Share

93. Mulai Berani

Penulis: Afnasya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-18 12:34:49

Ramdan melajukan mobilnya menuju sebuah restoran. Elea mengernyit heran dan melirik suaminya sesaat setelah mobil berhenti. Pria itu tersenyum dan menatap sang istri.

"Papa tadi sempat ngajak kita makan dulu di sini, Elea. Mumpung kita lagi kumpul semuanya."

Elea tersenyum tipis sebelum turun dari mobil, kemudian berjalan ke dalam sambil menggamit lengan suaminya. Dalam ruangan khusus, kelima orang itu duduk di depan sebuah meja yang sudah terhidang aneka makanan. Elea sengaja duduk di samping Aleta agar mudah membantunya makan.

Dengan telaten, Elea mengambil nasi dan menuang lauk, kemudian menyuapi Aleta. Melihat istrinya begitu sayang dengan sang adik, Ramdan menyendok nasi dan menuang lauk sebelum meletakkannya di depan Elea.

"Kamu juga harus makan, Elea."

"Nanti saja abis nyuapin Aleta."

Ramdan tersenyum tipis dan mulai menyendok makanan di depannya. Sesekali dia melirik sang istri yang asyik mengobrol dengan Aleta. Lima belas menit kemudian, Elea baru bisa menyuap makanannya. Ram
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesona Suami yang Diremehkan   94. Kiriman Paket

    Ramdan bergegas berlari keluar gedung kantornya. Dia mengedarkan pandangan dengan liar sambil mengatur napas yang memburu. Menyadari orang yang selama ini dicarinya sudah tidak ada, Ramdan meninju angin."Aaargh, sialan!"Ramdan menjambak rambut dan kembali mengedarkan pandangan. Setelah memastikan orang itu memang sudah pergi, dia berbalik ke dalam gedung. Dia berjalan tergesa menuju ruangan dan mengempaskan kasar tubuhnya ke kursi kebesaran. Dia meraup wajah kasar sebelum menggebrak meja."Sialan! Beraninya dia ke sini dan menerorku! Kurang ajar!"Ramdan kembali meraup wajah kasar sebelum menengadah dan memejamkan mata. Dia memijat pelan pangkal hidungnya dan menghela napas berat. Usai amarahnya reda, Ramdan bangkit duduk dan kembali berlalu keluar ruangan. Dia berhenti sejenak di depan sang sekretaris dan mengatakan akan pulang karena kepalanya mendadak berdenyut nyeri. Setelahnya, dia kembali mengayun langkah menuju mobil.Ramdan melajukan mobil meninggalkan gedung kantor dengan p

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-18
  • Pesona Suami yang Diremehkan   95. Maksud Lain

    Elea membekap mulut usai membaca isi pesan yang ditulis seseorang. Dia terhuyung mundur sebelum mendudukkan diri di ayunan. Dia bergeming sesaat, mencerna semua kejadian yang menimpa hari itu sebelum satu nama tercetus di kepalanya."Dandi?"Elea menoleh saat mendengar langkah mendekat. Dia segera bangkit dari duduk dan menghambur memeluk Ramdan. Perlahan, sesak yang membebat rongga dada membuat wanita itu menangis dalam pelukan suaminya. Setelahnya, dia melerai pelukan dan menatap lekat manik mata sekelam malam milik Ramdan."Itu pasti Dandi, kan? Dia pasti mau merusak hidup kita, Ramdan. Aku takut."Ramdan tersenyum tipis dan menghapus air mata istrinya sebelum kembali memeluk. Tangannya mengusap lembut punggung sang istri dan mengecup kepalanya. "Tenang, Elea. Aku pastikan dia tidak akan bisa mengusik kehidupan kita."Ramdan melerai pelukan sebelum membawa istrinya ke ranjang untuk berbaring. Setelahnya, dia mengambil ponsel dan keluar kamar untuk mencari Edrik. Ketika melihat pri

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-18
  • Pesona Suami yang Diremehkan   96. Tamu di Pagi Hari

    Ramdan menyeringai sambil menggeleng lemah sebelum menoleh ke arah Harsa. "Silakan keluar, Bapak Harsa Hadiwilaga!"Harsa menggeram kesal sambil mengepalkan tangan, kemudian bangkit dari duduk dan berlalu ke pintu. Namun, sebelum membuka pintu, dia menoleh dan menatap lekat Ramdan."Jika ini keputusanmu, jangan salahkan kalau terjadi sesuatu kepada Elea."Harsa tergelak dan membuka pintu sebelum keluar. Sementara, Ramdan bergeming sesaat, mencerna kata-kata bernada ancaman yang dilontarkan Harsa sebelum menggeleng lemah. Lalu, meneruskan memeriksa email dan membalasnya. Meskipun begitu, lambat laun kalimat sang mertua terus mengusik. Dia menjadi gelisah di tempat duduknya. Tak ingin dilanda kegundahan, Ramdan mengambil ponsel dan menghubungi Edrik."Ed, jika ada orang datang dan ingin bertemu Elea, cegah! Jangan tanya alasannya kenapa, cegah saja!""Siap, Tuan Muda."Ramdan bergegas menutup panggilan. Dia sedikit lega karena sudah melakukan hal yang benar. Dia menghela napas panjang s

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Pesona Suami yang Diremehkan   97. Petaka di Pagi Hari

    Elea mundur selangkah dan berusaha menutup pintu. Namun, orang itu menahan pintu sambil menyeringai dan melayangkan tatapan tajam. Lalu, mendorong pintu dengan kuat sampai membuat Elea terhuyung mundur. Wanita itu terkesiap, tetapi belum sempat menghindar, orang itu langsung mencengkeram erat lengannya."Lepaskan aku! Lepas!""Diam, Elea!""Aku enggak akan diam gitu aja, awas kamu!" Elea berontak dengan berusaha melepaskan tangan orang itu. Namun, usahanya gagal, sehingga dia berteriak. "Tolong!"Orang itu menggeram kesal dan melayangkan satu tamparan keras di pipi kiri Elea sampai sudut bibirnya robek. Tak berhenti menampar, orang itu mulai membekap mulut Elea dan membawanya keluar. Sampai di teras, wanita itu kembali melawan dengan menggigit telapak tangan dan menginjak kaki orang itu. Melihat orang itu meraung menahan sakit, Elea berjalan tergesa masuk dan segera mengunci pintu.Elea bersandar di pintu sambil membekap mulut dan air mata yang berderai. Tubuhnya bergetar hebat karena

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Pesona Suami yang Diremehkan   98. Kejadian Masa Lalu

    Ramdan bergegas mendekati sang istri yang menangis histeris sambil mendekap erat selimutnya. Wanita itu mundur sampai membentur kepala ranjang. Matanya sudah basah oleh bulir bening yang terus berderai membasahi pipi. Ramdan perlahan mengempaskan tubuh ke ranjang dan mengulurkan tangan hendak menyentuh lengan Elea, tetapi segera ditepis kasar."Pergi! Jangan pernah kembali! Lepaskan aku! Aku tidak mau melihatmu!""Elea, tenang. Ini aku Ramdan, suami kamu."Elea menggeleng kuat sambil terus menepis kasar tangan Ramdan yang hendak merengkuhnya. "Aku tidak mau ikut denganmu! Pergi! Jangan ganggu aku!"Ramdan menghela napas melihat istrinya begitu trauma dengan kejadian yang menimpanya. Sekejap mata, dia langsung memeluk erat Elea. Dia abaikan pukulan sang istri di punggungnya. Dia terima semua sakit itu karena tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan sakit yang diderita Elea."Ini aku Ramdan, Elea. Suami kamu. Sadarlah!"Perlahan, pukulan di punggung Ramdan melemah. Detik berikutnya, p

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • Pesona Suami yang Diremehkan   99. Bertemu Harsa

    Ramdan bergeming sebelum menoleh dan mengulas senyum ke arah Aleta. Dia meneruskan langkah dan menutup pintu sebelum berhenti di depan pintu. Dia mengusap wajah dan menghela napas panjang. Dia tak menyangka kalau pertanyaan sang adik kembali membuka luka lama. Dia masih bergeming sampai suara Elea menyapa rungu. Ramdan tergagap sebelum tersenyum tipis dan menghampiri istrinya."Kenapa ke sini, Elea? Bukankah harusnya kamu istirahat di kamar?""Aku mau lihat Aleta. Aku khawatir dengannya.""Enggak usah ke sana. Aleta sudah diurus sama pelayan, sekarang dia mau istirahat."Ramdan langsung menggandeng Elea dan menuruni tangga dengan perlahan menuju kamar. Dia membawa sang istri naik ke ranjang dan menyandarkan punggung dengan kedua jemari yang saling bertaut. Elea menyandarkan kepala di bahu sang suami sambil menatap perutnya yang membuncit.Perlahan, kantuk kembali datang menyergap, membuat Elea akhirnya terpejam dengan posisi kepala masih bersandar di bahu Ramdan. Pria itu menoleh dan t

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-20
  • Pesona Suami yang Diremehkan   100. Berubah Sikap

    Seminggu sejak kejadian di dalam lift, kedekatan Elea dengan Aleta berubah. Aleta seolah-olah menjauh dan menolak bertemu muka dengan Elea. Gadis itu bahkan tak mengizinkan Elea untuk masuk ke kamarnya. Melihat hal itu, Ramdan berusaha untuk memberi pengertian kepada sang adik. Namun, Aleta menulikan telinga dan menolak semua ucapan kakaknya."Jadi ini alasan kenapa Kakak enggak mau bilang siapa Elea itu sebenarnya, iya? Kakak takut aku tahu dan membencinya, kan? Dan itu sudah terjadi sekarang!""Al, dengar dulu penjelasan Kakak. Elea itu ....""Apa! Kakak masih berusaha membela pembohong itu di depanku, iya! Dan aku enggak akan pernah lupa dengan apa yang sudah dilakukannya kepadaku, Kak! Enggak akan!"Ramdan menghela napas panjang. Dia mengusap dagu dan membuang pandangan sejenak sebelum kembali menatap Aleta yang duduk di kursi roda dengan tatapan tajam mengintimidasi. Dia perlahan mengikis jarak dan berusaha menyentuh sang adik. Namun, gadis itu segera memundurkan kursi rodanya."J

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-20
  • Pesona Suami yang Diremehkan   101. Mencoba Bertahan

    Elea mengerang kesakitan ketika ponsel yang dilempar Aleta mengenai bahu kirinya. Spontan, Ramdan menoleh dan menatap nyalang gadis yang melotot di ranjang. Pria itu hendak mendekat, tetapi Elea kembali menarik lengannya."Jangan, Ramdan. Kasihan Aleta. Kita pergi sekarang."Ramdan mendengkus kesal sebelum mengikuti langkah Elea keluar kamar. Dia menggeram kesal sebelum melepaskan tangan sang istri dan berlalu menuju ruang kerja. Dia membanting pintu, kemudian menyugar rambut sebelum menggebrak tembok. Lalu, berjalan menuju sudut ruangan di mana terdapat meja kecil yang memajang deretan botol penuh minuman beralkohol."Aaargh! Kenapa jadi begini!"Ramdan menggebrak meja sebelum mengambil satu botol dan menenggaknya hingga tersisa separuh. Dia menghela napas kasar sebelum beranjak ke sofa dan mengempaskan tubuhnya. Sementara di luar ruang kerja, Elea membeku di tempat. Dia berjengit kaget saat mendengar Ramdan berteriak dan memukul sesuatu. Perlahan, dia mengelus dada sebelum berbalik

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-22

Bab terbaru

  • Pesona Suami yang Diremehkan   118. Awal Bahagia

    Elea bergeming sesaat begitu tiba di depan area pemakaman. Dia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sebelum menatap Ramdan."Kamu mau temani aku lagi, kan, Ramdan?""Kamu mau bertemu siapa di tempat seperti ini, Elea?"Elea tersenyum sekilas sebelum mengeluarkan sebuah foto dari dalam tas selempangnya. Lalu, menyerahkan foto itu kepada Ramdan. Pria itu mengernyit heran sebelum menatap istrinya."Ini siapa, Elea?""Dialah ibu kandungku, Ramdan. Kumala Permatasari, wanita kedua yang hadir dalam pernikahan Papa dan Mama. Aku tahu Ibu dimakamkan di sini setelah membaca buku Mama. Aku juga menemukan foto itu dalam bukunya."Elea menunduk dalam sambil menghela napas panjang. Lalu, kembali menatap Ramdan dan melanjutkan ucapannya. "Benar kata Mama, wajahku sama dengan Ibu. Makanya Mama sangat membenciku karena selalu mengingatkannya pada Ibu."Ramdan mengusap lembut bahu sang istri sebelum merengkuh dan mengecup keningnya. "Semuanya sudah berlalu, Elea. Yang terpenting sekarang

  • Pesona Suami yang Diremehkan   117. Akhir Sang Pendosa

    "Ada apa, Ramdan? Kenapa kamu menatapku begitu? Apa ada sesuatu yang terjadi?"Berondongan pertanyaan dari Elea membuat Ramdan kelu. Dia membelokkan mobil dan kembali menuju kediaman Ramlan."Tunggu di sini, Elea. Biar aku titipkan Aldrin sebentar ke Mama.""Tapi, ada apa, Ramdan? Pasti ada sesuatu yang terjadi, kan?"Ramdan bungkam dan segera mengambil Aldrin sebelum membawanya masuk ke rumah. Usai menyerahkan sang anak kepada Alina dan menceritakan apa yang terjadi, Ramdan kembali menuju mobil. Lalu, tergesa melajukannya menuju suatu tempat. Selama perjalanan, dia hanya bungkam meskipun Elea terus mendesaknya untuk berbicara.Mobil berhenti di depan bangunan yang mengingatkan Elea dengan kepergian Dina. Dia mematung di tempat duduk sebelum menatap Ramdan penuh tanya. "Sebenarnya ini ada apa, Ramdan? Kenapa kamu bawa aku ke sini? Siapa yang sakit?"Ramdan menghela napas panjang sebelum menggenggam erat jemari sang istri. Dia kembali menghela napas dan memegang kedua lengan Elea sebe

  • Pesona Suami yang Diremehkan   116. Hangatnya Dekapan

    Elea mematut diri di cermin. Dia mengulas senyum sambil menelisik penampilan dirinya. Gaun hitam berlengan pendek dengan rok sedikit mengembang sebatas lutut itu tampak pas membungkus tubuhnya. Dia berbalik dan kembali menatap pantulan dirinya di cermin.Sementara itu, Ramdan yang sejak tadi menatap dari sofa sambil memangku Aldrin hanya mampu menggeleng lemah melihat sikap istrinya."Mau sampai kapan kamu berdiri di depan cermin, Elea? Kita sudah hampir telat.""Maafkan aku, Ramdan. Aku cuma tidak pede bertemu dengan keluargamu. Makanya aku harus totalitas dan mempersiapkan semuanya.Ramdan terkekeh sambil bangkit dari duduk. Dia mendekati Elea dan memeluk pinggangnya. Lalu, menyematkan kecupan di pipinya sebelum menatap Aldrin yang melihatnya."Lihat, Nak. Mama kamu sekarang jadi genit. Haruskah Papa memberinya hukuman nanti?"Aldrin tersenyum tipis sehingga membuat Ramdan dan Elea tergelak. Elea berbalik dan merapatkan tubuhnya kepada sang suami, kemudian membisikkan kalimat."Aku

  • Pesona Suami yang Diremehkan   115. Isi Hati Dina

    Teruntuk Elea, Satu nama yang sangat aku sayang, tetapi juga sangat aku benci. Setiap kali melihat wajahnya, aku selalu teringat akan sosok Kumala Permatasari, wanita lugu dan polos yang aku kenal baik, tetapi malah menusukku dari belakang. Aku membencinya sama seperti membenci ibunya.Ingin rasanya memutar waktu dan menolak kehadiran Kumala di dekat Harsa, tapi nasi sudah menjadi bubur. Aku hanya bisa pasrah, apa lagi saat pria tua itu memintaku untuk merawat anak mereka. Ingin berontak, tapi aku bisa apa?Namanya Elea. Dia sebenarnya anak yang cantik dan baik, tapi entah mengapa setiap kali dekat dengannya, hanya ada kebencian dalam dada. Perlahan aku menutup mata atas semua perbuatannya. Aku tak peduli dengannya sehingga membuatnya jadi seorang pembangkang hanya untuk menarik perhatian. Amarah dan kecewa sudah terlanjur tertanam dalam dada, sehingga aku memutuskan untuk pergi dari rumah.Elea, maafkan Mama. Pernah pada satu titik, di mana kamu terjatuh dari tangga tempo hari. Mama

  • Pesona Suami yang Diremehkan   114. Cinta Tak Terucap

    Elea gelisah duduk di samping kemudi. Dia meremas kuat jemarinya sebelum melirik Ramdan. Berita yang dibawa pria itu mau tidak mau menyentak hatinya. Dia makin gelisah di tempat duduk saat melihat jalanan yang padat."Bisakah kita cari jalan lain, Ramdan?""Tenang, Elea. Mereka pasti menunggu kita.""Tapi aku tak akan bisa tenang sebelum melihatnya. Apa yang harus aku lakukan sekarang, Ramdan?"Ramdan meraih jemari Elea dan menggenggamnya erat, kemudian mengecupnya. Dia menoleh dan mengusap kepala sang istri, berusaha untuk menenangkannya. Setelah empat puluh lima menit berlalu, jalanan mulai terurai. Ramdan menekan pedal gas dan melajukan mobilnya menuju suatu tempat. Setibanya di sana, Elea segera turun dan berlari menyusuri lorong sebelum tiba di suatu ruangan.Elea bergeming sesaat ketika menatap ruangan di depannya. Sepi yang melingkupi ruangan itu makin menambah hawa dingin yang terasa. Dia menarik napas panjang sebelum mengembuskannya perlahan, kemudian tangannya terulur untuk

  • Pesona Suami yang Diremehkan   113. Yang Tak Diketahui Aleta

    Ramdan segera menyerahkan Aldrin kepada Elea sebelum menghampiri pintu. Lalu, menarik pergelangan tangan Aleta agar menjauhi kamar. Dia juga menatap Alina dan Ramlan bergantian sebelum kembali memaku pandangan kepada adiknya."Apa yang kalian lakukan di sini?""Aku tahu wanita pembohong itu sudah kembali, makanya aku minta diantar Mama sama Papa ke sini." Aleta berdecih sambil menatap Ramdan yang hanya memakai celana pendek dan bertelanjang dada. "Cuma gara-gara pangkal paha, kamu berani memaafkannya, Kak?""Aleta! Jaga ucapan kamu! Mau sampai kapan kamu membenci Elea? Dia juga berbohong karena diancam.""Persetan dengan semua ucapanmu, Kak! Bagiku sekali pembohong tetaplah pembohong. Aku sangat membencinya!"Kompak, keempat orang itu menoleh saat mendengar pintu dibuka. Melihat Elea keluar sambil menggendong Aldrin, senyum terkembang di bibir Alina dan Ramlan."Cucu kita, Ma," ucap Ramlan sambil mendekati Elea. "Mirip sama Akhtar waktu bayi."Alina mengangguk setuju dengan ucapan sua

  • Pesona Suami yang Diremehkan   112. Berbagi Kenikmatan

    Ramdan menatap lekat Aleta yang berdiri di ujung anak tangga teratas dengan dipapah Alina. Sedetik kemudian, Ramdan mendesah lirih dan memilih keluar rumah, mengabaikan kalimat permohonan yang dilontarkan sang adik. Dia meneruskan langkah menuju mobil dan melajukannya meninggalkan rumah. Sepanjang perjalanan, kalimat Aleta terus terngiang di kepala."Aku akan datang untuk bersaksi, tapi dengan satu syarat. Jangan pernah menyuruhku untuk berhenti, setelah memintaku untuk memulainya."Ramdan kembali mengulang ucapan itu sambil sesekali memijat pelan pangkal hidungnya. Dia mendesah lirih setelah mengetahui maksud dari perkataan Aleta. Tak ingin ambil pusing dengan permintaan sang adik, Ramdan menggeleng kuat dan segera melajukan mobilnya menuju kediaman Harsa. Ramdan bergegas turun dari mobil dan berjalan tergesa memasuki rumah. Dia segera menaiki tangga ketika mendengar suara tangis Aldrin terdengar. Saat membuka pintu, dia hanya mendapati sang anak yang menangis di ranjang, sedangkan

  • Pesona Suami yang Diremehkan   111. Menyapa Sang Cucu

    Ramdan melajukan mobilnya keluar dari rumah Harsa. Dia mengumbar senyum sepanjang perjalanan saat membayangkan orang tuanya mengetahui bahwa sang cucu yang diketahui sudah meninggal, ternyata masih hidup. Ramdan menekan pedal gas kuat agar segera sampai di rumahnya.Ramdan bergegas memasuki rumah saat melihat mobil orang tuanya sudah terparkir di garasi. Dia menaiki tangga dengan tergesa saat mendengar sayup suara dari lantai atas. Langkah membawanya menuju kamar Aleta, tetapi dia bergeming di depan pintu saat mendengar percakapan ketiganya. Ramdan menajamkan telinga agar bisa mendengar apa yang dibicaraka Aleta dan orang tuanya."Papa dengar kasus kamu mau dibuka kembali, Aleta. Sekarang saatnya kamu untuk beberkan semua fakta karena pasti Akhtar tak main-main dengan bukti yang dia kumpulkan selama ini."Aleta menoleh ke arah Ramlan sebelum menggeleng lemah. "Enggak, Pa. Aleta enggak sanggup beberkan semua cerita pilu itu.""Tapi, ini harus, Sayang. Mau sampai kapan kamu begini terus

  • Pesona Suami yang Diremehkan   110. Dia Anakku

    Ramdan bergeming saat melihat bayi berusia sekitar 3 bulan ada dalam gendongan seorang wanita. Ramdan mengerjap pelan sebelum menoleh kepada Elea. Namun, belum sempat membuka kata, wanita itu masuk. Lalu, menghampiri ranjang dan menyerahkan sang bayi kepada Elea.Ramdan masih bergeming. Namun, dia segera tersadar dan bergegas menghampiri Elea. Dia menggeleng lemah dan mendesah lirih saat tangan bayi itu dicium Elea. Ramdan mengernyit heran dan mengempaskan tubuhnya di tepi ranjang. Dia menatap lekat bayi itu sebelum beralih menatap istrinya."Dia ....""Aldrin Elraja Alaydrus."Ramdan menatap tak percaya Elea yang tersenyum kepadanya. Tangannya terulur mengusap kepala bayi yang ada di gendongan sang istri. Seulas senyum tipis tersemat di bibirnya."Benarkah dia ...."Ramdan menunjuk dirinya sendiri. Dia tak sanggup meneruskan ucapannya karena rasa haru yang menyeruak. Tiga bulan yang lalu saat mendengar sang anak akhirnya meninggal, hatinya hancur. Dunia runtuh bahkan nyaris hilang ka

DMCA.com Protection Status