Beranda / Romansa / Pesona Teman Papa / 26. Butuh Pelampiasan (18+)

Share

26. Butuh Pelampiasan (18+)

Penulis: Yuli F. Riyadi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-09 08:44:43

"Cukup, Otta."

Daniel menjauhkan Delotta, membuat gadis itu menatapnya tak mengerti.

"I'm sorry, tapi ini nggak boleh terjadi," ujar Daniel lagi.

"Apa maksudnya nggak boleh terjadi?" tangan Delotta masih nyangkut di bahu Daniel. "Ini memang sudah terjadi."

Pria bermata biru itu menggeleng. "Nggak seperti ini seharusnya." Dia memindahkan tubuh Delotta agar duduk di tempatnya lagi.

"Apanya yang nggak seperti ini? Om Daniel jelas-jelas menginginkan aku. Kenapa sih Om nyangkal terus?"

"Otta, kita sudah membahas ini. Pakai sabuk pengamanmu kita pulang. Tidak ada penolakan, dan tidak ada kejadian seperti tadi. Kecuali kita mau sama-sama mati," ucap Daniel tegas.

Delotta berdecak seraya membuang muka. Namun, tangannya tak urung menarik sabuk pengaman. Sepanjang jalan hening melingkupi keduanya. Tidak ada satu pun dari mereka yang bersuara. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Bahkan ketika sampai di depan rumah Ricko, Delotta keluar begitu saja dari mobil tanpa mengucapkan apa-apa. Sek
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Owoh Lee Lea
jangan sama om mu otta,jijk Kali aku ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Teman Papa   27. Cuek

    Sejak malam ulang tahun itu, Daniel merasa Delotta makin menjauhinya. Sikap dingin perempuan itu membuatnya terus menghela napas. Anehnya pada orang lain Delotta bisa bersikap hangat. Daniel berusaha tidak terpengaruh, tapi ternyata cukup sulit. Dari balik dinding kaca ruangannya, dia mengawasi gadis itu. Dinding kaca yang sengaja didesain khusus agar dia bisa mengawasi stafnya tanpa mereka tahu. Dinding itu bisa menampakan segala kegiatan di luar, tapi yang di luar tidak akan melihat keadaan di dalamnya. Delotta tertawa bersama salah satu staf yang mampir di kubiknya. Tanpa sadar hati Daniel sedikit tercubit. Sejak penolakannya, keceriaan seperti itu lenyap jika Delotta berhadapan dengannya. "Apa yang Anda lihat, Pak?" Daniel menoleh saat mendengar suara Sandra. Heels wanita itu mengetuk lantai, mendekatinya. "Tidak ada." Daniel berbalik dan kembali ke kursi kerjanya. "Anda mengawasi Delotta?" Pertanyaan itu hanya dibalas lirikan kecil oleh pria itu. "Mana yang harus aku tanda

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10
  • Pesona Teman Papa   28. Jet Ski

    Glamping dengan view laut yang menakjubkan. Saat berdiri dengan bertelanjang kaki di pasir putih Delotta bisa membayangkan suasana sore nanti seperti apa. Sunset di ujung cakrawala pasti akan memukau indah. Ini cukup menghibur di tengah suasana hatinya yang galau. Cinta ditolak membuat sedikit rasa percaya dirinya terkikis. Seumur-umur dia tidak pernah jatuh bangun mengejar laki-laki. Jangankan mengejar, mengutarakan cinta saja tak pernah. Daniel membuatnya menjadi pengecualian. Siapa sangka luka penolakan ternyata lebih sakit ketimbang luka putus cinta, setidaknya itu bagi Delotta. "Astaga, ternyata kamu di sini. Aku cari-cari juga dari tadi." Delotta menoleh dan mendapati Steve berjalan mendekat. Pria itu mengenakan outfit kasual yang membuatnya jadi terlihat begitu santai. "Anak-anak udah pada masuk ke tenda. Kenapa malah di sini?" tanya Steve ketika berhasil menjajari Delotta. "Saya lagi menghirup udara laut, Pak. Udah lama nggak main ke laut." "Oh ya? Mainmu sekarang ke kel

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Pesona Teman Papa   29. Berharap Membaik

    Kendali sepenuhnya ada di tangan Daniel. Konsentrasi Delotta berceceran dengan posisi seperti sekarang. Daniel seolah memperangkapnya. Lengan kokohnya dan dada bidangnya membuat segalanya berantakan. Ocehan Daniel tentang cara mengemudi motor air dengan baik terbawa angin laut sebelum mampir ke telinga Delotta. Dengan posisi nyaris tak berjarak ini, jantung Delotta jumpalitan tak karuan. Bagaimana dia bisa belajar dengan benar? Daniel membawanya ke tengah laut. Menembus ombak, dan menantang gelombang. Dia begitu mahir mengendarai jet ski, terlihat sangat berpengalaman. Pria itu juga mengajari cara berbelok dan berkendara di atas ombak. Jujur, Delotta hanya sedikit memperhatikan. Selebihnya dia sibuk menikmati debaran hatinya yang menghangat. Sampai akhirnya jet ski berputar dan kembali ke tepi dermaga. "Kamu bisa mengemudi sendiri sekarang. Coba ya, pelan-pelan aja." Tangan Delotta sedikit gemetar ketika akhirnya tangan Daniel menjauh dari kemudi. Akan sangat memalukan jika dia t

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Pesona Teman Papa   30. Shay

    Delotta memutar tangan dan menyentaknya hingga cekalan Daniel terlepas. Diseret-seret dengan tujuan tidak jelas membuat gadis itu kesal. "Apa-apaan sih Om?" tanya dia dengan wajah tertekuk. "Otta, kamu tau nggak apa yang kamu lakukan?" Wajah Daniel juga tak kalah gusar. "Emang aku ngelakuin apa?" "Bagaimana bisa kamu izinkan Steve masuk ke tenda kamu?" Mata besar Delotta menyipit. Tanda tanya besar mendadak muncul di kepalanya. "Kalau dia ngapa-ngapain kamu gimana?" Delotta menatap Daniel heran. Tidak paham maksud dan mau laki-laki itu."Kamu nggak mau aku jaga, tapi jaga diri sendiri saja begini. Kamu tahu Steve itu siapa dan laki-laki seperti apa?""Dia laki-laki baik yang menawarkan pertemanan," sahut Delotta mulai tampak bosan. "Nggak ada pertemanan antara laki-laki dan perempuan. Dia itu sedang modusin kamu. Suka sama kamu." "Ya lantas masalahnya apa? Dia yang suka sama aku kenapa Om yang uring-uringan?" Sebelah alis Delotta naik tinggi-tinggi meningkahi Daniel. Dia bena

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-12
  • Pesona Teman Papa   31. Seorang Pacar

    Wajah bersimbah air mata Delotta terkejut saat melihat Daniel tepat di pelupuk matanya. Jika yang ada di hadapannya pria itu, lalu siapa di dalam tenda itu? "O-om Daniel kok di sini?" Pertanyaan itu spontan meluncur dari bibir Delotta. Dibantu Daniel, dia kembali berdiri dengan benar. "Harusnya aku yang tanya, kenapa kamu di sini? Bukannya kamu sedang ikut ngegames sama lainnya." Tatap biru itu meneliti wajah Delotta yang sembab. "Apa terjadi sesuatu? Kamu nangis? Ada apa?" tanya pria itu lembut dan tampak khawatir. Semburat merah sontak menghiasi wajah Delotta. Dia menangisi sesuatu yang tidak terjadi. Ini konyol, dan dia merasa malu. "Aku nggak apa-apa, Om." Delotta berbalik dan mengusap jejak air mata di wajahnya. Dalam hati dia mengumpat karena kebodohannya yang salah menduga. "Kamu mau mampir ke tendaku?" Delotta terkesiap mendapat tawaran itu. Satu pertanyaan lagi di benaknya, ke mana perginya wanita yang bersama Daniel? Sial, jiwa keponya memberontak. Dia merasa perlu mem

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • Pesona Teman Papa   32. Sunset

    "Steve nggak ikut sama kamu?"Pertanyaan itu terlontar ketika Delotta baru saja menurunkan ponsel. "Biasanya dia selalu ada di sekitar kamu," lanjut Daniel memaku pandangan pada sosok cantik di hadapannya. "Dia ada rapat kepanitiaan." Delotta memutar badan, dan mengarahkan pandangan ke langit yang sudah berganti jingga. Dia bisa merasakan Daniel mendekat lalu berdiri di sampingnya. "Itu tadi Ricko?" tanya Daniel seraya melesakkan dua tangannya ke saku celana. "Hm." "Kenapa kamu nggak ikut gabung sama mereka? Foto-foto kelihatannya seru." Di sisi dermaga orang-orang berkumpul menantikan momen sunset, tapi ada juga yang hanya duduk-duduk di pinggiran pantai sambil bermain pasir. Seandainya ada Tya, pasti lebih menyenangkan."Lebih enak begini." Delotta menoleh, menatap wajah Daniel dari samping. Saat itu juga Daniel ikut menoleh dan mata keduanya sontak bertemu. Untuk beberapa saat tatapan keduanya saling mengunci satu sama lain sampai akhirnya Delotta yang memutus pertama kali.

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-14
  • Pesona Teman Papa   33. Marah

    Daniel membungkus paksa tubuh Delotta yang hanya mengenakan bikini dengan sebuah handuk besar. Dia membawa gadis itu menjauhi pantai dan menghindari keramaian. "Lagi-lagi Om bertindak seenaknya!" teriak Delotta saat Daniel melepas cekalan tangannya. "Yang kamu lakukan tadi sudah di luar batas, Otta. Bagaimana bisa kamu membiarkan Steve mencium kamu?" Daniel berusaha menekan suaranya. Dia kadang tidak bisa mengendalikan emosi dan nada suaranya bisa meninggi sewaktu-waktu. "Apa masalahnya?! Aku nggak keberatan." "Otta, Papamu memintaku buat menjaga kamu. Apa yang akan aku katakan padanya kalau kamu begini?" "Om nggak perlu mengatakan apa-apa sama, Papa," ucap Delotta dengan tatapan menghunus. "Aku bisa menjaga diri sendiri. Jadi, apa pun yang aku lakukan Om nggak usah peduli!" "Otta, dengar. Apa pun yang kamu lakukan selama itu positif aku nggak masalah, tapi mencium dan berpelukan dengan laki-laki? Astaga, Otta. Apa itu yang kamu sebut bisa menjaga diri?" "Aku sudah dewasa. Hal

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-15
  • Pesona Teman Papa   34. Delotta Hilang

    Steve menarik napas berat seraya memundurkan badan. Dugaannya selama ini benar. Tidak ada wanita dewasa yang imun dari pesona Daniel Jagland, bahkan Delotta. Jika dia nekat terus mendekati gadis itu, hanya akan mendapatkan rasa sakit. Steve tidak bisa bersaing dengan Daniel. Perbedaan mereka terlalu jauh. Ibarat bumi dan langit.Delotta menggeleng pelan. "Tapi perasaan saya nggak penting, Pak. Dia tidak pernah melihat saya sebagai wanita." Dia memperagakan gerakan menimang. "Dia menganggap saya sama seperti saat masih bayi. Kata papa, dulu dia sering menimang saya." Delotta mengangkat bahu. "Atau mungkin saya bukan tipenya."Daniel Jagland memang memiliki selera yang tinggi untuk urusan wanita. Tapi demi apa pun, Delotta adalah tipe gadis yang wajib diperhitungkan juga. Dia bahkan lebih indah dari wanita-wanita yang pernah Daniel kencani. Tanpa pulasan make-up Delotta memiliki kecantikan luar biasa. Steve tertarik padanya dari awal gadis itu masuk kantor. "Kamu cantik, Delotta. Hanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-16

Bab terbaru

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Kebahagian Daniel-Delotta

    "Adik bayi itu dari angsa terbang, Mam?" Pertanyaan yang diajukan dengan nada khas balita itu membuat Dellota dan Daniel terkekeh. Kavia masih penasaran dengan kemunculan adik bayi. Gyan di sisi gadis kecil itu menarik napas panjang. "Bukan Kavia, kan aku udah bilang itu mitos." "Aku nggak tau mitos itu apa." Kavia tidak peduli dan meloncat ke bed ibunya. Seketika Daniel memekik tertahan. "Hati-hati, My Princess. Kamu bisa jatuh," ucapnya dengan dada yang masih berdebar kencang. "Aku cuma mau lihat adik bayi." Kavia bergerak ke sisi ibunya yang tengah menyusui adik barunya. "Mami, boleh aku ikut nenen juga sama mami?" Lagi-lagi Delotta terkekeh. Tangannya terjulur mengusap kepala Kavia dengan lembut. "Kavia kan udah jadi kakak, masa masih mau nenen ke mami?" "Kavia, nenen itu cuma buat bayi. Kita udah jadi kakak, udah besar. Kamu mau diejek sama teman-teman kalau masih nenen sama mami?" Gyan menggeleng tak habis pikir dengan keinginan adiknya. Namun Kavia lagi-lagi tak peduli

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Anak Ketiga

    Tangan Daniel menggenggam kemudi dengan erat. Gigi-gigi dalam rongga mulutnya gemeretakan menahan kesal. Beberapa kali dia menghela napas panjang untuk menghalau amarah akibat tingkah sekretarisnya. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa seorang sekretaris baru seberani itu? Kepalanya penuh dengan Delotta sekarang. Beberapa hari belakangan wanita itu sering uring-uringan perkara sekretaris baru Daniel. Dan malam ini kekhawatiran Delotta terbukti. Daniel membelokkan kemudi ke kawasan rumah mewahnya. Pintu gerbang rumah terbuka saat sensor di sana mengenali mobilnya. Dia bergerak masuk melewati halaman taman yang luas, mengitari tugu air mancur warna-warni hingga mobilnya tepat berhenti di depan teras rumah. Dia turun begitu saja dari mobil dan memasuki rumah yang pintunya otomatis terbuka. Langkahnya berbelok ke kanan menuju jalan alternatif yang akan langsung menuju kamar pribadinya. Ketika tangannya menyentuh sebuah dinding berlapis marmer, dinding itu lantas bergerak terbuka. Danie

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Lembur

    Pekerjaan membuat Daniel harus tinggal lebih lama di kantor. Beberapa saat lalu dia baru saja mengakhiri panggilan video dengan istri dan anak-anaknya yang tengah bersiap tidur. Ini menjadi hal yang sulit untuknya. Dellota tengah hamil anak ketiga, tapi pekerjaan malah makin membuat pria itu sibuk. Tak jarang dia meninggalkan istri dan anak-anak keluar kota. Blue Jagland Indonesia makin melebarkan sayap. Bisnisnya mulai menggurita di beberapa sektor. Itu yang membuat Daniel makin sibuk. Sampai-sampai Gyan dan Kavia protes karena waktu bermain mereka dengan sang papi jadi berkurang. Tidak jarang weekend pun Daniel tetap bekerja."I'm sorry, Baby. Tapi semua ini memang sulit ditinggal," ucap Daniel suatu kali ketika Delotta protes tentang jam kerjanya yang makin tak masuk akal."Tapi kami juga butuh waktu kamu. Lima hari kerja memangnya nggak cukup? Kalau majunya perusahaan malah bikin kamu nggak punya waktu buat kami lebih baik perusahaan nggak usah maju aja." Delotta bersedekap tangan

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Gyan

    Delotta terkikik geli saat melihat Kavia tidur di lengan Daniel—yang juga ikutan tidur dengan lelap. Batita itu terlihat begitu nyaman tidur sambil memegangi lengan Daniel. Dalam keadaan begitu, keduanya tampak begitu mirip. Lima belas menit lalu Delotta sengaja menitipkan putrinya yang sudah dia dandani kepada Daniel. Bahkan dia juga berpesan untuk membawa Kavia jalan-jalan. Dan ternyata jalan-jalan mereka ke pulau kapuk. Delotta bersandar pada kusen pintu menatap mereka. Untuk semua alasan dia sangat bersyukur dengan keadaannya yang sudah sampai sejauh ini.Kepala Delotta menggeleng pelan sambil tersenyum melihat pemandangan itu. Tidak mau mengganggu, dia pun keluar. "Adek mana, Mam?" tanya Gyan saat melihat ibunya berjalan sendiri tanpa Kavia di gendongannya. "Lagi tidur sama papi," ujar Delotta pelan. "Kok tidur sih? Ini kan udah sore? Papi juga janji mau main bola sama aku." Wajah Gyan cemberut, pipi chubby-nya memerah. "Iya maafin, Papi. Nanti kalau Papi udah bangun kamu b

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Satu Lagi

    "Boleh satu lagi?" Delotta berjengit ketika Daniel mencium perutnya. Dia kaget dengan permintaan Daniel. Demi Tuhan! Kavia baru lepas dari asi eksklusif bisa-bisanya Daniel memintanya untuk memberi anak lagi. "Aku masih capek. Tenagaku masih perlu dipulihkan. Ya aku tau kamu memberiku bala bantuan. Tapi paling enggak tunggu sampai Kavia usia dua tahun?""Dua tahun? Bahkan hamil kedua saat Gyan umur satu tahun. Ayolah Sayang, kamu menikah bukan sama pria muda.""Ya, lalu?" Daniel menggigit bibir, tapi lantas menundukkan kepala sambil melukis gerakan abstrak dengan ujung jari di atas lengan Delotta. Mirip sekali dengan Gyan saat merajuk. "Kalau dilama-lamain lagi aku takut dikira sedang menggendong cucu nanti," ujar pria itu, yang mau tak mau membuat Delotta menyemburkan tawa. Daniel berdecak malas melihat reaksi istrinya. "Apanya yang lucu coba?"Delotta mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah untuk meredakan tawa. "Maaf, Sayang." Segera mungkin Delotta mendekat dan menyelipkan t

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Kado

    "Ah!" Delotta menengadah sambil menggigit bibir. Rintihan lirihnya membuat suasana di sekitar makin panas. Peluh membanjiri kulit tubuhnya yang seputih susu. Pinggulnya terus bergerak maju mundur dengan tempo sedang. Di bawahnya, Daniel mengerang. Dua tangannya merangkum dada Delotta. Sesekali jarinya menjepit gemas dua puncak dada itu yang kadang mengeluarkan cairan asi. "Sayang, ini perlu dipumping lagi kayaknya deh," ucap Daniel saat jarinya merasakan basah ketika menekan puncak dada istrinya. "Sebentar lagi," sahut Delotta agak terbata. Melihat wajah memerah Delotta, Daniel tersenyum. Dia segera mengambil alih permainan. Ditariknya tubuh gadis itu sampai jatuh ke pelukannya. Lantas dari bawah pinggulnya bergerak menghantamkan miliknya lebih keras dan dalam sampai-sampai membuat Delotta terpekik. "Aku bantu," ucap pria itu memberikan hujaman demi hujaman. Erangan dan desahan Delotta makin menjadi. Dirinya yang memang sudah tidak bisa menahan diri lagi dengan cepat meraih kep

  • Pesona Teman Papa   Extra Part - Welcome To The World

    Daniel mencium pipi Delotta yang sedang mengoles selai pada sehelai roti. Dia lantas beranjak duduk di kursi makan paling ujung. Tepat di depannya ada satu tangkup sandwich segitiga dengan isian sayur. Tangannya meraih gelas panjang berisi air putih dan meneguknya hinga isinya tersisa setengah. Perlahan Delotta duduk di kursi. Perutnya yang sudah membesar membuatnya agak kesulitan bergerak. "Yakin bukan hari ini lahirannya?" tanya Daniel yang selalu seperti menahan sesuatu ketika Delotta bergerak. Ada rasa khawatir tiap kali melihat Delotta tampak kesusahan dengan perutnya yang makin besar. "Yakinlah. Masih sepuluh hari lagi kata dokter." Delotta menggigit roti selai cokelat yang dia buat tadi. "Tapi perut kamu kayak mau jatuh gitu aku liatnya." Delotta memutar bola mata. "Memang Om nggak pernah liat orang hamil sebelumnya?" "Ya, ya liat sih, tapi kan baru sekarang liat istri hamil." "Ya terus apa bedanya? Orang hamil ya begini, namanya juga udah bulannya. Wajar dong kalau peru

  • Pesona Teman Papa   111. Love You Forever

    Belum lengkap rasanya ke Santorini tanpa menikmati Oia sunset di atas ketinggian kota kecil di ujung utara pulau ini. Delotta merasa beruntung karena dia bisa melihat gradasi jingga yang memendar di langit dan bangunan-bangunan unik khas Cyclades berwarna putih bersama orang yang dia cintai. Delotta bisa merasakan kehangatan udaranya. Ditambah pelukan lengan kokoh Daniel di balik punggungnya. Senja terasa sempurna berkat itu. "Are you happy?" "Sure because of you." Tangan Delotta terulur menggapai wajah Daniel yang bersandar di bahunya. "Dia pasti senang juga," ucap Daniel sambil meraba perut Delotta. "Iya dong pasti. Kalau dia lahir kita bakal ke sini lagi kan, Om?" "Ke mana pun kamu mau. Tapi sekarang kita harus pulang ke hotel. Jalan-jalan hari ini cukup. Kamu butuh istirahat." Lelah, tapi cukup terbayarkan semuanya. Seharian ini Daniel menuruti semua keinginan istrinya untuk menjelajah pulau. Dimulai dari Desa Wisata Pygros—yang memiliki jalan-jalan sempit berliku, tembok b

  • Pesona Teman Papa   110. Pesta Pernikahan

    Tya memandang takjub potrait foto Daniel dan Delotta yang dipajang secara estetik di pintu masuk menuju ballroom hotel tempat resepsi pernikahan mereka diadakan. Ukiran inisial huruf D ganda bertinta emas di keramik berbentuk persegi panjang, terpasang cantik di sebelah foto itu dengan hiasan tabung panjang berisi lilin buatan dan segerombolan bunga mawar peony. Di foto itu, Daniel yang terlihat tampan tengah tertawa sambil menatap Delotta yang juga tengah tertawa lebar. Hanya melihat dari foto saja kebahagiaan mereka lantas menular. Di sepanjang dinding koridor setelah melewati petugas keamanan, foto mereka juga dipasang setiap jarak dua meter. "Ini kapan mereka foto beginian sih?" gumam Tya masih dengan tatap takjub. Beberapa tamu sudah melewatinya, meninggalkan gadis itu yang tampak masih mengamati pameran foto prewed ala-ala Daniel Delotta. "Lo mau di sini terus?" Pertanyaan itu membuat Tya menoleh. Dia menemukan Dave dengan setelan jas kupu-kupu berada di sebelahnya. "Dave

DMCA.com Protection Status