Share

Bab 25

Penulis: Dianita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-03 15:06:27
Pelakunya adalah Madhu dan Santos. Saat itu, aku baru tahu Madhu yang terlihat lembut ternyata berhati busuk.

Aku menggeleng dan menunggu Madhu melanjutkan ucapannya. Madhu menggenggam tanganku seraya berucap, "Baguslah kalau begitu. Ayah dan anak nggak boleh saling dendam."

Aku menarik tanganku dari genggaman Madhu, lalu menimpali, "Langsung bilang saja kalau ada masalah. Nggak usah berbelit-belit."

Madhu tampak malu setelah mendengar ucapanku. Dia meremas tangannya sembari berujar, "Begini, kamu mendapatkan peringkat kedua untuk ujian masuk universitas di Kota Nilam. Ayahmu merasa bangga, jadi dia ingin mengadakan acara untuk merayakan keberhasilanmu."

Aku mencibir. Mereka pasti ingin memanfaatkan acara ini untuk "menjualku". Aku mengangguk sambil berkata, "Oke, tapi aku mau minta 1 miliar. Kuliah sudah dimulai, aku ingin membeli baju dan keperluan untuk belajar. Boleh, 'kan?"

Mereka ingin mengeksploitasiku, jadi aku juga ingin memanfaatkan mereka. Madhu mengernyit setelah mendengar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 26

    Hanya karena Matthew pernah memapahku saat jatuh. Kala itu, aku berusia 16 tahun. Matthew memberiku plester dan menanyakan aku kesakitan atau tidak.Aku berusaha menahan kesedihanku. Aku tidak boleh lemah. Sekarang kondisinya sudah berbeda. Aku tidak mengharapkan kasih sayang mereka lagi.Setelah tahu mereka tidak mencintaiku, aku juga tidak perlu mencintai mereka. Aku merasa rileks karena tidak mengharapkan semua ini lagi.....Acara perayaanku diadakan 3 hari kemudian. Sebelum itu, Santos dan Madhu menghabiskan banyak uang untukku.Madhu mengundang ahli kecantikan paling hebat di Kota Nilam untuk merawat kulitku selama 2 hari berturut-turut, lalu membawaku ke salon untuk menata rambutku dan mempercantik kuku.Mereka berusaha keras untuk membuatku tampil sempurna. Sehari sebelum acara perayaanku, gaun yang dipesan Santos untukku diantar. Gaun itu berwarna sampanye dan ujung gaunnya dihiasi berlian.Aku pun mencobanya, memang sangat cantik. Auraku terlihat polos, tetapi juga sedikit se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 27

    Madhu memelototi Felly dan mengomelinya, "Kamu masih berani bicara? Apa kamu sudah lupa ucapan Ibu malam itu? Sekarang Leila masih berguna bagi Keluarga Wirawan. Dia adalah batu loncatan agar keluarga ini bisa menjalin hubungan dengan lebih banyak orang-orang berkuasa.""Terus gimana denganku? Aku juga putri Keluarga Wirawan. Kenapa kita harus bergantung sama Leila dalam segala hal?" ucap Felly dengan berderai air mata.Madhu tidak menyangka Felly akan berpikiran seperti ini. Dia tertegun sejenak, lalu mendekat dan meraih tangan putrinya sambil berkata, "Bukannya kita ingin terus mengandalkan dia. Ibu hanya nggak ingin kamu menderita.""Kamu pikir pansos ke orang-orang berkuasa itu menyenangkan? Sejak awal hanya kamu satu-satunya permata di hati Ibu. Ibu khawatir kamu terluka dan disakiti. Semua yang kamu miliki sudah Ibu pilihkan yang terbaik."Madhu menyeka air mata Felly, lalu merapikan rambut gadis itu dan melanjutkan, "Keluarga Wirawan nggak berpengaruh. Kalau kamu mau menikah den

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 28

    Keegan menatapku yang memasang raut dingin, tetapi tidak membantah Santos. Dia membalas, "Begitu, ya? Aku merasa tersanjung."Usai berkata begitu, Keegan memberikan sekotak hadiah dan berucap lagi, "Nih, hadiah masuk universitas."Aku menatapnya sejenak, lalu mengambil kotak itu dan berkata, "Terima kasih."Saat itu, tiga orang lagi berjalan masuk. Mereka adalah Matthew, Yuna, dan Yosef. Aku melirik ke arah Santos, diam-diam terkesan melihatnya mampu mengundang Matthew.Santos menyuruhku membawa Keegan masuk, lalu dia segera menghampiri Matthew.Malam ini Matthew dan Yuna mengenakan pakaian berwarna hitam yang senada. Keduanya terlihat sangat serasi. Aku melirik mereka sekilas, lalu mengalihkan pandangan.Keegan mengulurkan tangannya padaku, membuatku menoleh padanya. Dia berkata sambil tersenyum, "Kurasa hanya aku yang pantas menjadi pasanganmu di pesta ini. Gimana menurutmu?"Aku balas tersenyum, tetapi tidak menyambut uluran tangannya. Aku berujar, "Ada kalanya terlalu percaya diri

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 29

    Aku mengatupkan bibirku, mengeratkan jas yang dipakaikan Matthew ke tubuhku.Saat mendongak, aku melihat Yuna yang berdiri di samping sedang menatapku dengan raut masam. Matanya berkilat penuh kebencian dan permusuhan. Dia pasti marah melihat Matthew membawaku pergi.Seorang wanita yang dikuasai cemburu akan mengerahkan segala upaya untuk mengalahkan rivalnya. Aku hanya merasa geli saat merasakan tatapan cemburu dan penuh kebencian Yuna padaku.Aku menenangkan perasaan dan melangkah lebih cepat. Komentar orang-orang di belakang aku abaikan, aku hanya ingin pergi secepatnya dari sini.Acara ini sepenuhnya milik Santos. Baginya, aku tidak lebih dari batu loncatan untuk mendapatkan hati para kaum berkuasa agar dia bisa naik ke kalangan elite. Saat melihatku pergi bersama Matthew, Santos justru terlihat puas.Sesampainya di depan pintu, akhirnya aku bisa menghirup udara bebas."Aku antar kamu pulang untuk ganti baju," ucap Matthew dengan dingin, terdengar tidak senang."Nggak perlu," tolak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 30

    Aku memahami temperamen Santos dengan baik. Selain membuatnya gagal menjalin koneksi dengan orang-orang kalangan atas kemarin, aku juga mempermalukannya dan membuat bisnisnya rugi. Dia pasti sangat membenciku sekarang."Leila!" raung Santos dengan liar.Melihat Santos berdiri, aku segera menghampirinya."Kamu masih berani pulang! Putri durhaka! Kamu tahu berapa kerugian yang kamu sebabkan pada perusahaan?" geram Santos. Dia makin marah melihatku yang hanya berdiri tenang di hadapannya."Gimana kamu bisa melakukan hal memalukan seperti itu? Sekarang kamu sudah membuat kekacauan besar, gimana kamu akan bertanggung jawab?" ucap Santos lagi sambil memelototiku. Sepertinya dia benar-benar ingin menuntut tanggung jawabku atas kontrak-kontrak yang dibatalkan ini.Aku mendengus dan mataku menatapnya dengan sinis. Mungkin hatiku sudah mati rasa, aku sama sekali tidak merasa sakit hati.Aku adalah putri kandungnya, tetapi dia sama sekali tidak peduli dengan keadaanku, apalagi memikirkan bagaiman

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 31

    Aku tertawa keras, seolah-olah baru mendengar lelucon yang sangat lucu.Santos duduk di sofa sambil merokok. Mungkin ini hanya gagasan yang dipikirkannya sebelumnya, tetapi sekarang dia sudah menetapkan keputusan.Santos mengisap rokoknya dalam-dalam, lalu mengembuskan asapnya. Tatapannya padaku sama sekali tidak mengandung emosi, melainkan penuh dengan perhitungan untung dan rugi."Bagaimanapun kamu adalah putriku dan nama keluargamu Wirawan. Kamu harus berguna untuk keluarga ini. Kenapa diam saja? Kamu masih menungguku mengajarimu cara mendekati pria?" ucap Santos.Pria ini benar-benar memperlakukanku seperti benda mati. Apa di matanya, aku hanyalah barang yang bisa diperjualbelikan?Amarah berkobar di dadaku. Seharusnya aku sadar sejak awal bahwa aku sudah tidak memiliki rumah. Sejak kedua orang tuaku bercerai, aku kehilangan segalanya.Tempat ayahku tidak bisa disebut rumah karena dia sudah memiliki keluarga baru. Tempat ibuku juga bukan rumah karena aku tidak termasuk dalam kehidu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 32

    Aku mengenali gadis kecil yang digandeng Matthew. Dia Cecil, adik Yuna. Aku mengernyit, tetapi segera tenang kembali.Aku pernah berkhayal akan berkeluarga bersama Matthew. Di pagi hari yang cerah, kami akan bergandengan tangan, membawa anak-anak kami pergi sekolah.Namun, fantasi itu tidak seharusnya ada. Aku juga tidak seharusnya menganggap Matthew sebagai suami masa depanku.Keduanya kian dekat ke pintu. Matthew juga sedang memperhatikanku. Aku lantas berbalik dan menoleh ke arah anak lainnya."Sini, Bu Guru bantu kamu pakai sepatu," ucapku sambil membungkuk, tersenyum pada seorang anak kecil.Anak itu mengangguk dengan manis. Aku membantunya memakai sepatu dengan telaten.Matthew dan Cecil sudah tiba di sampingku. Pemuda itu menatapku lekat-lekat. Aku berusaha tetap tenang di bawah tatapan intensnya."Kamu kerja paruh waktu di sini?" tanya Matthew.Aku tidak menyahut pertanyaannya. Sikap dinginku sepertinya membuatnya merasa tidak nyaman. Matanya menyorot kian dalam.Kami akan menj

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 33

    Aku berucap dengan raut muram, "Aku turut menyesal atas kejadian ini, tapi bukan berarti kamu bisa menghinaku seperti ini. Kalau kamu punya bukti, silakan berikan pada polisi. Kalau nggak, artinya kamu memfitnahku dan menyerangku secara pribadi. Apa kamu berani menanggung konsekuensi atas perbuatanmu ini?"Aku tidak akan diam saja saat dicaci sedemikian rupa. Atas dasar apa dia bisa menuduhku sembarangan?Namun, kata-kataku justru membuat Paula kian marah. Dia menyerbu ke arahku dengan wajah beringas. Sebelum aku sempat bereaksi, dia mengangkat tangannya untuk menamparku.Aku memejamkan mataku, menanti tamparannya. Namun, setelah beberapa saat, aku sama sekali tidak merasakan apa-apa di pipiku.Seseorang bertubuh tinggi berdiri mengadang di depanku."Ini rumah sakit. Kalau ada masalah, jangan ribut di sini," ujar Matthew dengan suara seraknya.Aku tidak menyangka Matthew akan melindungiku. Setelah rasa terkejut itu reda, aku memandang tiga orang di depanku.Yuna yang memasang ekspresi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03

Bab terbaru

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 100

    Makanya, meskipun Felly memberiku obat dan ingin membuatku malu di hadapan semua orang, aku tidak ingin menggunakan cara yang sama untuk membalasnya."Aku bisa bantu." Matthew berkata, "Latar belakang Keluarga Hutama nggak termasuk buruk. Ini termasuk pilihan bagus untuk Santos."Aku menoleh, melihat Matthew memandang ke luar jendela. Malam ini terasa sangat panjang.Saat kapal berlabuh, Santos membawa sekelompok orang masuk. Mereka langsung menuju ke kamar Matthew. Dari kejauhan, terdengar suara Madhu yang berpura-pura menenangkan, "Santos, jangan marah. Semua bisa dibicarakan baik-baik."Segera, mereka mendorong pintu dan masuk. "Matthew, Leila bukan wanita sembarangan. Dia ...."Santos seketika tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Aku berdiri di belakangnya, berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi. "Ada apa ini?"Matthew yang memakai pakaian serba hitam pun berjalan keluar. "Apa maksudmu, Pak?" Matthew melirik sekeliling. "Selain itu, ngapain kamu membawa begitu banyak orang kemari

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 99

    Matthew membawaku ke kamarnya. Aku berpura-pura merasa tidak nyaman. Segera, dia menurunkanku ke ranjang.Aku mengepalkan tanganku, merasakan Matthew perlahan-lahan mendekat. Ketika bernapas, aku merasakan aroma kayu yang semakin kuat.Aku menjulurkan tangan ke nakas untuk mengambil lampu. Aku ingin menghantamkannya ke kepala Matthew. Namun, Matthew tiba-tiba menahan tanganku dan berujar, "Jangan bergerak."Suaranya terdengar rendah. Aku memelotot. Dia memiringkan kepalanya dan mencium telingaku. "Felly lagi mengawasi kita di luar."Setelah mendengarnya, aku tanpa sadar menatap Matthew. Dia menggenggam tanganku, sesekali mencium leherku. "Sabar sedikit. Saat aku memberi keluargamu proyek hari itu, Santos bisa melihat aku menyukaimu.""Belakangan ini, Keluarga Sanjaya punya proyek baru lagi. Santos meneleponku dan bilang kondisi kesehatan nenekmu buruk, jadi menyuruhku membawamu keluar bermain."Ciuman Matthew makin liar. Aku kesulitan bertahan. Entah dari mana tenagaku, aku sontak mend

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 98

    "Wow!" Cassey berseru dengan kagum, "Leila, mereka lucu sekali. Aku hampir meleleh dibuat mereka!"Ketika melihat Cassey seperti ini, suasana hatiku menjadi lebih rileks.Sekitar 20 menit kemudian, rombongan lumba-lumba pergi dan tak terlihat lagi. Cassey merasa agak kecewa, tetapi aku merasa sangat puas.Yosef menghampiri untuk menggoda Cassey. Aku menatap keduanya, merasa ada yang aneh dari mereka.Pada akhirnya, aku pergi. Ketika aku mengambil jus, Matthew tiba-tiba menggenggam pergelangan tanganku. Aku mendongak menatapnya. Dia menyuruhku memandang ke arah matahari terbit.Aku mengikuti instruksinya, lalu melihat lumba-lumba pink mengapung di permukaan laut. Aku terkejut hingga menutup mulutku. Matthew bertanya, "Cantik nggak?"Aku mengangguk. Matthew berbisik di samping telingaku. "Dia punya nama."Aku menoleh. Matthew tersenyum dan meneruskan, "Namanya Pangsit."Pangsit .... Aku tiba-tiba teringat saat aku SMA 2, aku bersikeras makan bersama Matthew. Karena terlambat, yang tersis

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 97

    Aku bergegas mundur dan menaruh tanganku di belakang punggung. Tangan Matthew sontak terbuka karena penolakanku yang terlalu besar. Pada akhirnya, dia menarik tangannya kembali dan berkata, "Tanganmu berdarah."Aku menggigit bibir tanpa menyahut. Saat ini, Cassey dan lainnya datang. Cassey membawa ember dan berlari menghampiri, lalu menunjukkan isinya kepadaku. "Leila, aku tangkap ubur-ubur. Yosef bilang ubur-uburnya akan bersinar di malam hari.""Serius?" Aku merasa lega. Aku menatap ubur-ubur setengah transparan di dalam ember. "Kita cari akuarium saja supaya dia punya tempat."Usai mengatakan itu, aku menarik Cassey ke kamar tanpa peduli pada Matthew. Tidak ada tempat untuk menaruh ubur-ubur. Pada akhirnya, Cassey mencari Yosef. Yosef memberikannya vas bunga transparan.Setelah memasukkan ubur-ubur ke vas, Cassey baru menyadari tanganku berdarah. Dia menarik tanganku dan berkata dengan alis berkerut, "Tanganmu ....""Nggak apa-apa." Aku melirik sekilas punggung tanganku yang berdara

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 96

    Aku merasa sangat panas. Sekujur tubuhku seolah-olah dibakar api. Aku ingin menghindar, tetapi tidak tahu caranya.Mimpi buruk terus bermunculan. Aku bermimpi tentang kehidupan lampau saat Matthew pergi setelah menerima telepon dari Yuna, juga bermimpi saat Matthew memohon kepadaku untuk melepaskan Yuna di ruang privat.Pada akhirnya, adegan mimpiku berhenti. Saat itu, kami selesai berhubungan badan. Matthew menatapku layaknya sampah. "Leila, kamu menjijikkan sekali.""Bu ... bukan aku ...." Aku sontak membuka mata dan memandang langit-langit."Sudah bangun?" Terdengar suara Matthew di samping telingaku. Aku perlahan-lahan menoleh.Wajah Matthew agak berkumis. Dia terlihat sangat lelah. Entah berapa lama aku tertidur. Aku ingin mengambil ponsel, tetapi Matthew menahan tanganku."Jangan sembarangan gerak. Kamu lagi diinfus." Setelah mendengarnya, aku baru menyadari ada beberapa kantong cairan infus yang digantung."Berapa lama aku tidur?" tanyaku dengan susah payah. Tenggorokanku terasa

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 95

    Pagi hari, aku dibangunkan oleh Cassey. Aku bersembunyi di dalam selimut. Dia menarikku dan bertanya, "Leila, kami mau pergi snorkeling. Kamu mau ikut nggak?""Nggak mau." Aku masih sangat ngantuk. Aku menunjukkan tanganku yang terluka kepadanya dan meneruskan, "Dokter bilang tanganku nggak boleh kena air."Setelah mendengarnya, Cassey baru ingat. Dia tidak membangunkanku lagi dan hanya berpesan beberapa hal sebelum pergi.Sekitar 5 menit kemudian, rasa kantukku malah hilang. Aku pun terpaksa bangkit dari ranjang. Selesai mandi, aku mencari baju di koper.Begitu koper dibuka, ternyata semua isinya adalah terusan. Aku mengambil sebuah terusan berwarna putih, lalu membentangkannya dan mendapati terusan itu hanya mencapai bagian atas pahaku.Aku mengernyit, lalu mengambil terusan berwarna biru lagi. Yang ini lebih panjang, tetapi ada lubang di punggung dan di pinggang. Pada akhirnya, aku memilih terusan berwarna hitam dengan garis leher V yang sangat ketat.Setelah mandi dan berganti paka

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 94

    Aku melihat jam di ponsel. Ternyata baru pukul 3 subuh lewat. Karena tidak ingin mengganggu Cassey, aku mengambil selimut dari lemari dan menaruhnya di bahuku. Kemudian, aku keluar untuk melihat bintang.Mungkin ada yang salah dengan cuaca tahun ini. Aku merasa angin yang bertiup agak panas.Setelah jauh dari kota, bintang di langit menjadi lebih terang. Pemandangan seperti ini tidak bisa dilihat di kota.Sesaat setelah aku duduk bersila, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Aku menoleh. Ternyata Matthew keluar dari pintu lain dan berdiri di depan pagar pembatas.Matthew masih mengenakan pakaian sebelumnya. Ketika dia melangkah keluar dari kegelapan, entah mengapa aku merasa dia terlihat seperti orang yang kesepian.Aku menggeleng, merasa pemikiranku ini agak konyol. Matthew selalu disanjung oleh orang-orang. Bagaimana mungkin orang seperti ini merasa kesepian?Ketika aku hendak kembali, tiba-tiba Matthew mengeluarkan sebungkus rokok dan menyalakannya. Asap mengepul. Aku melihat Ma

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 93

    Entah mengapa, aku merasa agak malu. Aku yang ingin menghindar lagi sontak mematung. Matthew memanggil, "Hm?"Aku menggigit bibirku, lalu sengaja menyahut dengan tidak acuh, "Aku nggak ingin lihat."Senyuman di bibir Matthew menjadi makin jelas. Dengan suara rendah, dia bertanya, "Gimana kalau aku ingin kamu lihat?"Seketika, telingaku merasa geli. Aku sontak memalingkan wajah. Matthew juga menoleh untuk melihatku. Tiba-tiba, jarak di antara kami pun menjadi sangat dekat. Dekat sampai aku bisa mencium aroma krim cukurnya."Sudah selesai." Terdengar suara dokter. Aku sontak tersadar kembali, lalu menyingkirkan tangan Matthew yang menutup mataku.Dokter sudah melepaskan sarung tangannya. Dia menginstruksi, "Tanganmu nggak boleh kena air selama tiga hari. Jangan sering digerakkan juga. Aku akan membantumu mengganti perban setiap hari.""Setengah bulan juga sembuh." Dokter sedang membereskan kotak P3K. Dia menambahkan, "Oh ya, benang yang kupakai untuk kecantikan. Jadi, nggak usah khawatir

  • Pesona Primadona yang Mengacaukan Hidupku   Bab 92

    Para pria di tempat juga tidak sempat bereaksi. Aku hanya bisa menyaksikan Prilly melemparkan pecahan gelas kepadaku. Aku tanpa sadar menjulurkan tangan. Saat berikutnya, pecahan gelas menggores punggung tanganku.Seketika, pecahan gelas yang ternodai darahku pun terjatuh ke lantai. Aku kesakitan hingga berjongkok.Cassey segera maju untuk memapahku. "Leila ...."Matthew dan Yosef buru-buru menghampiri dari dek. Ketika melihat tanganku berdarah, wajah Matthew menjadi suram. Dia mendekatiku, lalu mengambil kain bersih untuk menekan tanganku. "Sakit sekali ya?"Aku sangat takut sakit, tetapi juga sangat pintar menahan sakit. Sebelumnya saat demam tinggi, Aku sama sekali tidak menangis. Namun, kali ini mataku malah berkaca-kaca. Aku mendongak menatap Matthew, melihat kecemasan pada tatapannya."Ya, sakit ...." Setelah mendengar jawabanku, Matthew menjadi panik. Dia menyuruh Yosef memanggil dokter yang mengikuti perjalanan ini, lalu menggendongku ke kamar."Nggak apa-apa, dokter akan seger

DMCA.com Protection Status