"Tristan, boleh aku bertanya sesuatu?" Saat ini, Andin sedang bersama suaminya tengah duduk di kursi besi memanjang, di balkon kamarnya. Andin menatap Tristan dan bertanya dengan takut-takut. Tristan menatap sejenak kemudian melempar tatapannya ke arah lain. "Katakan." "Apa hubunganmu dengan keluarga Sa.... Sanjaya?" "Kau yakin kau mau tau?" Tristan berucap dengan suara datar. Namun di hatinya, gejolak dendam yang menggelegak tengah menguasai ruang hatinya, tanpa mengijinkan nurani untuk memerangi logikanya. Mengangguk patuh, Andin menatap Tristan penuh ragu. Dalam hati, apa yang sebenarnya Tristan simpan? "Kisah lama ini.... sangat rumit, Andin. Ini tentang luka lama yang keluarga Sanjaya torehkan pada mendiang ayahku, Liam Shaquille." Tristan sengaja memberi jeda pada kalimatnya. Ia mengamati perubahan raut wajah Andin yang mudah berubah sesuai emosi yang ia miliki. Ibarat sebuah buku, seperti itulah Andin. Emosinya mudah terlihat dengan jelas l
Malam telah merambah maju, memasuki waktu dini hari yang banyak digunakan oleh sebagian banyak orang untuk beristirahat. Di malam yang sunyi dan gelap ini, Andhini duduk menyendiri dibalik jendela kamar yang cukup besar. Sebagian gorden jendela dibiarkan terbuka hingga menampakkan pemandangan istimewa berupa rembulan malam yang indah. Bulan yang tampak sabit, bergelantung indah dan menampakkan sinar terang kekuningan. Sesekali, angin tampak berhembus perlahan, membuat pohon-pohon di sekitar kediaman Andhini bersama Tristan, bergoyang dan meliuk dengan teratur. Apa yang harus dilakukan? Setelah Andhini melewati ribuan onak duri dan merenangi lautan neraka, kini ia dihadapkan pada sebuah kebingungan yang tak berujung. Andin hanya takut dirinya akan dimanfaatkan hingga ke titik terendah, hanya karena Andin adalah wanita masa lalu Akmal. Entah kemana Tristan saat ini bersama Leon. Yang Andin tau, ia ditinggal sendiri di dalam rumah, dengan beberapa pelayan dan pengawal setia yang Tr
Sepasang mata sendu Akmal, menatap sang putra, Haidar yang kini berusia nyaris satu tahun. Tak sedikit pun Akmal mengalihkan pandangannya dari sang putra, yang tengah sibuk memainkan beberapa mobil-mobil yang berjejer di depannya. Hikmah memang benar-benar memanjakan satu-satunya cucu biologisnya.Haidar dengan aktif bergerak kesana kemari sambil merangkak. Anak itu berusaha berdiri sendiri, meski masih tidak bisa melangkahkan kakinya. Andai saat ini ada Andin, mungkin Akmal akan bersuka cinta mengurus buah hatinya itu berdua dengan Andin.Mengingat Andin, Akmal tiba-tiba merasakan sesak di dalam dadanya. Dimana kiranya Akmal bisa menemukan Andin?Niat hati, Akmal sangat ingin berdamai dengan Andini, menurunkan ego mereka masing-masing demi masa depan Haidar. Sayangnya, hingga kini tak ada sedikit pun jejak-jejak keberadaan Andhini yang bisa Akmal temukan.Dalam diam, Akmal masih bergelung dengan lautan duka yang tidak bisa ia renangi. Bahkan dengan Andin, Akmal telah kalah karena And
Celline tengah menggerak-gerakkan gelas berisi wine miliknya. Minuman berwarna merah pekat itu adalah minuman yang menjadi favorit istri Tristan Lian Shaquille itu, menjadi konsumsi rutin si Celline setiap malam beberapa pekan terakhir.Pernikahan kedua suaminya itu, telah berhasil mengguncang jiwa Celine, hingga membuat Celine nyaris gila karenanya. Apa kurangnya celline?Bahkan Celline adalah wanita yang sudah sempurna baik fisiknya, maupun otaknya. Wanita itu terbilang cerdas dan sangat cantik. Banyak orang dari kalangan industri permodelan yang luluh dan bersedia menjadi selingkuhan Celline kala Celline mengalami jenuh. Sayangnya....Celline telah banyak menemui jenis laki-laki seperti itu, laki-laki yang banyak merayu wanita sana sini hanya demi sebuah lubang surga yang bentuknya bahkan dimiliki semua wanita.Mengingat laki-laki jenis begini, bibir Celine tersenyum kecut. Bahkan suaminya sendiri pun kini telah mengkhianati Celline, telah menduakan Celline dengan sangat kejam.En
“Apa yang kau masak hari ini, Andhini?” Tristan muncul tiba-tiba, ketika Andhini baru saja menyajikan hidangan. Sebuah hidangan yang menguarkan aroma ikan tuna dan kacang tumbuk, menyapa indera penciuman Tristan.“Membuat Taco untukmu. Kau suka ini, kan? Leon yang mengatakannya.” Andhini tersenyum sekilas ke arah suaminya itu, sebelum kemudian ia merapikan hidangan yang akan ia persembahkan untuk suaminya tercinta. “Duduklah sebentar. Makanan akan siap sebentar lagi.”Alih-alih tersenyum layaknya suami lainnya, Tristan justru hanya menatap datar istrinya. Umumnya, laki-laki akan bahagia ketika ia mendapati kenyataan bahwa istrinya berusaha menyiapkan hidangan untuknya dengan sepenuh hati.Tetapi lihatlah.....Agaknya Tristan ini istimewa dan tidak sama dengan pria lain. Katakanlah, abnormal. Ya, Andhini sering menyebutnya begitu dalam hati.“Kau mencari tau apa yang aku suka dan tidak?” Tristan menatap makanan yang tersaji diatas meja, tepat di depannya, mengamati bentuk sajian yang r
Langit pagi kali ini terasa syahdu, ketika dini hari tadi hujan turun dengan sangat lebatnya. Jejak-jejak embun serta tetesan air hujan tampak menghiasi dedaunan dan ranting pohon sekitar halaman kediaman Tristan dan Andhini. Decit-decit suara anak burung yang bersahutan, semakin menambah suasana pagi yang indah dan segar.Matahari mulai tampak muncul dengan malu-malu, ketika Andin baru bisa membuka matanya. Aktivitas ranjang semalam dengan Tristan Liam Shaquille, membuat sekujur tubuh Andin terasa remuk.Dengan gerakan lambat dan serampangan, Andin melihat layar ponselnya. Dua jam lagi ibu mertuanya akan datang berkunjung. Beruntung ada koki khusus yang Tristan sewa untuk memasak jika Andin tak bisa masak.“Sudah bangun? Cepat mandi dan merias diri. Dua jam lagi mommy akan tiba dan jangan sampai kau terlihat payah dimatanya.” Tristan sudah muncul dengan pakaian rapi. Lelaki itu berjalan pelan menuju ke arah Andin, sebelum kemudian Andin menghirup aroma wangi maskulin.“Ya. Maaf aku k
Duduk seorang diri, Tristan tengah memikirkan banyak hal yang selama ini menjadi sejarah hidupnya. Lelaki itu memikirkan banyak hal yang selama ini membuatnya menjadi lelaki kejam. Hidupnya hanya dipenuhi dengan sejarah balas dendam.Ayahnya, yang memiliki nama asli William Shaquille, adalah orang yang ramah, supel, baik, dan suka mengalah karena enggan memancing keributan yang tak perlu. Namun sayang, lelaki bajingan, bangsat dan laknat itu telah mengambil segalanya dari sang ayah.Rose.....Ibu Tristan bahkan sengaja diperkosa dengan sangat kejam oleh mendiang Sanjaya. Begitu juga Tristan yang dulu sempat hendak dihabisi oleh Sanjaya, selepas Sanjaya membunuh Shaquille.Haus akan kekuasaan......Itulah yang membuat Sanjaya demikian rela melakukan apapun, menekan nilai moral dan menghilangkan nurani sebagai sesama manusia. Pada akhirnya, ada Tristan dan juga Rose yang demikian dendam pada siapa pun orang yang bermarga Sanjaya.Maka, tidak ada cara lain selain membumi hanguskan siapa
Rose menatap puas dengan desain interior kamarnya, yang Tristan rancang khusus untuknya. Wanita itu diam seribu bahasa, raut wajahnya juga datar, namun hatinya bersorak girang ketika memandangi suasana kamar yang sejuk di matanya. Sejak dulu tak pernah berubah, Rose selalu memiliki selera yang tinggi dan Tristan mengerti sekali tentang selera wanita itu.Cat ruangan berwarna putih tulang, dengan cat jendela dan gorden berwarna abu-abu tua. Mata Rose awas menatap ranjang dengan sprei berwarna silver, serta perabotan antik berupa patung kuno. Ada hiasan dinding yang unik berupa patung Zeus, dan juga guci dengan motif gambar wanita berambut ular, Medusa.“Mom, selamat beristirahat. Sampai jumpa pada makan siang nanti. Jika ada yang kurang berkenan, aku harap mom mengatakannya, Andin akan segera menggantinya.” Andin berkata lembut. Suaranya mendayu-dayu, namun sangat tegas. “Istirahatlah, mom aku akan kembali ke kamarku untuk melakukan banyak hal.”“Baiklah, terima kasih. Aku rasa ini sud