Beberapa jam kemudian, tugas yang diberikan pada mahasiswa selesai dikumpulkan. Claudia menerima sekumpulan sketchbook yang diserahkan oleh Dirga selaku ketua kelas. “Tolong simpan di sini saja dulu ya, Dir,” pinta Claudia menunjuk bangku panjang di dekat pintu masuk. Mendengar itu, Dirga tidak langsung menurut. Dia tetap memeluk tumpukan sketchbook itu. “Kenapa nggak sekalian langsung dimasukkin ke mobilnya Ryuga, Mbak?” heran Dirga dengan alis yang naik sebelah. Dagunya mengedik ke depan. Manik hitamnya tertuju pada sebuah mobil hitam mewah yang terparkir di luar pintu masuk. “Itu mobilnya Ryuga ‘kan?” desak Dirga. Claudia tidak langsung menjawab. Dia sempat kebingungan, pasalnya Aruna sudah masuk ke dalam mobil. Gadis itu memilih langsung pulang dibandingkan menghabiskan waktu untuk bermain-main di Kebun Binatang seperti teman-teman kelasnya yang lain. “Uhm, ya, tapi– “Tapi, ada Aruna di mobilnya Ryuga?” Dirga mencoba mengartikan wajah kebingungan Claudia. Pemuda itu mendengu
Di antara keempatnya, Ryuga satu-satunya orang yang belum mengetahui jika Dirga sudah mengetahui semuanya.Maka, jelas Ryuga yang paling terkejut. Manik hitam tajamnya bertukar pandang dengan Dirga. Lalu Ryuga mengalihkan pandangannya pada Aruna.“Dirga sudah tahu semuanya, Dad.” Penjelasan Aruna dalam satu kalimat membuat Ryuga terdiam.Di sebelah Dirga, Claudia menyikut lengan pemuda itu. Jarak keduanya dekat sehingga Claudia bisa berbisik pelan, “Beri salam, Dirga!”Menggemaskan melihat Dirga yang malah menatap manik hitam Ryuga dengan manik miliknya yang tidak kalah tajam.Ryuga berdeham. Aruna memutar kembali wajahnya ke depan. Dia sama sekali tidak berniat menyapa mantan kekasihnya.“Halo, O-om Ryuga," ucap Dirga sedikit kaku. Ekspresinya tampak kesulitan. Dia hampir tidak percaya karena baru saja membubuhi Ryuga dengan sebutan 'Om'.Pemuda itu masih memiliki keraguan mengenai status ayah dan anak di antara Ryuga dan Aruna. Mungkin saja Dirga masih memerlukan waktu untuk menerim
Dalam hitungan hari, Ryuga Daksa bersikap seolah dirinya bukanlah Presdir Daksa Company.Jika biasanya, Ryuga akan mengisi hari liburnya dengan menghabiskan waktu bersama Aruna atau menyelesaikan beberapa pekerjaan yang menumpuk. Namun, saat ini, setelah sekian lama, Ryuga menggunakan waktunya untuk berkencan.Tentu bersama tunangannya yang cantik dan tidak tertandingi, Claudia Mada.Usai dari klinik, Ryuga mengajak Claudia untuk memilih gaun untuk dikenakan pada acara reuni. Dua orang karyawan menyambut kedatangan keduanya. Hanya dalam waktu hitungan detik Claudia segera disodorkan beberapa pilihan gaun-gaun yang menawan.‘Aku yakin harganya benar-benar mahal,’ batin Claudia meringis. Dilihat dari tempatnya saja, butik ini merupakan butik yang sudah memiliki nama.“Tidakkah ada gaun yang dirimu sukai, Claudia?” Sosok Ryuga yang memutuskan duduk di sofa kini bangkit dan menghampiri Claudia.Kepala Claudia menggeleng ragu. Dia menatap Ryuga dengan sungkan. Sebelum menyahut, netra matan
Napas Claudia tercekat. SRETT Belum sempat merespons, Claudia mengerjapkan mata kala merasakan ritsleting di belakang gaunnya terbuka dalam hitungan detik dengan cepat. “R-Ryuga!” panggil Claudia setengah berbisik. Raut wajahnya memperlihatkan kepanikan. Refleks tangan Claudia memegangi bagian depan gaunnya karena takut terlepas. Claudia bertanya, “K-kamu mau apa?!” Sekon berikutnya, Claudia menggeleng pelan. Dia seharusnya bukan bertanya, melainkan memarahi Ryuga. “Hanya membantumu,” jawabnya dengan enteng seraya mengedikkan bahunya. Lantas pandangannya jatuh menatap punggung Claudia yang hampir terbuka di atas pinggang. Ada satu hal tanda yang ditunjukkan Ryuga kala pria itu menggoda Claudia: Ryuga akan memainkan lidah di dalam mulutnya. Menyadari manik hitam Ryuga mengarah ke mana, Claudia dengan cepat membalikkan tubuh. “Jangan aneh-aneh, Ryuga,” ucap Claudia yang sukses membuat Ryuga terkekeh. Aneh-aneh katanya? Apa baru saja Claudia mencoba memperingatinya? Ryuga mendeng
Lain hal Ryuga Claudia, Aruna masih di atas vespa merah Dirga yang sedari tadi terus melaju tanpa tujuan.Sepanjang perjalanan itu, keduanya sama-sama tidak saling bicara sampai Aruna mulai merasa kesal. Dia tidak perlu repot-repot mencondongkan tubuh ke depan agar Dirga bisa mendengarnya.Aruna cukup mendekatkan mikrofon kecil di mulutnya. Gadis itu merengut, “Kita mau ke mana, sih, Dir? Anterin aku pulang daripada muter-muter nggak jelas kayak gini.”Mendengarnya, Dirga tersenyum kecil. Paling tidak, meskipun bicara dengan penuh protes, Dirga senang mendengar Aruna mau bicara padanya.“Bukannya lo selalu pengen diajak muter-muter nggak jelas dulu sebelum pulang ke rumah?” balas Dirga setengah menyindir. Manik hitamnya melirik ke arah spion motor. Sayangnya wajah Aruna sama sekali tidak terlihat di sana.Gadis itu tidak menggubris. Tapi, Aruna menyahuti dalam hati, ‘Ya itu ‘kan dulu waktu aku masih jadi kekasihmu Dirga Disastra!’Melihat keterdiaman Aruna, Dirga memiliki ide dengan s
Satu jam sebelum acara reuni dimulai, Claire sedang melakukan manikur oleh dua pegawai salon yang dipanggilnya ke rumah. Satu Minggu ini dia tidak melakukan perawatan. Mengingat dirinya mencicipi dinginnya lantai jeruji besi membuat Claire kesal pada Claudia. ‘Semua kesialan yang datang padaku bersumber dari wanita itu!’ Beberapa saat kemudian, ketenangannya diusik begitu sosok Liam Lee yang tiba-tiba saja datang dan melemparkan sepucuk amplop putih di atas meja dengan kasar. Kedua alis Claire menukik kesal. Apa-apaan maksud kakaknya itu?! “Kamu resmi diberhentikan, Claire!” ucap Liam to the point. Dia melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya. Usai menjalani rapat dadakan dengan para petinggi kampus dan ketua yayasan, Liam langsung meluncur ke apartemen Claire membawa kabar buruk. Claire menggertakkan gigi dan menatap Liam dengan netra matanya yang berkilat marah. Suaranya menyahut tidak ramah, “Maksud Kak Liam aku dipecat jadi dosen?!” Pandangannya menatap salah satu pe
“Jangan pernah menyentuh Bu Claudia lagi!!!”Bukan hanya Claudia yang terkejut, melainkan juga semua orang yang ada di sana. Pertama, mereka tidak mengenal baik Aruna maupun Dirga. Kedua, bagaimana kedua bocah itu bisa masuk?Tidak ada undangan, maka tidak diperkenankan.Sempat dibuat mematung, Claire mengerjapkan mata. Dia tidak lagi melihat Aruna sebagai peserta didiknya bahkan menyadari jika gadis itu adalah putri dari Ryuga Daksa.Claire tidak peduli, karena siapa pun yang menghalangi niatnya, maka orang itu hanyalah musuh bagi Claire!Claire menggeram kesal, dia menepis lengan Aruna dengan amarah yang sudah meledak-ledak di kepala. Suaranya mendesis, “Jangan ikut campur, bocah sialan!”Kalau tidak ada Dirga di belakang Aruna, gadis itu mungkin akan terjatuh karena tepisan Claire disertai dorongan yang cukup kuat dan penuh tenaga.Segera Claire mengalihkan pandangan ke arah Claudia lagi. Wajahnya memerah semuka-muka. Pun, Claudia yang menahan diri untuk tidak murka.Tapi, wanita i
Beberapa menit sebelum kedatangan Ryuga masuk ke dalam reuni, dia sudah gelisah dalam duduknya. Berkali-kali manik hitamnya memandang ponsel yang sengaja disimpan di atas meja.Riel yang ikut bertemu klien penting malam itu sudah bisa menebak kegelisahan yang dirasakan oleh atasannya.“Apa ada yang membuatmu tidak nyaman, Ryuga?” Sang klien penting itu bertanya.Tepat setelah pertanyaan itu dilayangkan, ponsel Ryuga bergetar beberapa kali, menandakan ada pesan yang masuk. Demikian, Ryuga lebih memilih melihat isi pesannya alih-alih menjawab pertanyaan kliennya.Riel berinisiatif menjawab dengan nada yang sopan. “Maaf, Pak Bahtiar, sebenarnya Pak Ryuga memiliki hal mendesak saat mengiakan untuk bertemu dengan Anda malam ini.”Klien bernama Pak Bahtiar mengerutkan dahinya. “Kalau begitu, kita tunda dulu untuk pembahasan kerjasamanya jika Ryuga memiliki urusan yang mendesak.” Sosok Pak Bahtiar yang tampak tidak muda menjawab dengan enteng.Hal itu membuat baik Ryuga dan Riel menatapnya l