Beberapa jam berlalu, tiba waktunya bagi Claudia untuk pulang setelah beres mengajar di kelas malam. Dia tidak lupa jika malam ini dirinya harus menemui Aji dan Bahtiar. Seperti biasa, mobil Ryuga sudah terparkir layaknya kereta kuda yang siap menjemput pasangannya ke acara pesta. Hufft~ Claudia mencoba mengatur napasnya dari jarak satu meter dengan mobil Ryuga. Wanita itu mempercepat langkahnya namun penuh kehati-hatian setelah Ryuga turun dari mobil untuk membukakan pintu. ‘Hanya menjemputku saja Ryuga serapi itu?’ batin Claudia tidak habis pikir. Ryuga tampak mengenakan jas untuk menutupi kaus putih yang dipakainya. Dan Claudia baru menyadari di detik ke sekian kala tangan Ryuga menyembunyikan sesuatu dibalik punggungnya. “Sudah lama, Ryuga?” tanya Claudia begitu tiba di hadapan pria itu. Kepala Ryuga menggeleng sebagai respons. Tangan kanan dibalik punggungnya bergerak perlahan ke depan, menampilkan sebuket bunga Peony berwarna putih yang sangat cantik. “Maaf atas sikapku ta
Merasa gemas dengan pertanyaan Claudia, Ryuga mendaratkan kecupan di bibir cherry wanita itu. Dan Claudia tidak sempat untuk menghindar. Untungnya Ryuga hanya sekadar mengecup, tidak lebih dari itu.Ada senyuman lembut di bibir tipis Ryuga kala menjauhkan wajah dari bibir cherry Claudia.Ryuga berucap, “Jelas kamu, Claudia Mada. Kenapa mempertanyakan itu, mmm?” Sorotan manik hitam pria itu menatap dalam ke arah Claudia.Sekali lagi Claudia kembali merasakan jika dia benar-benar dicintai melalui cara Ryuga menatapnya. Ryuga tidak bohong dengan ucapan jika pria itulah yang paling menyukai Claudia.Mendadak saja Claudia tersenyum dengan memiringkan kepalanya. Pipinya memanas, cepat-cepat Claudia menutupi wajahnya. Gawat! Degup jantungnya bekerja lebih cepat lagi.Tindakan Claudia itu membuat Ryuga keheranan. “Cemburu dengan Natasha, Claudia?” Dia menarik satu tangan Claudia yang menutupi wajah cantiknya.Hanya itu yang terlintas di dalam kepala Ryuga. Dan pertanyaan Ryuga itu seketika me
Tidak lama, selang Claudia dan Ryuga menyudahi pembicaraan, mobil hitam itu masuk ke dalam Paviliun yang dari luar terlihat menyeramkan.Setidaknya itu dalam pandangan Claudia. Pepohonan tinggi dan rimbun tampak memberikan kesan horror. Tapi, setelah dipikirkan bukankah akan lebih menyeramkan apa yang akan terjadi di dalam nanti?Netra mata Claudia tampak menyipit, dahinya mengernyit memperlihatkan raut wajah cantiknya yang gelisah.“Kalau takut, jangan dilihat, Claudia,” ucap Ryuga yang ternyata masih memperhatikan Claudia dari samping.Claudia segera mengalihkan pandangan dari jendela mobil. Dia meringis saat bertemu pandang dengan Ryuga.“Kenapa memilih bertemu di sini, Ryuga?” tanya Claudia tidak mengerti. Maksud Claudia, dari semua tempat yang ada, kenapa harus Paviliun dengan suasana seperti ini?“Ayahmu yang meminta,” jawab Ryuga seadanya. Dia mendengus mengingat dirinya tidak bisa menolak tempat yang sudah disewa oleh Aji.Ryuga takut jika restunya akan dicabut kalau-kalau Ryu
Semua orang menolehkan kepala untuk memastikan siapa pemilik suara wanita yang mengudara di belakang. Claudia sempat berpikir jika mungkin saja itu sosok hantu penunggu Paviliun. Tapi, rasa-rasanya suara wanita itu terdengar familier. “N-Natasha!” Emma yang pertama kali bersuara, dia memekik kaget. Wanita paruh baya itu sampai memegangi dadanya serta wajahnya yang memucat. Selama beberapa tahun terakhir tidak pernah melihat kemunculan Natasha di mana pun, tentu saja kehadirannya sangat mengejutkan bagi keluarga Daksa. “Ya, ini aku … Natasha.” Wanita itu bicara tanpa beban, mengabaikan tatapan-tatapan yang tidak menginginkan kehadirannya. “Siapa kamu?” tanya Bahtiar mewakili Aji dan Aland yang belum mengetahui wajah dari Natasha. Suaranya terdengar tidak ramah. Seharusnya Bahtiar menempatkan setidaknya satu penjaga untuk berjaga di sekitar Paviliun. Namun, dia tidak melakukan itu karena menghargai Aji. Pun, Rudi juga tidak membawa pengawalnya karena Ryuga yang meminta untuk orang
Semua anggota keluarga Daksa belum ada yang merespons ucapan Aruna. Pernyataan gadis itu terlalu mengejutkan dan membingungkan.Pun, sosok Natasha yang tidak kalah terkejut mendengar hal yang ke luar dari mulut putrinya itu.“Siapa yang mengatakan itu padamu, Aruna?” tanya Ryuga. Kedua alisnya menukik tajam. Rahangnya mengeras. Manik hitamnya menyorot Aruna dalam. “Natasha?!” Suara Ryuga terdengar penuh penekanan.Mendengar namanya dibawa-bawa, Natasha menggelengkan kepalanya. Dia mendengus kasar. “Bukankah sepanjang waktu Aruna bersamamu, Ryuga?” sindirnya. “Kapan aku memiliki waktu untuk mengatakan hal yang tidak masuk akal itu?!” Wanita itu merasa tertuduh. Mata besarnya mengkilap marah.“Kamu bisa saja menyuruh orang lain untuk mengusik ketenangan Aruna, Natasha!” tuduh Emma.Napas Natasha memburu. “Apa?! Aku bukan kalian–“Bisa hentikan perdebatan tidak berguna ini?” potong Claudia dengan tegas. Dia buru-buru menambahkan, “Apa untungnya saling menuduh tanpa disertai bukti?” Netra
Terlanjur dibuat kesal oleh darah dagingnya sendiri, Natasha bangkit dari duduknya. Mata besarnya menatap Aruna penuh amarah. “Beginikah sikapmu pada Mommy yang sudah melahirkanmu, Aruna?!” dengus Natasha. Hatinya merasa tercabik karena mendapati Aruna yang sama sekali tidak tertarik baik padanya maupun ayah kandungnya sendiri. “Aku rasa Ryuga tidak mendidikmu dengan sebaik itu.” Natasha menyalahkan Ryuga atas sikap kasar Aruna. Dia melayangkan tatapan kebencian ke arah pria itu. Ryuga sama sekali tidak memberikan respons. Hanya saja dahinya mengerut samar. Apa yang dikatakan Natasha tiba-tiba saja mengganggu isi kepala Ryuga. “Kamu sama sekali tidak berhak mengatakan hal tersebut, Natasha!” tegur Eyang Ila yang sedari tadi diam saja. “Sebaiknya kamu pergi dari sini sekarang,” tambahnya lagi dengan suaranya yang dingin. Benar. Eyang Ila mengusir Natasha. Tanpa harus disuruh dua kali, Natasha memang berniat untuk pergi. Dia mendengus kasar lalu menyeret kakinya untuk segera m
Pembicaraan di antara Ryuga dan Aruna berlangsung cukup lama sehingga Emma dan Rudi menyuruh Claudia untuk makan malam tanpa keduanya.Kebetulan dengan apa yang menimpanya hari ini sangat menguras energi Claudia.Satu jam pertama, Claudia masih menunggu dengan menghabiskan waktu untuk mengobrol dengan Emma usai makan malam selesai di halaman belakang.Dua jam berlalu hingga Emma, Rudi, dan Eyang Ila berpamitan pulang, Ryuga juga tidak kunjung ke luar kamar.‘Apa jangan-jangan Ryuga dan Aruna ketiduran?’ tebak Claudia.Beberapa kali Claudia tampak mondar-mandir di depan pintu. Jika bukan karena ucapan Ryuga yang mengatakan ingin bicara padanya, Claudia tidak akan segelisah ini.Jika Claudia pulang sekarang, dia takut Ryuga membutuhkannya.“Jadi pulang nggak, Mbak?”Suara Aland di belakang sana mengejutkan Claudia yang tengah menempelkan telinganya di depan pintu, mencoba mendeteksi suara di dalam kamar. “Aland!” pekik Claudia tertahankan. Dia langsung memegangi dadanya seraya menegakk
Aland yang salah, tapi Ryuga harus ikut bertanggung jawab.Jika bukan karena Aland adalah calon adik iparnya, Ryuga tidak akan mau membantu. Namun, setelah dipikir-pikir memang sebaiknya perasaan Dirga tidak perlu diketahui oleh Claudia.Bisa-bisa itu menambah beban pikiran wanitanya. Ryuga tidak mau Claudia jadi banyak pikiran. Akan lebih bagus jika Claudia hanya memikirkannya seorang.“Mau pake rawit berapa banyak, Ryuga?”Pria itu segera tersadarkan saat mendengar suara Claudia yang bertanya tanpa menoleh ke arahnya. “Satu saja, Claudia,” jawab Ryuga singkat seraya menatap punggung indah Claudia yang sibuk di meja dapur.“Okeee,” sahut Claudia disertai senyuman yang tidak dapat dilihat Ryuga. Pria itu tidak terlalu menyukai makanan pedas. Claudia akan mengingat baik-baik dalam kepalanya.Ryuga mendengus halus mengingat dirinya meminta Claudia untuk dibuatkan mie demi membelokkan topik pembicaraan. Tetapi, untung saja Claudia langsung mengiakan.Sekarang rasanya Ryuga tengah membay