seketika tawa pecah di ruangan. “Ayolah Kak Cris, menikah? Aku masih muda. Dan kabarnya kamu juga sudah bertunangan. Jangan mengumbar lelucon di situasi kita bisa mati begini.”Cristhian berhenti dari aktivitas pencariannya. Melirik gadis itu dan duduk di tepi ranjang.“Jawab saja satu hal, Evelin. Apa kamu tidak bisa membunuhku karena menyukaiku?”Sejenak diam menerpa, beberapa detik kemudian Evelin bersuara. “Aku tidak menyukaimu. Kebetulan saja aku kasihan padamu dan tak jadi membunuhmu. Aku juga malas karena sangat ingin pensiun dari pekerjaan ini,” ocehnya berdrama.Cristhian tersenyum meledek. “Jawab saja ya atau tidak?” Tampang drama retak di muka, Evelin seketika menatap masam.“Tangisanmu sudah menjawabku,” laki-lak

    Last Updated : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   8. Hanya aku

    Evelin mengedarkan pandangan. Ia jengkel sekaligus senang. Matanya tak lagi basah, tapi otaknya masih normal tak ingin terbuai ucapan Cristhian. “Dasar keras kepala!” umpatnya.“Aku menginginkanmu,” bisik Cristhian. Deru jantung Evelin memburu, seperti diberi bunga menebarkan aroma kebahagiaan.Segera ia tepis bisikan iblis nafsu, tapi Cristhian malah menantangnya. Tangan nakal merambat pelan, lembut dan menggoda. Evelin menahan sentuhan itu agar tak menjajahnya.“Aku ingin tidur,” tegasnya membalikkan tubuh.Cristhian memanyunkan bibir mendapat penolakan yang memutus hasrat. Mereka berdua akhirnya memilih tidur begitu saja.Suara burung berkicau samar terdengar di pinggir jendela. Fajar menampakkan diri, berteriak girang menggantikan malam. Suara desah menyadarkan seseorang, perlahan mengerjap mata penasaran dari mana sumbernya.Evelin tersentak, karena dialah yang bersuara. Tak terasa tangan Cristhian menyusup masuk mengganggunya, mencoba bermain menghabiskan waktu.“Kak Cris! Apa y

    Last Updated : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   9. Calon istri

    Sekarang, mata laki-laki itu seperti termanjakan oleh lekuk tubuh indah di depannya. Walau dibalut pakaian, pandangan masih menerawang. Seakan tembus dan berkhayal kembali akan pesona seksi sang gadis pujaan. Evelin sudah selesai dengan dandanannya. Namun, mata Cristhian masih tak lepas menyapunya, terlebih saat sorotan tersangkut pada dada membusung itu.“Sangat pas dan cantik.”Evelin mengernyitkan dahi. “Pas? Kamu bisa mengatakan itu karena tidak merasakannya! Apa kamu tidak tahu kalau aku ini sedang sesak napas? Lagi pula ini pakaian siapa? Dalamannya sempit begini!” emosi tersembur di mulutnya.“Kamu tidak suka? Padahal itu aku beli dan pilih sendiri.”“Persetan dengan pilihanmu sialan! Aku mau pergi!” Evelin masih kesal. Itu sebuah kewajaran, mengingat bra yang ia pakai cukup sempit. “Apa lihat-lihat?! Kuncinya mana?!” ia menggerakkan gagang pintu kasar.Cristhian hanya tersenyum, sejujurnya ia puas melihatnya. Setelan yang dipakai Evelin luar dalam adalah pakaian baru calon ist

    Last Updated : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   10. Ancaman Daniel

    “Tidak. Sama sekali tidak.”Pemuda itu tersenyum. Tatapannya hanya fokus ke wajah Evelin. Sekarang, jarak berdiri mereka kurang dari satu meter. “Evelin, itu namamu?”“Ya.”“Nama yang indah,” puji Daniel.“Terima kasih. Nama Kakak juga sangat indah.”Tiba-tiba Daniel menyemburkan tawa aneh. “Basa-basimu luar biasa sekali. Jadi, kapan kamu akan melakukannya?”Dahi Evelin mengernyit bingung. “Melakukan? Melakukan apa?”“Menggugurkan kandunganmu.”Spontan jantung gadis itu serasa dihujam oleh ucapan sosok di depan mata. Tapi dirinya masih mengontrol ekspresi, karena sejujurnya ia sangat penasaran kenapa keluarga Cristhian Ronald terasa aneh baginya.“Jadi, kenapa aku harus menggugurkan kandunganku?”Daniel mengedarkan pandangan. Berjalan pelan ke arah jendela, membukanya agar udara pagi masuk lembut ke dalam kamar Cristhian.“Karena adikku takkan menikahimu.”“Begitu?”“Dia sudah bertunangan. Tiga bulan lagi mereka akan menikah. Putri dari Menteri Keuangan tentu jauh lebih baik dari gadi

    Last Updated : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   11. Waktu Perburuan

    “Cih! Berhentilah bercanda, Kak. Kamu tidak bisa sembarangan mengajakku berpergian di saat kau dan aku jadi buronan.”“Kalau begitu jawab aku. Menurutmu, apakah rekanmu yang lain akan mengejar kita?”“Tentu saja. Kalau pun belum sampai, aku yakin mereka pasti sudah di pesawat sekarang.”“Berarti mereka takkan naik kapal bukan? Baguslah, kita bisa bersembunyi sekalian.”Evelin tak bisa berkata-kata. Memang tak ada kemungkinan jika anggota organisasinya akan muncul di sini. Bisnis mereka lewat pelabuhan di kota yang berbeda. Kuasa di negara ini juga terbatas, karena kuasanya aktif di negara lain.Mengingat tasnya masih ada di kamar mandi club Cristhian, itu berarti organisasinya belum bertindak. Apalagi, mereka biasanya memberi kurun waktu tiga hari untuk menyelesaikan misi. Evelin waspada, pikirannya tetap tak karuan sampai beberapa jam berakhir sia-sia akan jawaban yang tidak kunjung ia dapatkan.Apakah ini pilihan tepat baginya? Mengikuti Cristhian sang perebut hati. Lalu bagaimana

    Last Updated : 2023-03-31

Latest chapter

  • Pesona Wanita Terkutuk   48. Pedang Sova

    “Sova, seandainya kita mati, bagaimana?” pertanyaan sosok bersurai merah itu membuat laki-laki berambut coklat terang di depannya mengernyitkan dahi. “Kau takut?” Bharicgos terkekeh pelan. Perlahan pandangan diedarkan ke sekitar, sayup-sayup suara gagak menyusup masuk ke telinga. Semakin lama semakin terdengar keras mengiringi langkah keduanya. “Aku hanya bertanya, kenapa jawabanmu malah seperti itu?” “Kita takkan mati dengan mudah. Apa lagi kau Bharicgos, mereka hanya membuang nyawa ke hadapan kita.” Dan ringkik kuda yang terasa jelas mulai menghampiri keberadaan mereka. Tampak di halaman istana Tenebris, kehadiran beberapa prajurit berzirah merah. Semangat yang tercetak di wajah mereka, senjata beserta bendera yang dikibarkan di tangan pun menjadi tanda dimulainya pertarungan keduanya. “Begitu ya, kau benar juga. Terima kasih sudah menghiburku, Sova Aviel Ignatius.” “Sova, padahal kau bilang kita tidak akan mati. Lalu kenapa pedang iblismu ada di bocah ini?” bersamaan dengan o

  • Pesona Wanita Terkutuk   47. Hion & Bharicgos

    Hempasan angin kasar menghantam mereka. Semua disebabkan oleh senjata Haina dan juga Lucius yang beradu. Rantai berduri ataupun pedang terselubung itu tampak seimbang. "Kau Tenebris. Kenapa menyerang?" Mendengar itu Haina menyentak rantainya. Memaksa Lucius mundur beberapa langkah. Walau sosoknya terluka namun tak meruntuhkan kekuatan Haina. Selain tampang angkuh yang sekarang melekat di muka. "Bukankah sudah jelas? Tentu saja untuk membasmi kalian." Seketika mata Lucius menyipit tajam. Jawaban konyol barusan jelas bukanlah yang ia harapkan. Sementara di satu sisi, Hion sekarang sedang berhadapan dengan dua Darkas. "Hati-hati. Dia sepertinya menguasai beberapa aliran pedang." Tentu saja penjelasan Bharicgos menyentak pendengaran rekan-rekannya. "Sepertinya Ignatius memang terlahir luar biasa ya," Siez menggeleng pelan. Teringat kembali dengan sosok Lucius di seberang. Pemuda delapan belas tahun itu pun juga serupa. Dilihat dari keahlian berpedangnya bisa dipastikan ia memaka

  • Pesona Wanita Terkutuk   46. Pertemuan para Ignatius

    Sorot mata tenang sosok berambut perak itu, terus saja memandangi pemuda bersurai coklat. Bahkan setelah pertemuan para utusan delapan kerajaan berakhir dengan ketegangan, Lucius tak terlihat menyesal. Ia bahkan sempat menatap remeh pada laki-laki di depan mata. Siez Nel Armarkaz. Penolongnya yang sudah membuat mereka bisa pergi dari sana. Andai Lucius tetap gigih memprovokasi Orion, mungkin saja beberapa orang yang menganggapnya ancaman akan segera membantainya. Terlihat dari tatapan tajam ratu Virgo kepadanya. "Darkas, apa kalian berkhianat?" pertanyaan Raja Aquarius saat Siez dan pamannya maju untuk menengahi keadaan memantik sebuah kenyataan. "Berkhianat?" Siez tersenyum hangat. "Dia rekan kami. Tak peduli siapa sosoknya, sudah tugas Darkas untuk melindungi orang-orang yang bekerja sama dengannya. Bukankah begitu? Pangeran Kaizer." Tapi tak ada tanggapan dari laki-laki yang diajak bicara. Selain tatapan tajam memenuhi suasana. Tanpa kata Lucius berlalu dari sana dan diiri

  • Pesona Wanita Terkutuk   45. Tantangan Ratu Virgo

    Pertarungan antara Kaizer atau pun Eran Lybria dengan para pengganggu memang telah selesai. Tapi tidak dengan Fabina, pedang di tangan pun diarahkan pada leher Lucius yang sudah tak lagi menyerangnya. "Hei! Apa yang kau lakukan?" Dusk Teriel masih bingung dengan mereka. "Musuh memang sudah tak ada. Tapi kita tak bisa menutup kemungkinan akan Tenebris yang tersisa." Orang-orang di sana pun kembali terhenyak. Dan menatap tak percaya pada sosok yang berbicara. "Ada bukti?" Lucius menyeringai. "Tutup mulutmu, hanya karena matamu sekarang tidak merah lagi bukan berarti kau bisa menipuku. Kau sendiri bukan yang mengatakan akan perperangan itu." Dan tak disangka, sebuah hempasan kasar pun menghantam Fabina. Tubuhnya langsung menghantam tanah akibat ulah perempuan yang menatap murka. "Yang Mulia!" Agrios syok melihatnya. Karena bagaimanapun juga dirinya jelas tak mengira kalau sang ratu akan menyerang kerajaan rekan mereka. "Fabina!" Kaizer pun menghampirinya. "Kau baik-baik saja?!"

  • Pesona Wanita Terkutuk   44. Dua iblis Tenebris

    Kehadiran pria itu sontak membuat para utusan Libra murka. Tanpa ragu Tarbias dan juga Eran menarik pedang mereka. Berbeda dengan seseorang yang hanya bersikap waspada pada pembantai kerajaannya. Prizia D'Librias. Sosoknya justru tak terlihat marah. "Siapa kau?!" Dusk Teriel jelas terkejut melihat respons para utusan Libra. "Tel Avir Ignatius. Jadi, apa kalian juga ingin bertarung denganku?" Ignatius.Nama belakang itu menyentak Lucius. Ia menatap tak percaya pada laki-laki yang bisa dipastikan berasal dari kerajaannya. Namun rupa asing Tel Avir membuatnya waspada. Karena bagaimana pun tak semua Ignatius sejalan dengan prinsip Tenebris. Apa lagi orang asing di depan mata tak pernah tampak di kerajaan semasa hidupnya. "Berani-beraninya keparat sepertimu muncul di sini!" suara senjata yang beradu pun melukiskan suasana. Pedang sang komandan Eran Lybria, dan juga pisau panjang tamu tak diundang itu saling bertemu dengan percikan di mata bilah keduanya. Seolah tak peduli lagi pada

  • Pesona Wanita Terkutuk   43. Tenebris Pengganggu

    Kalimat laki-laki itu pun memaksa beberapa orang memasang muka masam. Hanya seseorang yang menyeringai, siapa lagi kalau bukan Siez Nel Armarkaz. Sosoknya yang berpakaian serba hitam itu memang mampu membuat Orion menatap murka. Dan akhirnya Kaizer hanya bisa mengepal erat kedua tangannya. Sorot mata yang tak lepas dari dua utusan Darkas menandakan kalau dirinya masih tak terima. Tapi senggolan pelan yang dilayangkan Fabina menyadarkan sang pangeran. "Tenanglah, kita akan berurusan dengan mereka nanti." Kaizer terpaksa membuang muka. Pertanda kalau dirinya setuju akhirnya. "Jadi, apa yang ingin di bahas pada pertemuan ini?" Aqua D'Rius Argova bersuara. Raja kerajaan Aquarius itu menatap lekat utusan salah satu kerajaan yang memicu kehadirannya di sana. Dan orang-orang yang duduk di meja itu ikut menatap sumber pandangan. Tiga utusan dari kerajaan Libra pun dilirik bergantian. Sampai akhirnya salah seorang yang memiliki surai pirang dan bermata hazel menghela napas pelan. "Juj

  • Pesona Wanita Terkutuk   42. Delapan kerajaan

    Rambut pirang sepinggang itu bergerak indah saat disapu angin. Mata ambernya, sosok tenang nan berwibawa, dialah Ratu Ariena Vergiva yang baru saja turun dari kereta kuda. Kerajaan Aries. Dialah pemimpinnya sekaligus utusan yang hadir di sana. Di sisi wanita itu turut hadir seorang pemuda yang tampak pemalu. Surai blonde dengan mata emerald nan sesekali melirik sekitarnya. Walau dirinya lebih banyak menunduk di samping sang ratu. Dusk Teriel. Komandan utama kerajaan Aries itu sesekali melempar senyum pada sosok yang ditemuinya. Pria 40 tahun dengan rambut, netra, dan juga kulit serba coklat. Walau begitu ia cukup menawan, apa lagi fisik kokoh miliknya, akan sangat menyenangkan bagi para pemuja untuk bersandar di dadanya. "Selamat datang di tanah Hades, Yang Mulia Ratu, suatu kehormatan bagi keluarga kami bisa menyambut anda di sini," begitulah sambutan dari kepala keluarga Hadesia. "Terima kasih, Tuan. Seharusnya aku yang berterima kasih karena kalian sudah memberikan izin bagi

  • Pesona Wanita Terkutuk   41. Wanita Penggoda

    Haina Ver Ignatius. 23 tahun, sosok yang memiliki tato di bahu kanan dan juga paha itu menggerutu pelan. Memakai pakaiannya yang cukup menggoda. Belahan dada yang terpamer nyata, atau keindahan pahanya menjadi sensasi tersendiri untuk cuci mata. Hanya saja ada satu orang yang selalu mengganggap badannya tak lebih dari sekadar buah busuk di dekatnya. Siapa lagi kalau bukan sang kembaran, Hion Ver Ignatius. Entah kenapa dia selalu menatap dingin pada wanita. Terkadang tatapan muak seakan ingin mengenyahkan mereka dari pandangan juga ikut tampil di mukanya. Satu hal yang menjadi keuntungan bagi Haina agar tak ditendang dari sisinya, cuma ikatan darah sebagai saudara kembar. "Hion, aku masih belum mandi," lirihnya manja. Tapi sosok itu mengabaikan, langkahnya terus menapaki jalanan ke arah hutan. Membuat sang kembaran menyorot sinis dirinya. "Lihat saja, suatu saat aku pasti akan membunuhmu." "Jika kau benar-benar leluhur pertama, kenapa kau tidak mati?" pertanyaan yang dilontark

  • Pesona Wanita Terkutuk   40. Logos

    "Kau-" ucap Lucia akhirnya. Bahkan pelukan dilepas secara tergesa-gesa. "Siapa kau?! Berani-beraninya kau bersikap kurang ajar padaku!" Sosok itu tertawa remeh. Pandangannya menyapu Lucia, seakan ada yang salah dengan penampilannya. "Bukankah kita sudah bertemu? Di istana agung Tenebris." Gadis itu terkesiap. Pikirannya melalang buana pada ingatan sebelumnya. Anehnya ia mendadak lupa. Dan begitu tangan kokoh sang lelaki menyentuh pipinya, dirinya tersadar seketika. Akan pertemuan yang dimaksudkan. "K-kau-" "Bharicgos Vez Ignatius. Leluhurmu, sayang." Lucia pun memandang jijik padanya. Tak habis pikir dengan sifat orang di depan mata. "Kenapa kau bisa ada di sini?" "Memangnya kenapa?" "Bukankah kau-" kalimat tak lagi dilanjutkan. Ia menengadah karena gemuruh di atas sana kembali berteriak. Menyampaikan insting yang berbahaya akan suasana sekitarnya. Tiba-tiba Bharicgos menunjuk keningnya. "Trucar en absència (memanggil dalam ketiadaan)" selesai mengatakan itu, penutup mata Lu

DMCA.com Protection Status